I. PENDAHULUAN
ayam tipe dwiguna (menghasilkan daging dan telur). Menurut Dwiyanto (2011)
bobot badan ayam Sentul jantan 1,3 - 3,5 kg dan ayam betina 0,8 – 2,2 kg,
ayam Sentul cukup tinggi, hal ini diindikasikan dengan beberapa faktor yaitu,
ayam Sentul memiliki rasa daging yang khas, mempunyai daging yang lebih
organik dan adanya pangsa pasar tersendiri. Ayam kampung juga mampu
Eko dkk (2013) ayam Sentul dengan populasi seluruhnya (± 30.000 ekor) dan
berkembang melalui kelompok tani yang berada di Kabupaten Ciamis. Untuk itu
pendapatan peternak.
2
adalah semi intensif. Menurut (Iskandar dkk 2004) sistem pemeliharaan Ayam
Sentul yang berada di Kabupaten Ciamis cenderung kearah semi intensif dan
– 15 tahun (Eko dkk, 2013). Peternak yang sudah lama beternak lebih memilih
pemeliharaan dengan semi intensif, karena mengeluarkan biaya variabel dan biaya
tetap yang lebih rendah tetapi mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi jika
Sentul telah dilakukan. Eko dkk (2013) meneliti tentang Kinerja Ekonomi Usaha
Ayam Sentul di Kabupaten Ciamis, Santa dkk (2014) meneliti tentang Hubungan
Pedesaan. Akan tetapi belum ada yang mengkaji mengenai hubungan antara
Kabupaten Ciamis?
di Kabupaten Ciamis
1.5 Hipotesis
2.1 Pendapatan
mengetahui dan mengukur apakah kegiatan yang dilakukan berhasil atau tidak.
kegiatan dan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan.
Pendapatan terbagi ke dalam dua bagian, yaitu pendapatan kotor dan pendapatan
bersih. Menurut Soekardono (2009) pendapatan kotor adalah nilai produksi total
usaha dalam waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual meliputi
pendapatan kotor dan pengeluaran total. Menurut Hidayat dan Suprapto (2000)
jenis ayam yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia, karena nilai jual
dan biaya yang dikeluarkan (Setioko dan Iskandar, 2014). Pendapatan usaha ayam
kampung yang diterima merupakan balas jasa untuk tenaga kerja, modal kerja
yang dipakai dan pengelolaan yang dilakukan. Keberhasilan usaha ayam kampung
dapat dilihat dari sisi pendapatan dengan cara membandingkan tingkat pendapatan
peternak ditentukan oleh besar kecilnya biaya yang digunakan dalam proses
5
produksi, karena biaya produksi merupakan salah satu faktor yang sangat penting
Biaya dalam usaha peternakan rakyat dikelompokkan dalam biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang dalam keadaan terbatas tidak
Biaya variabel disebut juga biaya langsung, biaya ini jumlahnya sebanding dengan
besarnya produksi. Biaya variabel dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu biaya
variabel yang langsung mempengaruhi produksi dan biaya yang tidak langsung
adalah tenaga kerja, pakan ternak dan obat-obatan ternak. Contoh biaya variabel
secara intensif dan semi intensif. Suryana dan Rohaeni (2006) dalam penelitianya
(Rasyid, 2002). Pengembangan ayam kampung secara semi intensif dan intensif
umbaran yang luas, tempat ayam melakukan segala aktifitasnya dan tidak ada
diperoleh dari lahan umbaran, berupa tanaman hijauan dan serangga. Ternak
hanya dilepas begitu saja dan akan pulang sendiri dimalam hari (Suprijatna dkk,
2008).
dibiarkan makan sendiri dengan sedikit intervensi manusia. Ayam tidak dikurung
dengan benar sesuai kebutuhan tapi hanya sangkar sederhana untuk beristirahat di
malam hari, umumnya menempel di dekat dapur. Pakan yang diberikan berupa
sisa makanan atau dedak padi dan sayuran. Pakan diberikan saat pagi hari sebelum
kebutuhan ternak, seperti makan, minum, bertelur, berteduh dan tidur. Lahan
tambahan. Pada sistem ini sudah mulai campur tangan manusia atau peternak.
ternak. (Rasyaf, 2001). Menurut Iskandar, dkk (1991), bahan makanan yang
digunakan utuk ayam kampung pada pemeliharaan semi intensif adalah jagung
7
kuning, dedak, sorghum, bungkil kedelai dan tepung ikan. Hal ini berarti bahan
pakan ayam kampung dapat pula menggunakan bahan makanan yang diberikan
pada ayam ras, terutama pada sistem pemeliharaan semi intesif dan intensif.
Semua kebutuhan hidup tergantung pada yang disediakan oleh peternak (Rasyaf,
ayam buras, sistem pemeliharaan harus ditingkatkan dari tradisional kearah yang
lebih intensif dengan menerapkan beberapa teknologi (Yuwono dan Rudi, 2013).
produktivitas yang terbaik dan diikuti cara semi intensif serta yang paling rendah
iklim, seperti hujan, panas matahari, atau gangguan-gangguan lain. Kandang yang
positif karena ternak menjadi senang dan tidak stres. Selanjutnya, ternak akan
(Sudaryani dan Hari, 2002). Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2006), daya
tampung kandang sistem litter untuk ayam lokal kurang dari tiga minggu adalah
adalah 10 ekor/m2 sedangkan untuk ayam umur lebih dari 18 minggu adalah 6
ekor/m2. Menurut Suprijatna dkk (2008) terdapat keunggulan dan keburukan dari
Sasaran penelitian dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani ternak
ayam Sentul.
2. Pendapatan (Y)
kelompok tani yang masih aktif dalam pemeliharaan dan pengembangan ayam
ternaknya dengan melihat dari segi bibit, pakan, kandang, tata laksana
nilai skor akhir sedang (7-12) dan Intensif apabila nilai skor akhir tinggi
(13-18).
2. Pendapatan adalah nilai uang yang diterima dari penjualan ayam Sentul
siap potong setelah dikurangi biaya produksi (biaya pakan, biaya bibit,
biaya vaksin, dan biaya transportasi), dan dihitung dalam satu periode (70
peternakan dalam satu periode (70 hari) ayam Sentul di Kabupaten Ciamis.
Pd = TR – TC
Keterangan :
Ciamis.
ρ = 1 – ( 6Σdi 2 : N ( N2 – 1 )
Keterangan :
Taksiran koefisien korelasi yang yang digunakan antara 0-1, terbagi atas
signifikansi. Apabila signifikansi yang diperoleh dibawah atau sama dengan 0,05
statistik unvariate seperti rata-rata, median, modus, standar deviasi dan lain lain.
suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang
skripsi. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
terstruktur dengan responden atau pelaku usaha ternak ayam Sentul, sedangkan
data sekunder diperoleh dari data-data atau dokumen yang dimiliki oleh instansi
Tahap ini adalah kegiatan tabulasi data yang diperoleh dari tahap persiapan
Hasil penelitian yang telah dilakukan mulai dari tahap persiapan penelitian
sampai dengan tahap analisis data, kemudian disimpulkan dan dituangkan dalam
Ayam Ciamis atau ayam Sentul adalah ternak ayam peninggalan Satria
Bramawidjaja (Raja Galuh) yang sah. Selagi dihanyutkan dalam perahunya diberi
2 buah butir telur ayam, selanjutnya Ciung Wanara ditemukan oleh kakek dan
Setelah menetas, oleh kakek dan nenek Balangantrang terus dipelihara dan
dengan warna bulu “Jalak Harupat”. Ayam tersebut sangat disayangi oleh ciung
wanara dan kemudian diberi nama “Si Jelung” karena lincah, kuat dan agresif
sehingga dalam setiap kontes ketangkasan “Si Jelung” selalu keluar jadi
pemenang.
Pada saat Ciung Wanara mengikuti kontes ketangkasan dengan ayam para
bangsawan Tatar Galuh selalu menang. Sehingga menarik perhatian Raja Galuh
kerajaan Galuh. Ciung wanara menang dan mendapatkan sebagian wilayah Galuh.
Ciamis sebagai salah satu provinsi di Jawa Barat, letaknya di sebelah Utara
dengan Kota Banjar dan Provinsi Jawa Tengah, dan sebelah Selatan dengan
strategis yang dilalui jalan Nasional lintas Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa
Tengah dan jalan Provinsi lintas Ciamis – Cirebon – Jawa Tengah. Letak
astronomisnya berada pada 108°20’ sampai dengan 108°40’ Bujur Timur dan
7°40’20” sampai dengan 7o41’20’’ Lintang Selatan. Luas wilayah Ciamis sebesar
244,479 Ha atau 7,73 persen dari total luas daratan Provinsi Jawa Barat. Dalam
udara rata-rata relatif tinggi. Kabupaten Ciamis terletak pada lahan dengan
- timur laut ke selatan dan 2-40 % tersebar hampir di seluruh wilayah kecamatan.
Jenis tanah didominasi oleh Latosol, podsolik, alluvial dan grumusol (Jabarprov,
2009).
17
Kelompok tani merupakan salah satu jalan atau cara pemerintah untuk
wadah bagi para peternak baru yang ingin memulai beternak ayam Sentul
dikarenakan adanya kelompok tani akan membuka wawasan peternak yang baru
untuk berfikir secara lebih luas. Tabel 2 menunjukan Kelompok tani yang berada
di Kabupaten Ciamis.
Kelompok tani ayam Sentul di Kabupaten Ciamis banyak yang tidak aktif,
hal tersebut sangat tidak diharapkan karena kelompok tani merupakan wadah bagi
yang dapat dinikmati oleh semua pihak. Adapun wujud partisipasi yang diberikan
oleh anggota kelompok tani pada suatu kegiatan yaitu ide atau gagasan,
yang kurang baik, serta kurang adanya kesadaran dari anggota untuk melakukan
kelompok tani yang cukup besar memberikan dampak terhadap keterlibatan dan
kelompok tani akan berpengaruh pada partisipasi anggota kelompok tani itu yang
sedang dijalaninya.
peternak (Sari, 2014). Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 3.
(Kecamatan Banjarsari) adalah tamat SMA sebanyak 17 jiwa (41,5%), tamat SMP
sebanyak 3 jiwa (7,3%), tamat D3 sebanyak 2 jiwa (4,9%), dan tamat SMK
Rata-rata pendidikan peternak berada pada 11,8 tahun yaitu pada taraf
peternak lebih gampang menerima inovasi teknologi yang berkembang pada saat
ini. Menurut Citra (2010) menyatakan dalam usaha peternakan faktor pendidikan
tinggi menyebabkan daya fikir yang luas dan lebih maju dibandingkan dengan
20
fisik. Usia juga berhubungan dengan pola berfikir peternak dalam kegiatan usaha
Berdasarkan hal tersebut sebagian peternak ayam Sentul berada dalam usia
produktif yaitu sebanyak 36 orang (73,2%), rata-rata usia peternak berada pada 47
tahun. Menurut Baba (2016) usia produktif merupakan usia dari 20 – 50 tahun.
Usia produktif untuk peternak merupakan modal utama karena pada usia produktif
21
memiliki rasa keingintahuan yang tinggi serta masih memiliki fisik yang kuat dan
Peternak yang berusia lanjut pada Tabel 4 sebanyak 4 orang. Peternak yang
berusia lanjut selalu mencari kegiatan untuk memenuhi kebutuhan di hari tua.
Menurut Herliana (2012) usia lanjut dapat merubah peran dari mulai keluarga
serta ekonomi untuk suatu usaha. Peternak pada usia 60 – 70 tahun memiliki sifat
memiliki tingkat kesadaran tinggi untuk kegiatan usaha. Adapun data lama
beternak anggota kelompok tani ayam Sentul di Kabupaten Ciamis dapat dilihat
pada Tabel 5.
5,1 tahun. Hal tersebut disebabkan karena para peternak belum memulai usaha
22
peternakan pada saat sebelum masuk keanggotaan kelompok tani, serta masih
tujuan sampingan. Kelompok tani tersebut merupakan wadah bagi para peternak
untuk memulai beternak ayam Sentul karena mendapat bantuan dari pemerintah
setempat seperti bibit per kelompok mendapatkan 1000 ekor bibit ayam Sentul.
kesulitan yang dialaminya. Menurut Wati dkk (2010) peternak yang memiliki
(2014) semakin besar skala usaha maka populasi ternak akan lebih besar juga,
atau semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara dalam satu kali periode
pemeliharaan akan semakin tinggi pendapatan yang diterima oleh petani peternak
Jumlah kepemilikan ternak yang berada di Kabupaten Ciamis beragam, mulai dari
pada kisaran 100 – 300 ekor, sedangkan rata-rata jumlah kepemilikan ternak
adalah 550 ekor. Menurut Utomo dkk (2015) jumlah ternak yang tinggi akan
23
produksi yang lebih besar. Menurut Fitrizia dkk (2012) jumlah ternak yang
peternak. Jumlah ayam yang semakin banyak akan menyebabkan semakin tinggi
dikeluarkan.
Ciamis rata rata Rp. 4.000.141. Pendapatan peternak ayam Sentul pada Tabel 6.
biaya produksi (biaya bibit, pakan, vaksin, karyawan, transportasi dan listrik).
Penerimaan yang diterima oleh peternak sebagian besar dari ayam hidup siap
potong dengan berat 0,8 – 1,2 kg pada populasi 100 – 4000 ekor ayam Sentul
dikarenakan usaha Ayam Sentul hanya digunakan untuk usaha sampingan. Hal
tersebut sesuai pendapat Eko, dkk (2013) bahwa usaha peternakan ayam Sentul
dijadikan usaha sampingan oleh peternak, atau peternak kurang serius dalam
kepemilikan ternak semakin tinggi maka pendapatan akan tinggi. Menurut Krisna
(2014) semakin besar skala usaha semakin baik kesejahteraan petani ternak atau
semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara dalam satu kali periode
pemeliharaan akan semakin tinggi pendapatan yang diterima oleh petani peternak.
Hal tersebut karena peternak dapat melakukan efisiensi pada faktor – faktor
produksi seperti biaya tetap yang dibebankan pada jumlah ternak yang besar
yang signifikan pada sistem pemeliharaan semi intensif dan intensif di Kabupaten
Ciamis terdapat pada bibit dan pengendalian penyakit. Seleksi bibit merupakan
penentu produksi yang pertama yang harus dilakukan peternak, peternak ayam
Manfaat seleksi menurut Supartini dan Darmawan (2014) adalah untuk menaikan
mutu genetik ternak dalam kecepatan pertumbuhan, bobot lahir, dan produksi.
dengan menilai tingkat keturunannya, sifat fenotipe keturunan pada suatu populasi
penyebaran penyakit.
pemeliharaan yang masih tradisional pada umumnya masih kecil yaitu dibawah 20
ekor ayam. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Roosganda dan Rusdiana (2012)
masih rendah dikarenakan peternak hanya memliki kurang dari 10 induk betina
ayam Sentul di Kabupaten Ciamis, seperti yang tersaji pada Tabel 7 untuk
nutrisi pakan, teknis dan ekonomi, melainkan hanya tabungan dan dipotong
apabila ada acara tertentu. Hal tersebut sependapat dengan Roosganda dan
nutrisi pakan dicukupi secara alami dengan sumber daya yang tersedia di
tani ayam lokal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling terkait, diantaranya
adalah rendahnya masukan yang diamati dari skala rumah tangga pada umumnya,
27
Fakta tersebut tersaji pada Tabel 7 yang menunjukan angka 73,2% atau 31
peternak dari 41 peternak ayam Sentul yang ada di Kabupaten Ciamis. Menurut
kepada keuntungan serta populasi ayam yang dipelihara tidak terlalu banyak
dengan cara semi intensif adalah nilai ekonomis, modal, kepemilikan lahan dan
ketersediaan pakan.
Sistem pemeliharaan semi intensif merupakan suatu sistem yang cocok bagi
intensif juga mempermudah bagi para peternak untuk beternak ayam Sentul.
secara semi intensif adalah ketersediaan modal yang terbatas sehingga usaha yang
secara intensif merupakan skala usaha besar dengan populasi lebih dari 1000 ekor
ayam Sentul. Skala usaha juga menentukan biaya produksi yang tinggi namun
akan mendapatkan pendapatan yang tinggi pula. Menurut Santa dkk (2014) bahwa
semakin tinggi biaya produksi maka pendapatan yang diterima peternak ayam
menjalankan usahanya bukan untuk usaha sampingan namun usaha utama atau
Darmawi (2011) apabila peternak sudah mulai serius menjalani usahanya, maka
peternak akan mulai beralih dari semi intensif kearah intensif. Pemeliharaan ayam
menambahkan bahwa dengan cara intensif ayam betina tidak diberi kesempatan
29
untuk mengerami telurnya, dengan cara seperti ini produktivitas dan pemanfaatan
membutuhkan biaya pakan yang tinggi. Menurut Suprijatna dkk (2008) intensif
juga memiliki kekurangan, yaitu membutuhkan banyak tenaga kerja, biaya pakan
tinggi, apabila pakan tidak memenuhi kebutuhan ayam, tidak efisien dan ayam
mudah stres karena perubahan lingkungan yang bersifat nutrisional, klimatis atau
adalah dari pakan, karena peternak harus memberi pakan ternak kurang lebih 100
usahanya, karena aspek komerisal dari usaha ini sangat ditentukan oleh modal
Sentul diharapkan dapat merubah pola fikir dan perilaku peternak untuk beternak
per periode. Menurut Roosganda dan Rusdiana (2012) beternak ayam kampung
per periode, pendapatan tersebut sudah sangat menguntungkan. Menurut Eko dkk
pemeliharaan semi intensif, hal tersebut dikarenakan modal dan biaya produksi
yang rendah dan masih mendapat pendapatan yang cukup tinggi dibanding dengan
(0,687) dengan nilai signifikansi 0,01. Artinya bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
yang artinya apabila semakin intensif sistem pemeliharaan maka pendapatan akan
tinggi dan apabila pendapatan yang tinggi akan mendukung usaha menjadi
semakin intensif.
32
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
(26,8%).
intensif.
5.2 Saran
3. Perlu adanya intensifikasi pada seleksi bibit dan tata laksana pencegahan
DAFTAR PUSTAKA
Citra. 2010. Pengaruh Skala Usaha terhadap Pendapatan Peternak Ayam Ras
Petelur di Kecamatan Maritengae Kabupaten Sidrap. Fakultas
Peternakan,Universitas Hasanuddin. Makassar: tidak dipublikasikan.
Dwiyanto. K., D. Zainuddin., T. Sartika., S. Rahayu., Djufri. C., Arifin dan Cholil.
2011. Model Pengembangan Peternakan Rakyat Terpadu Berorientasi
Agribisnis: Komoditas Ayam Lokal. Laporan Kerjasama Direktorat
Jenderal. Bogor.
Eko. F., N N. Hidayat., dan Roesdiyanto. 2013. Kinerja Ekonomi Usaha Ayam
Sentul di Kabupaten Ciamis. Jurnal Imliah Peternakan.Vol 1(3) : 865-873.
Fitriza. Y. T., Haryadi. F. T., dan Syahlani. P. 2012. Analisis Pendapatan dan
Persepsi Peternak Plasma Terhadap Kontrak Perjanjian Pola Kemitraan
Ayam Pedaging di Provinsi Lampung. Buletin Peternakan. 36(1) : 57 – 65.
Herliana. 2012. Socio Economic analysis of full inkind Bali Cattle breeders on
high progress of Gumba livestock after two year mantaints. Jurnal Ilmu
Hewani Tropika.1(2). Fakultas Peternakan. Universitas Udayana.Bali.
34
Santa. N. M., Anie, M., dan Poulla. O. V. 2014. Hubungan Biaya Produksi
Dengan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Kampung (Studi Kasus di Desa
Pungkol Kecamatan Tatapan, Kabupaten Minahasa Selatan). Jurnal Zootek.
Vol 3 (4). Hal : 67-75.
Sinurat. A. P., Santoso., E. Juarni., Sumanto. T., Murtisari dan B. Wibowo. 1992.
Peningkatan Produktivitas Ayam Buras Melalui Pendekatan Sistem Usaha
Tani pada Peternak Kecil. Majalah Ilmu dan peternakan. Balai Penelitian
Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Vol. 5, No. 2.
Maret.
Sudaryani. T., dan Hari. S. 2002. Pembibitan Ayam Ras Cetakan ke-VI. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Supartini. N dan Darmawan. H. 2014. Profil Genetik dan Peternak Sapi Peranakan
Ongole Sebagai Strategi Dasar Pengembangan Desa Pusat Bibit Ternak.
Jurnal Buana Sains. 14(1). 71 – 84.
Suprijatna. E., Umiyati. A dan Ruhayat. K. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Cet.2. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suryana dan E.S Rohaeni. 2006. Upaya Perbaikan Sistem Usaha Tani Ayam
Buras dengan Teknologi Inseminasi Buatan di Lahan Kering (Desa
Rumintin, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan). Seminar Nasional Lahan
Kering. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Bogor. 65 – 70.
Usman. 2007. Potensi Ampas Tahu Sebagai Pakan Ternak pada Usaha
Pembesaran Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Pros. Percepatan Inovasi
Teknologi Pertanian. 253 – 261
Yuwono. D. M., dan Rudi. F.P. 2013. Analisis Teknis dan Ekonomi Agribisnis
Ayam Buras Sistem Semi Intensif – Intensif (Studi Kasus di KUB “Ayam
Kampung Unggul” Desa Krengseng, Kecamatan Gringsing, Kabupaten
Batang). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BITP). Hal : 18-24.
Zakaria. S. 2004. Pengaruh Luas Kandang Terhadap Produksi dan Kualitas Telur
Ayam Buras yang Dipelihara dengan Sistem Litter. Jurnal Nutrisi dan
Makanan Ternak. 5(1): 1 − 11.
38
LAMPIRAN
KUISIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENDAPATAN PETERNAK DENGAN SISTEM
PEMELIHARAAN (STUDI KASUS USAHA TERNAK AYAM SENTUL DI
KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT)
Oleh : Rinari Agrian Firdaus
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ......................................
Alamat : ......................................
Jenis Kelamin : ......................................
Usia : ......................................
Pekerjaan Utama : ......................................
Jumlah Ternak : Jantan........Betina.........
Jumlah Anggota Keluarga : Istri/Suami.....Anak......
Lama Beternak (tahun) : ......................................
Pendidikan Terakhir : ......................................
Keanggotaan Kelompok : ......................................
Tujuan Beternak : ......................................
B. PENDAPATAN
1. Kontribusi Pendapatan
1. Apakah bapak/ibu melakukan usaha peternakan Ayam Sentul ini adalah
pekerjaan utama atau sampingan ? ............................
2. Apakah bapak/ibu mempunyai pekerjaan lain selain beternak Ayam Sentul ?
Jika iya berapa penghasilan yang didapat dari pekerjaan tersebut ?
Rp ...............................
3. Apakah anak bapak/ibu sudah sekolah ?..........jika ya, apakah biaya sekolah
yang dikeluarkan dari hasil usaha peternakan Ayam
Sentul ? ........................., berapa besar kontribusinya ? ...............................
39
2. Biaya Tetap
1. Apakah dalam mengusahakan Ayam Sentul, bapak/ibu menggunakan
karyawan ?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika tidak, apakah anggota keluarga ikut terlibat dalam pemeliharaan Ayam
Sentul ?
a. Istri / Suami
b. Anak
Lainya : ............................................................................................................
.
3. Jika anggota keluarga membantu usha Ayam Sentul apakah diupah ?
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, berapa upah untuk tenaga kerja
keluarga ? ...........................................
4. Jika menggunakan karyawan, berapa jumlah karyawan bapak/ibu ?...........
orang.
5. Berapa upah yang diberikan kepada klaryawan dalam pemeliharaan Ayam
Sentul ini ? Rp ................../orang
6. Bagaimana sistem pengupahanya ?
a. Harian
b. Mingguan
c. Bulanan
d. Lainya (sebutkan) : .......................
3. Biaya Variabel
A. Bibit
1. Darimana bapak/ibu mendapatkan DOC yang dipelihara ?
2. Berapa jumlah DOC yang bapa pelihara dalam satu periode? ............ ekor
3. Apakah bapak/ibu membeli DOC dengan harga satuan / box ?
41
4. Apabila satuan, berapa harga satuan DOC yang bapak/ibu beli pada saat
pemeliharaan Ayam Sentul ? Rp .................../ekor
5. Apabila dalam bentuk box, berapa banyak DOC yang ada didalam box
tersebut ? ........... ekor, berapa harga 1 box nya ? Rp.....................
B. Pakan
1. Jenis pakan apa yang bapak/ibu pakai untuk pemeliharaan Ayam Sentul ?
a. Crumble/butiran kecil
b. Pellet
c. Mash/Tepung
d. Lainya : ...................................
2. Darimana bapak/ibu mendapatkan pakan tersebut ?
3. Berapa kg pakan yang diberikan pada ayam setiap hari ?
4. Apakah bapak/ibu membeli pakan bentuk satu kg (satuan)/satu karung ?
5. Jika membeli dalam bentuk 1kg, berapa biaya pakan yang bapak/ibu
keluarkan untuk satu kg karung pakan? Rp .......................
6. Jika membeli dalam bentuk satu karung, berapa kg dalam satu
karung ? ............. kg dan berapa harga untuk satu karung pakan ?
Rp...............................
C. Listrik
1. Berapa biaya listrik yang harus dibayar dalam waktu satu bulan ?
Rp..............
2. Berapa bulan dalam satu periode pemeliharaan ? ............... bulan
D. Transportasi
1. Transportasi apa saja yang dibutuhkan dalam satu periode pemeliharaan ?
a. Pengiriman DOC : Rp ................................
b. Pemasaran : Rp ................................
c. Pengiriman pakan : Rp ................................
E. Vaksin
1. Apakah ayam yang bapak/ibu pelihara divaksin ?
a. Ya
b. Tidak
42
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
2. Apakakah bapak/ibu sudah menyimpan pakan dengan baik ?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
3. Apakan bapak/ibu memberikan pakan berdasarkan fase starter ?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
4. Apakan bapak/ibu memberikan pakan berdasarkan fase grower ?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
5. Apakan bapak/ibu memberikan pakan berdasarkan fase finisher ?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
3. Kandang
1. Apakah bapak/ibu mempertimbangkan pemilihan lokasi dan persyaratan
kandang?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
2. Apakah bapak/ibu melakukan perlakuan kandang sesuai fase ayam?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
3. Apakah bapak/ibu melakukan pembuatan kandang sesuai tujuan
pemeliharaan?
a. Ya
44
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
4. Tata Laksana Pemeliharaan
1. Apakah bapak/ibu melakukan teknik pemeliharaan umum (DOC, grower,
finisher) ?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
2. Apakah bapak/ibu memperhatikan kepadatan kandang (8 ekor/m2)
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
5. Pencegahan Penyakit dan Pengobatan Penyakit
1. Apakah bapak/ibu melakukan sanitasi kandang?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
2. Apakah bapak/ibu menerapkan biosekuriti ?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
3. Apakah bapak/ibu melakukan vaksinasi ?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
4. Apakah bapak/ibu melakukan pengobatan apabila ternak sakit?
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
5. Apakah bapak/ibu melakukan pemisahan ternak yang sakit /kandang
karantina ?
45
a. Ya
b. Tidak
Penjelasan : .......................................................................................
Pendapatan Sistem
pemeliharaan
N 41 41
Spearman's rho
**
Correlation Coefficient .687 1.000
Keterangan :