Oleh :
NURIL RAHMAWATI
NIM. 1820042
SURABAYA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan proposal sebagai tugas dari mata kuliah Metode
Penulisan KTI dengan judul “Hubungan Perilaku Diit dengan Kadar Gula Darah
Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Desa Siwalanpanji Sidoarjo” dengan
tepat waktu.
Tak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penulisan proposal ini sehingga dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Penulis tentu menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik serta saran untuk proposal ini agar menjadi proposal yang
lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................... 1
ii
2.2 Konsep Penatalaksanaan Diit Penderita Diabetes Melitus Tipe 2....... 13
3.2 Hipotesis............................................................................................... 23
iii
4.7.3 Pengolahan Data................................................................................ 29
BAB 5 PENUTUP.................................................................................... 32
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 32
5.2 Saran.................................................................................................... 32
iv
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Keadaan kadar glukosa dalam darah rendah dapat menyebabkan hipoglikemi
dan koma. risiko kematian bisa terjadi apabila keadaan ini tidak segera diobati.
Keadaan hipoglikemi yangmeningkatnya jumlah masyarakat yang terkena
penyakit tidak menular, salah satunya adalah Diabetes Mellitus (DM). DM
merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup oleh
penderitanya (Perkeni, 2011). Pola makan kebarat-baratan yang tidak sehat,
disertai intensitas makan yang tinggi dan stres yang menekan sepanjang hari,
membuatlebih berat dapat menyebabkan berkurangnya pasokan glukosa ke
otak yang akan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,
tidak mampu berkonsentrasi, gangguang penglihatan, kejang dan koma
(Sutanto, 2013).
2
disembuhkan tetapi dapat dicegah dan dikendalikan melalui empat pilar
pengelolaan DM yang meliputi edukasi, terapi diit, olahraga, dan obat- obatan.
Terapi diit bertujuan untuk membantu penderita DM tipe 2 memperbaiki
kebiasaan makan sehingga dapat mengendalikan kadar glukosa, lemak, dan
tekanan darah. DM tipe 2 adalah penyakit yang berhubungan dengan gaya
hidup, maka keberhasilan terapi diit bergantung pada perilaku penderita DM
tipe 2 dalam menjalani anjuran makan yang diberikan. Ketidakpatuhan pasien
dalam menjalani terapi diit merupakan salah satu kendala dalam pengobatan
DM tipe 2. Berdasarkan laporan WHO tahun 2003, rata-rata kepatuhan pasien
terapi jangka panjang pada penyakit kronis di negara maju mencapai 50%
sedangkan di negara berkembang lebih rendah. Keberhasilan terapi yang
diberikan dapat dilihat dari penurunan kadar gula darah puasa menjadi antara
70-110 mg/dL.
Apakah terdapat hubungan antara perilaku diit dengan kadar gula darah pada
penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Desa Siwalanpanji Sidoarjo?
3
1.3.1 Tujuan Umum
1. Bagi peneliti
2. Bagi responden
4
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
informasi tentang kesehatan khususnya tentang perilaku diit pada
penderita diabetes melitus tipe 2 sehingga membuat kadar gula darah
penderita diabetes melitus tipe 2 menjadi normal kembali.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang terjadi oleh
interaksi berbagai faktor yaitu genetik, imunologik, lingkungan dan gaya hidup.
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan
sekresi insulin progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin. Pernyataan ini
selaras dengan IDF (2017) yang menyatakan bahwa diabetes mellitus merupakan
kondisi kronis yang terjadi saat meningkatnya kadar glukosa dalam darah karena
tubuh tidak mampu memproduksi banyak hormon insulin atau kurangnya
efektifitas fungsi insulin.
7
A. Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab
autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi
insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya
sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari
penyakit ini adalah ketoasidosis. Faktor penyebab terjadinya DM Tipe I
adalah infeksi virus atau rusaknya sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan karena reaksi autoimun yang merusak sel-sel penghasil insulin
yaitu sel β pada pankreas, secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pada tipe I,
pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Penderita DM untuk bertahan
hidup harus diberikan insulin dengan cara disuntikan pada area tubuh
penderita. Apabila insulin tidak diberikan maka penderita akan tidak
sadarkan diri, disebut juga dengan koma ketoasidosis atau koma diabetic.
8
rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Gejala
pada DM tipe ini secara perlahan-lahan bahkan asimptomatik. Dengan
pola hidup sehat, yaitu mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan olah
raga secara teratur biasanya penderita brangsur pulih. Penderita juga harus
mampu mepertahannkan berat badan yang normal. Namun pada penerita
stadium akhir kemungkinan akan diberikan suntik insulin.
9
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikitmenurun atau
berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent
diabetes mellitus. Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik
yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin).
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang
dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa.
10
Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk
mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah
yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000).
11
peripheral arterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan
merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein.
A. Obesitas (kegemukan)
B. Hipertensi
D. Dislipedimia
E. Umur
F. Faktor Genetik
12
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental
Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial.
Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua
sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami
penyakit ini.
1. Karbohidrat
13
F. Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan
makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian
dari kebutuhan kalori sehari.
2. Lemak
3. Protein
4. Natrium
14
B. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan
bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
5. Serat
6. Pemanis alternatif
15
a) Perhitungan berat badan
ideal (BBI) menggunakan
rumus Broca yang dimodifikasi (Parkeni 2015):
b) Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150
cm, rumus imodifikasi menjadi: Berat badan ideal
Jumlah kalori untuk IMT normal 1700-2100 kkal dan gemuk 1300-1500
kkal dengan komposisi sebagai berikut, 45-65% berasal dari karbohidrat,
pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan, sukrosa <5%
dari total energi dan serat dianjurkan sekitar 25 gram/1000 kkal/hari,
protein 10-20%, lemak 20-25%, dengan asam lemak jenuh <7% dan
kandungan kolesterol <300 mg/hari.
16
2. Tepat Jenis
17
sukrosa harus dipertimbangkan, seperti lemak yang selalu ada bersama
sukrosa dalam makanan. Bahan makanan tinggi asam lemak tidak jenuh
seperti pada nuts, alpukat dan minyak zaitun, baik digunakan dalam
perencanaan makan bagi penderita DM. Tambahan suplemen vitamin dan
mineral pada penderita DM yang asupan gizinya cukup tidak diperlukan.
3. Tepat jadwal
Kadar gula darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma darah
(Dorland, 2010). Glukosa darah puasa merupakan salah satu cara untuk
mengidentifikasi diabetes melitus pada seseorang. Pada penyakit ini, gula tidak
siap untuk ditransfer ke dalam sel, sehingga terjadi hiperglikemi sebagai hasil
bahwa glukosa tetap berada di dalam pembuluh darah (Sherwood, 2011).
18
Mengidentifikasi diabetes melitus pada seseorang adalah dengan
pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar
adanya glukosuria saja (Soegondo, 2011). Pemeriksaan glukosa dengan cara
enzimatik dengan bahan darah plasma vena, seyogyanya dilakukan di
laboratorium klinik terpercaya. Walaaupun demikian sesuai dengan kondisi
setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh, vena, ataupun kapiler dengan
memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan
oleh WHO. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar
glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral
(TTGO) standar (Soegondo, 2011).
Sumber utama glukosa plasma menurut Mayes dan Bender (2003) adalah
absorpsi glukosa oleh usus yang berasal dari pemecahan makanan,
glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari prekursor non-glukosa) dan
glikogenolisis (pemecahan simpanan glikogen menjadi glukosa). Proses
pengaturan kadar glukosa plasma merupakan mekanisme homeostasis yang diatur
sedemikian rupa dalam rentang yang sempit dan diatur dengan halus (Mayes dan
Bender, 2003; Guyton dan hall, 2006). Kadar glukosa plasma tidak boleh
menurun terlalu rendah karena glukosa merupakan satu-satunya sumber energi
yang dapat digunakan oleh otak dan eritrosit (Mayes , 2003). Kadar glukosa
plasma juga tidak boleh meningkat terlalu tinggi karena dapat mempengaruhi
tekanan osmotik dan bila kadar glukosa plasma sangat tinggi akan menyebabkan
dehidrasi seluler (Guyton dan Hall, 2006).
19
yang disekresikan oleh sel pankreas. Sel β pankreas mensekresikan insulin dan sel
α pankreas mensekresikan glukagon.
Sesaat setelah makan, kadar glukosa plasma akan meningkat dan mencapai
puncak sekitar 60 menit setelah makan, jarang melebihi 140 mg/dl dan kembali
pada kadar sebelum makan setelah 2-3 jam (Raghavan and Garber, 2008).
Peningkatan kadar glukosa plasma ini akan menstimulasi sekresi insulin oleh sel β
pankreas (Goodman, 2009). Sekresi insulin, selain distimulasi oleh peningkatan
kadar glukosa darah, juga distimulasi oleh produksi hormon inkretin oleh usus
(Raghavan dan Garber, 2008). Insulin akan meningkatkan penyimpanan glukosa,
20
menghambat pembentukan glukosa oleh hepar dan meningkatkan ambilan glukosa
oleh sel otot dan lemak sehingga menyebabkan penurunan kadar glukosa plasma
(Goodman, 2009). Kombinasi dari hiperinsulinemia dan hiperglikemia ini akan
menstimulasi ambilan glukosa oleh jaringan perifer dan jaringan splanchnic yaitu
hepar dan usus (DeFronzo, 2004), penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen
oleh hepar (Mayes and Bender, 2003) dan pembentukan triaselgliserol oleh asam
lemak (Gastaldelli, 2009).
Kadar gula darah dapat di kontrol dengan 3 cara yakni menjaga berat
badan ideal, diet makanan seimbang dan melakukan olah raga atau latihan fisik.
Seiring dengan berjalannya waktu, ketiga cara tersebut kadar gula darah mungkin
tidak terkontrol dengan baik, pada keadaan seperti inilah baru diperlukan obat anti
diabetes (OAD), pada dasarnya obat baru diperlukan jika dengan cara diet dan
olahraga gula darah belum terkontrol dengan baik (Ramdhani. R., 2008).
21
BAB 3
Keterangan :
-------- : yang diteliti
: yang tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan antara Perilaku Diit
dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
3.2 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada Hubungan Antara Perilaku Diit
dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Desa
Siwalanpanji Sidoarjo
23
BAB 4
METODE PENELITIAN
Variabel 1 Perilaku Diit
Uji Interpretasi
Kadar Gula Hubungan
makna/arti
Darah
Variabel 2
Penderita DM
tipe 2
24
Populasi
Sampel
Du
kunPengumpulan Data
Tin gan
gka Kel
uar
ara t StrPenjaringan
NKuisioner
pid es ga & Observasi
ana
Uji
Hu
bun
gan
Pengolahan Data
Analisa Data
25
4.4.2 Sampel Penelitian
1) Kriteria Inklusi
2) Kriteria Eksklusi
a. Observasi pola perilaku diit (kaji 3J, Jumlah asupan kalori, jenis
makanan yang dikonsumsi, ketepatan jadwal makan harian)
Cara pengambilan sampel yang akan dilakukan oleh peneliti adalah teknik
non-probability sampling dengan model sampling purposive. Sampling purposive
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012).
Variabel terikat (Dependent) pada penelitian ini adalah kadar gula darah
penderita diabetes melitus tipe 2 di Desa Siwalanpanji Sidoarjo
26
4.6 Definisi Operasional
jadwal) kadang
makanan untuk
S = Sering
mengontrol
kadar gula SS = Selalu
darah agar
tetap normal
2. Kadar Banyaknya zat Kuisioner Ordinal B = Buruk
Gula gula atau dan
C = Cukup
Darah glukosa di Wawancara
dalam darah
BB = Baik
SB = Sangat Baik
27
dijadikan dalam bentuk presentase dan narasi. Kuisioner dalam penelitian
ini adalah kuisioner tertutup yang berisikan tentang :
1. Lembar Kuisioner
Kuisioner yang digunakan pada penelitian ini adalah penjaringan
dirancang dan dimodifikasi dengan menyesuaikan di Indonesia,
khususnya Sidoarjo Jawa Timur. Untuk mengetahui perilaku diit
pada penderita diabetes melitus tipe 2. Kuisioner diisi oleh
responden secara mandiri dan peneliti.
a. Kuisioner A berisi tentang : Kuisioner A yang berisi tentang
data identitas responden, pemeriksaan kadar gula darah, pola
perilaku diit 3J (Jumlah, jenis, jadwal) makanan yang
dikonsumsi
b. Kuisioner B berisi tentang : Kuisioner B yang berisi tentang
gambaran umum penderita diabetes melitus tipe 2 di Desa
Siwalanpanji Sidoarjo dengan mewawancarai penderita DM
tipe 2 tersebut.
2. Observasional berdasarkan cheklist
28
pengisian Inform Concent. Responden yang telah terkumpul. Selanjutnya
peneliti menganalisa adakah hubungan antara perilaku diit dengan kadar
gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Desa Siwalanpanji
Sidoarjo. Kemudian mengucapkan terimakasih kepada responden atas
ketersediaannya untuk menjadi responden penelitian.
29
Proses pengecekan kembali data-data yang telah dimasukkan untuk
melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian pengkodean yang
dilakukan. Apabila terjadi kesalahan maka data tersebut akan segera
diperbaiki sehingga sesuai dengan hasil pengumpulan data yang
dilakukan.
1. Analisis Univariat
Univariat adalah mengedepankan penelitian setiap variabel yang
diteliti, diagnosis asumsi statistik lanjut deteksi nilai ekstrim/outlier
(Amran, 2016). Menggunakan analisa Univariat dengan menggunakan
analisa Descriptive. Analisa univariat pada penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui berbagai karakteristik responden, mulai dari
pemeriksaan kadar gula darah, pola perilaku diit 3J (Jumlah, jenis,
jadwal) makanan yang dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus tipe
2 di Desa Siwalanpanji.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan adalah uji statistik non-
parametrik dengan teknik uji korelasi Kendall Tau karena data yang
dianalisis lebih dari 30 data atau responden (Riwidikdo, 2009).
30
Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar
pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden untuk menjaga
kerahasiaan identitas responden. Lembar tersebut akan diberi kode
tertentu.
3. Kerahasiaan (Confidentialiy)
BAB 5
PENUTUP
31
5.1 Kesimpulan
3. Ada hubungan antara perilaku diit dengan kadar gula darah pada
penderita diabetes melitus tipe II.
5.2 Saran
1. Bagi Klien
32
Dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk penelitian selanjutnya terkait
penatalaksaan perilaku diit tepat jumlah, jadwal, dan jenis terhadap
perubahan kadar gula darah sehingga dapat lebih dimanfaatkan dan
dikembangkan untuk pasien diabetes melitus di masa yang akan datang.
33