Anda di halaman 1dari 25

i

ANALISIS BIAYA MANFAAT DAN PERENCANAAN PETERNAKAN


AGRIBUSINESS PLAN FOR DAILY CATLE

Oleh :
RINARI AGRIAN FIRDAUS
200120190003

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
201
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa

Ta’alla yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Agribusiness Plan For Dairy Cattle”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Biaya Manfaat

dan Perencanaan Bisnis Peternakan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah

Perilaku Organisasi dan Kepemimpinan, Dr. Ir. Muhammad Hasan, M.S,. yang

telah memberi arahan dalam menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan baik.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Akhir kata, mudah-mudahan Allah Subhanahu Wa Ta’alaa senantiasa

melimpahkan karunia-Nya dan membalas segala amal serta kebaikan pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini dan semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan sumbangan informasi dan pemikiran

dalam dunia pendidikan umumnya.

Sumedang, Desember 2019

Penulis.
iii

DAFTAR ISI

Bab Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................... iii

I. EXECUTIVE SUMMARY .............................................................. 1


II. ENTERPRISE DESCRIPTION ..................................................... 3
III. PRODUCT OR SERVICE DESCRIPTION ................................. 6
IV. INDUSTRY ANALYSIS ................................................................. 7
V. SWOT ANALISYS .......................................................................... 9
VI. OPERATIONAL SUB-PLAN......................................................... 11
6.1 Manajemen lahan ......................................................................... 11
6.1.1 Pemilihan lokasi ............................................................ 11
6.1.2 Pemilihan bibit .............................................................. 12
6.1.3 Pengelolaan lahan .......................................................... 12
6.2 Sistem Pemeliharaan .................................................................... 13
VI. FINANCIAL SUB-PLAN................................................................ 16
7.1 Analisis cashflow ......................................................................... 17
7.2 Kriteria investasi .......................................................................... 17
7.2.1 Metode Net Present Value (NVP) ................................. 18
7.2.2 B/C Rasio (benefit cost ratio)........................................ 18
7.2.3 Gross B/C ...................................................................... 18
7.2.4 Metode Internal Rate of Return .................................... 18
7.2.5 Metode Payback Periode .............................................. 19
7.2.6 Analisis BEP (Break Even Point).................................. 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 20

LAMPIRAN ............................................................................................. 20
iv
1

I. EXECUTIVE SUMMARY

Sektor peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar


untuk dikembangkan sebagai sebuah usaha dimasa depan. Kesadaran masyarakat
akan pentingnya mengkonsumsi pangan hewani mengakibatkan permintaan
terhadap produk-produk hewani seperti susu, telur, dan daging menjadi meningkat.
Pengembangan subsektor peternakan khususnya sapi perah. Peluang meningkatkan
produksi susu masih cukup besar, baik melalui peningkatan populasi dan
produktivitas ternak maupun diversifikasi sumber susu. Salah satu ternak yang
potensial sebagai ternak perah
Sapi perah merupakan salah satu sumberdaya lokal yang penyebarannya
sangat luas di Jawa. Pemeliharaan sapi perah merupakan salah satu susu disamping
sapi perah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan susu di Indonesia. Usaha agribisnis
mempunyai kontribusi besar bagi pembangunan di Indonesia. Perencanaan adalah
hal yang sangat penting dalam memulai usaha Peternakan. Perencanaan usaha akan
membantu kita dalam melangkah dan membuat keputusan.
Pemeliharaan sapi perah merupakan salah satu alternatif diversifikasi ternak
penghasil susu sebagai upaya pemenuhan kebutuhan susu di Indonesia. Hasil uji
organoleptik menunjukkan bahwa susu sangat digemari. Adanya peluang bisnis
dari meningkatnya permintaan susu sapi dan harga susu sapi yang cukup merakyat
menyebabkan banyak orang tertarik untuk membudidayakan sapi perah. Di
masyarakat, usaha ternak sapi perah diusahakan dalam skala yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, dalam merencanakan dan mengembangkan usaha ternak sapi
perah, maka keputusan mengenai skala usaha menjadi sangat penting. Jennes
(1980) Bertitik tolak dari hal tersebut maka kajian mengenai skala usaha ternak sapi
perah, dalam hal ini dikhususkan pada sapi perah FH, menjadi hal yang sangat
menarik. Perencaaan bisnis yang dilakukan telah melihat dengan fakta-fakta
disekitar dengan harga sesuai dengan dilapangan, serta dengan referensi yang
menurut saya jelas dan dapat dipercaya. Tren permintaan susu nasional
diperkirakan akan terus meningkat. Kebutuhan susu nasional terus naik lantaran
2

pertumbuhan populasi dan makin membaiknya kesadaran masyarakat akan


pemenuhan gizi, khususnya protein hewani (Agrina, 2014).
3

II. ENTERPRISE DESCRIPTION

2.1 Provide an overview of your business idea and why choose into this
particular.
Bisnis dalam sapi perah sangat penting untuk Indonesia, dikarenakan
menurut data Outlook Susu (2016) yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian
Sub-sektor Peternakan menyatakan bahwa produksi susu pertahun diprediksikan
dari tahun 2016 – 2020 hanya mengalami kenaikan 4,51% pertahun, sedangkan
konsumsi susu di Indoensia mengalami kenaikan yang signifikan menjadi 7,42%
pertahun, sedangkan Neraca Penawaran dan Permintaan produk susu pada tahun
2020 diprediksikan akan minus 103.324 ton. Hal tersebut yang membuat saya
memilih berbisnis usaha sapi perah dan menurut saya akan sukses karena penjualan
sudah mempunyai pasar yang sangat jelas.

2.2 Show any personal skill and /or experience that will help you in your
business

OWNER

MANAGER ADMINISTRA MANAGER


KANDANG SI DAN PAKAN
KEAMANAN

DIVISI
DIVISI DIVISI
DIVISI DIVISI PRODUKSI
PENGOLAHA BENDAHARA ADMIN SECURITY PRODUKSI
PRODUKSI REPRODUKSI KONSENTRA
N LIMBAH HIJAUAN
T

BURUH
BURUH TANI
KANDANG

Gambar 1. Struktur Organisasi.


Struktur organisasi yang saya tawarkan tidak terlalu besar, dikarenakan
melihat dari segi kapasitas produksi yang tidak sebanyak industry persusuan (IPS).
4

Struktur organisasi lebih ramping dikarenakan agar kontroling lebih sedikit dan
efisien dalam penggunaan tenaga kerja, Menurut Sumitro (2014) struktur organisasi
yang berfungsi sebagai fungsinya termasuk struktur organisasi lini dan staff yang
mempunyai keuntungan pembagian tugas yang jelas antara yang melakukan tugas
utama pokok organisasi dengan yang melakukan tugas-tugas penunjang, baik yang
sifatnya pelayanan internal maupun bantuan berdasarkan keahlian yang
mempermudah pengelolaan tenaga kerja. Keuntungan yang lain adalah kegairahan
bekerja pada umumnya tinggi karena terbukanya kemungkinan luas bagi para
karyawan untuk menaiki jenjang pangkat dan jabatan yang tinggi, baik dalam arti
jabatan manajerial maupun jabatan berdsarkan keahlian.
Owner yang diisi oleh saya sendiri sekaligus perencana, serta untuk manajer
kendang serta manajer pakan itu diisi oleh tenaga kerja minimal S-2 bidang
produksi dan bidang nutrisi pakan. Memilih jejang pendidikan untuk tenaga kerja
S-2 dikareanakan untuk jenjang magister bisa menganalisis serta memecahkan
masalah, dengan ilmu pengetahuannya yang lebih luas. Menurut Wardani (2017)
bahwa lulusan magister mempunyai kreativitas serta berpengaruh terhadap
kepemimpinan, yang artinya apabila semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin tinggi juga kreativitas dan kepemimpinnanya.
Untuk divisi produksi, reproduksi dan pengolahan pakan, diisi dengan
tenaga kerja yang berpendidikan S1/D3 Peternakan, hal tersebut dikarenakan untuk
penanganan, reproduksi dan pengolahan pakan hanya diisi oleh orang-orang yang
kompeten di bidangnya agar terjadinya efisiensi yang tidak menyebabkan
kekurangan atau kelebihan pemberian pakan serta terciptanya produksi yang
berkelanjutan. Untuk divisi produksi hijauan diisi oleh tenaga kerja yang
berpendidikan S1/D3 Agroteknologi, hal tersebut dikarenakan agar terciptanya
teknologi pembibitan serta penanaman tanaman pakan yang secara berkelanjutan
dan tidak adanya factor kekurangan pakan hijauan untuk sapi perah.
Selanjutnya manajer administrasi dengan turunannya diisi dengan tenaga
kerja yang berpendidikan S1 Manajemen dan akutansi, hal ini dikarenakan agar
pembukuan seperti cash flow dan neraca perusahaan dapat dihitung dengan baik
dan benar, yang antinya akan menjadikan sevuah evaluasi. Untuk keamanan
5

biasanya lulusan keahlian security seperti yang dikeluarkan oleh Asosiasi Industri
Sistem Keamanan Indonesia (AISKINDO), hal ini diambil karena seseorang yang
sudah mempunyai sertifikat keahlian (SKA) yang dikeluarkan oleh AISKINDO
lebih kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.
Terakhir tenaga buruh didapat dari desa sekitar yang nantinya akan
dijadikan tempat beternak sapi, hal ini dikarenakan untuk membantu membuka
lapangan kerja bagi Kawasan sekitar peternakan yang nantinya akan dibangun, serta
tenaga kerja yang cenderung mudah dicari. Tenaga kerja buruh tersebut minimal
SMP. Menurut Sarwono (2001) menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang baik
akan cenderung mudah untuk menerima informasi baru dalam teknik beternak yang
baik, selain memberikan tanggapan positif pada setiap kemajuan usaha beternak
juga lebih matang untuk memecahkan setiap permasalahan yang dihadapinya.
Tenaga kerja buruh harian menurut Nugroho (2017) satu orang tenaga kerja dapat
memelihara hingga 15,75 ST.
6

III. PRODUCT OR SERVICE DESCRIPTION

Produk utama yang dihasilkan adalah berupa susu bahan baku yang
nantinya akan dijual dan didistribusikan ke koperasi sekitar dengan standar SNI.
Menurut SNI 01-3141-1998 standar SNI susu kadar lemak minimal 3%, kadar
protein minimal 2,7%, total mikroba 1x106, ph 6-7 dan total solid 8%. Produk
sampingan yang kedua berupa pedet lepas sapih umur 4 bulan. Menurut Wardani et
al (2012) Penjualan pedet sangat menguntungkan, dikarenakan tidak banyak
mengeluarkan biaya untuk pakan, namun tetapi pedet dijual seharusnya lepas sapih
karena pedet sudah dapat memakan pakan yang berkualitas rendah sekalipun.
Produk yang ketiga limbah yang berupa pupuk kompos dengan menggunakan
fermentasi bioaktivator dan tidak ada tambahan lainya. Produk terakhir adalah sapi
betina afkir yang dijual sebagai sapi pedaging ketika betina sudah tidak
menghasilkan susu secara produktif.
Inovasi ide yang nantinya akan di sector pakan, dikarenakan pakan
merupakan biaya terbesar dalam produksi peternakan. Menurut Umi dan Wina
(2008) tongkol jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan, dan dapat diberikan
kepada ternak secara langsung atau secara silage. Fungsi silage disini yaitu untuk
menaikan nutrisi pakan dari limbah, serta menambah nilai nutrisi pakan limbah, dan
bisa menambah umur simpan pakan. Inovasi pakan bisa berpa silage dan bisa
berupa konsentrat yang nantinya akan dibuat oleh divisi pembuatan pakan. silage
yang digunakan adalah dari tabon jagung, karena di garut adalah penghasil jagung
terbesar di Jawa Barat.
7

IV. INDUSTRY ANALYSIS

Sektor peternakan sapi perah yang akan saya bangun mempunyai target
produksi mencapai 5000L/hari degan populasi awal sapi betina bunting yang
berumur 2 bulan jumlah 100 ekor, dengan asumsi sapi menghasilkan susu
20L/ekor/hari. Sapi yang tadi dijadikan sapi induk yang nantinya akan mulai
breeding dengan sistem kawin IB (inseminasi buatan). Sapi yang dipelihara adalah
sapi peranakan FH. Menurut Mardhatilla (2018) sapi peranakan FH di Indonesia
berkembang pesat dikarenakan dapat beradaptasi dengan iklim yang tidak sesuai
dengan aslinya, pakan yang relatif rendah yang dengan menghasilkan susu yang
relatif lebih banyak disbanding dengan bangsa sapi yang lain.
Sistem reproduksi yang teratur diharapkan dapat memberikan sapi
keturunan 1 ekor dalam 1 tahun dengan cara mengefektifkan S/C serta
memperpendek jangka calving interval. Perkawinan adalah upaya untuk
melanjutkan keturunan dan meningkatkan populasi sapi perah sehingga dapat
meningkatkan produksi susu. Pengaturan perkawinan merupakan faktor yang
sangat penting dalam tatalaksana pemeliharaansapi perah. Metode perkawinan yang
diterapkan di biasanya adalah metode inseminasi buatan (IB) sapi perah pertama
dikawinkan pada usia 18 bulan betina akan dikawinkan lagi pada 2-3 bulan setelah
beranak tergantung dari produksi susu.
Tabel 1. Koefisien Zooteknis
1 S/C 1
2 Lama Bunting bulan 9
3 Involusi Uteri bulan 2
4 Calving interval bulan 12
5 umur dara bulan 12
6 Umur pertama dikawinkan bulan 18
8 rata-rata produksi lt/hari 20
9 lama kering kandang bulan 4
10 jumlah anak per kelahiran ekor 1
11 kolostrum hari 7
12 masa laktasi (305-7) hari 298
13 Sex Ratio jantan % 50%
14 Sex Ratio betina % 50%
8

15 umur afkir betina tahun 8


16 pedet lepas sapih bulan 4
20 konsumsi susu pedet BETINA lt/hari 3
21 jumlah bulan konsumsi betina hari 120
22 konsumsi susu pedet JANTAN lt/hari 3
23 jumlah konsumsi lt/bulan 90
24 % induk laktasi dan kebuntingan % 80%
25 harapan hidup % 95%
26 setiap pedet lepas sapih dijual % 50%
27 sapi pedet untuk digemukan % 50%
28 susu rusak 0,50%

Teknologi bukan berarti hanya berkembang pada alat namun bisa


berkembang dalam menekan produktivitas sapi perah. Diatas adalah produktivitas
yang diharapkan untuk bisnis yang akan saya kerjakan. Produktivias yang baik
tidak bisa tercapai apabila manajemen pemeliharaan yang buruk, maka sebisa
mungkin pemeliharaan sapi perah ini dilakukan sebaik mungkin.
9

V. SWOT ANALYSIS

Menurut Rangkuti, (2003) SWOT merupakan singkatan dari Strenghts


(Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan Threats
(Ancaman). Kekuatan dapat dijelaskan sebagai sisi positif organisasi yang dapat
membimbing ke arah peluang yang lebih luas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan. Kelemahan adalah setiap kekurangan di dalam hal keahlian dan
sumberdaya perusahaan. Adapun cara untuk mengatasi berbagai kelemahan ini
antara lain dengan pengambil alihan, penggabungan atau pelatihan dan
pengembangan.
Kekuatan (Strenght)
1. Memiliki lembaga koperasi
2. Tidak banyak memakan biaya transportasi pemasaran
3. Adanya teknologi pengawetan HMT serta pembuatan konsentrat
4. Adanya pengolaham limbah
5. Kualitas susu memenuhi standar
Kelemahan (Weakness)
1. Hijauan makanan yang susah didapat pada saat musim kemarau
2. Ketersediaan pakan yang mulai langka dan mahal
3. Belum jelasnya regulasi tata letak untuk peternakan
4. Daya simpan susu yang rendah
5. Suku bunga yang tinggi
Peluang (Opportunities)
1. Konsumsi susu sapi yang tinggi dibandingkan dengan komoditas yang lain
2. Konsumsi susu sapi yang terus meningkat
3. Kemudahan dalam pemasaran
4. Peningkatan akan kesadaran gizi masyarakat meningkat
5. Pertumbuhan penduduk yang meningkat
Ancaman (Threat)
1. Penyakit ternak
2. Regulasi koperasi serta pemerintah
10

3. Perubahan iklim yang tidak bisa diprediksi


4. Bahan baku konsentrat yang bersaing dengan manusia sehingga
menyebabkan harga naik
5. Harga ditekan oleh koperasi
Menyusun Strategi
1. S-O : Meningkatkan kegiatan produksi dengan pengelolaan berstandar
mulai dari kegiatan pemenuhan input dengan menggunakan teknologi yang
ada, kegiatan onfarm, hingga kegiaan output yang dihasilkan.
2. W-O : Mengendalikan daya simpan susu yang sebentar dengan cara
membeli cooling tank, serta meningkatkan pengelolaan keuangan yang
tepat guna.
3. S-T : Meningkatkan biosecurity, menggunakan bahan baku konsentrat yang
murah harganya.
4. W-T : Menjaga kualitas susu dengan pemeliharaan yang lebih produktif,
meningkatkan produksi hijauan makanan ternak pada musim penghujan,
menyiapkan pakan untuk musim kemarau.
11

VI. OPERATION SUB-PLAN

6.1 Manajemen lahan


Agar mendapat hasil yang baik untuk budidaya tanaman makanan ternak,
diperlukan pengelolaan yang baik dan cepat untuk mendapatkan pertumbuhan,
produksi dan mutu tanaman yang tinggi. Pengelolaan tersebut mulai dari pemilihan
lokasi, pemilihan bibit, selanjutnya pengolahan tanaman.
Lokasi lahan usaha baik untuk sapi perah memerlukan persyaratan sebagai
berikut :
a) Memiliki prasarana yang memadai untuk usaha penggemukan sapi (lokasi,
lahan relatif datar, tersedia sumber air, kebutuhan air mencapai 70 liter/
ekor/hari)
b) Memiliki sarana yang mencukupi untuk melakukan usaha penggemukan
sapi (bangunan, peralatan, bakalan, pakan, obat hewan, tenaga kerja)
c) Memahami proses produksi (aspek pemilihan bakalan, aspek perkandangan,
aspek pakan, aspek kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner,
dan aspek penanganan hasil);
d) Mudah di jangkau oleh truk (mobil angkutan)
e) Tenaga kerja cukup dan terampil
f) Memperhatikan pelestarian lingkungan.

6.1.1 Pemilihan lokasi


Dalam menentukan tempat atau lokasi yang hendak dipakai sebagai areal
penanaman hijauan, baik sebagai produksi potongan ataupun penggembalaan,
sebaiknya di pilih lokasi yang memiliki kemiringan kurang dari 600 karena akan
membahayakan keselamatan pegawai. Pemilihan lokasi juga tidak hanya
mementingkan kemiringan, namun dengan dengan tersedia nya air, seperti sungai,
mata air, atau embung.
Kecamatan Cikajang terletak di bagian selatan Kabupaten Garut. Topografi
wilayahnya berupa dataran tinggi, pegunungan hingga lereng gunung berapi pada
ketinggian 1.200-2.500 meter diatas permukaan air laut. Dibagian barat terdapat
12

Gunung Papandayan, di timur ada Gunung Cikuray, serta Pegunungan Mandalagiri


di bagian selatan. Kecamatan ini merupakan hulu dua sungai besar yaitu Sungai
Cimanuk yang mengalir ke Laut Jawa dan Sungai Cikandang yang bermuara ke
Samudera Hindia. Suhu rata-rata di Cikajang Garut bersikar antara 14oC – 17oC,
pada temperature tersebut sapi perah cocok untuk dikembangkan. Batas wilayah
Kecamatan Cikajang Garut:
1. Utara Kecamatan Cigedug dan Kecamatan Cisurupan.
2. Timur Kecamatan Banjarwangi.
3. Selatan Kecamatan Cihurip.
4. Barat Kecamatan Pakenjeng, Cisompet dan Kecamatan Pamulihan
Kecamatan Cikajang dipilih karena transportasi yang mudah, serta terletak
di antara geografis yang sangat cocok untuk sapi perah. Serta di cikajang sudah
terdapat Koperasi Peternak Garut Selatan (KPGS) yang menerima bahan baku susu.
Serta terdapat dua sungai yang besar yang nantinya akan menjadi sumber air bagi
peternakan ini.
6.1.2 Pemilihan bibit
Pemilihan bibit sekiranya sesuai dengan lingkungan setempat, mudah
dikembangkan dan dikelola dan kemungkinan bisa memberikan produksi yang
lebih tinggi. Sedangkan bahan penanaman yang umum dipergunakan sebagai bibit
ialah biji, pols dan stek. Jenis tanaman yang akan ditanam adalah tanaman jagung
dan rumput raja.
6.1.3 Pengelolaan lahan
Maksud pengolahan tanah yaitu untuk mempersiapkan media tumbuh yang
optimal bagi suatu tamanan dan umumnya dilakukan pada akhir musim kemarau.
Sedangkan tahap-tahap pengolahan tanah yang baik meliputi land-clearing,
pembajakan dan penggaruan.
1. Membersihkan areal (Land Clearing). Bermaksud membersihkan areal dari
pepohonan, semak-semak dan alang-alang atau tumbuh-tumbuhan lainnya
dengan mempertimbangkan beberapa jenis pepohonan sebagai pelindung,
peneduh dan pencegah erosi.
13

2. Pembajakan. Untuk memecah lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah


sehingga mempercepat proses mineralisasi bahan-bahan organik.
3. Penggemburan atau penggaruan bertujuan untuk menghancurkan
bongkahan-bongkahan besar menjadi struktur remah, sekaligus
membersihkan sisa-sisa perakaran tumbuh-tumbuhan liar.
Penanaman dimulai pada awal musim penghujan, segera setelah tanah itu
selesai diolah dengan sempurna. Hijauan yang ditanam dengan syarat produktivitas
persatuan luas cukup tinggi, nilai palatabilitasnya cukup baik, toleran terhadap
lingkungan (mampu dan cepat beradaptasi dengan tanah dan iklim setempat),
mudah dikembangbiakkan dan nilai gizinya cukup tinggi (Suyitman, 2014).
Perlakuan pemupukan dapat diberikan setelah penanaman, seperti
pemberian N, P dan K bersamaan setelah tanam, sedangkan untuk pupuk N seperti
pupuk urea dapat diberikan 15-20 hari setelah tanam selain itu juga dapat digunakan
pupuk kandang. Pada tanaman penghasil hijauan pupuk nitrogen dibutuhkan dalam
perbandingan yang lebih tinggi dibandingkan dari penghasil biji. Pupuk P dan K
dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberantasan hama dapat secara
mekanis, ditangkap dengan tangan atau pakai jala, sedangkan pemberantasan
penyakit dengan penyemprotan fungisida atau membongkar dan membuang
tanaman yang diserang penyakit
Setelah melakukan peremajaan, selanjutnya tanaman dipotong mengambil
bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia ataupun oleh
renggutan ternak itu sendiri sewaktu digembalakan yang disebut defoliasi. Defoliasi
dilakukan pada saat akhir vegetatif atau menjelang berbunga.

6.2 Sistem pemeliharaan


Sistem operasional onfarm yang ditawarkan dalam bisnis ini dengan
pendekatan pemeliharaan yang intensif, dimana sapi dikandangkan 2/3 hari dan
sesekali digembalakan untuk excercise. Pembuatan kandang dapat dilakukan
dengan penggunaan lantai dengan tanah atau beton. Kandang merupakan tempat
tinggal bagi ternak, pola pemeliharaan secara intensif harus memperhatikan
kontruksi kandang. Tujuannya adalah agar kontruksi kuat dan yang lebih penting
14

lagi ternak yang berada di dalam kandang merasa nyaman atau tidak gaduh.
Menurut Setiawan dan Tanius (2003), fungsi kandang bagi ternak diantaranya:
sebagai tempat ternak berlindung dari semua gangguan yang dapat diprediksi
seperti aklimatisasi, terpaan angin, sinar matahari maupun binatang pengganggu.
Fungsi kandang harus mempermudah pengawasan dan pemeliharaan bagi peternak,
seperti makan, minum, tidur, membuang kotoran. Hingga pada proses pemerahan
susu nantinya. Penambahan kendang dilakukan pada tahun ke 5, diasumsikan
bahwa pada tahun tersebut merupakan ternak sudah mulai bereproduksi yang
membuat perusahaan harus meambah kandang agar keadatan kandang tidak terlalu
padat. Menurut Nugroho (2017) kandang yang baik bagi sapi perah intensif adalah
5m2 untuk 1 ST/AU
Pemberian pakan dilakukan 2 – 3 kali sehari, dimana pakan yang diberikan
berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan diberikan rumput gajah dan tongkol jagung
dengan pemberian 10% dari bobot badan, sedangkan konsentrat 2-3 % bk dari bobot
hidup. Hal ini sependapat dengan Nurhayu, el all (2018) yang menyatakan bahwa
pemberian pakan untuk sapi produktif biasa diberikan 2,5% bk dari bobot hidup
yang kurang lebih berkisar antara 8-9 kg perhari. Musnandar (2011) menambahkan
bahwa imbangan hijauan dan konsentrat perlu diperhatikan pada induk sapi perah
agar gizi ternak berimbang sehingga zat-zat makanan dapat dicerna, difermentasi
dan diabsorbsi dengan baik untuk keperluan produksi secara maksimal. Konsentrat
yang diberikan berupa konsentrat kering yang memunyai komposisi, dedak, bungkil
kelapa, tepung ikan, jagung giling, garam, mineral dan molases dengan kandungan
protein kasar ±19%. Hal ini sependapat dengan Siregar (1996) di dalam jurnal
Nurhayu et al (2018) yang menyatakan bahwa kandungan protein kasar untuk
pemberian sapi perah minimal 18%. Konsentrat sebisa mungkin dibuat sendiri
dikarenakan agar mengurangi biaya, pengolahan konsentrat menggunakan mixer.
Pada musim penghujam hijauan diberikan secara segar, yang nantinya akan
dicacah menggunakan chopper, hal ini dilakukan agar sapi tidak memilih pakan,
dan batang sampai daun yang bisa dimakan sapi tanpa sisa sebagai efisiensi pakan.
Pada musim kemarau dibeikan hijauan dengan pengolahan pengawetan atau secara
silage. Hal ini biasa dilakukan untuk mengawetkan pakan apabila sedang tidak
15

produksi hijauan. Pemberian pakan hijauan dan konsentrat dilakukan dengan cara
bersamaan.
Perkembangan teknologi dapat berupa perkembangan pada alat-alat yang
mendukung kegiatan produksi di suatu peternakan. Saat ini peralatan dengan
teknologi yang lebih maju dalam usaha sapi perah adalah adanya mesin perah.
Dengan menggunakan mesin perah, pemerahan susu jadi lebih praktis dan cepat.
Pemerahan susu di bisnis yang saya rencanakan sudah memakai teknologi, yaitu
menggunakan alat pemerah susu. Hal tersebut dilakukan agar efisiensi waktu serta
banyaknya populasi yang tidak bisa dilakukan oleh manusia secara cepat.
Kelebihan menggunakan mesin pemerah menurut Toeg (2007) yaitu: 1) dengan
menggunakan mesin perah, maka hasil pemerahan lebih optimal, karena pada saat
pemerahan susu tidak tercecer kemana-mana, 2) waktu yang dibutuhkan lebih
efisien dan relatif cepat, 3) pekerja tidak terlalu berat dalam memerah, dan 4) jika
waktu pemerahan lebih cepat, maka dampak tercemarnya mikroba lebih kecil. Latif
(2017) menambahkan bahwa peternak yang jumlah kepemilikan ternaknya makin
banyak maka semakin bersikap positif terhadap Portable Milking Machine karena
proses pemerahan menjadi lebih mudah dan efektif sehingga masih banyak tenaga
yang dapat digunakan untuk kegiatan lain.
16

VII FINANCIAL SUB-PLAN


Tabel 2. Analisis Cashflow
cashflow Tahun 1
Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2.377.889 2.168.084 2.008.280 1.848.475 1.688.671 1.528.866 1.369.061 1.221.132 1.073.202 1.121.323 1.169.443 1.217.564 365.978.1 81.423.51 476.121.5 692.359.4 3.143.969.
saldo .202 .653 .105 .556 .008 .459 .911 .362 .814 .266 .717 .169 17 5 25 73 347
Rp
pinjama 5.000.000 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
cash in n .000 - - - - - - - - - - - - - - - - -
Rp
3.500.000 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
modal .000 - - - - - - - - - - - - - - - - -
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp 196.050.0 196.050.0 196.050.0 2.737.350 3.851.343 5.151.585 6.882.860 9.231.750. 11.154.20
penjualan susu - 00 00 00 .000 .750 .000 .250 094 9.222
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
50.000.00 50.000.00 50.000.00 50.000.00 50.000.00 61.875.00 61.875.00 61.875.00 61.875.00 61.875.00 778.125.0 1.045.015 1.403.343 1.874.484 2.510.472. 3.359.534.
feses 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 .625 .750 .375 266 766
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
lepas Rp 166.250.0 166.250.0 245.218.7 324.187.5 440.666.4 594.655.4
sapih - 00 00 50 00 06 69
Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp 2.250.000.
afkir - - - - - - 000
Rp
Rp 10.555.54
aset - 7.013
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
8.500.000 2.377.889 2.218.084 2.058.280 1.898.475 1.738.671 1.578.866 1.430.936 1.283.007 1.331.127 1.379.248 1.427.368 4.899.289 5.428.587 6.881.571 9.557.653 12.875.24 31.057.91
total .000 .202 .653 .105 .556 .008 .459 .911 .362 .814 .266 .717 .169 .492 .015 .650 8.238 5.816
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
operasi 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 3.360.299 4.174.152 5.232.437 6.662.282 8.558.267. 11.096.11
cash out onal 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 .501 .427 .940 .627 341 1.052
Rp Rp
investas 5.912.306 1.030.000
i .250 .000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
pengemb 833.333.3 833.333.3 833.333.3 833.333.3 833.333.3 833.333.3
alian pokok 33 33 33 33 33 33
modal Rp Rp Rp Rp Rp Rp
339.678.2 339.678.2 339.678.2 339.678.2 339.678.2 339.678.2
bunga 17 17 17 17 17 17
total Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
6.122.110 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 209.804.5 4.533.311 5.347.163 6.405.449 8.865.294 9.731.278. 12.269.12
.798 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 .051 .977 .490 .177 891 2.603
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
NET 2.377.889 2.168.084 2.008.280 1.848.475 1.688.671 1.528.866 1.369.061 1.221.132 1.073.202 1.121.323 1.169.443 1.217.564 365.978.1 81.423.51 476.121.5 692.359.4 3.143.969. 18.788.79
CASH .202 .653 .105 .556 .008 .459 .911 .362 .814 .266 .717 .169 17 5 25 73 347 3.214
17

7.1 Cash Flow


Manajemen keuangan akan diisi oleh bendahara dan admin. Hal ini agar
recording data untuk aliran keuangan dapat tercatat dengan baik. Modal bisnis ini
dari investasi dan modal sendiri sebesar 37,5 % sedangkan 62,5% didapat dari
perbankan BRI dengan proporsi bunga 12 % per tahun atau 1 % per bulan. Hal ini
dilakukan karena perbankan hanya akan mendanai sebesar maksimal 70%,
sedangkan modal pribadi akan diisi oleh investor dan modal pribadi yang nantinya
akan memenuhi proporsional menutup biaya investasi dan biaya produksi selama
satu tahun. Biaya produksi di cover oleh modal awal dikarenakan dalam bidang
peternakan tidak bisa menerimaan secara cepat, karena untuk sapi perah ada fase
kering kendang dimana tidak bisa mengeluarkan produk yaitu susu kalau belum
bunting dan lahir. Pada fase ini kami membuat pupuk kandang dari feses sapi yang
bisa dijual, dikarenakan feses sapi di produksi terus setiap hari. Menurut Budiyanto
(2017) menyatakan bahwa feses sapi rata-rata 7-10 kg/st/hari dipoduksi. Kami
memanfaatkan hal tersebut sebagai penerimaan sampingan serta untuk pupuk pada
lahan yang akan ditanamihijauan, lalu nantinya akan membantu menambah
penerimaan untuk perusahan ini.
Melihat aliran cashflow untuk perusahaan ini sangat sehat, karena pada net
cash tidak mengalami jumah yang negatif. Menurut Fajarwati (2007) bahwa alur
kas yang baik memberikan informasi mengenai tingkat efektfitas dan efisiensi
penggunan sumber daya perusahaan. Sehingga manajemen dapat melakukan
perbaikan apabila penggunaannya tidak efektif.

7.2 Kriteria investasi


Untuk menilai profitabilitas rencana investasi dikenal dua macam metode,
yaitu metode konvensional dan metode nonkonvensional (discounted cash flow).
Dalam metode konvensional dipergunakan dua macam tolok ukur untuk menilai
profitabilitas rencana investasi, yaitu payback period dan accounting rate of return,
sedangkan dalam metode non-konvensional dikenal tigamacam tolok ukur
profitabilitas, yaitu Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan Internal
Rate of Return (IRR) (Sucipto, 2013).
18

7.2.1 Metode Net Present Value (NPV)


Metode ini memperhatikan nilai waktu uang, maka arus kas masuk (cash
inflow) yang digunakan dalam menghitung net present value (nilai sekarang bersih)
adalah arus kas masuk yangdidiskontokan atas dasar discount rate tertentu (biaya
modal, opportunity cost, tingkat bunga yang berlaku umum). Selisih antara present
value penerimaan kas dengan present value pengeluarankas dinamakan Net Present
Value (Sucipto, 2013). Hasil NVP pada bisnis ini adalah Rp6.264.977.882 dimana
NPV lebih dari satu maka usaha tersebut bisa dikatakan layak.

7.2.2 B/C Rasio (benefit cost ratio)


Soekartawi et al. (1986) menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan
memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio > 1. Semakin besar nilai B/C Ratio maka
semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai B/C Rationya
maka semakin tidak efisien usaha tersebut. Net B/C Rasio dalam bisni ini sebesar
1,86 dimana usaha tersebut layak untuk diteruskan. Nilai 1,86 artinya apabila
perusahaan mengelurkan dana Rp 100 maka perusahaan akan mendapatkan
penerimaan sebesar Rp 186.

7.2.3 Gross B/C


Gross B/C menggambarkan kemampuan benefit menutu seluruh
pengeluaran. Gross B/C membandingkan total benefit yang telah di discount
dengan total cost yang telah di discount. Gross B/C dalam bisnis ini sebesar 1,47
yang artinya lebih dari 1 dimana usaha tersebut layak untuk dilanjutkan. Nilai 1,47
artinya apabila perusahaan mengelurkan dana Rp 100 maka perusahaan akan
mendapatkan penerimaan sebesar Rp 147.

7.2.4 Metode Internal Rate of Return


IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan
nol. Discount rate yang dipakai untuk mencari present value dari suatu
benefit/biaya harus senilai dengan opportunity cost of capital seperti terlihat dari
sudut pandangan si penilai proyek. Konsep dasar opportunity cost pada hakikatnya
19

merupakan pengorbanan yang diberikan sebagai alternatif terbaik untuk dapat


memperoleh sesuatu hasil dan manfaat atau dapat pula menyatakan harga yang
harus dibayar untuk mendapatkannya (Sucipto, 2013). IRR yang dihasilkan dari
bisnis ini adalah 26% dimana lebih dari suku bunga bank yang berada di indoensia
saat ini yang berkisar antara 10 -14%, maka usaha ini layak untuk diteruskan

7.2.5 Metode Payback Period (PP)


Payback period adalah suatu metode berapa lama investasi akan kembali atau
periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash
investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period
merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash flownya yang hasilnya
merupakan satuan waktu. Suatu usulan investasi akan disetujui apabila payback
period-nya lebih cepat atau lebih pendek dari payback period yang disyaratkan oleh
perusahaan (Sucipto, 2013). Payback Period dalam bisnis ini adalah 3,534. Hasil
ini artinya dimana perusahaan dapat kembali biaya investasi selala 3 tahun 6 bulan
12 hari

7.2.6 Analisis BEP (break even point)


Analisis titik impas atau pulang modal (BEP) adalah suatu kondisi yang
menggambarkan bahwa hasil usaha tani yang diperoleh sama dengan modal yang
dikeluarkan. Dalam kondisi ini, usaha tani yang dilakukan tidak menghasilkan
keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian. Hasil BEP pada bisnis ini adalah
6,093 yang artinya perusahaan dapat mengembalikan biaya semua operasional
selama 6 tahun 1 bulan 4hari
20

DAFTAR PUSTAKA

Agrina, 2014. Mengurai Lingkaran Setan Sapi Perah. Tabloit Agribisnis Dwi
Mingguan. Inspirasi Agribisnis Indonesia.

Budiyanto, Krisno. 2011. “Tipologi Pendayagunaan Kotoran Sapi dalam Upaya


Mendukung Pertanian Organik di Desa Sumbersari Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang. Jurnal GAMMA 7. Malang.

Fajarwati. D. 2007. Analisis Cashflow Sebagai Sumber Informasi Bagi Serikat


Pekerja di Wilayah Kabupaten Bekasi Jawa Barat. Jurnal Optnimal.1(2): 23-
30.

Kementerian Pertanian. 2016. Outlook Susu. Pusat Data dan Sistem Informasi
Sekertarian Jenderal – Kementerian Pertanian. ISSN. 1907.1507

Latif, A. F. 2017. Sikap Peternak Sapi Perah Anggota Koperasi Peternakan Sarono
Makmur Di Kecamatan Cangkringan Sleman Terhadap Portable Milking
Machine. Thesis. UGM : Yogyakara.

Mardhatilla, F. 2018. Potensi Usaha Ternak Sapi Perah Rakyat Di Dataran Rendah.
LOGIKA. 22(3) : 14-12.

Musnandar C. 2011. Efisiensi energi pada sapi perah Holstein yang diberi berbagai
imbangan rumput dan konsentrat. J Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
13:53-58.

Nugroho. H, K. 2017. Perencanaan Usaha Pembibitan Sapi Perah. Dirjen


Peternakan dan Kesehatan Hewan BBPTUHPT Baturaden. Kementerian
Pertanian.

Nurhayu A, Ella A, Sariubang M. 2017. Perbaikan Pakan pada Induk Sapi Perah
sedang Laktasi di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Pros.Semnas.TPV.
: 132-138.

Pratomo, B. Cara Menyusun Ransum Ternak. Yogyakarta: Poultry Indonesia 1986.

Rangkuti. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi


Konesp Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Sarwono, S.W. 2001. Psikologi Sosial. Balai Pustaka, Jakarta.

Setiawan, T dan A. Tanius. 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa Edisi
1. Penebar Swadaya, Jakarta.
21

Siregar, S.B. Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. 1996.

Soekartawi, 1986, Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani
Kecil, UI – Press, Jakarta

Sucipto, 2013, “Penilaian Kinerja Keuangan”, Jurnal Ekonomi & Bisnis, FE


Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sumitro. 2014. Keuntungan Dan Kelemahan Dari Setiap Jenis Struktur Organisasi.
Jurnal Ilmiah AMIK Labuhan Batu. Vol 2(2) 35-51.

Suyitman, dkk. Agrostologi. Padang: Fakultas Peternakan Universitas Andalas.


2003.

Suyitman. S. 2014. Produktivitas Rumput Raja (Pennisetum purpupoides) pada


Pemotongan Pertama Menggunakan Beberapa Sistem Pertanian. Jurnal
Peternakan Indonesia. 16(2) : 119-127.

Toeg, P. 2007. Milking Machine. http://www.madehow.com/Volume-2/Milking-


Machine.html. Diakses tanggal 05 Desember 2019.

Umi, U., Wina, E. 2008. Pengolahan Dan Nilai Nutrisi Limbah Tanaman Jagung
Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. WARTAZOA. 18(2): 127 -136
.
Wardani. T.S., K. Budiraharjo dan E. Prasetyo. 2012. Analisis Profitabilitas Pada
Peternakan Sapi Perah “Karunia” Kediri. Animal Agricultural Journal. 1(1).
339-357.

Wardani. W,K. 2017. Pengaruh Kreativitas dalam Peningkatan Kompetensi


Kepemimpinan Alumni Magister Manajemen Pendidikan Pada Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jurnal Manajemen Pendidikan. Vol 4 (2) : 220-230.

Anda mungkin juga menyukai