I. PENDAHULUAN
Ayam Sentul merupakan ayam asli Kabupaten Ciamis, dan merupakan ayam
tipe dwiguna (menghasilkan daging dan telur). Menurut Dwiyanto (2011) bobot
badan ayam Sentul jantan 1,3 - 3,5 kg dan ayam betina 0,8 – 2,2 kg, produksi telur
118 butir/tahun. Peluang untuk meningkatkan pendapatan dari ayam Sentul cukup
tinggi, hal ini diindikasikan dengan beberapa faktor yaitu, ayam Sentul memiliki
rasa daging yang khas, mempunyai daging yang lebih organik dan adanya pangsa
(2013) ayam Sentul dengan populasi seluruhnya (± 30.000 ekor) dan cenderung
menurun karena permintaan daging yang tinggi sehingga membuat ayam Sentul
kelompok tani yang berada di Kabupaten Ciamis. Untuk itu peternak bergabung
kelompok tani untuk melestarikan ayam sentul. Kegiatan usaha ayam Sentul
adalah semi intensif. Menurut (Iskandar dkk 2004) sistem pemeliharaan Ayam
Sentul yang berada di Kabupaten Ciamis cenderung kearah semi intensif dan dapat
15 tahun (Eko dkk, 2013). Peternak yang sudah lama beternak lebih memilih
pemeliharaan dengan semi intensif, karena mengeluarkan biaya variabel dan biaya
tetap yang lebih rendah tetapi mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi jika
Sentul telah dilakukan. Eko dkk (2013) meneliti tentang Kinerja Ekonomi Usaha
Ayam Sentul di Kabupaten Ciamis, Santa dkk (2014) meneliti tentang Hubungan
Biaya Produksi dengan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Kampung, dan Roosganda
Akan tetapi belum ada yang mengkaji mengenai hubungan antara pendapatan
dengan sistem pemeliharaan ayam Sentul. Sehingga dalam penelitian ini dapat
Kabupaten Ciamis?
3
Kabupaten Ciamis
1.5 Hipotesis
2.1 Pendapatan
mengetahui dan mengukur apakah kegiatan yang dilakukan berhasil atau tidak.
kegiatan dan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan.
Pendapatan terbagi ke dalam dua bagian, yaitu pendapatan kotor dan pendapatan
bersih. Menurut Soekardono (2009) pendapatan kotor adalah nilai produksi total
usaha dalam waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual meliputi
pendapatan kotor dan pengeluaran total. Menurut Hidayat dan Suprapto (2000)
jenis ayam yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia, karena nilai jual dan
dan biaya yang dikeluarkan (Setioko dan Iskandar, 2014). Pendapatan usaha ayam
kampung yang diterima merupakan balas jasa untuk tenaga kerja, modal kerja yang
dipakai dan pengelolaan yang dilakukan. Keberhasilan usaha ayam kampung dapat
peternak ditentukan oleh besar kecilnya biaya yang digunakan dalam proses
5
produksi, karena biaya produksi merupakan salah satu faktor yang sangat penting
Biaya dalam usaha peternakan rakyat dikelompokkan dalam biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang dalam keadaan terbatas tidak
Biaya variabel disebut juga biaya langsung, biaya ini jumlahnya sebanding dengan
besarnya produksi. Biaya variabel dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu biaya
variabel yang langsung mempengaruhi produksi dan biaya yang tidak langsung
adalah tenaga kerja, pakan ternak dan obat-obatan ternak. Contoh biaya variabel
intensif dan semi intensif. Suryana dan Rohaeni (2006) dalam penelitianya
2002). Pengembangan ayam kampung secara semi intensif dan intensif dengan
terutama tetelo (ND), cacingan dan kutu cukup menguntungkan peternak (Usman,
2007).
6
umbaran yang luas, tempat ayam melakukan segala aktifitasnya dan tidak ada
diperoleh dari lahan umbaran, berupa tanaman hijauan dan serangga. Ternak hanya
dilepas begitu saja dan akan pulang sendiri dimalam hari (Suprijatna dkk, 2008).
dibiarkan makan sendiri dengan sedikit intervensi manusia. Ayam tidak dikurung
dengan benar sesuai kebutuhan tapi hanya sangkar sederhana untuk beristirahat di
malam hari, umumnya menempel di dekat dapur. Pakan yang diberikan berupa sisa
makanan atau dedak padi dan sayuran. Pakan diberikan saat pagi hari sebelum
kebutuhan ternak, seperti makan, minum, bertelur, berteduh dan tidur. Lahan
umbaran hanya untuk melakukan exercise, berjemur dan mencari pakan tambahan.
Pada sistem ini sudah mulai campur tangan manusia atau peternak. Peternak sudah
Menurut Iskandar, dkk (1991), bahan makanan yang digunakan utuk ayam
kampung pada pemeliharaan semi intensif adalah jagung kuning, dedak, sorghum,
bungkil kedelai dan tepung ikan. Hal ini berarti bahan pakan ayam kampung dapat
7
pula menggunakan bahan makanan yang diberikan pada ayam ras, terutama pada
dalam kandang. Seluruh aktifitas ternak sangat dilakukan di dalam kandang. Semua
kebutuhan hidup tergantung pada yang disediakan oleh peternak (Rasyaf, 2001).
buras, sistem pemeliharaan harus ditingkatkan dari tradisional kearah yang lebih
produktivitas yang terbaik dan diikuti cara semi intensif serta yang paling rendah
Kandang berfungsi untuk melindungi ternak ayam dari pengaruh buruk iklim,
positif karena ternak menjadi senang dan tidak stres. Selanjutnya, ternak akan
(Sudaryani dan Hari, 2002). Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2006), daya
tampung kandang sistem litter untuk ayam lokal kurang dari tiga minggu adalah 40
ekor/m2, tiga sampai enam minggu adalah 20 ekor/m2, 6 sampai 18 minggu adalah
10 ekor/m2 sedangkan untuk ayam umur lebih dari 18 minggu adalah 6 ekor/m2.
Menurut Suprijatna dkk (2008) terdapat keunggulan dan keburukan dari masing-
Sasaran penelitian dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani ternak
ayam Sentul.
2. Pendapatan (Y)
kelompok tani yang masih aktif dalam pemeliharaan dan pengembangan ayam
ternaknya dengan melihat dari segi bibit, pakan, kandang, tata laksana
Tradisional apabila nilai skor akhir rendah (1-6). Semi-intensif apabila nilai
skor akhir sedang (7-12) dan Intensif apabila nilai skor akhir tinggi (13-18).
2. Pendapatan adalah nilai uang yang diterima dari penjualan ayam Sentul siap
potong setelah dikurangi biaya produksi (biaya pakan, biaya bibit, biaya
vaksin, dan biaya transportasi), dan dihitung dalam satu periode (70 hari
peternakan dalam satu periode (70 hari) ayam Sentul di Kabupaten Ciamis.
11
Pd = TR – TC
Keterangan :
ρ = 1 – ( 6Σdi 2 : N ( N2 – 1 )
Keterangan :
Taksiran koefisien korelasi yang yang digunakan antara 0-1, terbagi atas
signifikansi. Apabila signifikansi yang diperoleh dibawah atau sama dengan 0,05
unvariate seperti rata-rata, median, modus, standar deviasi dan lain lain. Analisis
penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas
(Sugiono,2009).
skripsi. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
dengan responden atau pelaku usaha ternak ayam Sentul, sedangkan data sekunder
diperoleh dari data-data atau dokumen yang dimiliki oleh instansi atau kelompok
terkait.
13
Tahap ini adalah kegiatan tabulasi data yang diperoleh dari tahap persiapan
Hasil penelitian yang telah dilakukan mulai dari tahap persiapan penelitian
sampai dengan tahap analisis data, kemudian disimpulkan dan dituangkan dalam
Ayam Ciamis atau ayam Sentul adalah ternak ayam peninggalan Satria Ciung
Bramawidjaja (Raja Galuh) yang sah. Selagi dihanyutkan dalam perahunya diberi 2
buah butir telur ayam, selanjutnya Ciung Wanara ditemukan oleh kakek dan nenek
Setelah menetas, oleh kakek dan nenek Balangantrang terus dipelihara dan
dengan warna bulu “Jalak Harupat”. Ayam tersebut sangat disayangi oleh ciung
wanara dan kemudian diberi nama “Si Jelung” karena lincah, kuat dan agresif
sehingga dalam setiap kontes ketangkasan “Si Jelung” selalu keluar jadi pemenang.
Pada saat Ciung Wanara mengikuti kontes ketangkasan dengan ayam para
bangsawan Tatar Galuh selalu menang. Sehingga menarik perhatian Raja Galuh
kerajaan Galuh. Ciung wanara menang dan mendapatkan sebagian wilayah Galuh.
Ciamis sebagai salah satu provinsi di Jawa Barat, letaknya di sebelah Utara
Kota Banjar dan Provinsi Jawa Tengah, dan sebelah Selatan dengan Kabupaten
yang dilalui jalan Nasional lintas Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Tengah dan
jalan Provinsi lintas Ciamis – Cirebon – Jawa Tengah. Letak astronomisnya berada
pada 108°20’ sampai dengan 108°40’ Bujur Timur dan 7°40’20” sampai dengan
7o41’20’’ Lintang Selatan. Luas wilayah Ciamis sebesar 244,479 Ha atau 7,73
persen dari total luas daratan Provinsi Jawa Barat. Dalam konteks pengembangan
Suhu udara rata-rata di Ciamis berkisar antara 20,0°C sampai dengan 30,0°C
rata-rata relatif tinggi. Kabupaten Ciamis terletak pada lahan dengan keadaan
laut ke selatan dan 2-40 % tersebar hampir di seluruh wilayah kecamatan. Jenis
tanah didominasi oleh Latosol, podsolik, alluvial dan grumusol (Jabarprov, 2009).
696.281 jiwa. Dilihat dari data bahwa penduduk Kabupaten Ciamis memiliki umur
16
produktif berkisar 16 – 64 tahun sebanyak 966.022 jiwa atau 69% dan umur 65
tahun keatas berjumlah 158.822 jiwa atau 11%. Dapat dilihat pada Tabel 2.
(30%) dan bertani atau beternak (29%). Sektor mata pencaharian pertanian dan
bahwa sebagian besar penduduk bergantung pada sektor pertanian dan peternakan.
Ciamis, karena memiliki luas lahan pertanian seluas 35.449 Ha. Pengembangan
tersebut tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya arahan dan bantuan dari segi
materi dan teori, maka dari itu pemerintah bekerja sama dengan penduduk
membuat kelompok tani binaan. Dengan adanya kelompok tani pemanfaatan lahan
Kelompok tani merupakan salah satu jalan atau cara pemerintah untuk
wadah bagi para peternak baru yang ingin memulai beternak ayam Sentul
dikarenakan adanya kelompok tani akan membuka wawasan peternak yang baru
Kelompok tani ayam Sentul di Kabupaten Ciamis banyak yang tidak aktif,
hal tersebut sangat tidak diharapkan karena kelompok tani merupakan wadah bagi
secara kolektif dalam wadah kelompok. Hal demikian akan menghasilkan sinergi
yang pada gilirannya akan menghasilkan manfaat ekonomi yang dapat dinikmati
oleh semua pihak. Adapun wujud partisipasi yang diberikan oleh anggota
kelompok tani pada suatu kegiatan yaitu ide atau gagasan, keterampilan, tenaga,
harta benda, dan uang (Hamidjoyo 1991). Tabel 4 menunjukan Kelompok tani
berbagai masalah seperti, ternak yang terserang penyakit, pendapatan yang kurang
baik, serta kurang adanya kesadaran dari anggota untuk melakukan partisipasi.
19
yang cukup besar memberikan dampak terhadap keterlibatan dan peran aktif
akan berpengaruh pada partisipasi anggota kelompok tani itu yang sedang
dijalaninya.
peternak (Sari, 2014). Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 5.
Banjarsari) adalah tamat SMA sebanyak 17 jiwa (41,5%), tamat SMP sebanyuak
20
(7,3%), tamat D3 sebanyak 2 jiwa (4,9%), dan tamat SMK sebanyak 1 jiwa (2,4%).
Rata-rata pendidikan peternak berada pada 11,8 tahun yaitu pada taraf SMA.
lebih gampang menerima inovasi teknologi yang berkembang pada saat ini.
menyebabkan daya fikir yang luas dan lebih maju dibandingkan dengan pendidikan
Usia peternak merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
fisik. Usia juga berhubungan dengan pola berfikir peternak dalam kegiatan usaha
Berdasarkan hal tersebut sebagian peternak ayam Sentul berada dalam usia
produktif yaitu sebanyak 36 orang (73,2%), rata-rata usia peternak berada pada 47
tahun. Menurut Baba (2016) usia produktif merupakan usia dari 20 – 50 tahun.
Usia produktif untuk peternak merupakan modal utama karena pada usia produktif
memiliki rasa keingintahuan yang tinggi serta masih memiliki fisik yang kuat.
Peternak yang berusia lanjut pada Tabel 6 sebanyak 4 orang. Peternak yang
berusia lanjut selalu mencari kegiatan untuk memenuhi kebutuhan di hari tua.
Menurut Herliana (2012) usia lanjut dapat merubah peran dari mulai keluarga serta
ekonomi untuk suatu usaha. Peternak pada usia 60 – 70 tahun memiliki sifat apatis
usaha ternaknya. Petenak yang memiliki pengalaman beternak lebih lama memiliki
tingkat kesadaran tinggi untuk kegiatan usaha. Adapun data lama beternak anggota
kelompok tani ayam Sentul di Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 7.
orang (7,3%). Lama beternak sebagian besar peternak kelompok tani di Kabupaten
Ciamis pada angka 4 – 7 tahun, rata-rata pengalaman peternak adalah 5,1 tahun.
Hal tersebut disebabkan karena para peternak belum memulai usaha peternakan
pada saat sebelum masuk keanggotaan kelompok tani, serta masih banyak peternak
Kelompok tani tersebut merupakan wadah bagi para peternak untuk memulai
beternak ayam Sentul karena mendapat bantuan dari pemerintah setempat seperti
bibit per kelompok mendapatkan 1000 ekor bibit ayam Sentul. Menurut Roosganda
kreativitas, sikap dan motivasi untuk mulai memelihara ternak ayam kampung.
kesulitan yang dialaminya. Menurut Wati dkk (2010) peternak yang memiliki
(2014) semakin besar skala usaha maka populasi ternak akan lebih besar juga, atau
semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara dalam satu kali periode
pemeliharaan akan semakin tinggi pendapatan yang diterima oleh petani peternak
23
Jumlah kepemilikan ternak yang berada di Kabupaten Ciamis beragam, mulai dari
kisaran 100 – 300 ekor, sedangkan rata-rata jumlah kepemilikan ternak adalah 550
ekor. Menurut Utomo dkk (2015) jumlah ternak yang tinggi akan memerlukan
pemeliharaan yang lebih baik terutama pakan, kandang dan pengendalian penyakit.
Pada keadaan tersebut peternak akan mengeluarkan biaya produksi yang lebih
besar. Menurut Fitrizia dkk (2012) jumlah ternak yang dipelihara akan
Ciamis rata rata Rp. 4.000.141. Pendapatan peternak ayam Sentul pada Tabel 8.
biaya produksi (biaya bibit, pakan, vaksin, karyawan, transportasi dan listrik).
Penerimaan yang diterima oleh peternak sebagian besar dari ayam hidup siap
24
potong dengan berat 0,8 – 1,2 kg pada populasi 100 – 4000 ekor ayam Sentul
dikarenakan usaha Ayam Sentul hanya digunakan untuk usaha sampingan. Hal
tersebut sesuai pendapat Eko, dkk (2013) bahwa usaha peternakan ayam Sentul
dijadikan usaha sampingan oleh peternak, atau peternak kurang serius dalam
kepemilikan ternak semakin tinggi maka pendapatan akan tinggi. Menurut Krisna
(2014) semakin besar skala usaha semakin baik kesejahteraan petani ternak atau
semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara dalam satu kali periode
pemeliharaan akan semakin tinggi pendapatan yang diterima oleh petani peternak.
Hal tersebut karena peternak dapat melakukan efisiensi pada faktor – faktor
produksi seperti biaya tetap yang dibebankan pada jumlah ternak yang besar
Ciamis terdapat pada bibit dan pengendalian penyakit. Seleksi bibit merupakan
penentu produksi yang pertama yang harus dilakukan peternak, peternak ayam
Manfaat seleksi menurut Supartini dan Darmawan (2014) adalah untuk menaikan
mutu genetik ternak dalam kecepatan pertumbuhan, bobot lahir, dan produksi.
dengan menilai tingkat keturunannya, sifat fenotipe keturunan pada suatu populasi
penyebaran penyakit.
dan tujuan beternak. Skala usaha dengan menggunakan sistem pemeliharaan yang
masih tradisional pada umumnya masih kecil yaitu dibawah 20 ekor ayam.
rendah dikarenakan peternak hanya memliki kurang dari 10 induk betina dengan
Sentul di Kabupaten Ciamis, seperti yang tersaji pada Tabel 9 untuk orientasi
nutrisi pakan, teknis dan ekonomi, melainkan hanya tabungan dan dipotong apabila
ada acara tertentu. Hal tersebut sependapat dengan Roosganda dan Rusdiana (2012)
bahwa sistem ekstensif (tradisional) yang umum dilakukan rumah tangga petani di
secara alami dengan sumber daya yang tersedia di lingkungan sekitarnya, belum
(2012) rendahnya produktivitas usaha tani ayam lokal dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang saling terkait, diantaranya adalah rendahnya masukan yang diamati dari
skala rumah tangga pada umumnya, genetik atau benih yang unggul relatif
Fakta tersebut tersaji pada Tabel 9 yang menunjukan angka 73,2% atau 31 peternak
dari 41 peternak ayam Sentul yang ada di Kabupaten Ciamis. Menurut (Rivani
kepada keuntungan serta populasi ayam yang dipelihara tidak terlalu banyak
dibanding dengan pemeliharaan intensif. Sehingga biaya produksi serta modal yang
bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi masyarakat beternak dengan cara semi
intensif adalah nilai ekonomis, modal, kepemilikan lahan dan ketersediaan pakan.
Sistem pemeliharaan semi intensif merupakan suatu sistem yang cocok bagi
intensif juga mempermudah bagi para peternak untuk beternak ayam Sentul.
semi intensif adalah ketersediaan modal yang terbatas sehingga usaha yang
secara intensif merupakan skala usaha besar dengan populasi lebih dari 1000 ekor
ayam Sentul. Skala usaha juga menentukan biaya produksi yang tinggi namun akan
mendapatkan pendapatan yang tinggi pula. Menurut Santa dkk (2014) bahwa
semakin tinggi biaya produksi maka pendapatan yang diterima peternak ayam
usahanya bukan untuk usaha sampingan namun usaha utama atau sebagai
(2011) apabila peternak sudah mulai serius menjalani usahanya, maka peternak
akan mulai beralih dari semi intensif kearah intensif. Pemeliharaan ayam kampung
ayam kampung tersebut. Pendapat tersebut diperkuat oleh Zakaria (2004) yang
kearah yang lebih intensif. Pramudyati (2009) menambahkan bahwa dengan cara
intensif ayam betina tidak diberi kesempatan untuk mengerami telurnya, dengan
cara seperti ini produktivitas dan pemanfaatan ayam buras oleh petani meningkat.
29
ada kekurangan seperti membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan membutuhkan
biaya pakan yang tinggi. Menurut Suprijatna dkk (2008) intensif juga memiliki
kekurangan, yaitu membutuhkan banyak tenaga kerja, biaya pakan tinggi, apabila
pakan tidak memenuhi kebutuhan ayam, tidak efisien dan ayam mudah stres karena
pakan, karena peternak harus memberi pakan ternak kurang lebih 100
usahanya, karena aspek komerisal dari usaha ini sangat ditentukan oleh modal
Sentul diharapkan dapat merubah pola fikir dan perilaku peternak untuk beternak
pendapatan yang tinggi adalah pada sistem pemeliharaan intensif. Pendapatan rata-
rata dari sistem pemeliharaan semi intensif sebesar Rp 1.823.367 per periode.
Menurut Roosganda dan Rusdiana (2012) beternak ayam kampung pada sistem
per tahun atau Rp 6.329.333 per periode. Adanya perbedaan yang cukup tinggi
lebih banyuak. Menurut Krisna (2014) semakin banyak jumlah ternak yang
dipelihara dalam satu kali periode pemeliharaan akan semakin tinggi pendapatan
yang diterima oleh petani peternak. Melani (2010) menambahkan peternakan ayam
dikarenakan modal dan biaya produksi yang rendah dan masih mendapat
dengan nilai signifikansi 0,01. Artinya bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau
Korelasi tinggi antara pendapatan dengan sistem pemeliharaan yang artinya apabila
semakin intensif sistem pemeliharaan maka pendapatan akan tinggi dan apabila
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
(26,8%).
semakin intensif.
5.2 Saran
yang baik serta adanya penguatan kelompok tani khusus untuk penyediaan
bibit.
34
DAFTAR PUSTAKA
Baba. 2016. Corellation Between Farmers Characteristic and Farm Scale of Dairy
Cattle Farming in Sumbang Village Curio District Encreckang. Fakultas
Peternakan. Universitas Hassanudin. Makassar : tidak dipublikasikan.
Citra. 2010. Pengaruh Skala Usaha terhadap Pendapatan Peternak Ayam Ras
Petelur di Kecamatan Maritengae Kabupaten Sidrap. Fakultas
Peternakan,Universitas Hasanuddin. Makassar: tidak dipublikasikan.
Dwiyanto. K., D. Zainuddin., T. Sartika., S. Rahayu., Djufri. C., Arifin dan Cholil.
2011. Model Pengembangan Peternakan Rakyat Terpadu Berorientasi
Agribisnis: Komoditas Ayam Lokal. Laporan Kerjasama Direktorat
Jenderal. Bogor.
Eko. F., N N. Hidayat., dan Roesdiyanto. 2013. Kinerja Ekonomi Usaha Ayam
Sentul di Kabupaten Ciamis. Jurnal Imliah Peternakan.Vol 1(3) : 865-873.
Fitriza. Y. T., Haryadi. F. T., dan Syahlani. P. 2012. Analisis Pendapatan dan
Persepsi Peternak Plasma Terhadap Kontrak Perjanjian Pola Kemitraan
Ayam Pedaging di Provinsi Lampung. Buletin Peternakan. 36(1) : 57 – 65.
Herliana. 2012. Socio Economic analysis of full inkind Bali Cattle breeders on high
progress of Gumba livestock after two year mantaints. Jurnal Ilmu Hewani
Tropika.1(2). Fakultas Peternakan. Universitas Udayana.Bali.
35
Husodo. S. 2006. Partisipasi Petani dalam Kegiatan DAFEP di Kab Bantul. Jurnal
Ilmu Ilmu Pertanian. 2(1).
Santa. N. M., Anie, M., dan Poulla. O. V. 2014. Hubungan Biaya Produksi Dengan
Pendapatan Usaha Ternak Ayam Kampung (Studi Kasus di Desa Pungkol
Kecamatan Tatapan, Kabupaten Minahasa Selatan). Jurnal Zootek. Vol 3 (4).
Hal : 67-75.
Sinurat. A. P., Santoso., E. Juarni., Sumanto. T., Murtisari dan B. Wibowo. 1992.
Peningkatan Produktivitas Ayam Buras Melalui Pendekatan Sistem Usaha
Tani pada Peternak Kecil. Majalah Ilmu dan peternakan. Balai Penelitian
Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Vol. 5, No. 2.
Maret.
Sudaryani. T., dan Hari. S. 2002. Pembibitan Ayam Ras Cetakan ke-VI. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Supartini. N dan Darmawan. H. 2014. Profil Genetik dan Peternak Sapi Peranakan
Ongole Sebagai Strategi Dasar Pengembangan Desa Pusat Bibit Ternak.
Jurnal Buana Sains. 14(1). 71 – 84.
Suprijatna. E., Umiyati. A dan Ruhayat. K. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Cet.2. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suryana dan E.S Rohaeni. 2006. Upaya Perbaikan Sistem Usaha Tani Ayam Buras
dengan Teknologi Inseminasi Buatan di Lahan Kering (Desa Rumintin,
Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan). Seminar Nasional Lahan Kering.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor. 65 –
70.
Usman. 2007. Potensi Ampas Tahu Sebagai Pakan Ternak pada Usaha Pembesaran
Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Pros. Percepatan Inovasi Teknologi
Pertanian. 253 – 261
Yuwono. D. M., dan Rudi. F.P. 2013. Analisis Teknis dan Ekonomi Agribisnis
Ayam Buras Sistem Semi Intensif – Intensif (Studi Kasus di KUB “Ayam
Kampung Unggul” Desa Krengseng, Kecamatan Gringsing, Kabupaten
Batang). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BITP). Hal : 18-24.
38
Zakaria. S. 2004. Pengaruh Luas Kandang Terhadap Produksi dan Kualitas Telur
Ayam Buras yang Dipelihara dengan Sistem Litter. Jurnal Nutrisi dan
Makanan Ternak. 5(1): 1 − 11.
39
LAMPIRAN
KUISIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENDAPATAN PETERNAK DENGAN SISTEM
PEMELIHARAAN (STUDI KASUS USAHA TERNAK AYAM SENTUL DI
KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT)
Oleh : Rinari Agrian Firdaus
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ......................................
Alamat : ......................................
Jenis Kelamin : ......................................
Usia : ......................................
Pekerjaan Utama : ......................................
Jumlah Ternak : Jantan........Betina.........
Jumlah Anggota Keluarga : Istri/Suami.....Anak......
Lama Beternak (tahun) : ......................................
Pendidikan Terakhir : ......................................
Keanggotaan Kelompok : ......................................
Tujuan Beternak : ......................................
B. PENDAPATAN
1. Kontribusi Pendapatan
1. Apakah bapak/ibu melakukan usaha peternakan Ayam Sentul ini adalah
pekerjaan utama atau sampingan ? ............................
2. Apakah bapak/ibu mempunyai pekerjaan lain selain beternak Ayam Sentul ?
Jika iya berapa penghasilan yang didapat dari pekerjaan tersebut ?
Rp ...............................
3. Apakah anak bapak/ibu sudah sekolah ?..........jika ya, apakah biaya sekolah
yang dikeluarkan dari hasil usaha peternakan Ayam Sentul ? .........................,
berapa besar kontribusinya ? ...............................
40
2. Biaya Tetap
1. Apakah dalam mengusahakan Ayam Sentul, bapak/ibu menggunakan
karyawan ?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika tidak, apakah anggota keluarga ikut terlibat dalam pemeliharaan Ayam
Sentul ?
a. Istri / Suami
b. Anak
Lainya : .............................................................................................................
3. Jika anggota keluarga membantu usha Ayam Sentul apakah diupah ?
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, berapa upah untuk tenaga kerja
keluarga ? ...........................................
4. Jika menggunakan karyawan, berapa jumlah karyawan bapak/ibu ?...........
orang.
5. Berapa upah yang diberikan kepada klaryawan dalam pemeliharaan Ayam
Sentul ini ? Rp ................../orang
6. Bagaimana sistem pengupahanya ?
a. Harian
b. Mingguan
c. Bulanan
d. Lainya (sebutkan) : .......................
3. Biaya Variabel
A. Bibit
1. Darimana bapak/ibu mendapatkan DOC yang dipelihara ?
2. Berapa jumlah DOC yang bapa pelihara dalam satu periode? ............ ekor
3. Apakah bapak/ibu membeli DOC dengan harga satuan / box ?
4. Apabila satuan, berapa harga satuan DOC yang bapak/ibu beli pada saat
pemeliharaan Ayam Sentul ? Rp .................../ekor
42
5. Apabila dalam bentuk box, berapa banyak DOC yang ada didalam box tersebut
? ........... ekor, berapa harga 1 box nya ? Rp.....................
B. Pakan
1. Jenis pakan apa yang bapak/ibu pakai untuk pemeliharaan Ayam Sentul ?
a. Crumble/butiran kecil
b. Pellet
c. Mash/Tepung
d. Lainya : ...................................
2. Darimana bapak/ibu mendapatkan pakan tersebut ?
3. Berapa kg pakan yang diberikan pada ayam setiap hari ?
4. Apakah bapak/ibu membeli pakan bentuk satu kg (satuan)/satu karung ?
5. Jika membeli dalam bentuk 1kg, berapa biaya pakan yang bapak/ibu keluarkan
untuk satu kg karung pakan? Rp .......................
6. Jika membeli dalam bentuk satu karung, berapa kg dalam satu
karung ? ............. kg dan berapa harga untuk satu karung pakan ?
Rp...............................
C. Listrik
1. Berapa biaya listrik yang harus dibayar dalam waktu satu bulan ? Rp..............
2. Berapa bulan dalam satu periode pemeliharaan ? ............... bulan
D. Transportasi
1. Transportasi apa saja yang dibutuhkan dalam satu periode pemeliharaan ?
a. Pengiriman DOC : Rp ................................
b. Pemasaran : Rp ................................
c. Pengiriman pakan : Rp ................................
E. Vaksin
1. Apakah ayam yang bapak/ibu pelihara divaksin ?
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, vaksin apa saja : ...............................
2. Berapa kali divaksin Ayam Sentul yang bapak/ibu pelihara dalam satu
periode ?
43
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
3. Apakan bapak/ibu memberikan pakan berdasarkan fase starter ?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
4. Apakan bapak/ibu memberikan pakan berdasarkan fase grower ?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
5. Apakan bapak/ibu memberikan pakan berdasarkan fase finisher ?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
3. Kandang
1. Apakah bapak/ibu mempertimbangkan pemilihan lokasi dan persyaratan
kandang?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
2. Apakah bapak/ibu melakukan perlakuan kandang sesuai fase ayam?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
3. Apakah bapak/ibu melakukan pembuatan kandang sesuai tujuan
pemeliharaan?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
4. Tata Laksana Pemeliharaan
45
Pendapatan Sistem
pemeliharaan
N 41 41
Spearman's rho
Correlation Coefficient .687** 1.000
N 41 41
Keterangan :