Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI

ANALISIS STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH


DI
PROYEK JEMBATAN KARANGGAYAM
Jalan Magelang Km. 7 Yogyakarta

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD RAFI’
18505241010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL


DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA 2019

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI

Judul Laporan PI
Muhammad Rafi’
18505241010

Laporan ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Menempuh Mata Kuliah Praktik Industri
Program Studi Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik UNY

Menyetujui/Mengesahkan :

Pembimbing Industri, Dosen Pembimbing,

__________________ ________________
NIP. ………………………

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Koordinator Praktik


Industri
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta,

______________________. _______________
NIP. NIP.
BAB I
Latar Belakang
Kuliah merupakan tempat dimana seseorang diajarkan mengenai ilmu,
teori, dan teknik akan suatu hal tertentu yang proses pembelajarannya bisa
dikatakan berada pada tingakt yang lebih lanjut. Teori atau ilmu yang ada pada
kuliah ini juga sudah sangat jelas terlihat implementasi atau korelasinya terhadap
dunia kerja, jika dibandingkan pada pendidikan di jenjang sebelumnya seperti
SMK atau bahkan SMA. Dalam dunia perkuliahan para mahasiswa tidak hanya
dituntut untuk mampu memahami teori-teori tersebut tetapi juga mampu
melasanakannya secara langsung, oleh karenanya didalam SKS setiap semester
terdapat mata kuliah praktek. Selain kedua hal penting di atas, masih terdapat hal
lain yang perlu diperhatikan yaitu pengalaman. Pengalaman dalam dunia
pekerjaan sangat diperlukan mahasiswa unutk lebih mematangakan ilmu, teknik,
dan metode yang telah didapat selama proses perkuliahan, seperti bagaiamana
penyesuaian tekniknya, improvisasi terhadap keadaannya, korelasinya dan lain-
lain, karena seperti yang banyak orang katakan teori tanpa praktek ibarat tong
kosong sedangkan praktik tanpa teori itu tidak ada manfaatnya. Harold Anthony
dan Lloyd (2016).
Program Studi Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultak Teknik
Universitas Negerti Yogyakarta mewajibkan peserta didik untuk mengikuti
praktik industri, sehingga dapat belajar dan mendapatkan pengalaman kerja secara
langsung di lokasi proyek terkait. Untuk mengambil kegiatan praktik industri ini
peserta didik wajib telah mengikuti pembekalan PI , dan telah menyeselesaikan
jumlah SKS tertentu. Praktik Industri ini akan dilaksanakn selama 330 jam.
Pemilihan lokasi Praktik Indsutri diserahkan langsung kepada masing-
masing kelompok peserta didik, yang selanjutnya mengikuti persetujuan dari
pihak Universitas. Untuk pemilihan lokasi, kami berempat setuju untuk berada di
Proyek Pembanguna Jembatan Karanggayam yang berlokasi di …… . Alasan
pertama karena diantara tiga lokasi yang telah kami temui proyek Jembatan
Karanggayam ini berada paling dekat dengan lokasi tempat tinggal kami,
dibanding pada proyek rel kereta api yang berada pada Jalan Wates-Purworejo,
Alasan kedua karena banyaknya jumlah PKL yang sudah masuk, Proyek
Jembatan Karanggayam waktu itu ada 10, Proyek Jembatan Kedungjati 20.
Tujuan Praktik Kerja
1. Memenuhi persyaratan mata kuliah wajib Praktik Kerja Program Studi
Pendidikan Tekni Sipil dan Perencanaan
2. Mahasiswa dapat mengetahui secara jelas ondisi pada suatu pekerjaan
konstruksi jembatan
3. Mahasiswa dapat mengetahui persamaan dan perbedaan mengenai teori
yang telah diajarkan selama kuliah dengan keadaan nyata yang ada
pekerjaan proyek.
4. Mahasiswa dapat memahami proses atau track record pelaksanaan proyek
konstruksi jembatan
5. Mahasiswa dapat mengetahui hambatan apa saja yang /mungkin terjadi
selam proses pelaksanaan proyek konstruksi jembatan

Manfaat Praktik Kerja


1. Mahasiswa dapat memenuhi persyaratan mata kuliah wajib Praktik Kerja
Program Studi Pendidikan Tekni Sipil dan Perencanaan
2. Mahasiswa mengetahui secara jelas ondisi pada suatu pekerjaan
konstruksi jembatan
3. Mahasiswa mengetahui persamaan dan perbedaan mengenai teori yang
telah diajarkan selama kuliah dengan keadaan nyata yang ada pekerjaan
proyek.
4. Mahasiswa memahami proses atau track record pelaksanaan proyek
konstruksi jembatan
5. Mahasiswa mengetahui hambatan apa saja yang /mungkin terjadi selam
proses pelaksanaan proyek konstruksi jembatan

BAB II
Profil Industri

A. Manajemn Industri

Lokasi proyek
Proyek Pembagunan Jembatan Gayam berlokasi di
Sebelah Utara : Desa Pleret
Sebelah Timur :
Sebelah Barat :
Sebelah Selatan : Desa Segoroyoso

Gambar 2.1
Sumber : Google Maps 202

Data proyek
Data Umum :
Nama Proyek : Belanja modal pengadaan Jembatan Gayam
Lokasi Proyek : Kec. Pleret, Kab. Bantul
Nilai kontrak : Rp 10.951.729.982,00
Masa pelaksanaan : 200 hari kalender
No. SPP/Kontrak : 28/SP/Jembatan-Gayaam/III/2020
Tanggal : 05 Maret 2020
No SPMK : 38/SP/MK/Jembatan-Gayam/III/2020
Tanggal : 05 Maret 2020
Konsultan perencana : CV. REKA KUSUMA BUANA
Konsultan pengawas : PT. TRI PATRA KONSULTAN
Pelaksana : PT. DWI MULYO LESTARI

Data Teknis

Jenis jembatan
Kelas jembatan
Panjang total jembatan
Jumlah bentang
Lebar lalu lintas
Lebar trotoar
Jarak antar girder
Tebal pelatl lantai
Mutu baja tulangan

Mutu Beton

Data pelat lantai


Data bourpile
Data Retaining wall
Data konstruksi jalan

Besar dan sumber dana

Organisasi proyek
Organisasi proyek merupakan sekelompok orang dengan kemampuan dan
keahlian yeang berbeda-beda yang saling berkaitan satu sama lain guna
menciptakan suatu hasil pekerjaan secara efisien dan efektif atau sesuai
kesepakan awal. Organisasi ini sangat perlu untuk dikelola secara tepat dan
penuh tanggung jawab agar proses pelaksanaan proyek dapat berjalan lancar
sesuai perencanaan. Pada proyek konstruksi jembatan ini melibatkan beberapa
pihak meliputi :
1. Pemilik proyek :
2. Konsultan perencana: CV. REKA KUSUMA BUANA
3. Konsultan pengawas : PT. TRI PATRA KONSULTAN
4. Pelaksana : PT. DWI MULYO LESTARI
5. Sub kontaktorI :
6. Sub kontaktor II :
7. Sub kontaktor III :
8. Sub kontaktor IV :
BAB III
A. Kegiatan umum mahasiswa praktik industri
1. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan
2. Pelaksanaan pekerjaan Erection
3. Pelaksanaan pekerjaan pelat lantai jembatan
4. Pelaksanaan pekerjaan pelat injak
5. Pelaksanaan pekerjaan dinding penahan tanah (retaining wall)
6. Pelaksanaan pekerjaan finishing jembatan

A.1 Pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan


Pekerjaan konstruksi jalan pada proyek Jembatan Gayam termasuk ke
dalam jenis jalan aspal atau disebut perkerasan lentur (flexible pavement),
salah satu diantara tiga jenisnya, yaitu : jalan paving, jalan beton dan jalan
aspal .Oleh karena itu jenis konstruksi jalan ini menggunakan campuran aspal
sebagai lapisan permukaan dan butiran kerikil dan pasir sebagai lapisan di
bawahnya.
Terdapat 4 macam komponen dalam pekerjaan konstruksi jalan aspal,
yaitu :
1. Tanah Dasar atau sub grade pada Proyek Jembatan Gayam berupa tanah
timbunan yang dipadatkan dengan tandem roller. Tanah jenis ini berfungsi
sebagai dasar untuk bagian lapis atasnya.
2. Lapisan pondasi bawah berupa batu kerikil berukuran kira-kira …… dengan
tebal sekitar …..yang fungsinya untuk membantu menyebarkan beban
kendaraan.
3. Lapisan pondasi atas berupa batu kerikil kecil dan pasir dengan ukuran butir
sekitar …….. dengan tebal
4. Lapisan permukaan adalah bagian perkerasan yang letaknya paling atas.
Merupakan campuran dari agregat dan aspal yang bergradasi rapat yang
harus kedap air, permukaan rata namun kasar, yang fungsinya sebagai
pelindung , penerima langusng gesekan kendaraan dan menyalurkan beban
ke bawahnya.
Pekerjaan Konstruksi jalan pada proyek pengadaan modal Jembatan Gayam
tidak hanya pada bagian jembatan saja. Selain pad abagian bentang dan kedua
pangkal jembatan , pada paket proyeknya juga terdapat sejumlah panjang 200
meter jalan ukuran sedang. Sehingga total jalan yang dikerjakan dalam proyek
Jembatan Gayam ialah sepanjang 350 meter. Unutuk detailnya bias dilihat pada
gamabr dibawah ini.

A. 1.1 Pekerjaan lapisan subgrade atau tanah dasar


a. Lapisan ini merupakan tanah berupa tanah urug. Dalam proyek Jembatan
Gayam terdapat dua jenis tanah yang dipakai sebgau timbunan. Yaitu tanah
timbunan asli dari lokasi dan tanah pesanan (didatangkan).
b. Selama prosesnya perlu didampingi soerang konsultan pelaksana, surveyor
maupun pengawas agar kemiringan atau belokan jalan sesuai dengan gamabr
rencana.
c. Dalam penimbunan lapisan subgrade ini dinding penahan tanah atau talud dan
juga retaining wall pada jembatan sudah harus dibangun dengan kuat dan
kokoh sesuai standar pemeliharaan atau kekuatan.
d. Apabila dinding penahan tanah sudah dibangun maka barulah tanah timbunan
dapat di urug sesuai lebar yang telah direncanakan. Pada proyek ini keadaan
jalan seblumnya sudah berasapal pada bagian utara jembatan, dengan lebar
kurang lebih setengah dari lebar jalan yang akan dibangun ssetelahnya. Oleh
karenanya jalan aspal ini dikeruk dengan alat berat excavator kemudian hasil
kerukan tersebut dijadikan juga sebagai timbunan.
e. Untuk mekanisme sebarapa tinggi urugan tiap standar pemadatannya, pada
proyek dilakukan setiap satu buah gelaran truk atau sekitar 15 cm tebal
timbunan. Barulah kemudian dilakukan pemadatan dengan dua buah tandem
roller hingga mencapai kepadatan tertentu. Hal tersebut ddilakukan hingga
mencapai ketebalan timbunan sesuai rencana awal.
f. Pada bagian tengah jalan atau dalam gambar rencana sekitar 100 m dari titik
enol jalan bagian utara jembatan terdapat pasangan atau pekerjaan box culvet
sebagai saluran irigasi/drainase.Hal itu dilakukan sebelum pemadatan tanah
urug. Box culvet ini dipasang karena pada keadaan sebelumnya juga terdapat
saluran drainase tetapi dalam ukuran yang lebih kecil. Alasan utamanya karena
pada bagian timur dan barat dari jalan merupakan area persawahan, yang
bilamana terdapat genangan air maka dapat melewati bentangan jalan tersebut
dengan mudah.
g. Pada bentang jalan diatas pelat lantai tidak terdapat timbunan

A. 1.2 Pekerjaan lapisan pondasi atas dan pondasi bawah


a. Lapisan pondasi bawah atau agregat B digelar setelah timbunan atau tanah
urug pada jalan yang sudah dipadatkan dengan tandem roller. Dalam
perletakannya agregat B tidak secara langsung digelar diatas timbunan,
melainkan pada timbunan tesebut terlebi dahulu dibuat suatu wadah atau
dilakukan pengurangan elevasi sedalam 10 cm dengan alat berat excavator dan
juga kondisi timbunan dalam kondisi basah. Setelah itu barulah agregat B
digelar didalamanya.
b. Agregat kelas keals B dilakukan pemadatan menggunakan tandem roller
mencapai kepadatan tertentu. Setelah memadat maka selanjutnya padatan
tersebut dibasahi dengan mobil pickup yang domodifikasi dengan tangka air.
Hal itu dilakukan unutk menjaga kadadr air agar kekuatan tanah lapisan tidak
menurun.
c. Setelah Agregat B terhampar dan padat, maka selanjutnya penggelaran Agregat
kelas A atau lapisan pondasi atas. Proses pekerjaannya sama persis seperti
agragat kelas A hanya saja tidak perlu adanya penguranga elevasi. Setelah
dihamparkan dengan excavator maka kemudian dipadatkan dengan tandem
roller minimam 4 kali bolak balik dengan vibrator pada waktu tertetnu
dinyalakan .Lalu barulah dengan pick up (water tank) di jaga kadar airnya.
d. Walaupun ukuran agregat kelas A terhitung kecil akan tetapi pada akhir
pemadatannya pada bagian tertentu masih terdapat bagian jalan yang tampak
tidak rata atau masih terdapat rongga. Maka pada proyek Jemabtan Gayam
setelah Agregat A tersebut masih terdapat lapisan tambahan berupa abu unutk
menutupi bagian-bagian yang tidak rata tersebut.
e. Pada proyek Jembatan Gayam unutk mengecek standar kepadatan Agregat A
dan B tersebut dilakukan beberapa kali uji sandcone, yaitu sejumlah 5 kali
percobaan. 2 kali pada saat sebelum agregat A dihamparkan, 3 kali pada saat
agregat A telah dihamaprkan. Uji sandcone pada agregat B ini dilakukan dekat
dengan pangkal jembatan atau jalan tepat sebelum masuk pangkal jemabatan
pada bagian utara maupun selatan. Sedangkan pada agregat A dilakukan setiap
50 m mulai dari titik nol yang dimaksud dalam gamabar rencana.
f. Uji sandcone yang disyaratkan minimal sebesar 100% kurang dari nilai itu
maka tanah agrgat keals A dan B waktu itu perlu dipadatkan kembali.
g. Pada bentang jalan diatas pelat lantai jemabtan tidak terdapat lapisan pondasi
bawah maupun atas.

A.1.3 Pekerjaan lapisan permukaan atau pekerjaan pengaspalan


a. Sebelum melakukan penghamparan aspal maksa sebelumnya area sepanjang
jalam pada proyek ini sepanjang 350 meter, 200 meter jalan biasa 100 meter
pangkal jembatan, 50 meter bentang jemabatan perlu dilakukan pembersihan
medan. Pembersihan ini dilakukan dengan bantuan compressor truck dengan dua
output blower unutk menghilangkan atau menyingkirkan materi-materi yang tidak
dibutuhkan.
b. Setelah itu barulah diberikan prime coat dan tack coat suatu lapisan rekat yang
berfungsi sebagai daya ikat tamabahan sekaligus menjaga lapisan agregat
dibawahnya dari air hujan. Penghamparannya dilakukan dengan menggunakan
aphalt distributor. Perbedaan prime coat dan tack coat disini hanya pada
perbedaaan permukaan dibawahnya. Prime coat untuk lapisan agregat A
sedangkan tack coat pada lapisan permukaan beton.
c. Apabila prime coat dan tack coat sudah terhamparkan, maka barulah lapisan
aspal atau laston ini dapat dilakukan pengerjaannya. Aspal atau laston ini
diproduksi pada asphalt mixing plant yang kemudian dibawa ke lokasi proyek
Jembatan Gayam menggunakan dump truck ukuran sedang.
d. Unutuk menghamparkan aspal tersebut dengan ketebalan dan lebar yang
diinginkan maka digunakan dengan asphalt finisher yang tepat didepannya
merupakan sump truck sebagai pemasok aspal untuk asphalt finisher. Pada proyek
Jembatan Gayam hanya mampu dilakukan setangah badan jalan saja.
e. Proses pemadatan laston ini terdapat 3 tahap atau operasi pemadatan, yaitu
pemadatan awal, pemadatan antara dan pemadatan akhir. Pemadata awal
dilakukan oleh tandem roller, pemadatan kedua dilakukan oleh tire roller dan
ketiga dilakukan lagi oleh tandem roller tanpa vibrator.
f. Jadi urutannya akan seperti ini pertama dump truck ,lalu asphalt finisher,
tandem roller , tire roller.
g. Khusus unutk tire roller pada prosesnya tidak dilakukan satu arah saja tetapi
bolak-balik dalam rentang jarak 50 meter sebanyak 12 kali dengan maksimal
kecepatan 20 km sesuai yang diisyaratkan oleh pengawas lapangan.
h. Proses pengaspalan ini diawali pada bagian selatan terlebih dahulu mengingat
akses masuk kendaraan alat berat hanya bias dilalui dari sana. Kemudian untuk
prosesnya karena sekali tempuh asphalt finisher hanya mampu mencakup
setengah jalan dan ketebalan tertentu saja maka dilakukan 4 kali hamparan bolak
balik.
i. Dalam seluruh prosesnya pada pekerjaan pengaspalan ini didampingi oleh
seluruh konsultan pelaksana termasuk general superintendnya beserta pengawas.
Durasi dalam pekerjaan aspal ini cukup memakan banyak waktu, yaitu mulai dari
jam 9 pagi hingga 8 malam.
A.2 Pelaksanaan pekerjaan pemasangan balok girder
Balok girder sebuah balok beton yang diletakkan diantara dua penyangga
yaitu abovement atau pier yang berfungsi sebagai penerus beban atau gaya ke
abutment atau pier. Pada proyek Jembatan Gayam baok girder yang digunakan
adalah balok girder pre-cast profil I. Berdasarkan pada gambar rencana terdapat
sekitar 35 buah balok girder dengan 5 buah elastomer pada masing-masing
abutment (ada dua abutment), sehingga terdapat 7 buah girder pada setiap
elastomernya/dudukan. Dari 7 buah balok girder tersebut 2 buah yang berada pada
pangkal jembatan berukuran 5,4 m sedang sisa pada tengahnya masing-masing
sepanjang 8m, jika ditotal maka akan berjumlah 50,8m.
Metode peletakan girder yang dipakai dalam proyek Jembatan Gayam
menggunakan metode temporary bridge dan crane pararel . Temporary bridge ini
berupa baja dengan bentang 50 m yang sudah tersambung darri 5 sub bagian yang
kemudian diangkat dengan oleh crane menuju abutment untuk nantinya sebagai
penyangga girder sementara sebelum stressing.
Stressing girder merupakan proses penarikan kabel tendon(strand) yang
terdapat di dalam girder agar balok-balok girderr tersebut dapat tersambung
dengan kokoh atau menegang menjadi sebuah beton prategang. Pada proyek
jembatan Gayam karena merupakan balok girder precast otomatis metode
stressing yang digunakan ialah post-tension, yaitu proses penegangan yang
dilakukan dengan kondisi beton terlebih dahulu di cor sebelum diberi gaya
prategang.

A.2.1 Pekerjaan Erection Girder


a. Seperti yang telah disebutkan bahwa dalam pengankatan girder dalam proyek
Jembatan Gayam dialakukan dengan bantuan temporary bridge yang selanjutnya
disebut perancah. Perancah ini terbagi menjadi 5 buah bagian atau pasangan.
Setiap bagian tersebut memiliki panjang 10 meter, jadi totalnya terdapat 50 meter
sesuai panjan bentang jemabtan nantinya 50,8m.
b. Sebelumnya perancah ini dibawa ke lokasi dengan menggunakan satu buah truk
dolly yang kemudian di lokasi dirancang menjadi satu dengan 3 bantuan
mobilized crane. Dua crane kapasitas 50 ton yang masing-masing berada pada
setiap sebrang jembatan, utara dan selatan, dan satu lagi crane kapasitas 20 ton
pada bagian selatan. Karena docking girder ataupun perancah hanya bias
dilakukan dari selatan.
c. Setelaah perancah sudah tersambung sepanjang 50 meter maka perancah
tersebut akan diletakann oleh crane di abutment jembatan. Jadi pada bagian bawah
elastomer atau dudukan girder teradapat suatu dudukan kusus yang sejak awal
memang direncanakan sebagain letak suatu perancah.
d. Apabila sudah tersetting pada tempatnya maka perancah tersebut masih perlu
diberikan perkuatan dengan cara menambahkan tumpuan setiap bagian
sambunganya dengan sebuah pipa besi tabung yang kemudian di satukan dengan
di las. Setelah itu barulah girder dapat diletakkan di atasnya.
e. Karena girder hanya bisa di docking melalui bagian selatan maka girder ini
tidak bisa secara langsung diletakkan dengan crane begitu saja karena jangkauan
radiusnya tidak memungkinkan. Maka dai itu cara kerjanya, girder akan ditaruh
diatas suatu rel kayu gelincir yang mana mekanismenya hampir seperti rel kereta
api antara kayu dengan perancah. Dengan begitu maka girder dapat ditarik dengan
crane melalui bagian utara. Hal tersebu6 dialkukan sampai pada segmen girder ke
6, untuk girder terkahir karena dapat dijangkau crane maka dapat langsung ditaruh
ditempat.
f. Pada perletakan girder di atas perancah, masing-masing girder diberi jarak
tertentu untuk memberikan lem khusus beton unutk meningkatkan daya ikat
ataupun melindungi strand salam girder nantinya.

A.2.2 Pekerjaan stressing girder


a. Setelah ketujuh segmen girder sudah tersettle diatas perancah maka
selanjuntnya ialah pekerjaan stressing girder tipe posttension. Disebut posttension
karena beton pada proyek ini merupakan beton precast jadi beton terlebih dahulu
dicor sebelum diberi tegangan.
b. Pada sebuah girder terdapat 6 buah lubang yang elevasinya berbeda-beda sesuai
perencanaan awal. Pada lubang-lubang tersebut dimasukkan strand baja khusus
sesuai standar ASTM yang namanya seven wire strand, dimana dalam 1 bentang
kawat terdiri dari 7 untaian kawat yang menyatu.
c. Setelah semua strand dimasukkan kedalam lubang lubang tersebut, selanjutnya
yaitu pemasangan wadge plate. Wadge plate atau angkur ini merupakan besi bulat
berlubang yang ukurannya sedikit lebih besar dari lubang pada girder. Strand-
strand tadi yang per lubang terdapat 19 itu dimasukkan ke dalam wadge plate per
strand 1 lubang. Setelah itu untuk mengunci antara wadge plate dan strand
dipakailah wadges.
d. Apabila wadge plate dan wadges sudah terpasang maka barulah dilakukan pada
5 lubang lainya dan tentunya muka lubang lainya. Kemudian barulah dapat
dilakukan stressing girder .
e. Pemberian tegangan ini dilakukan dengan sebuah alat yang bernama jacking
force. Alat tersebut dipasang tepat pada wadge plate. Setelah alat tersebut
dihidupkan otomatis beton akan terkenai gaya prategang initial atau terjadi
stressing. Seberapa besar tegangan yang perlu diisyaratkan harus mencapai kuat
minimum tekan yang diisyaratkan konsultan.
f. Proses jacking tersebut hanya bias dilakukan per lubang girder saja. Jadi untuk
melakukan stressing satu bentang girder perlu dilakukan 12 kali proses jacking.
g. Prose stressing tersebut dapat dilihat efeknya pada seluruh segmen girder yang
secara perlahan mulai menegang dan otomatis dapat menopang bebannya sendiri
(tidak lagi menopang pada perancah).
h. Setelah seluruh strand telah dilakukan stressin barulah sisa strand yang
menonjol atau overlevel dapat dipotong menggunakan bar cutter.
Jembatan Gayam terdapat total 5 dudukan elastomer atau 5 bentang
girder. Maka apabila satu bentang girder sudah tererction dan sudah dilakukan
proses stressing maka perancah yang berada dibawahnya dapat dipindah atau
digeser ke dudukan yang lain. Cara pemindahannya juga memerlukan waktu yang
lama karena tumpuan pada bawah perancah yang berjumlah 4 , dua pada sungai
dua lainya di pinggir sungai perlu dilepas terlebih dahulu. Setelah perancah sudah
digeser maka barulah tumpuan tersebut dipasang kembali.

A.2.3 Pemasasngan diafragma


Diafragma merupakan elemen struktur yang berfungsi untuk memberikan
ikatan antara PCI Girder sehingga akan memberikan kestabilan pada masing PCI
Girder dalam arah horisontal. Maka dari itulah diafragma ini diletakkan diantara
dua bentang girder, atau tegak lurus dari bentang girder. Pada setiap dua bentang
girder terdapat 6 buah diafragma , jadi apabila terdapat 5 bentang girder maka
totalnya ada 24 diafragma.
Sistem difragma yang digunakan pada Jembatan Gayam adalah beton
pracetak. Pengikatan tersebut hamper sama seperti girder yaitu dilakukan dalam
bentuk pemberian stressing pada diafragma dan PCI Girder sehingga dapat
bekerja sebagai satu kesatuan . Satu kesatuan tersebut saling tersambung kepada 3
diafragma yang lain, satu bentang horizontal diafragma. Untuk peletakan ataupun
proses stressing diafragma hanya bisa dilakukan apabila dua bentang girder sudah
dilakukan stressing.

A.2.4 Pemasangan deck slab


Deck slab merupakan elemen non-struktural yang berfungsi sebagai lantai
kerja dan bekisting bagi plat lantai jembatan. Deck slab tersebut pada proyek
Jembaan Gayam merupakan beton pracetak. Jadi pada bagian diantara dua
bentang girder pada bagian atasnya sudah terdapat sebuah dudukan untuk deck
slab tersebut, dengan begitu pemasangan deck slab terhitung cukup mudah karena
hanya perlu meletakkan saja pada dudukan tersebut dengan bantuan alat berat
crane, tidak perlu adanya lapisan perkuatan atau semacamnya karena pada
akhirnya deck slab ini akat ikut tercor dengan pelat lantai. Untuk ukrannya sekitar
60*60 cm sehingga setiap dua bentang jembatan terdapat total 65. Perlu juga
diketahui bahwa deck slab ini hanya dapat diletakkan pada dua buah bentang
girder atau hanya jika berada diantara dua dudukan. Dari kelima bentang otomatis
dua buah dudukan tersebut hanya ada 4 bentangan saja, pada bagian sayap kanan
maupun kiri memang terdapat dudukan tetapi tidak dimungkinkan diletakkan deck
slab. Oleh karena itu nantinya sebagai ganti dari deck slab maka akan deberikan
bekisting khusus.

A.3 Pelaksanaan pekerjaan pelat lantai jembatan


Pelat Lantai merupaka lantai yang tidak bukan terletak tepat di atas tanah
melainkan lantai yang berada di atas balok suatu konstruksi seperti plat lantai
apartemen atau plat lantai jembatan dan lain-lain. Pada proyek Jembatan Gayam
digunakan pelat lantai beton yaitu pelat yang dalam proses perancangannya diberi
tulangan baja. Tulangan baja ini dipasang pada kedua arahnya , semisal 2d maka
pada sumbu x dan y, hal ini secara umum bertujuan untuk menahan momen tarik
dan lentur.

A.3.1 Pekerjaan bekisting


a. Melakukan pengukuran rencana lokasi pengecoran, karena seberapa besar atau
bentuk hasilnya nanti sangat dipengaruhi oleh bekistingnya. Pada proses ini perlu
didampingi oleh pelaksana maupun surveyor agar perhitungan atau perletakannya
tepat sesuai rencana.
b. Setelah rencana penempatan sudah dilakukan maka bekisting sudah dadpat
dirancang.
c. Pada proyek Jembatan Gayam papan bekisting maupun penopang besi sudah
diukur atau disetting sesuai kebutuhan perakitan. Jadi saat tibaa jadwal
pelaksanaan bekisting pelat lantai, para pekerja hanya perlu memasangnya saja
tidak perlu memotong, mengukur, menyesuaikan ulang pada prosesnya.
d. Seperti yang sudah dikatakan pada deck slab pada bagian sayap jembatan kanan
maupun kiri tidak dapat diberi elemn tersebut. Jadi sebagai pengganti deck slab
pada proyek ini dibuat sebuah bekisting dengan penopang besi berbentuk segitiga
yang setiap jarak antara penopang tersebut sangat dekat sekitar 30 cm mengingat
berat jenis beton sangat berat.
e. Selain memastikan bekisting sudah diberi perkuatan dengan penopang, kawat,
atau lainya , hal yang tidak kalah penting ialah memberikan unsur tambahan yang
berfungsi sebagai penyumbat pada bagian yang sekiranya tidak mampu menahan
beton cair melewati wadah bekisting. Unsur tambahan tersebut dapat berupa kain,
kapas atau gabus.
f. Langkah terakhir pada pemasangan bekisting ialah memastikan apakah
bekisting sudah kuat dan rapat sehingga pada proses penulangan terutama bagian
beksiting sayap dan juga saat pengecoran tidak terjadi hal yang tidak diinginkan
yaitu seperti runtuhnya bekisting ataupun keluarnya cairan beton dari tempatnya.
g. Selain itu pada bagian dalam muka beksiting perlu diolesi sejenis oli agar
nantinya memudahkan saat pelepasan bekisitng pada saat beton sudah kuat
dibebani.

A.3.2 Pekerjaan pembesian


a. Pekerjaan pembesian pelat lantai dilakukan setelah semua bekisting sudah
dipasang. Hal itu dilakukan bukan tanpa alasan, yaitu pada bekisting bagian sayap
apabila tidak diapasang saat pembesian akan sangat susah atau tidak
memungkinkan para pekerja untuk merancang penulangan. Karena pada
prakteknya bekisting ini dijadikan pijakan oleh para pekerja unutuk merakit
tulangan pada bagian sayap. Ditambah pada bagian sayap ini selain terdapat
tulangan pelat lantai diatasnya juga terdapat tulangan unutk trotoar dan juga
pagar/railing.
b. Sama seperti halnya pada beksiting segala bentuk segmen tulangan pada proyek
Jembatan Gayam pada jauh-jauh hari sudah dipotong sesuai gambar rencana. Jadi
pada jadwa pelaksanaan penulanga dapat langsung dirancang.
c. Perancangan tulangan ini dilakukan secara urut dan bertahap mulai dari utara
jembatan menerus hingga selatan jembatan. Jadi dilakukan searah saja.
d. Memastikan apakah lokasi letak penulangans udah sesuai dengan gambar
rencan dan juga kekuatan ikatan antara tulangan yang satu dengan yang lain
cukup kuat.
e. Setelah semua penulangan sudah terkondisikan sesuai standar, kuat, tepat, dan
bersih dari sesuatu yang tidak diperlukan maka pelat lantai siap unutuk dilakukan
pengecoran.

A.3.3 Pekerjaan Pengecoran


a. Sebelum pekerjaan pengecoran perlu adanya suatu perijinan antara penyedia
dengan pihak konsultan atau oleh general superintend, dan dalam prosesnya perlu
didampingi oleh konsultan pelaksana maupun pengawas.
b. Pengecoran pelat lantai pada proyek Jembatan Gayam dilakukan dalam satu
kurun waktu yaitu sehari saja. Pada prosesnya pengecoran tersebut dibutuhkan
total 13 molen truck untuk mengisi seluruh pelat lantai jemabtan.
c. Pelat lantai jembatan merupakan bagian dari bentang jembatan oleh karena itu
otomatis panjangnya sama dengan bentangya yaotu 50m. Dengan jarak sejauh itu
maka hanya dengan concrete truck dan itupun pada masing-masing mulut
jembatan tidak akan mampu menjangkau bagian tengah bentang jembatan. Untuk
menangani hal tersebut dan juga agar efektif , pada prosesnya dilakukan hanya
dengan satu concrete truck dari bibir jembatan bagian utara dengan bantuan pipa
yang dapat disambung sampai pada akhir bentang jembatan. Pipa tersebut
disambung langsung sejauh brntang jembatan kemudian dalam proses pengecoran
hanya perlu mengurangi sambungan pipa tersebut. Hal ini dilakukan karena
apabila kondisinya dibalik maka akan memakan waktu yang lama ,mengingat
memasang sambungan pipa lebih lama daripada membongkarnya.
d. Pada proses pengecoran untuk memprmudah pengahamparan beton basah
digunakan alat concrete vibarator. Alat tersebut sangat efektif unutk membantu
penghamparan beton basah selain menggunakan sekop, pacul atau sejenisnya.
Setelah beton basah sekiranya sudah eleasinya terlihat sudah selevel maka tinggal
dilakukan penghalusan dengan cetok.
e. Setelah semua beton basah sudah terhampar dan rata sesuai cetakan
beksitingnya maka hal selanjutnya ialah melakukan pemeliharaan. Pemeliharaan
ini dilakukan selama 28 hari atau sesuai instruksi konsultan perencana atau
pengawas. Macam pemeliharaan dalam proyek Jemabatan Gayam ialah yang
pertama menjaga beton tetap basah dengan diesel air , secara kebetulan dalam
pengadaan air dalam proyek sangat mudah karena pada bagian bawah jembatan
merupakan sungai yang sangat lebar dan bersih. Kedua yaitu dengan karung goni
unutuk membantu kelembapan selama pemeliharaan beton.

A.4 Pelaksanaan pekerjaan pelat injak


Pelat injak merupakan sebuah pelat beton yang berada tepat sebelum
konstruksi utama jembatan atau kepala jembatan yang berfungsi sebagai penahan
settlement pada tanah dasar di dekat bibir jembatan. Pada proyek Jembatan
Gayam pelat injak dibuat sebesar 5m * … . Karena letaknya pada bibir jemabatan
maka jumlah pelat injak pada proyek Jembatan Gayam tentu saja ada dua,
masing-masing satu pada setiap bibirnya.
Pada proyek pekerjaan pelat injak dilakukan setelah proses pengecoran pelat
lantai. Dilakukan setelahnya karena sebelumnya lokasi pelat injak ini berada pada
tepat di bawah concrete mixer berada untuk bagian utara. Unutk bagian selatan
belum dilakukan karena konstruksi jalannya masih terkendala.
Dalam pelaksanaan pekerjaan pelat injak , kedua pelat injak ini tidak
dilakukan secara bersamaan tetapi beda jangka waktu. Pertama bagian Utara
jemabtan barulah setelahnya bagian selatan jembatan karena menyesuaikan
beberapa kondisi.
Sebelum proses pekerjaan pelat injak yaitu tahap awal penulangan , karena
kondisi awal antara tanah timbunan dan pelat alntai memiliki elevasi yang sama
maka perlu dilakukan pekerjaan tambahan. Pekerjaan tambahan itu ialah membuat
semacam wadah atau mengurangi elevasi tanah timbunan, karena elevasi pelat
injak ini nantinya sedikit lebih masuk kedalam daripada pelat lantai. Setelah tanah
tersebut dikeruk barulah bias dilakukan penulangan.
A.4.1 Pekerjaan pembesian
a. Pekerjaan pembesian pada pelat injak urutannya berbeda dengan pelat lantai.
Apabila pada pelat lantai dilakukan bekisting terlebih dahulu, pada pelat injak
sebaliknya karena jika bekisting terlebih dahulu disetting maka akan mengganggu
proses penulangan. Mengganngu karena dikhawatirkan pada saat pekerja bolak
balik membawa atau menata tulangan bekisting akan tersandung atau intinya
mengurangi mobilitas pekerja.
b. Sama seperti halnya pada pekerjaan pelat lantai segala bentuk segmen tulangan
pada proyek Jembatan Gayam pada jauh-jauh hari sudah dipotong sesuai gambar
rencana. Jadi pada jadwa pelaksanaan penulangan dapat langsung dirancang.
c. Perancangan tulangan ini dilakukan secara bertahap , dan arena ukuran pelat
injak cukup kecil maka bias dilakukan dari berbagai arah, tentunya dengan
koordinasi yang tepat.
d. Memastikan apakah lokasi letak penulangans udah sesuai dengan gambar
rencana dan juga kekuatan ikatan antara tulangan yang satu dengan yang lain
cukup kuat.
e. Setelah semua penulangan sudah terkondisikan sesuai standar, kuat, tepat, dan
bersih dari sesuatu yang tidak diperlukan maka dapat dipasang bekisting

A.4.1 Pekerjaan bekisting


a. Melakukan pengukuran rencana lokasi pengecoran, karena seberapa besar atau
bentuk hasilnya nanti sangat dipengaruhi oleh bekistingnya. Pada proses ini perlu
didampingi oleh pelaksana perletakannya tepat sesuai rencana.
b. Setelah rencana penempatan sudah dilakukan maka bekisting sudah dadpat
dirancang.
c. Pada proyek Jembatan Gayam papan bekisting maupun penopang besi sudah
diukur atau disetting sesuai kebutuhan perakitan. Jadi saat tibaa jadwal
pelaksanaan bekisting pelat lantai, para pekerja hanya perlu memasangnya saja
tidak perlu memotong, mengukur, menyesuaikan ulang pada prosesnya.
d. Selain memastikan bekisting sudah diberi perkuatan dengan penopang, kawat,
atau lainya , hal yang tidak kalah penting ialah memberikan unsur tambahan yang
berfungsi sebagai penyumbat pada bagian yang sekiranya tidak mampu menahan
beton cair melewati wadah bekisting. Unsur tambahan tersebut dapat berupa kain,
kapas atau gabus.
f. Langkah terakhir pada pemasangan bekisting ialah memastikan apakah
bekisting sudah kuat dan rapat sehingga pada saat pengecoran tidak terjadi hal
yang tidak diinginkan yaitu seperti runtuhnya bekisting ataupun keluarnya cairan
beton dari tempatnya.
g. Selain itu pada bagian dalam muka beksiting perlu diolesi sejenis oli agar
nantinya memudahkan saat pelepasan bekisitng pada saat beton sudah kuat
dibebani.
h. Setelah penulangan dan bekisting sudah terkondisikan dengan tepatt dan benar
sesuai perencanaan maka selanjutnya dapat dilakukan pengecoran.

A.3.3 Pekerjaan Pengecoran


a. Sebelum pekerjaan pengecoran perlu adanya suatu perijinan antara penyedia
dengan pihak konsultan atau oleh general superintend, dan dalam prosesnya perlu
didampingi oleh konsultan pelaksana maupun pengawas.
b. Pengecoran pelat injak pada proyek Jembatan Gayam dilakukan dalam satu
kurun waktu yaitu sehari saja tetapi beda jangka waktu antara pelat injak yang
satu dengan yang lain. Pada prosesnya pengecoran tersebut dibutuhkan total 2
molen truck untuk mengisi satu bagian pelat injak jembatan.
c. Pada prosesnya karena ukuran pelat injak relative kecil maka dilakukan hanya
dengan satu concrete truck dari pangkal jembatan tidak jauh dari lokasi pelat injak
bagian utara tanpa dengan bantuan pipa.
d. Pada proses pengecoran untuk memprmudah pengahamparan beton basah
digunakan alat concrete vibarator. Alat tersebut sangat efektif unutk membantu
penghamparan beton basah selain menggunakan sekop, pacul atau sejenisnya.
Setelah beton basah sekiranya sudah eleasinya terlihat sudah selevel maka tinggal
dilakukan penghalusan dengan cetok.
e. Setelah semua beton basah sudah terhampar dan rata sesuai cetakan
beksitingnya maka hal selanjutnya ialah melakukan pemeliharaan. Pemeliharaan
ini dilakukan selama 28 hari atau sesuai instruksi konsultan perencana atau
pengawas. Macam pemeliharaan dalam proyek Jemabatan Gayam ialah yang
pertama menjaga beton tetap basah dengan diesel air , secara kebetulan dalam
pengadaan air dalam proyek sangat mudah karena pada bagian bawah jembatan
merupakan sungai yang sangat lebar dan bersih. Kedua yaitu dengan karung goni
unutuk membantu kelembapan selama pemeliharaan beton.

A.5 Pelaksanaan pekerjaan finishing


Pekerjaan finishing merupakan pekerjaan akhir tahapan dari sebuah
kegiatan pembangun gedung, jembatan, jalan maupun jenis banguna-bangunan
lainua. Pekerjaan finishing merupakan pekerjaan yang tidak mudah mengingat
tujuan utama dari suatu pekerjaan finishing ialah memperindah sautu bangunan,
jadi hasil pekerjaan ini akan menjadi muka dari suatu pekerjaan proyek tersebut,
tetapi hal itu dapat diminimalsisir dengan dilakukan dengan mengurangi
kesalahan dan meningkatkan kualitas produksi serta kompetensi tenaga kerja pada
pekerjaan tersebut.
Pekerjaan finishing adalah upaya untuk menghaluskan dengan menambah
beberapa aksesoris sehingga bangunan tersebut menjadi lebih indah. Dengan
melihat pemahaman tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa finishing
merupakan kegiatan dalam rangka menutupi, melapisi, dan memperindah sebuah
bangunan atau konstruksi.
Pada pekerjaan finishing pada Jembatan Gayam dilakukan macam pekerjaan
berikut :
1. Pekerjaan marka dan rambu lalu lintas jalan
2. Pekerjaan railing atau pagar jembatan dan patok pengarah
3. Pekerjaan pemasangan Early warning system
4. Pekerjaan penerangana tau elektrikal
5. Pekerjaan pengecatan
A.5.1 Pekerjaan railing atau pagar jembatan dan patok pengarah
Pagar jembatan pada proyek Jembatan Gayam hanya dibagun pada bagian
bentang jembatan saja yaitu pada sayap kanan dan kiri jembatan masing-masing
sepanjang 50 meter. Untuk tema maupun bentuk dari pagar ini disesuiakan dengan
karakteristik dari BPDP daerah Bantul . Selain dari bentang jembatan pada bagian
pangkal jembatan dan jalan sepanjang kurang lebih 50 meter bagian selatan pada
kanan kirinya diberi sebuah patok pengarah dengan jarak masing-masing 1 meter.
Penulangan pagar ini pada proyek dilakukan sebelum trotoar dilakukan
pengecora. Hal ini dilakukan karena tulangan utama pagar disambung dengan
tulangan trotoar agar kestablian atau kekuatannya lebih tinggi. Setelah trotoar
sudah selesai maka barulah pekerjaan bekistig maupun pengisian campuran semen
ke bekisitng dapat dilakukan. Pada pengerjaan patok pengarah pun juga dilakukan
hal yang sama perbedaannya perkuatannya dilakukan dengan menyambung
tulangan patok pengarah degan sisa tulangan pada retaining wall. Setelahr retainig
wall sudah selesai barulah dilakukan beksiitng dan pengisian campurans semen
kedalamnya. Setelah campuran semen ini sudah mencapai kekuatan tertentu maka
beksiting sudah dapat dilepas, selanjutnya karena nantinya pagar maupun patok
pengarah perlu untuk dicat maka dilakukan pekerjaan finishing, semacam
pekerjaan pengacian dinding.
Pagar pada Jembatan Gayam tidak secara total dilakukan manual, karena
pada bagian tertentu terdapat aksesoris yang sangat rumit. Maka unutuk
menghemat waktu bagian-bagian dari aksesoris tersebut berupa semen cetak yang
sudah jadi, hanya perlu menambahkan isian campuran semen sebagai bahan
pengikat antara cetakan tersebuit dengan tulangan. Unutk patok pengarah
semuanya dilakukan secara manual.

A.5.2 Pekerjaan pemasangan EWS (Early Warning System)


Early Warning system atau EWS merupakan sebuah perangkat sistem
Peringatan Dini yang berfungsi untuk memberitahukan terjadinya peristiwa alam,
dalam proyek ini yang dimaksud ialah banjir. Sistem peringatan dini ini akan
memberi tahu tentang bencana yang akan terjadi atau peristiwa alam lainnya.
Peringatan dini masyarakat tentang bencana adalah tindakan memberikan
informasi dalam bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat. Dalam kondisi
kritis, secara umum peringatan dini yang merupakan penyampaian informasi
diwujudkan dalam bentuk sirene, kentongan dan sebagainya.

Suara sirene atau esejnisnya ini ketika sesuatu terjadi adalah langkah untuk
menyampaikan informasi kepada publik, harapannya adalah orang dapat
merespons informasi dengan cepat dan akurat. Kewaspadaan dan kecepatan reaksi
masyarakat diperlukan karena waktu yang sempit dari waktu ketika informasi
dirilis dengan (dugaan) kedatangan bencana. Kondisi kritis, waktu yang sempit,
bencana besar dan penyelamatan populasi adalah faktor-faktor yang memerlukan
peringatan dini.

Karena pada kasus dalam proyek Jembatan Gayam ialah berupa antisipasi
terhadap banjir maka perletakan atau pemasangan EWS terletak pada pinggiran
sungai. Pinggiran sungai ini tentunya merupakan tempat yang aman terhadap
erosi, yaitu pada proyek terdapat dinding penahan tanah sekitar 2 meter. Alasan
mengapa berada di pinggir sungai, karena system ini mendeteksi kenaikan elevasi
permukaan sungai (sungai Opak) berupa sensor tertentu, dengan output berupa
data terkirim maupun sirene.

A.5.3 Pekerjaan penerangan atau elektrikal

Pekerjaan penerangan pada proyek Jembatan Gayam hanya berupa lampu


PJU, penerangaj jalan utama. Jumlah PJU ini unutuk jalan spanjang 350 meter
sudah termasuk jembatan ialah sebanyak 5 buah. 2 pada bentang jembatan, 2 pada
masing-masing awal/akhir pangkal jembatan 1 buah pada belokan jalan sepanjang
150 meter bagian utara. Lima buah titik ini juga sudah dipilih sefektif mungkin
mengingat satu unit lapu PJU LED ini sangatlah mahal, atu unitnya berkisar 10
juta.

Jenis PJU yang digunakan merupakan lampu sejeis B-LED atau D-LED 50
watt dengan warna lampu yaitu putih tentunya. Digunakan LED karena lampu
jenis ini lebih efisien dibandingkan jenis lampu lain dari banyak segi, segi hemat
listrik, pemasangan, praktis dll. Contoh keunggulan lampu tersebut seperti sudut
cakupan penerangannya yang mencapai 120 derajat dan tahan air hujan.

A.5.4 Pekerjaan pengecatan

Pekerjaan pengecatan merupakansalah satu jenis pelapisan permukaan


dimana bahan pelapisnya telah diberi pewarna (cat). Pengecatan secara tradisional
digambarkan sebagai suatu proses pewarnaan. Proses pengecatan tersebut biasa
digunakan untuk pekerjaan akhir yaitu finishing.

Sebelum pengecatan yang dimulai, Pemborong harus melakukan


pengecatan pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan.
Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan
cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mock-up ini akan
ditentukan oleh Direksi Lapangan.

Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi Lapangan


dan Perencana, bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal
keseluruhan pekerjaan pengecatan. Selain dari cara menggunakan bidan tersebut
apabila konsultan perencana berada di tempat bisa langsung didiskusikan terhadap
pewarnaannya.

Pada proyek Jembatan Gayam pengecatan atau pewarnaan ini dilakukan


pada trotoar, patok pengarah yang berwarna hitam putih kemudian pagar jembatan
dengan gabungan warna oranye dan biru. Pekerjaan pengecatan ini dilakukan
setelah proses pengaspalan, karena apabila dilakukan sebelumnya dikhawathirkan
pekerjaan pengaspalan akan berdampak buruk terhadap cat tersebut, seperti kotor,
kusam dll.

A.5.5 Pekerjaan marka jalan dan rambu lalu lintas

Marka jalan merupakan salah satu alat yang dapat mengendalikan lalu
lintas, khususnya untuk meningkatkan keamanan dan kelancaran pada sistem
jalan. Marka dan rambu lalu lintas berfungsi untuk menyampaikan informasi yang
berarti perintah, peringatan, atau juga petunjuk kepada pengguna jalan.

Marka pada jalan sepanjang 350 meter pada proyek Jembatan Gayam
terdapat dua macam jenis. Jenis marka ini dipilih karena menyesuaikan dengan
standar keadaan jalan degan antisipasi akan hal tertentu. Oleh karena itu pada
sepanjang jalan biasa digunakan marka putus-putus, setealh jalan mulai memasuki
pangkal jembatan hingga akhir pangkal jembatan diberikan marka membujur
(tanpa putus-putus) setelah itu jalan biasa kembali marka putus-putus kemudia
pada pertigaan marka membujur kembali.

Sama halnya seperti marka jalan, rambu lalu lintas yang dipasang juga
dipilih sesuai situasi kondisi jalan, guna antisipasi terhadap pencegaha kecelakaan.
Rambu lalu lintas pada proyek ini terdapat 5 buah. Pertama pada bagian utara
jalan biaa sepanjang 150 meer, pada 100 meter terdapat belokan, maka pada jarak
seblumnya diberi rambu peringatan belokan. Setelah belokan terjadi , maka
terdapat peringatan naikan karena 50meter setelahnya merupakan pangkal
jembatan berupa naikan. Setelah naik pada bentang jembatan pada bagian 30
meter bentang terdapat peringatan turunan, dan terkahir pada sepanjang turunan
pangkal jemabtan bagian selatan terdapat peringatan ada pertigaan.

A.6 Pelaksanaan pekerjaan dinding penahan tanah dan retaining wall

Dinding penahan tanah merupakan suatu stuktur bangunan yang fungsi


utamanya ialah menjaga tanah dibelakangya yang berupa tanah urugan atau
timbunan maupun tanah alami tetap ditempat atau tidak rubuh apabila terjadi
sesuatu. Maka pada proyek ini dinding penahn tanah tidak hanya berada di pinggir
sungai melainkan pada bagian pangkal jembatan.

Pada proyek Jembatan Gayam terdaapat tiga macam dinding penahan yang
dibangun yang masing-masingnya memiliki fungsi yang berbeda. Pertama dinding
penahan yang lebih disebut talud, yaotu yang berada pada setiap sisi jalan umum
berupa pasangan batu kali. Kedua dinding penahan tanah yang berada pada
pinggir sungai yang berfungsi menjaga tanah dari erosi sungai. Pada proyek ini
dinding penahan tanah tersebut dibuat denga total bentang 62,5 meter yang
dipusatkan pada bagian selatan. 50 meter pada bagian timur dan sisanya pada
bagian barat. Terakhir dinding penahan tanah pangkal jembatan atau lebih disebut
retaining wall. Seperti yang kita ketahui juga bahwa salah satu fungsi dinding
penahan tanah ialah dengan sengaja memebedakan suatu elevasi permukaan tanah
tertentu seperti rel kereta, dalam hal ini ialah naikan apda jembatan. Oleh krena itu
untuk menjaga perbedaan elevasi ini diperlukan retaining wall. Retaining wall
dengan DPT yang sedikit berbeda pada ketinggiiannya. Apabila DPT memiliki
tinggi yang umumnya sama sepanjang bentangya, maka retaining wall tidak
demikian. Retaining wall memiliki tinggi yang bebeda-beda, ketinggiannya selalu
naik mengikuti kenaikan jalan yang diinginkan, maka bentuknya akan tampak
seperti segitiga siku-siku.

A.4.1 Pekerjaan pembesian

a. Pekerjaan pembesian pada DPT berbeda dengan retaining wall. Perbedaannya


terdapat pada jumlah tahapannya. DPT umumnya dilakukan denga dua tahap,
pembesian pondasi kemudian pada bagian badan. Karena retaining wall pada
Jembatan Gayam pada memiliki elevasi yang beragam dengan paling tinggi
sekitar 12 meter. Dengan ketinggian yang bermacam seperti itu otomatis
tahapannya akan bervariasi, mulai dari dua tahap hingga 4 tahap, per tahapnya
memawikili 4 m kecuali pada bagian pondasi. Tahap pada bagian ini mencakup 3
proses , yaitu bekisting, pembesian, dan pengecoran, setelah pemeliharaan sudah
dilakukan hingga beton mampu menopang beban inilah yang dimaksud 1 tahapan.

b. Sama seperti halnya pada pekerjaan beton pada bahasan sebelumnya segala
bentuk segmen tulangan pada proyek Jembatan Gayam pada jauh-jauh hari sudah
dipotong sesuai gambar rencana. Jadi pada jadwa pelaksanaan penulangan dapat
langsung dirancang.
c. Perancangan tulangan ini dilakukan secara bertahap dari bawah ke atas
tentunya, dengan kuat dan kencang.

d. Memastikan apakah lokasi letak penulangans udah sesuai dengan gambar


rencana dan juga kekuatan ikatan antara tulangan yang satu dengan yang lain
cukup kuat.

e. Setelah semua penulangan sudah terkondisikan sesuai standar, kuat, tepat, dan
bersih dari sesuatu yang tidak diperlukan maka dapat dipasang bekisting

A.4.1 Pekerjaan bekisting

a. Melakukan pengukuran rencana lokasi pengecoran, karena seberapa besar atau


bentuk hasilnya nanti sangat dipengaruhi oleh bekistingnya. Pada proses ini perlu
didampingi oleh pelaksana perletakannya tepat sesuai rencana.

b. Setelah rencana penempatan sudah dilakukan maka bekisting sudah dadpat


dirancang.

c. Pada proyek Jembatan Gayam papan bekisting maupun penopang besi sudah
diukur atau disetting sesuai kebutuhan perakitan. Jadi saat tibaa jadwal
pelaksanaan bekisting pelat lantai, para pekerja hanya perlu memasangnya saja
tidak perlu memotong, mengukur, menyesuaikan ulang pada prosesnya.

d. Selain memastikan bekisting sudah diberi perkuatan dengan penopang, kawat,


atau lainya , hal yang tidak kalah penting ialah memberikan unsur tambahan yang
berfungsi sebagai penyumbat pada bagian yang sekiranya tidak mampu menahan
beton cair melewati wadah bekisting. Unsur tambahan tersebut dapat berupa kain,
kapas atau gabus.

f. Langkah terakhir pada pemasangan bekisting ialah memastikan apakah


bekisting sudah kuat dan rapat sehingga pada saat pengecoran tidak terjadi hal
yang tidak diinginkan yaitu seperti runtuhnya bekisting ataupun keluarnya cairan
beton dari tempatnya.
g. Selain itu pada bagian dalam muka beksiting perlu diolesi sejenis oli agar
nantinya memudahkan saat pelepasan bekisitng pada saat beton sudah kuat
dibebani.

h. Setelah penulangan dan bekisting sudah terkondisikan dengan tepat dan benar
sesuai perencanaan maka selanjutnya dapat dilakukan pengecoran.

A.3.3 Pekerjaan Pengecoran

a. Sebelum pekerjaan pengecoran perlu adanya suatu perijinan antara penyedia


dengan pihak konsultan atau oleh general superintend, dan dalam prosesnya perlu
didampingi oleh konsultan pelaksana maupun pengawas.

b. Pengecoran pelat injak pada proyek Jembatan Gayam dilakukan dalam satu
kurun waktu yaitu sehari saja tetapi beda jangka waktu antara DPT bentang satu
dengan betang yang lain.

d. Pada proses pengecoran untuk memprmudah pengahamparan beton basah


digunakan alat concrete vibarator. Alat tersebut sangat efektif unutk membantu
penghamparan beton basah selain menggunakan sekop. Setelah beton basah
sekiranya sudah eleasinya terlihat sudah selevel maka tinggal dilakukan
penghalusan dengan cetok.

e. Setelah semua beton basah sudah terhampar dan rata sesuai cetakan
beksitingnya maka hal selanjutnya ialah melakukan pemeliharaan. Pemeliharaan
ini dilakukan selama 28 hari atau sesuai instruksi konsultan perencana atau
pengawas. Macam pemeliharaan dalam proyek Jemabatan Gayam ialah yang
pertama menjaga beton tetap basah dengan diesel air , secara kebetulan dalam
pengadaan air dalam proyek sangat mudah karena pada bagian bawah jembatan
merupakan sungai yang sangat lebar dan bersih. Kedua yaitu dengan karung goni
unutuk membantu kelembapan selama pemeliharaan beton.
B. Kegiatan khusus
Kegiatan khusus yang diambil pada proyek Jembatan Gayam pada
laporan ini mengenai metode pelaksanaan pekerjaan dinding penahan
tanah( retaining wall) .

1. Tinjauan Pustaka
1.1 Dinding penahan tanah
Dinding penahan tanah adalah sebuah struktur bangunan yang didesain dan
dibangun untuk menahan tekanan lateral (horisontal) tanah urug maupun tanah
asli ketika terdapat perbedaan elevasi tanah. Bangunan dinding penahan
umumnya terbuat dari bahan kayu, pasangan batu, beton hingga baja. Bahkan kini
juga sering dipakai bahan sintetis sebagai dinding penahan tanah. Faktor penting
dalam mendesain dinding penahan tanah adalah mengusahakan agar dinding
penahan tanah tidak bergerak, tetap diam pada posisinya yang artinya bahwa
dinding penahan tersebut tetap dapat menjaga tanah dibelakangnya tanpa
penurunan elevasi, pergeseran, maupun pengulingan. Tekanan tanah lateral di
belakang dinding penahan tanah bergantung kepada banyak faktor seperti sudut
geser dalam tanah, kohesi tanah, dan berat volume tanah. Tekanan lateral
meningkat dari atas sampai ke bagian paling bawah pada dinding penahan tanah.
Jika tidak direncanakan dengan baik, tekanan tanah akan mendorong dinding
penahan tanah sehingga menyebabkan kegagalan konstruksi serta kelongsoran.
Selain dari faktor tanah sendiri adapun beberapa faktor lain seperti berat air dan
berat benda(orang atau kendaraan).

1.2 Jenis dinding penahan tanah

Jenis dinding penahan tanah terdapat banyak ragamnya, menyesuaikan


keadaan lapangan atau keperluan yang diinginkan. O’Rouke dan Jones (1990)
mengklasifikasikan dinding penahan tanah menjadi dua kategori yaitu sistem
stabilitas eksternal dan internal serta sistem hybrid yang merupakan kombinasi
antara kedua metode tadi. Sistem stabilitas eksternal merupakan sistem yang
manfaatkan berat dan kekakuan struktur, sedangkan sistem stabilitas internal yang
memperkuat tanah untuk mencapai kestabian tertentu sesuai yang direncanakan.

Gambar 1.1 Klasifikasi dinding penahan tanah

1.2.1 Sistem stabilitas Eksternal


Sistem stabilistas eksternal merupakan sistem dinding penahan tanah yang
menahan beban lateral dengan menggunakan berat dan kekakuan struktur. Sistem
ini terbagi menjadi dua kategori yaotu dinding penahan tanah dan In-situ wall
yang mengutamakan lentur seperti sheet pile wall.

Gambar 1.1 Klasifikasi dinding penahan tanah


(Sumber : Earth Retaining Structures Manual, 2010)

Gambar 1.1 Klasifikasi dinding penahan tanah


(Sumber : Coduto, 2001)

1.2.2 Sistem stabilitas Internal


Sistem stabilitas internal adalah sistem yang memperkuat tanah agar
mencapai suatu kestabilan. Sistem ini dibagi lagi menjadi dua kategori yaitu,
reinforced soils dan in-situ reinforcement. Reinforced soils merupakan sistem
yang menambah material perkuatan saat tanah diurug, sedangkan in-situ
reinforcement merupakan sistem yang menambah material perkuatan dengan
diletakkan di dalam tanah.

Gambar 1.1 Klasifikasi dinding penahan tanah


(Sumber : Earth Retaining Structures Manual, 2010)

1.3 Fungsi dinding penahan tanah


Dinding penahan tanah merupakan salah satu komponen struktur bangunan
yang sangat penting. Oleh karena itu jenis struktur tersebut sudah banyak
diaplikasikan dalam berbagai macam keadaan atau tempat seperti rel kereta,
pinggiran sungai atau pantai, dan jalan. Berikut aplikasi secara umumnya :
a. Jalan raya atau jalan kereta api pada suatu lereng
b. Jalan raya atau jalan kereta api yang segaja atau tidak ditinggikan
elevasinya dari tanah disekitarnya
c. Jalan raya atau jalan kereta api yang dibuat lebih rendah dari tanah
sekitarnya
d. Sebagai pinggiran kanal untuk mencegah erosi atau sebagai batas
e. Basement pada sebuah bangunan bertingkat seperti hotel, apartemen,
rumah mewah
f. Flood wals unutk menahan banjir
g. Dinding penahan tanah atau biasa disebut retaining wall yang berada pada
pangkal suatu jembatan yang digunakan sebagai pengisi tanah timbunan
atau urug yang disebut approach fill dan abutments.

Gambar 1.1 aplikasi dinding penahan tanah


(Sumber : Hungtington, 1961)

1.4 Tanah
Beban yang sangat dominan memengaruhi struktur dinding penahan tanah
adalah berat tanah. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus terhadap tanah
untuk dapat merencanakan atau menganalisis suatu dinding penahan tanah. Tanah
didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat yang terikat secara kimia
satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk yang juga
disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang kosong pada agregat tersebut.
Tanah umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt),
atau lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan pada
tanah tersebut. Tentunya dalam keadaan sesungguhnya akan sangat sulit
ditemukan suatu area dimana jenis tanah tersebut dapat serupa, seperti pada
pinggir pantai yang dominan berupa pasir (sand). Tanah yang akan ditemukan
secara umum akan berupa kombinasi antara kempat jenis tanah yang telah
disebutkan tadi, dan disetiap kedalamannya juga akan berbeda pula, semisal
seperti campuran antara pasir dan lanau atau pasir dan kerikil dan seterusnya.
Pada berbagai kombinasi jenis tanah tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap
desain perencanaan dinding penahan tanah mulai dari mutu beton, tinggi, lebar,
dll.

1.4.1 Tanah timbunan


Dalam pemberian timbunan pada bagian belakang dari sebuah dinding
penahan tanah, tidak semua jenis tanah dapat dijadikan sebagai urug, hanya tanah
tertentu saja yang dapat dipakai karena selain faktor dari tanah itu sendiri,
besarnya kadar air dan udara juga termasuk memengaruhi stabilitas tanah.
Tipe-tipe tanah yang sesuai untuk sebuah timbunan menurut Terzaghi dan
Peck (1948) adalah sebagai berikut :
a. Tanah berbutir kasar, tanpa campuran partikel halus, dan bersih
b. Tanah berbutir kasar dengan permeabilitas rendah karena tercampur oleh
lanau
c. Tanah residu dengan batu-batu, pasir berlanau halus dan material berbutir
dengan kandungan lempung yang cukup besar.
d. Lempung lunak atau sangat lunak, lanau organik, atau lempung berlanau.
e. Lempung kaku atau sedang yang diletakkan dalam bongkahanbongkahan
dan dicegah terhadap masuknya air hujan ke dalam selasela bongkahan
tersebut saat hujan atau banjir.

1.4.2 Pemadatan tanah timbunan


Proses pemadatan tanah timbunan harus dilakukan bertahap, lapis per lapis
dengan ketebalan maksimum 22.5 cm. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
kerusakan pada dinding penahan tanah akibat tekanan tanah lateral yang
berlebihan. Pemadatan yang berlebihan dengan alat yang berat, dapat
menimbulkan tekanan tanah lateral yang bahkan lebih besar daripada tekanan
yang ditimbulkan oleh tanah yang nantinya akan berada di belakang struktur
tersebut, yang mana sudah direncanakan safety factor bebannya . Apabila
memakai tanah lempung sebagai tanah timbunan maka diperlukan pengontrolan
dengan tingkat tertentu.

1.4.3 Sistem drainase


Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembuatan struktur dinding penahan
tanah ialah bagaimana struktur tersebut tidak dipengaruhi oleh adanya air hujan.
Air hujan ini apabila meresap masuk ke dalam tanah dengan waktu yang lama,
maka tanah tersebut akan bertambah tekanan lateralnya dan juga akan berkurang
tekanan pasif didepan struktur tersebut. Jika hal tersebut terjadi sudah bisa
dipastika struktur tersebut akan bergeser atau mengguling.
Oleh karena itu sistem drainase disini sangat penting untuk melewatkan air
agar tidak stay di dalam tanah. Ada terdapat tiga jenis drainasi pada dinding
penahan tanah, yaitu drainase dasar (bottom drain), drainase punggung (back
drain), drainase inklinasi (Inclined drain), dan drainasi horisontal (horizontal
drain).

1.5 Koreksi Nilai N-SPT


Data hasil tes Standard Penetration Test, atau SPT, perlu diolah dan
dianalisis terlebih dahulu karena data dari lapangan tidak daapt secara langsung
digunakan untuk perhitungan. Nilai SPT asli yang didapatkan dari lapangan perlu
dikoreksi dan dikorelasikan terlebih dahulu.

1.5.1 Koreksi terhadap muka air tanah


Koreksi ini diperuntukkan kepada jenis tanah pasir halus, pasir berlanau,
dan pasir berlempung yang berada di bawah muka air tanah, dan hanya bila NSPT
> dari 15, karena pada saat penetrasi akan timbul tegangan air pori yang cukup
besar yang mengakibatkan nilai N yang diperoleh lebih tinggi dari nilai yang
seharusnya. Koreksi dilakukan dengan memilih harga terkecil N1 dari dua rumus
berikut :
N1 = 15 + ½ (N – 15) (Terzaghi & Peck, 1960) (1.5)
N1 = 0,6 N (Bazaara, 1967) (1.6)
Dimana :
N1 = NSPT hasil koreksi
N = NSPT lapangan Untuk jenis tanah lempung, lanau, dan pasir kasar dengan
nilai NSPT < 15 tidak dilakukan koreksi sehingga nilai N1 = NSPT.

1.5.2 Koreksi terhadap overburden pressure tanah


Hasil koreksi terhadap muka air tanah N1(NSPT hasil koreksi) dikoreksi
lagi untuk pengaruh terhadap tekanan vertikal efektif (overburden pressure) pada
lapisan tanah dimana harga NSPT tersebut didapatkan. Digunakan rumusan
overburden pressure sebagai berikut :
Untuk po ≤ 75 kN/m2 : N2 = 4𝑁1 / (1+0.04po) (Bazaara, 1967) (1.7a)
Untuk po ≥ 75 kN/m2 : N2 = 4𝑁1 / (3,25+0.01po) (Bazaara, 1967) (1.7b)
Setelah N2 ditemukan, kemudian dilakukan pengecekan kembali terhadap nilai
tersebut dimana N2 ≤ 2 N1. Apabila N2 > 2 N1, maka N2 = N1

1.6 Korelasi Data tanah


Dalam perhitungan kedepannya diperlukan beberapa data seperti kohesi,
sudut geser tanah, berat volume tanah, dll. Data tersebut sangat penting dan harus
ada dalam mengkaji stabilitas dinding penahan tanah. Apabila dalam praktek
lapangannya tidak dilakukan atau tidak memungkinkan uji laboratorium terkait
data tadi, maka data tersebut masih dapat ditemukan dengan cara mengkorelasikan
nilai N-SPT dengan tabel dari hasil penelitian para ahli pada kasus-kasus
sebelumnya. Tabel-tabel tersebut adalah tabel korelasi antara N-SPT dan
parameter tertentu, yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.6 Hubungan γ sat dan N-SPT

Tabel 1.7
Hubungan
antara γ
sat dan γ dry

Tabel 1.8
Hubungan
nilai N-
SPT dan

Cohesiveness (Mochtar, 2012)


Tabel 1.9 Hubungan antara N-SPTdan phi atau Sudut geser (Ф)

Tabel 1.10 Hubungan antara N-SPTdan γ dan qu (J.E Bowles, 1984)

Kira-kira seperti itu tabel korelasi yang secara umum digunakan dalam
perhitungan stabilitas dinding penahan tanah. Cara untuk mengkorelasikan data
diatas dapat dilakukan dengan hanya melakukan persamaan linear sederhana.
Kemudian tekait tabel mana saja yang digunakan disesuiakan terkait kebutuhan
perhitungan.

1.7 Tekanan tanah lateral


Tekanan tanah lateral merupakan gaya tekanan tanah yang tepat berada
dibelakang struktur dinding penahan tanah. Besarnya tekanan ini sangat
dipengaruhi oleh displacement dari struktur dinding penahan tanah maupun sifat
dari tanah itu sendiri. Terdapat tiga kategori tanah lateral dengan berbagai
keadaan, yaitu :
1. Jika dinding menjauhi tanah, hingga terjadi keruntuhan, nilai K mencapai
minimum yang dinamakan tekanan tanah aktif (Ka).
2. Jika dinding bergerak menekan kearah tanah hingga runtuh, koefisien K
mencapai nilai maksimum yang dinamakan tekanan tanah pasif (Kp).
3. Jika dinding tidak bergerak, K menjadi koefisien tekanan tanah diam (K0).

Gambar1.7 Jenis tekanan tanah berdasarkan arah pergerakan dinding (J.E


Weber, 2010)

Jenis tanah, tinggi dinding dan tekanan lateral yang bekerja mempengaruhi
besarnya perpindahan dinding penahan tanah, bisa dilihat pada tabel dan grafik
berikut :

Tabel 1.11 Hubungan jenis tanah dengan tinggi dinding ( H ). (Gouw, 2009)
Jenis tanah Δx aktif
Pasir Padat 0,001H – 0,002H
Pasir Lepas 0,002H – 0,004H
Lempung keras 0,01H – 0,02H
Lempung lunak 0,02H – 0,05H

Tabel 1.12 Hubungan jenis tanah dengan tinggi dinding unutk tekanan tanah pasif(
H ). (Gouw, 2009)
Jenis tanah Δx pasif
Pasir Padat 0,005H
Pasir Lepas 0,01H
Lempung keras 0,01H
Lempung lunak 0,05H

Gambar1.8 Grafik arah perpindahan dinding terhadap tekanan yang bekerja( H ).


(Gouw, 2009)

A.Tekanan lateral pada saat diam


Tekanan tanah jenis ini terjadi apabila suatu dinding penahan tanah berada
didalam tanah dan posisi nya sama sekali tidak bisa bergerak, seperti pada gambar
di bawah.
Pada ketiga gambar di atas Kondisi kesetimbangan di tempat yang dihasilkan
dari kedudukan tegangan-regangan tanpa adanya tegangan geser yang terjadi
didefinisikan sebagai Ko. Disitu dmisialkan ada suatu turap yang dianggap tidak
mempunyai volume, sangat kokoh dan licin, dipancang pada tanah tak berkohesi
(gambar 1a). Tanah di kiri dinding turap digali perlahan-lahan sampai kondisinya
seperti pada gambar 1.b.Lalu dikerjakan suatu gaya horizontal Ph yang besarnya
sama dengan gaya horizontal tanah sebelum penggalian. Tekanan gaya horizontal
(Ph) pada dinding ini disebut tekanan tanah pada saat diam, yaitu tekanan tanah ke
arah lateral tanpa suatu pergeseran ataupun regangan
Nilai banding antara tekanan horizontal dan tekanan vertikal pada kedalam
tersebut disebut koefisien tekanan tanah pada saat diam atau Ko

Persamaannya dapat dijelaskan sebagai berikut :

σ h' σ h'
σ h=H . γ . K 0 atau K o = =
σ v' Z . γ '

Dimana :
σ h' = tekanan efektif arah horizontal

σ v' = tekanan efektif arah vertikal


z = kedalaman
𝛾’ = berat volume efektif
Ko = 1 – sin φ (jacky, 1944)

B. Tekanan tanah aktif dan pasif


Tekanan aktif merupakan gaya tekanan yang berada di belakang struktur yang
sifatnya mendorong dinding atau bekerja apabila dinding bergerak menjauhi
tanah. Sedangkan tekanan tanah pasif merupakan gaya lawan akibat dari tekanan
aktif, tekaan tersebut berada di depan struktur yang sifatnya mendorong berbalik
arah dengan tekanan aktif. Berikut gambar sketsa gayanya :
Gambar1.9 Sketsa gaya yang bekerja pada sebuah dinding penahan tanah.

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dari kanan terdapat tekanan aktif atau
bekerja tekanan aktif sebesar :
1
Ea = . H 2 . γ . K a
2

Sedangkan pada bagian kiri bekerja tekanan pasif sebesar :


1
Ep= . H2 . γ . K p
2

Dari kedua jenis tekanan diatas , terdapat beberapa factor yang mempengaruhinya,
seperti berat volume tanah, sudut gesek internal tanah, sudut gesek antara dinding
dan tanah, kohesi tanah, kemiringan dinding dan muka tanah, beban di atas muka
tanah, dll.
A.1 Tekana tanah lateral pada tanah non kohesif ( c = 0)
Perhitungan gaya aktif maupun pasif yang bekerja pada dinding penahan dapat
dianalisis dengan metode Rankine. Teori Rankine (1857), dalam analisis tekanan
tanah lateral menggunakan tiga asumsi yaitu pertama tanah dalam kondisi
kesetimbangan plastis (setiap elemen tanah dalam kondisi tepat akan runtuh),
kedua tanah urug dibelakang dinding penahan tanah tak berkohesi ( c = 0) dan
ketiga gesekan antara dinding DPT dan tanah urug diabaikan (δ= 0). sketsa kerja
metode Rankine untuk dinding penahan dengan urugan tanah di belakang dinding
mempunyai permukaan yang rata ditunjukkan pada Gambar 7. Sedangkan sketsa
kerja tekanan untuk dinding penahan dengan urugan tanah di belakang dinding
dengan kemiringan tertentu ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar1.10 Metode rankine tekanan dinding penahan tanah dengan kemiringan


muka tanah datar atau rata
Gambar1.11 Metodde Rankne tekanan dinding penahan tanah dengan
kemiringan muka tanah tertentu

A.1.1 Tekanan tanah lateral non kohesif permukaan rata


Setelah kita melihat sketsa gaya atau tekanan pada gamabar di atas maka
besarnya Ea atau Ep total dengan tanah urug dengan berat volume 𝛾 dan
ketinggian H, dan titik tangkap gaya yang bekerja terletak pada H/3 dari dasar
dinding penahan tanah maka tekanan tanah aktif Ea dan Ep total untuk dinding
penahan tanah dapat dirumuskan sebagai berikut :

Tekanan tanah aktif :


1
Ea = . H 2 . γ . K a
2

Tekanan tanah pasif :


1
Ep= . H2 . γ . K p
2

Kemudian menurut Rankine besarnya tekanan tanah pasif maupun aktif keduanya
sama-sama merupakan diagram segi tiga dengan alas b, dengan nilai b sebagai
berikut :

b: H .γ . Kp

Unutk nilai Ka dan Kp yaitu merupakan suatu koefisien tekanan tanah pasif dan
aktif yang didefinisikan sebagai nilai banding tekan horizontal dan vertikal yang
terjadi antara suatu tekanan aktif atau pasif terhadap dinding penahan tanah.
Besarnya nilai Ka dan Kp dapat dirumuskan sebagai berikut :

Koefisien Tekanan aktif :


1−sin φ φ
Ka : =tg 2 ( 45° − )
1+ sin φ 2

Koefisien Tekanan pasif :


1+sin φ φ
K P: =tg 2(45 °− )
1−sin φ 2

A.1.2 Tekanan tanah lateral non kohesif permukaan muka tanah kemiringan
tertentu (β ≠ 0 )
Perhitungan tekanan tanah lateral pada permukaan dengan kemiringan
tertentu tidak jauh berbeda dengan perhitungan tekanan tanah lateral dengan
permukaan rata. Perbedaanya hanya berada pada nilai koefisiennya, koefisien
tekanan aktif maupun pasif. Ka dan Kp tersebut dirumuskan seperti di bawah :

Koefisien Tekanan aktif :


cos β−√ cos2 β−cos 2 φ
Ka :
cos β + √ cos2 β−cos 2 φ

Koefisien Tekanan pasif :


cos β + √ cos2 β−cos 2 φ
Ka :
cos β−√ cos2 β−cos 2 φ

Untuk perhitungan lain seperti nilai Ea dan Ep kemudian dengan alasnya b ,nilai
atau perhitungan sama seperti pada tekanan pada permukaan muka tanah rata.

A.2 Tekanan tanah lateral dengan nilai kohesif (≠ 0)


Apabila tanah urug yang digunakan pada pekerjaan dinding penahan tanah
merupakan tanah kohesif maka diperlukan penangan yang berbeda. Tanah kohesif
ini merupakan yang terdiri dari sebagian besar butir-butir yang sangat kecil
seperti lempung atau lanau. Sifat tanah lunak adalah gaya gesernya kecil,
kemampatannya besar, koefisien permeabilitas yang kecil dan mempunyi daya
dukug rendah, oleh karenanya apabila dimampatkan akan terjadi tekanan lateral
yang sangat besar dibanding tanah non kohesif. Berikut sketsa gayanya :

Gambar1.12 sketsa gaya tekanan tanah aktif pada tanah kohesif

Maka besarnya tekanan aktif sebagai berikut :


Ea total =Ea 1−E a 2
1
Ea total = . H 2 . γ . K a γ −2. c √ K a . H
2
b alas=b 1−b2
b alas=H . γ . K a−2. c √ K a . H
2. c
H c=
γ . √ Ka
φ
K a =tg 2( 45 °− )
2
Gambar1.13 sketsa gaya tekanan tanah pasif pada tanah kohesif
Maka besarnya tekanan pasif sebagai berikut :
E p total =E a 1−Ea 2
1
E p total = . H 2 . γ . K a γ−2. c √ K p . H
2
b alas=b 1+ b2
b alas=H . γ . K p +2 . c √ K p . H
2. c
H c=
γ . √ Ka
φ
K p =tg2 ( 45 °+ )
2

1.8 Stabilitas dinding penahan tanah


Selain tekanan tanah lateral yang menjadi salah satu faktor utama yang
diperhitungkan dalam perencanaan dinding penahan tanah, terdapa pula factor lain
yang perlu diperhatikan yaitu terjadinya geser dan guling. Gaya geser dan guling
ini data terjadi karena ketidakseimbangan antara tekanan aktif dan pasif yang
berada di belakang mapupun depan dinding penahan tanah. Entah itu tekanan
pasif tidak mampu mendukung konstruksi dinding penahan tanah ataupun tekanan
aktif yang terlalu besar. Maka dari itu bentuk struktur dan pelaksanaan konstruksi
di lapangan menjadi sangat penting untuk diperhatikan . Selain mengantisipasi
bahaya guling dan geser tersebut juga perlu diperhatikan kapasitas dukung suatu
tanah. Walaupun suatu dinding penahan tanah aman terhadap geser maupun
guling apabila kapasitas dukung tanah dibawahnya kecil maka secara otomatis
dinding penahan tanah akan turun elevasinya. Menurunnya elevasi tersebutlah
yang sangat berbahaya karena kembali lagi, dapat menyebabkan suatu guling dan
geser karena dipastikan merubah besarnya tekanan aktif dan pasif . Oleh karena
itu kestabilan dinding penahan tanah yang harus diperhitungkanantara lain
kestabilan tanah terhadap bahaya guling, bahaya geser, serta kapasitas daya
dukung. Sehingga konstruksi dinding penahan menjadi aman,dan tidak terjadi
keruntuhan.
1.8.1 Stabilitas terhadap guling
Menurut Hardiyatmo (2002:399), stabilitas terhadap guling
merupakanstabilitas yang ditinjau berdasarkan kondisi tanah yang terguling yang
diakibatkan oleh tekanan tanah lateral dari tanah urug di belakang dinding
penahan tanah. Penyebab utama bahaya guling ini adalah akibat terjadinya
momen, momen ini memiliki kecenderungan menggulingkan dinding dengan
pusat rotasi pada ujung kaki depan pelat pondasi. Gaya yang menahan guling
adalah momen gaya yang ditimbulkan karena adanya berat sendiri dari dinding
penahan tersebut serta momen akibat berat tanah yang ada di atas
pondasi(cantilever).

Gambar1.14 sketsa keruntuhan akibat gaya guling

Faktor keamanan terhadap bahaya penggulingan Fgl didefinisikan sebagai berikut:


Mw
F gl=
M gl
Dimana :
ΣMw = W b1
ΣMgl = ΣPah h1 + ΣPav B
ΣMw = momen yang melawan guling (kN . m)
ΣMgl = momen yang mangakibatkan guling ( kN. M)
W = berat tanah di atas pelat pondasi + berat sendiri dinding penahan (kN)
B = Lebar kaki dinding penahan (m)
ΣPah = jumlah gaya-gaya horizontal (kN)
ΣPav = jumlah gaya-gaya vertikal (kN)

Faktor keamanan minimum terhadap guling tergantung pada jenis tanahnya, tanah
grabuler atau kohesif , Das (1998) menyarankan sebagai berikut:

Fgl ≥ 1,5 untuk tanah dasar granular


Fgl ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif

Dalam perhitungan stabilitas, tahanan tanah pasif yang berada di depan kaki
dinding depan akan diabaikan, karena faktor-faktor seperti pengaruh erosi, iklim,
dan retakan akibat tegangan-tegangan tarik tanah dasar yang kohesif tidak
dipertimbangkan dalam perhitungan ini.

1.8.2 Stabilitas terhadap geser


Menurut Hardiyatmo (2002:396), stabilitas terhadap geser yaitu perbandingan
gaya-gaya yang menahan dan mendorong dinding penahan tanah. Gaya-gaya yang
menahan bahaya geser adalah gesekan antara tanah dengan dasar pondasi serta
tekanan tanah pasif di depan dinding penahan tanah akibat tanah timbunan atau
tekanan atif tanah.
Gambar1.14 sketsa keruntuhan akibat gaya geser

Faktor keamanan terhadap bahaya penggulingan Fgs didefinisikan sebagai berikut:


Rh
F gs=
Pah

Untuk tanah granular ( c = 0 )


ΣRh =W.f
= W tg δh degan δh ≤ Ø

Untuk tanah kohesif ( Ø = 0 )


ΣRh = caB

Untuk tanah c = Ø (Ø > 0 dan c = 0 )


ΣRh = caB + W tg δh

Dimana :
ΣRh = tahanan dinding penahan tanah terhadap geser
W = berat total penahan dan tanah di atas pelat pondasi
δh = sudut geser antara tanah dan dasar pondasi, diambil 1/3 – (2/3)Ø
ca = ad × c = adhesi antara tanah dan dasar dinding
c = kohesi tanah dasar
ad = factor adhesi
B = lebar kaki dinding penahan (m)
ΣPah = jumlah gaya horizontal
f = tg δb = koefisien gesek antara tanah dasar dan dasar pondasi

Faktor keamanan minimum terhadap geser juga tergantung pada jenis tanahnya,
tanah granuler atau kohesif , pertimbangannya adalah sebagai berikut :

Fgl ≥ 1,5 untuk tanah dasar granular


Fgl ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif

Tabel 1.13 koefisisen gesk (f) antara tanah dasar dan dasar pondasi (Hardiyanto,
Hary Christady, 2009)

1.8.3 Stabilitas terhadap dukung tanah


Gaya horizontal maupun vertikal pada dinding akan menimbulkan suatu
tegangan pada tanah. Apabila tegangan yang timbul melebihi tegangan ijin tanah,
atau dengan kata lain tanah tidadk mampu menopang berat suatu kosntruksi maka
akan terjadi penurunan tanah, yang mengakibatkan pula penurunan bangunan
Yang dimana selanjutnya dapat terjadi suatu keruntuhan guling maupun geser.
Menurut Hardiyatmo (2002:400), persamaan kapasitas daya dukung untuk
menghitung stabilitas dinding penahan tanah antara lain adalah menggunakan
kapasitas dukung Terzaghi, Meyerhof dan Hansen. Menurut Hardiyatmo
(2002:400), persamaan Terzaghi hanya berlaku untuk pondasi yang dibebani
secara vertikal dan sentris. Kapasitas dukung ultimit (qu) untuk pondasi
memanjang seperti dinding penahan tanah cantileber didefinisikan sebagai berikut
:

q u=c . N c + D f . γ . N q +0,5 B γ . N γ

Dimana :
c = kohesi tanah (kN/m2)
Df = kedalaman pondasi (m)
𝛾 = berat volume tanah (kN/m3)
B = lebar kaki dinding penahan tanah (m)
Nc , Nq , N𝛾 = faktor-faktor kapasitas dukung terzaghi

Hardiyatmo menambahkan persamaan Hansen dan Vesic, kapasitas daya dukung


ultimit digunakan untuk menghitung beban miring dan eksentris. Persamaan ansen
dan Vesic didefinisikan sebagai berikut :

q u=d c .i c .c . N c + d q . i q . D f . γ . N q+ d γ . i γ .0,5 B γ . N γ

Dimana :
d c , d q, d γ = factor kedalaman
i c, i q , i γ = factor kemiringan beban
B = lebar kaki dinding penahan (m)
E = eksentrisitas beban (m)
𝛾 = berat volume tanah (kN/m/m3)
Kemudian unutk factor minimum keruntuhan dukung tanah didefinisikan sebgai
berikut :

qu
F= ≥3
q
Dimana :
q = tekanan akibat beban struktur
qu = tekanan tanah ultimit

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Karanggayam, Segoroyoso, Kecamatan
Pleret, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepatnya pada proyek belanja modal
pengadaan Jembatan Gayam. Dinding penahan tanah ini dibangun di sepanjang
pinggir Kali Opak bagian selatan dengan panjang total 62,5 m , berupa dinding
beton.

Gambar
2.1 Lokasi

Penelitian
Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah ini ialah sebuah proses identifikasi dari masalah –
masalah yang ada disekitar untuk diangkat menjadi sebuah topik dalam Laporan
akhir PI. Untuk mengetahui masalah yang ingin diangkat perlu dilakukan
beberapa riset sederhana ,konsultasi, dan survey agar topik yang diangkat
nantinya dapat sesuai dengan maksud awal tujuan tercapainya dari program PI .

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk menentukan sekiranya data apa saja
yang benar- benar dibutuhkan dalam membantu dan tentunya mendukung dalam
memecahkan masalah yang diangkat tadi. Data tersebut berupa data primer dan
sekunder. Data primer berupa peninjauan atau pengukuran dan juga foto –foto
dokumentasi terkait dinding penahan tanah pada lokasi proyek guna kepentingan
penelitian. Kemudian Data sekunder berupa data yang telah tersedia oleh pihak
lain yaitu pihak perencana maupun pelaksana berupa shopdrawing, hasil
pengujian, atau lainya.

Studi Literatur
Studi literatur ini merupakan pengumpulan data atau materi sebagai
pedoman dan bahan rujukan dalam proses penelitian. Materi tersebut berasal dari
jurnal, buku , SNI , dll dengan topik serupa.

Analisa Data tanah


Dalam perhitungan kedepannya, data tanah tertentu tidak bisa digunakan
langsung dalam hitungan dan sebagian juga masih perlu untuk dicari korelasinya
agar ditemukan data yang benar-benar dapat dipakai secara langsung dalam
perhitungan atau pembahasan. Cara untuk menyelesaikan masalah tersebut dapat
berupa melakukan koreksi terhadap beberapa faktor dan melakukan korelasi dari
data yang teah ada dengan parameter tanah yang dibutuhkan.

Kesimpulan
Pada bagian akhir pada penlitian ini terdapat kesimpulan mengenai hasil dari
pembahasan terkait permasalahan yang telah diangkat yaitu mengenai stabilitas
dinding penahan tanah pada Jembatan Gayam.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Data hasil pengujian bourlog

Boring no : BM – 03 (tengah sungai)


Proyek : Jembatan Karang Gayam
Lokasi : Pleret, Kab, Bantul, Jogjakarta

Tabel 3.1 Daya dukung SPT


SPT titik-1 qc Kuat ijin qa
Depth
N Kg/cm2 Kg/cm2
0.00 0 0 0.0
2.00 28 112 2.2
4.00 32 128 2.6
6.00 20 80 1.6
8.00 11 44 0.9
10.00 9 36 0.7
12.00 10 40 0.8
14.00 12 48 1.0
16.00 12 48 1.0
18.00 19 76 1.5
20.00 11 44 0.9
22.00 60 240 4.8
24.00 60 240 4.8

Tabel 3.2 Jenis tanah secara visual titik BM-03


Kedalaman Secara visual
0.00 – 1.00 Uruk
2.00 – 3.00 Pasir halus warna merah
4.00 – 6.00 Pasir lempungan warna merah kehijauan
Pasir sedang disertai gravel dan boulder warna
6.00 – 7.00
abi-abu kehitaman
8.00 - 9.00 Pasir lempungan warna merah kecoklatan
10.00 - 11.00 Pasir sedang warna hitam
12.00 - 13.00 Lempung warna abu-abu
14.00 - 15.00 Lempung pasiran warna abu-abu
16.00 - 17.00 Lempung berlumpur (lanau) warna hitam
18.00 - 19.00 Lempung warna abu-abu kehijauan
20.00 - 21.00 Lempung pasiran warna abu-abu
Pasir sedang disertai batu (cadas) warna abu-
22.00 - 23.00
abu
Lempung pasiran disertai batu pasir (cadas)
24.00 - 25.00
warna abu-abu

3.2 Koreksi nilai N-SPT


Berdasarkan tabel 3.1 atau tabel 3.2 dapat disimpukan bahwa
secara umum tanah padda lokasi proyek Jembatan Gayam merupakan tanah
lempung. Untuk tanah pasir halus atau pasir lanau unutk N-SPT < 15 tidak
perlu dikoreksi( N1= NSPT), sedangkan unutk nilai N-SPT > 15 maka tidak
dilakukan koreksi baik terhadap muka air tanah maupun terhadap overburden
pressure tanah.

3.3 Korelasi data tanah


Pada umumnya untuk menghitung stabilitas pada dinding penahan
tanah dibutuhkan beberapa data parameter tanah seperti γ sat, γunsat, kohesi,
sudut geser Ф, dll. Data tanah tersebut biasanya didapatkan melalui percobaan
triaksial atau direct sheer test. Karena pada proyek kali ini pembagunan DPT
maupun retaining wall hanya didasarkan pada data borlog maka oleh pihak
proyek hanya tersedia data tersebut. Oleh karena itu di sini penulis
menggunakan korelasi data N-SPT unutk mencari data- data yang dirasa masih
kurang untuk perhitungan. Korelasi data N-SPT dapat dilakukan dengan cara
mengkorelasikan data tanah yang ada dengan tabel korelasi yang didapat atau
yeng telah dibuat oleh para ahli sebelumnya. Berikut ini adalah caranya :

Tabel 3.3 data tanah yang dikaji


SPT titik-1
Depth Jenis tanah Konsistensi
N
0.00 0 uruk Sangat lepas
2.00 28 Pasir halus Sedang
Pasir
4.00 32 Padat
lempung
Pasir sedan
6.00 20 disertai sedang
gravel

a. Penentuan γ sat, γ unsat, γdry


Untuk penentuan nilai γ sat dapat dilakukan langsung dengan cara
mengkorelasikan data hasil N-SPT yang sudah ada dengan γ sat pada tabel.
Tabel 3.5 Hubungan γ sat dan N-SPT

Tabel 3.6
Hubungan
antara γ sat
dan γ dry

Untuk kedalaman 2.00 dengan jenis pasir halus dan N-SPT 28 dengan
persamaan linear didapat data sebagai berikut :
γ sat : 17,68 kN/m3
γ unsat : 14,92 kN/m3
γ dry : 12, 167 kN/m3

Untuk kedalaman 4.00 dengan jenis pasir lempung dan N-SPT 32 dengan
persamaan linear didapat data sebagai berikut :
γ sat : 18,68 kN/m3
γ unsat : 15,675 kN/m3
γ dry : 12,67 kN/m3

Untuk kedalaman 6.00 dengan jenis pasir sedang dan N-SPT 20 dengan
persamaan linear didapat data sebagai berikut :
γ sat : 15,68 kN/m3
γ unsat : 12,29 kN/m3
γ dry : 8,9 kN/m3

b. Penentuan nilai Cu dan C’


Untuk menentukan atau mencari nilai kohesi c/C/Cu dapat dicari dengan
mengkorelasikan data tanah tabel 3.3 dengan tabel di bawah ini.

Tabel 3.7 Hubungan nilai N-SPT dan Cohesiveness

Untuk kedalaman 2.00 dengan jenis pasir halus dan N-SPT 28


Cu : 140 kN/m3
C’ : 2/3 Cu : 93 kN/m3

Untuk kedalaman 4.00 dengan jenis pasir lempung dan N-SPT 32


Cu : 160 kN/m3
C’ : 2/3 Cu : 106 kN/m3

Untuk kedalaman 6.00 dengan jenis pasir sedang dan N-SPT 20


Cu : 100 kN/m3
C’ : 2/3 Cu : 66 kN/m3
c. Penentuan nilai sudut geser Ф

Cara menentukan nilai sudut geser ini sama seperti penentuan nilai
kohesi ataupun nilai gamma pada poin a atau b di atas tadi. Dengan
mencocokkan nilai tumbukannya kita akan tahu nilai sudut gesernya dengan
terlebih dahulu melakukan persamaan linear.

Tabel 3.8 Hubungan antara N-SPTdan phi atau Sudut geser (Ф)

Untuk kedalaman 2.00 dengan jenis pasir halus dan N-SPT 28


Ф : 35,36
Untuk kedalaman 4.00 dengan jenis pasir lempung dan N-SPT 32
Ф : 19, 2631
Untuk kedalaman 6.00 dengan jenis pasir sedang dan N-SPT 20
Ф : 33,639

Tabel 3.9 Kesimpulan Data Parameter tanah

N- γsat γunsat γdry Cu C’ Ф


Kedalama Tipe Konsistens
SP
n tanah i kN/m3 kN/m3 kN/m3 kN/m2 kN/m2
T
Pasir 12,16
2m Sedang 28 17,68 14,92 140 93 35,36
halus 7
Pasir
15,67
4m lempun Padat 32 18,68 12,67 160 106 19,26
5
g
Pasir
6m Sedang 20 15,68 12,67 8,9 100 66 33,63
sedang
14,42 11.24
Rata-rata 17,34 133,3 88,33 29,41
1 5
3. 4 Data perencanaan Dinding penahan tanah

Tinggi muka air : 1,0 m


Tanah pengisi : Tanah pasir
(lempung ,sedang, dan halus)
(γ’) : 12,2

Dimensi :

Tinggi ( H ) : 4,40 m
Lebar atas : 0,2 m
Lebar bawah : 0,4 m
Kedalaman pondasi : 0,4 m (Df)
Lebar pondasi (B) : 2,2 m

Gambar . Detail Dinding penahan tanah

3.4.1 Tanah aktif


Gambar . Sketsa tekanan tanah aktif kondisi muka air normal

Koefisien tekanan tanah aktif :

1−sinФ φ
Ka ¿
1+ sinФ (
=tan 2 . 45 °−
2 )
¿ tg¿
¿ 0,5842

Tekanan tanah aktif :

1 2
Pa1 ¿ . γd . H 1 . Ka=¿ 52,554 kN
2
1
Pa2¿ . γd . Ka . √ Ka . Df =¿ 1,5878 kN
2
∑Pa = Pa1 + Pa2 = 65, 116 kN

Momen aktif :

Ma1 ¿ Pa1 . ( 13 . H 1)
¿ 63,52889 . ( 13 . H 1 )
1
¿ 63,52889 . ( . 4,4 )
3
¿ 93 , 1757 kNm

Ma1 ¿ Pa2 . ( 13 . h 2 )
¿ 1,5878 . ( 13 . h 2)
1
¿ 1,5878 . ( . 1,4 )
3
¿ 0,7409 kNm

∑Ma = Ma1 + Ma2 = 93,9163 kNm

3.4.3 Tanah Pasif

Gambar sketsa tekanan pasif kondisi muka air normal

Koefisien tekanan tanah pasif :


1+ sinФ φ
Kp ¿
1−sinФ (
=tan 2 . 45 ° +
2 )
29,41
(
¿ tan 2 45 ° +
2 )
¿ 1,711

Tekanan tanah pasif :

1 2
Pp1 ¿ . γw . H 1 =¿9,6138 kN
2
1 ' 2
Pp2¿ . γ . Kp . Df +2 c √ Kp . Df =147,66 kN
2
∑Pp = Pp1 + Pp2 = 157,278 kN

Momen pasif :

Mp1 ¿ Pp1 . ( 13 . h 1)
1
¿ 9,6138 . ( . h 1)
3
1
¿ 9,6138 . ( . 1,4 )
3
¿ 4,487 kNm

Mp2 ¿ Pp 2. ( 13 .h 2 )
1
¿ 147,66 . ( . h 2)
3
1
¿ 147,66 . ( . 0,4 )
3
¿ 19,68 kNm

∑Mp = Mp1 + Mp2 = 24,175 kNm

3.4.4 Penentuan berat sendiri konstruksi


Tabel 3.4.0 Gaya vertikal dan momen yang bekerja
Bagian Luas (m2) Berat/satuan Jarak Momen Besar Momen
panjang (kN) dari titik O terhadap O

1 0,8 19,2 1,3 24,96


2 0,4 9,6 1,133 10,8768
3 0,88 21,12 1,8 38.016
4 1,499 35,984 1,1 39,5824
∑V 85,904 ∑MR 113,4352

3.4.5 Cek terhadap guling


Perhitungan stabilitas terhadap momen guling (Mo) , karena permukaan tanah (α)
= 0 maka Ph = Po = Pa = 63,528 kN/m

H
Mo=Ph.
3
4,4
¿ 63,528 .
3
¿ 93,174

∑ M +∑ Mp
SF=
∑ Ma
113,43+24,175
SF= = 1,46 < 1,5 (tidak aman)
93,916

3.4.6 Cek terhadap geser

2 2
FS geser=
3 3 ( )
( ∑ V ) tan( Ф)+ B c + Pp

Pa

2 2
FS geser=
3 ( 3 )
( 85,904 ) tan( 29,41)+ 2,2 88,3 + 157,278

65,116
2 2
FS geser=
3 (
3 )
( 85,904 ) tan( 29,41)+ 2,2 88,3 + 157,278

65,116

( 85,904 ) tan (19,606)+ ( 129,5 )+ 157,278


FS geser=
65,116

80,582+286,778
FS geser=
65,116

80,582+286,778
FS geser=
65,116

FS geser=5,641 > 1,5 OK

Tabel 3.4.0 Korelasi sudut geser dam keruntuhan geser

Dengan nilai Ф : 29,41


didapat koefisien kapasitas
dukung tanah sebagai
berikut :

Nc : 33,48
Nq : 19,56
Nγ : 16,7

3.4.7 Kapasitas Dukung Tanah


h2 (tebal tanah depan dinding kantilever) = 0,5 m
h3 (tebal pondasi ) = 0,4 m
q : γ . ( h2 + h3 ) : 12,2 . 0,9 = 10,98

Faktor bentuk
B Nq
Fcs=1+ {( ) ( )}
.
L Nc
=¿ 1,0292

B
Fqs=1+ {( ) }
L
. tanФ =¿1,0281

B
Fγd=1− 0,4 . { ( )} L
=¿ 0,98

Faktor kedalaman

(h 2+ h 3)
Fcd=1+ 0,4 .{ B }
= 1,163

(h 2+h 3)
{
Fqd=1+ 2 . tanФ .(1−sinФ )2 .
B }
= 1,0475
Fγs=1

Faktor inklinasi

β=tan−1 ( Pa.Rcos α )
¿ tan−1 ( 65,116 .1
85 , 9 )
¿ tan−1 ( 1,1648 ) =49,35 °

β 2
Fci=(1− ) =¿ 0,204
90°

β 2
Fqi=(1− ) =¿ 0,204
90 °
β 2
Fγi=(1− ) =0,459
Ф
Kapasitas dukung tanah

1
qu=(c . Nc . Fcs . Fcd . Fci)+(q . Nq . Fqs . Fqd . Fqi )+( .12,2 . Nγ . Fγd . Fγi)
2

1
qu=(88,33. 33,48 .1,0292 . 1,163. 0,204)+(10.98 .19,56 . 1,0281. 1,0475 .0,204)+( .12,2 . 16,7 .0,98
2

qu=722,109+47,183+ 45,823
qu=815,115 kN /m 2

B ∑ MR−MO
e= −
6 ∑V
2,2 113,43−93,174
e= −
6 85,904
e=0,3666−0,2357
e=0,1308

B 2,2
e=0,1308< = =0,3666 OK
6 6

∑V 6e
qmax =qkaki= .(1+ )
B B
85,904 6 .0,366
qmax =qkaki= .(1+ )
2,2 2,2
qmax =qkaki=39,047 . 1,998
qmax =qkaki=78,023 kN /m2

Fs daya dukung tanah

qu
Fs daya dukung tanah= ≥3
qmax
815,115
Fs daya dukung tanah= ≥3
78,02

Fs daya dukung tanah=10 , 4 >3 OK

Anda mungkin juga menyukai