Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN PENDAPATAN DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN (STUDI KASUS USAHA TERNAK

AYAM SENTUL DI KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT)

Rinari Agrian Firdaus1, Lucie Setiana2, dan Yusmi Nur Wakhidati2


Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
1
Mahasiswa Jurusan Peternakan Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto, Jawa Tengah
2
Staf Pengajar Jurusan Peternakan Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto, Jawa Tengah

Alamat Korespondensi : Kampus Unsoed Karangwangkal Jalan Dr. Soeparno Purwokerto 53123
(0281) 638792 Email : rinari.agrian@gmail.com

ABSTRAK
“Hubungan Pendapatan dengan Sistem Pemeliharaan (Studi Kasus Usaha Ternak Ayam Sentul di
Kabupaten Ciamis)”. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 12 - 21 Februari 2018. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui pendapatan peternak ayam sentul, mengetahui sistem
pemeliharaan ayam sentul di Kabupaten Ciamis, dan mengetahui hubungan pendapatan dengan
sistem pemeliharaan ayam sentul di Kabupaten Ciamis. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode survey terhadap kelompok tani yang masih aktif memelihara ayam Sentul. Sasaran
penelitian adalah anggota kelompok tani ayam sentul di Kabupaten Ciamis. Sebanyak 41 anggota
kelompok tani yang masih aktif menjadi responden dengan menggunakan metode sensus. Analisis
yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis pendapatan, dan analisis korelasi Rank
Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total pendapatan rata-rata peternak ayam Sentul di
Kabupaten Ciamis sebesar Rp 4.000.141/periode dengan kisaran antara Rp 756.000 – Rp
19.900.000/periode. Sistem pemeliharaan di Kabupaten Ciamis lebih banyak semi intensif (73,2%),
intensif (26,8%). Pendapatan rata-rata pada pemeliharaan semi intensif sebesar Rp
1.823.367/periode dan pada sistem pemeliharaan intensif sebesar Rp 9.936.800/periode. Hasil
analisis data dengan menggunakan korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa pendapatan
dengan sistem pemeliharaan mempunyai korelasi yang tinggi yaitu 0,687. Artinya pendapatan
semakin tinggi maka sistem pemeliharaan akan lebih intensif demikian pula sebaliknya, semakin
intensif sistem pemeliharaan maka akan mendorong peningkatan pendapatan peternak.
Kata kunci: Ayam Sentul, Kelompok Tani, Pendapatan, Sistem Pemeliharaan
The Relationship Income with Management System (Case Study of Sentul Chicken Farmers in
Ciamis Regency of West Java).

Rinari Agrian Firdaus1, Lucie Setiana2, dan Yusmi Nur Wakhidati2


Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
1
Mahasiswa Jurusan Peternakan Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto, Jawa Tengah
2
Staf Pengajar Jurusan Peternakan Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto, Jawa Tengah

Alamat Korespondensi : Kampus Unsoed Karangwangkal Jalan Dr. Soeparno Purwokerto 53123
(0281) 638792 Email : rinari.agrian@gmail.com

ABSTRACT
The Relationship Income with Management System (Case Study of Sentul Chicken Farmers in
Ciamis Regency of West Java). The research implemented at Ciamis Regency, West Java on 12-21
February. The purpose of this research, is for knowing the income of chicken farmers sentul,
management system sentul chicken, and to analyze relationship of income with chicken family
system in Ciamis Regency. This research used survey method to farmer group which still active to
breed the Sentul chicken. This research target are member of chicken farmer group in Ciamis
Regency. Total of 41 members of the active farmers' groups were censused. This research use
descriptive analysis, income analysis, and Rank Spearman analysis. The results showed that the
income average of Sentul chicken farmer is Rp 4,000,141/period with income ranges from Rp
756,000 - Rp 19,900,000/period. The management system in Kabupaten Ciamis mostly uses semi-
intensive (73.2%), intensive (26.8%). Average income for semi-intensive management system is Rp
1.823.368/period, and for the intensive is Rp 9.936.800/period. The result of analysis Rank
Spearman test shows that income with management system has a high correlation, that is 0,687.
This means that if the income become higher then the management system will be more
intensive, and when management system more intensive will be increase the income of the
farmer.

Keywords : Sentul Chicken, Farmer Groups, Income, Management System


PENDAHULUAN
Ayam Sentul merupakan ayam asli Kabupaten Ciamis, dan merupakan ayam tipe dwiguna
(menghasilkan daging dan telur). Menurut Dwiyanto (2011) bobot badan ayam Sentul jantan 1,3 -
3,5 kg dan ayam betina 0,8 – 2,2 kg, produksi telur 118 butir/tahun. Peluang untuk meningkatkan
pendapatan dari ayam Sentul cukup tinggi, hal ini diindikasikan dengan beberapa faktor yaitu,
ayam Sentul memiliki rasa daging yang khas, mempunyai daging yang lebih organik dan adanya
pangsa pasar tersendiri. Ayam kampung juga mampu menumbuhkan ekonomi pedesaan, karena
sebagian besar peternakan berada di desa (Khomsan, 2003). Pengembangan perekonomian yang
mantap di pedesaan dapat tercipta melalui peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat.
Permintaan daging ayam sentul yang meningkat menyebabkan populasi ayam sentul
mengalami penurunan sehingga mengancam kelestarianya. Menurut Eko dkk (2013) ayam Sentul
dengan populasi seluruhnya (± 30.000 ekor) dan cenderung menurun karena permintaan daging
yang tinggi sehingga membuat ayam Sentul terancam punah karena kelestariannya terbatas. Ayam
Sentul berkembang melalui gapoktan yang berada di Kabupaten Ciamis. Untuk itu peternak
bergabung kelompok tani untuk melestarikan ayam sentul. Kegiatan usaha ayam Sentul dilakukan
untuk menggerakkan perekonomian daerah, dan kelestariannya selain itu kegiatan ini juga
bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan peternak.
Sistem pemeliharaan unggas, terutama ayam terdapat tiga jenis yaitu, tradisional, semi-
intensif, dan intensif. Sistem pemeliharaan yang paling ideal adalah semi intensif. Menurut
(Iskandar dkk 2004) sistem pemeliharaan Ayam Sentul yang berada di Kabupaten Ciamis
cenderung kearah semi intensif dan dapat dijadikan komoditas untuk meningkatkan pendapatan.
Lama beternak untuk peternak di Kabupaten Ciamis bervariasi mulai dari 1 – 15 tahun (Eko
dkk, 2013). Peternak yang sudah lama beternak lebih memilih pemeliharaan dengan semi intensif,
karena mengeluarkan biaya variabel dan biaya tetap yang lebih rendah tetapi mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemeliharaan intensif dan tradisional
(Melani, 2010).
METODE
Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani ternak ayam Sentul.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode survei.
Variabel yang diteliti
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri atas 2 variabel, yaitu variabel X dan
variabel Y.
1. Sistem Pemeliharaan (X)
2. Pendapatan (Y)
Metode Penetapan Sampel
Pengambilan sampel wilayah dilakukan secara purposive sampling (pengambilan secara
sengaja) yaitu di Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Sadananya, Kecamatan Tambaksari,
Kecamatan Cijeungjing dan Kecamatan Rancah di Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Di Kecamatan
tersebut terdapat kelompok tani yang masih aktif dalam pemeliharaan dan pengembangan ayam
Sentul. Sebanyak 41 orang di sensus untuk menjadi responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelompok Tani Ayam Sentul Ciamis
Kelompok tani merupakan salah satu jalan atau cara pemerintah untuk melestarikan ayam
Sentul di Kabupaten Ciamis. Kelompok tani juga merupakan wadah bagi para peternak baru yang
ingin memulai beternak ayam Sentul dikarenakan adanya kelompok tani akan membuka wawasan
peternak yang baru untuk berfikir secara lebih luas. Tabel 1 menunjukan Kelompok tani yang
berada di Kabupaten Ciamis.
Tabel 1. Kelompok tani Ayam Sentul di Kabupaten Ciamis
No Kelompok Ketua Alamat Keterangan
1. Gemah Ripah H Dadang H Kec. Sadananya Aktif
2. Anugerah Asep G Kec. Sadananya Aktif
3. Taruna Guna Bakti Beni Y Kec. Tambaksari Aktif
4. Ar Rapah Agus Kec. Rancah Tidak Aktif
5. Kuntum Mekar (KWT) Esih K Kec. Rancah Aktif
6. Ciung Wanara Oo Y Kec. Cijeungjing Aktif
7. Haniwung Dede S Kec. Sukadana Tidak Aktif
8. Mekar Mukti Yayat H Kec. Cijeungjing Tidak Aktif
9. Bina Laksana Hernawan Kec. Cijeungjing Tidak Aktif
10. Sirnajati Sopian Kec. Cipaku Tidak Aktif
11. Sangkan Hurip Darma Kec. Raja desa Tidak Aktif
12. Karomah Usep K Kec. Banjarsari Aktif
Sumber : Dinas Peternakan Ciamis (2017)
Kelompok tani ayam Sentul di Kabupaten Ciamis banyak yang tidak aktif, hal tersebut
sangat tidak diharapkan karena kelompok tani merupakan wadah bagi peternak untuk menambah
wawasan tentang ilmu peternakan. Tidak aktifnya kelompok tani ayam Sentul di Kabupaten Ciamis
dikarenakan berbagai masalah seperti, ternak yang terserang penyakit, pendapatan yang kurang
baik, serta kurang adanya kesadaran dari anggota untuk melakukan partisipasi. Husodo (2006)
mengemukakan bahwa partisipasi kelompok tani akan efektif apabila dilaksanakan secara kolektif
dalam wadah kelompok. Hal demikian akan menghasilkan sinergi yang pada gilirannya akan
menghasilkan manfaat ekonomi yang dapat dinikmati oleh semua pihak.
Pendidikan Peternak
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kemajuan dan peningkatan sumber
daya manusia, pendidikan yang tinggi diharapkan adanya peningkatan taraf hidup seorang
peternak. Pendidikan penduduk berdampak pada kemampuan berfikir untuk mengembangkan
dan meningkatkan taraf hidup peternak (Sari, 2014). Tingkat pendidikan responden dapat dilihat
pada Diagram 1.
Diagram 1. Pendidikan Peternak Ayam Sentul

Pendidikan Peternak Ayam Sentul


18
16
14
12
10
8 17

6
10
4 8
2 3
1 2
0
SD SMP SMA SMK D3 S1
Sumber: Data Primer diolah 2018
Hasil penelitian menunjukan pendidikan peternak ayam Sentul di Kabupaten Ciamis adalah
tamat SMA sebanyak 17 jiwa (41,5%), tamat SMP sebanyuak 10 jiwa (24,4%), tamat S1 sebanyak 8
jiwa (19,5%), tamat SD sebanyak 3 jiwa (7,3%), tamat D3 sebanyak 2 jiwa (4,9%), dan tamat SMK
sebanyak 1 jiwa (2,4%). Rata-rata pendidikan peternak berada pada 11,8 tahun yaitu pada taraf
SMA. Tingkat pendidikan peternakan tergolong tinggi, hal tersebut seharusnya peternak lebih
gampang menerima inovasi teknologi yang berkembang pada saat ini. Peternak yang mempunyai
pendidikan yang tinggi menyebabkan daya fikir yang luas dan lebih maju dibandingkan dengan
pendidikan yang rendah. Menurut Utami (2015) tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap
kemampuan peternak dalam penerapan inovasi dan teknologi yang terus berkembang seperti
sistem pemeliharaan, pakan, perkandangan serta kesehatan hewan.
Usia Peternak
Usia peternak merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
produktivitas kerja seseorang. Semakin bertambah usia seseorang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk melakukan suatu pekerjaan yang bersifat fisik. Usia juga berhubungan
dengan pola berfikir peternak dalam kegiatan usaha ternaknya. Usia responden dapat dilihat pada
Diagram 2.
Diagram 2. Usia Peternak Ayam Sentul

Usia Peternak Ayam Sentul


18
16
14
12
10
8 16
6 11
4
6
2 4 4
0
21 - 30 31 - 40 41 - 50 51 - 60 61- 70

Sumber: Data Primer diolah 2018


Hasil penelitian menunjukan responden berada di kisaran 27 – 65 tahun dengan komposisi
usia 21 – 30 tahun sebanyak 4 orang (9,8%), usia 31 – 40 tahun sebanyak 6 orang (14,6%), usia 41
– 50 sebanyak 16 orang (39%), usia 51 – 60 sebanyak 11 orang (26,8%), dan usia 61 – 70 sebanyak
4 orang (9,8%). Berdasarkan hal tersebut sebagian peternak ayam Sentul berada dalam usia
produktif yaitu sebanyak 36 orang (73,2%), rata-rata usia peternak berada pada 47 tahun.
Menurut Baba (2016) usia produktif merupakan usia dari 20 – 50 tahun. Usia produktif untuk
peternak merupakan modal utama karena pada usia produktif memiliki rasa keingintahuan yang
tinggi serta masih memiliki fisik yang kuat dan pemikiran yang matang untuk mengembangkan
usahanya.
Lama Beternak
Lama beternak adalah seberapa lama seorang peternak telah menjalankan usaha
ternaknya. Petenak yang memiliki pengalaman beternak lebih lama memiliki tingkat kesadaran
tinggi untuk kegiatan usaha. Adapun data lama beternak anggota kelompok tani ayam Sentul di
Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Diagram 3.
Diagram 3. Lama Beternak

Lama Beternak Peternak Ayam


Sentul
35
30
25
20
15 31
10
5 7
3
0
1 sd 3 4 sd 7 8 sd 11
Sumber: Data Primer diolah 2018
Lama beternak anggota kelompok tani di Kabupaten Ciamis berkisar dari 1 – 11 tahun.
Diagram 3 menunjukan lama beternak pada 1 – 3 tahun sebanyak 7 orang (17,1%), pada 4 – 7
tahun sebanyak 31 orang dan pada 8 – 11 tahun sebanyak 3 orang (7,3%). Lama beternak sebagian
besar peternak kelompok tani di Kabupaten Ciamis pada angka 4 – 7 tahun, rata-rata pengalaman
peternak adalah 5,1 tahun. Hal tersebut disebabkan karena para peternak belum memulai usaha
peternakan pada saat sebelum masuk keanggotaan kelompok tani, serta masih banyak peternak
ayam Sentul di Kabupaten Ciamis yang pemeliharaan dengan tujuan sampingan. Kelompok tani
tersebut merupakan wadah bagi para peternak untuk memulai beternak ayam Sentul karena
mendapat bantuan dari pemerintah setempat seperti bibit per kelompok mendapatkan 1000 ekor
bibit ayam Sentul. Menurut Wati dkk (2010) peternak yang memiliki pengalaman beternak cukup
lama umumnya memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan peternak yang baru saja
memulai usaha.
Analisis Pendapatan
Analisis tingkat pendapatan usaha ternak dilakukan dengan tujuan untuk melihat
pendapatan pada kegiatan yang diusahakan dan membandingkan masing-masing usaha.
Pendapatan total ayam Sentul khususnya pedaging di Kabupaten Ciamis rat. Pendapatan peternak
ayam Sentul ada Diagram 4.
Diagram 4. Pendapatan Peternak Ayam Sentul
Pendapatan Peternak Ayam Sentul
35

30

25

20

15 29

10

5
4 5 3
0
< Rp 3.000.000 Rp 3.100.000 – Rp 6.100.000 – > Rp 9.100.000
6.000.000 9.000.000

Sumber : Data Primer diolah 2018


Pendapatan responden didapat dari pengurangan antara penerimaan terhadap biaya
produksi (biaya bibit, pakan, vaksin, karyawan, transportasi dan listrik). Penerimaan yang diterima
oleh peternak sebagian besar dari ayam hidup siap potong dengan berat 0,8 – 1,2 kg pada
populasi 100 – 4000 ekor ayam Sentul dengan pemeliharaan selama 70 hari. Pendapatan
responden berkisar dari Rp 756.000 – Rp 19.900.000. Diagram 4 menunjukkan pendapatan
peternak kurang dari Rp 3.000.000 sebanyak 29 orang (70,7%), pendapatan Rp 3.100.000 –
6.000.000 sebanyak 4 orang (9,8%), pendapatan Rp 6.000.000 – 9.000.000 sebanyak 5 orang
(12,2%) dan pendapatan lebih dari Rp 9.000.000 sebanyak 3 orang (7,3%).
Pendapatan peternak ayam Sentul di Kabupaten Ciamis sebagian besar pada angka kurang
dari Rp 3.000.000. Pendapatan tersebut tergolong rendah dikarenakan usaha Ayam Sentul hanya
digunakan untuk usaha sampingan, atau peternak kurang serius dalam menjalankan usaha ayam
Sentul. Pendapatan yang rendah juga dipengaruhi oleh kepemilikan ternak, apabila kepemilikan
ternak semakin tinggi maka pendapatan akan tinggi, karena semakin banyak jumlah ternak yang
dipelihara dalam satu kali periode pemeliharaan akan semakin tinggi pendapatan yang diterima
oleh petani peternak. Pendapatan rata-rata anggota kelompok tani ayam sentul di Kabupaten
Ciamis Rp 4.000.141 per periode atau Rp 1.904.829 perbulan. Pendapatan tersebut sudah
melebihi Upah Minimum Kabupaten (UMK) di Kabupaten Ciamis yang berada di angka Rp
1.604.334,37.
Sistem Pemeliharaan Ayam Sentul
Sistem pemeliharaan merupakan pilihan bagi peternak. Sistem pemeliharaan meliputi
sistem pemeliharaan Tradisional, Semi Intensif, dan Intensif. Diagram 5 menunjukan sistem
pemeliharaan di Kabupaten Ciamis.
Diagram 5. Sistem Pemeliharaan Ayam Sentul
Sistem Pemeliharaan Ayam Sentul
35

30

25

20

15 30

10

5 11
0
0
Tradisional Semi Intensif Intensif

Sumber : Data Primer diolah 2018


Sistem pemeliharaan ditentukan menggunakan kuisioner tentang bibit, pakan, kandang,
tata laksana pemeliharaan, pengendalian penyakit. Perbedaan yang signifikan pada sistem
pemeliharaan semi intensif dan intensif di Kabupaten Ciamis terdapat pada bibit dan pengendalian
penyakit. Seleksi bibit merupakan penentu produksi yang pertama yang harus dilakukan peternak,
peternak ayam Sentul di Kabupaten Ciamis jarang melakukan seleksi bibit dengan alasan
keterbatasan DOC yang diterima peternak dan kurangnya pengetahuan peternak. Manfaat seleksi
adalah untuk menaikan mutu genetik ternak dalam kecepatan pertumbuhan, bobot lahir, dan
produksi. Sifat-sifat ini memberikan manfaat secara ekonomi. Seleksi dapat dilakukan dengan
menilai tingkat keturunannya, sifat fenotipe keturunan pada suatu populasi dapat digunakan
sebagai parameter penilaian mutu genetik.
Pengendalian penyakit yang sebagaian besar tidak dilakukan oleh peternak yang
menggunakan sistem pemeliharaan semi intensif adalah biosekuriti. Menurut Direktorat Jendral
Peternakan (2008) biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk
pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/penularan
dengan peternakan terluar dan penyebaran penyakit.
Sistem Pemeliharaan Tradisional
Sistem pemeliharaan suatu usaha peternakan sangat ditentukan oleh populasi dan tujuan
beternak. Skala usaha dengan menggunakan sistem pemeliharaan yang masih tradisional pada
umumnya masih kecil yaitu dibawah 20 ekor ayam. Sistem pemeliharaan tradisional ayam Sentul
di Kabupaten Ciamis untuk tujuan keuntungan sudah tidak ada.
Sistem pemeliharaan secara tradisional biasanya tidak memperhatikan aspek nutrisi pakan,
teknis dan ekonomi, melainkan hanya tabungan dan dipotong apabila ada acara tertentu. Sistem
pemeliharaan tradisional juga dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Menurut Setiana dkk
(2012) rendahnya produktivitas usaha tani ayam lokal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
saling terkait, diantaranya adalah rendahnya masukan yang diamati dari skala rumah tangga pada
umumnya, genetik atau benih yang unggul relatif dipelihara menggunakan sistem pemeliharaan
yang tradisional
Sistem Pemeliharaan Semi Intensif
Sistem pemeliharaan semi intensif sangat digemari di Kabupaten Ciamis. Fakta tersebut
tersaji pada Diagram 5 yang menunjukan angka 73,2% atau 31 peternak dari 41 peternak ayam
Sentul yang ada di Kabupaten Ciamis. Pemeliharaan ternak di pedesaan pada umumnya masih
bersifat usaha tradisional dan semi intensif.
Sistem pemeliharaan yang semi intensif digemari karena berorientasikan kepada
keuntungan serta populasi ayam yang dipelihara tidak terlalu banyak dibanding dengan
pemeliharaan intensif. Sehingga biaya produksi serta modal yang dikeluarkan peternak semakin
sedikit. Menurut Suparman (2007) menyatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi
masyarakat beternak dengan cara semi intensif adalah nilai ekonomis, modal, kepemilikan lahan
dan ketersediaan pakan. Sistem pemeliharaan semi intensif merupakan suatu sistem yang cocok
bagi peternak ayam kampung. Sistem pemeliharaan semi intensif juga mempermudah bagi para
peternak untuk beternak ayam Sentul. Menurut Ansar (2015) kemudahan peternak yang
melatarbelakangi beternak secara semi intensif adalah ketersediaan modal yang terbatas sehingga
usaha yang dilakukan dianggap sebagai usaha sampingan.
Sistem Pemeliharaan Intensif
Sistem pemeliharaan secara intensif di Kabupaten Ciamis hanya dilakukan oleh sebagian
peternak. Diagram 5 menunjukan sistem pemeliharaan secara intensif menunjukan angka 26,8%
atau 11 peternak dari 41 peternak. Sistem pemeliharaan secara intensif merupakan skala usaha
besar dengan populasi lebih dari 1000 ekor ayam Sentul. Skala usaha juga menentukan biaya
produksi yang tinggi namun akan mendapatkan pendapatan yang tinggi pula.
Sistem pemeliharaan kearah intensif kebanyakan peternak yang menjalankan usahanya
bukan untuk usaha sampingan namun usaha utama atau sebagai penghasilan utama karena
adanya keseriusan dalam beternak. Menurut Darmawi (2011) apabila peternak sudah mulai serius
menjalani usahanya, maka peternak akan mulai beralih dari semi intensif kearah intensif.
Pemeliharaan ayam kampung dengan menggunakan sistem pemeliharaan intensif akan
menambah produktivitas ayam kampung tersebut.
Pemeliharaan dengan cara intensif belum sepenuhnya sempurna, melainkan ada
kekurangan seperti membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan membutuhkan biaya pakan yang
tinggi. Pemeliharaan intensif di Kabupaten Ciamis menggunakan pakan BR yang diberikan kepada
ternak sebanyak 5 – 65 gram/ekor/hari. Pemberian pakan pada DOC 5 gram/ekor/hari dan naik 5
gram setiap minggu sampai masa panen.
Pendapatan dengan Sistem Pemeliharaan
Pendapatan ayam Sentul di Kabupaten Ciamis beragam begitu pula dengan sistem
pemeliharaannya. Pemahaman peternak tentang sistem pemeliharaan ayam Sentul diharapkan
dapat merubah pola fikir dan perilaku peternak untuk beternak dengan menggunakan sistem
pemeliharaan yang lebih intensif. Sistem pemeliharaan di Kabupaten Ciamis sudah beralih ke semi
intensif dan Intensif. Tabel Pendapatan dan sistem pemeliharaan tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Pendapatan dengan Sistem Pemeliharaan
No Pendapatan per periode Semi Intensif Intensif (orang)
(orang)
1. Rp. 752.000 – Rp. 3.612.200 30 0
2. Rp. 4.064.000 – Rp. 19.900.000 0 11
Total 30 11
Sumber : Data Primer diolah 2018
Tabel 2 menunjukan pendapatan Rp 752.000 – Rp 3.612.200 menggunakan sistem pemeliharaan
semi intensif, dan pendapatan Rp 4.064.000 – Rp 19.900.000 menggunakan sistem pemeliharaan
intensif. pada Tabel 2 menunjukan bahwa pendapatan yang tinggi sudah melakukan sistem
pemeliharaan intensif. Pendapatan rata-rata dari sistem pemeliharaan semi intensif sebesar Rp
1.823.367 per periode sedangkan pada pemeliharaan intensif sebesar Rp 9.936.800 per periode.
Peternakan ayam kampung di pedesaan didominasi oleh pemeliharaan semi intensif, hal tersebut
dikarenakan modal dan biaya produksi yang rendah dan masih mendapat pendapatan yang cukup
tinggi dibanding dengan pemeliharaan ekstensif atau tradisional.
Hubungan Pendapatan dengan Sistem Pemeliharaan
Hasil analisis data menggunakan uji Rank Spearman menunjukan bahwa hubungan
pendapatan dengan sistem pemeliharaan memiliki korelasi tinggi (0,687) dengan nilai signifikansi
0,01. Korelasi tinggi antara pendapatan dengan sistem pemeliharaan yang artinya apabila semakin
intensif sistem pemeliharaan maka pendapatan akan tinggi dan apabila pendapatan tinggi akan
mendukung usaha menjadi semakin intensif.
KESIMPULAN
1. Pendapatan peternak ayam Sentul di Kabupaten Ciamis rata-rata Rp 4.000.141 per periode.
Pendapatan peternak berkisar dari Rp 756.000 – Rp 19.900.000 per periode, terdapat
perbedaan yang cukup tinggi karena terdapat variasi sistem pemeliharaan yang
diaplikasikan peternak.
2. Sistem pemeliharaan ayam Sentul di Kabupaten Ciamis sebagian besar menggunakan
sistem pemeliharaan semi intensif (73,2%) dan Intensif (26,8%).
3. Hasil penelitian menunjukan bahwa korelasi antara pendapatan dengan sistem
pemeliharaan berkorelasi tinggi yaitu pada angka 0,687. Artinya semakin intensif sistem
pemeliharaan maka pendapatan akan tinggi demikian pula pendapatan yang tinggi akan
mendorong usaha menjadi semakin intensif.
SARAN
1. Perlu adanya perbaikan pada sistem pemeliharaan semi intensif pada peternakan ayam
Sentul di Kabupaten Ciamis. Agar ada peningkatan pendapatan dengan memperbaiki
komponen-komponen pemeliharaan secara intensif yang dapat mempengaruhi
pendapatan.
2. Perlu adanya penyuluhan bagi para peternak tentang sistem pemeliharaan yang baik agar
para peternak dapat meningkatkan pendapatan.
3. Perbaikan intensifikasi pada pemeliharaan semi intensif ditekankan pada seleksi bibit dan
tata laksana pencegahan penyakit, terutama biosekuriti.
4. Peran pemerintah lebih ditingkatkan lagi untuk menyiapkan bibit (DOC) yang baik serta
adanya penguatan kelompok tani khusus untuk penyediaan bibit.
DAFTAR PUSTAKA
Ansar. 2015. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kemudahan Pemeliharaan Ternak Kambing
Kacang dengan Sistem Semi Intensif di Desa Borongtala Kecamatan Tamalatea Kabupaten
Jeneponto. Skripsi. Universitas Hasanudin. Makasar
Baba. 2016. Corellation Between Farmers Characteristic and Farm Scale of Dairy Cattle Farming in
Sumbang Village Curio District Encreckang. Fakultas Peternakan. Universitas Hassanudin.
Makassar : tidak dipublikasikan.

Darmawi. D. 2011. Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Bali di Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal
Ilmiah Peternakan. 14 (1). 14 – 22.

Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian.2008. Prosedur Operasional Standar


Pengendalian Penyakit Avian Influenza. Departemen Pertanian. Jakarta.

Dwiyanto. K., D. Zainuddin., T. Sartika., S. Rahayu., Djufri. C., Arifin dan Cholil. 2011. Model
Pengembangan Peternakan Rakyat Terpadu Berorientasi Agribisnis: Komoditas Ayam Lokal.
Laporan Kerjasama Direktorat Jenderal. Bogor.

Eko. F., N N. Hidayat., dan Roesdiyanto. 2013. Kinerja Ekonomi Usaha Ayam Sentul di Kabupaten
Ciamis. Jurnal Imliah Peternakan.Vol 1(3) : 865-873.

Husodo. S. 2006. Partisipasi Petani dalam Kegiatan DAFEP di Kab Bantul. Jurnal Ilmu Ilmu
Pertanian. 2(1).
Iskandar. S., A.R. Setioko., S. Sopiana., Y. Saepudin., Suharto dan W. Dirdjopratono, 2004.
Keberadaan dan Karakter Ayam Pelung, Kedu dan Sentul di Lokasi Asal. Seminar Nasional
Klinik Teknologi Pertanian Sebagai Basis Pertumbuhan Usaha Agribisnis Menuju Petani
Nelayan Mandiri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Hal. : 121-
133.

Khomsan. 2003. Aspek Gizi Dan Konsumsi Pangan Hewani. Makalah Dipresentasikan Pada Seminar
Nasional Biosekuriti pada Industri Peternakan dan Peranannya Dalam Menjaga Keamanan
Pangan. Kerjasama ISPI, Poultry Indonesia dan Fakultas Peternakan IPB.

Melani. 2010. Karakteristik Sistem Pemeliharaan Ayam Kampung dan Ayam Leher Gundul di
Kabupaten Subang Jawa Barat. Skripsi. Insitut Pertanian Bogor. Bogor.

Sari. 2014. Analisis Keuntungan Peternakan Ayam Ras Petelur di Kecamatan Mattiro Bulu
Kabupaten Pinrang. Fakultas Peternakan.Universitas Hasanuddin.Makassar.

Setiana. L., Isbandi., Atmomarsono., dan Waridin. U. 2012. Identifikasi Perilaku Petani Ayam Lokal
dalam Mengadopsi Inovasi Teknologi Intensifikasi (Identification of Local Chicken Farmers’
Behavior in Adopting Innovation of Technology Intensification). Jurnal Animal Production.
14(2). Hal : 118 – 122.

Suparman. 2007. Beternak Kambing. Alfabenta. Bandung.

Utami. S. 2015. Hubungan Krakteristik Peternak Dengan Skala Usaha Ternak Kerbau di Desa
Sumbang Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin. Makassar: tidak dipublikasikan.

Wati. R., A. Suresti., dan Karmila. 2010. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan
Peternak Ayam Petelur di Kecamatan Lreh Sago Halaban Kabupaten 50 kota. Journal
Peternakan Indonesia. 13(3). 205 – 214.

Anda mungkin juga menyukai