Anda di halaman 1dari 21

TUGAS BESAR

Data Sampah Di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah Pada Tahun 2019-2020

Nama : Ahda Zulpa Adrianti

Nim : M1D119006

Mata Kuliah : Pengelolaan Sampah

Dosen Pembimbin : Febri Juita Anggraini, S.T., M.T.

PENGELOLAAN SAMPAH
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................................
DAFTAR TABEL..................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 KARAKTERISTIK MASYARAKAT KOTA PALANGKA RAYA..............................................
1.1.2 LETAK GEOGRAFIS...................................................................................................................
1.1.3 TOPOGRAFI.................................................................................................................................
1.1.4 KEPERCAYAAN MASYARAKAT............................................................................................
1.2 KOMPOSISI SAMPAH DI KOTA PALANGKA RAYA PADA TAHUN 2019-2020.................
1.3 TIMBULAN SAMPAH DI KOTA PALANGKA RAYA PADA TAHUN 2019-2020.................
1.4 KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SUMBER SAMPAH DI KOTA PALANGKA
RAYA 2019-2020...........................................................................................................................
1.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULAN SAMPAH...................................
1.6 PENAGANAN ATAU PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA PALANGKA RAYA................
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
1.1 Diagram komposisi sampah berdasarkan jenis sampah di kota Palangka Raya pada tahun 2019……
1.2 Diagram komposisi sampah berdasarkan jenis sampah di kota Palangka Raya pada tahun 2020……
1.3 Diagram komposisi sampah berdasarkan sumber sampah di kota Palangka Raya pada tahun 2019…
1.4 Diagram komposisi sampah berdasarkan sumber sampah di kota Palangka Raya pada tahun 2020…
1.5 Grafik timbulan sampah di Kota Palangka Raya tahun 2019………………………………………...
1.6 Grafik timbulan sampah di Kota Palangka Raya tahun 2020………………………………………...
DAFTAR TABEL
1.1 Tabel Luas Kawasan Hutan dan Penggunaan Lainnya di Wilayah Kota Palangka Raya 2017…........
1.2 Tabel Umur Sampah Organik dan Non-Organik Hancur………………………………………….
1.3 Tabel komposisi sampah berdasarkan jenis sampah di kota Palangka Raya pada tahun 2019……….
1.4 Tabel komposisi sampah berdasarkan jenis sampah di kota Palangka Raya pada tahun 2020……….
1.5 Tabel timbulan sampah di Kota Palangka Raya tahun 2019………………………………………….
1.6 Tabel timbulan sampah di Kota Palangka Raya tahun 2020………………………………………….
1.7 Tabel komposisi sampah berdasarkan sumber sampah di kota Palangka Raya pada tahun 2019…….
1.8 Tabel komposisi sampah berdasarkan sumber sampah di kota Palangka Raya pada tahun 2020…….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah merupakan permasalahan yang umum dihadapi oleh setiap kota maju maupun berkembang
yang ada di dunia terutama di Indonesia. Masalah pengelolaan sampah perkotaan seolah merupakan
masalah yang selalu menghantui para pemangku pemerintahan di wilayah perkotaan. Dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk perkotaan maka masalah persampahanpun akan turut meningkat,
karena tidak dapat dipungkiri setiap orang memang sudah pasti akan menghasilkan sampah setiap harinya.
Jika hal ini tidak dapat dikelola dengan baik, maka dapat dipastikan sampah akan selalu menumpuk dan
menyebabkan masalah lain yang lebih berbahaya seperti munculnya berbagai sumber penyakit (Muhammad
Alfath,2018).
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah perkotaan mengakibatkan daerah
pemukiman semakin luas dan padat. Peningkatan aktivitas manusia, lebih lanjut menyebabkan
bertambahnya sampah. Faktor yang mempengaruhi jumlah sampah selain aktivitas penduduk antara
lain adalah: jumlah atau kepadatan penduduk, sistem pengelolaan sampah, keadaan geografi, musim
dan waktu, kebiasaan penduduk, teknologi serta tingkat sosial ekonomi (Depkes RI.1987).
Pada Provinsi Kalimantan Tengah terjadi pertumbuhan penduduk dari tahun 2010 ke 2018 sebesar
2,28 persen sehingga menyebabkan jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2018
meningkat menjadi 2.660.200 jiwa yang terdiri atas 1.391.100 laki-laki dan 1.269.100 perempuan.
Penyebaran penduduk Provinsi Kalimantan Tengah tampak masih bertumpu pada beberapa kabupaten
induk. Kabupaten Kotawaringin Timur, Kapuas dan Kotawaringin Barat adalah tiga kabupaten dengan
urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk mayoritas dengan masing-masing kabupaten dihuni
penduduk berjumlah 456.400 jiwa, 356.400 jiwa, dan 304.100 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang
minoritas berada di Kabupaten Sukamara dan Lamandau dengan penduduk yang berjumlah 62.000
jiwa dan 80.500 jiwa (Dinas kehutanan Kalimantan Tengah).
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Karakteristik masyarakat kota Palangka Raya


Kota Palangka Raya dibangun pada tahun 1957 (UU Darurat No. 10/1957 tentang Pembentukan
Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah) dari hutan belantara yang dibuka melalui Desa
Pahandut di tepi Sungai Kahayan. Sebagian wilayahnya masih berupa hutan, termasuk hutan lindung,
konservasi alam serta Hutan Lindung Tangkiling. Pada saat kota ini mulai dibangun,
Presiden Soekarno merencanakan Palangka Raya sebagai ibukota negara di masa depan,
menggantikan Jakarta. Palangka Raya merupakan kota dengan wilayah terluas di Indonesia atau setara
3,6 kali luas Jakarta.
Kota Palangka Raya sebagai salah satu kota yang saat ini sedang berkembang juga tidak lepas dari
masalah sampah tersebut. Palangka Raya dengan jumlah penduduk hampir mencapai 267.757 jiwa (BPS
Kota Palangka Raya Tahun 2017), masalah sampah menjadi salah satu momok yang senantiasa menjadi
sorotan. Ditambah lagi dengan masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang khususnya angkutan
sampah menyebabkan masalah sampah di kota ini semakin kompleks. Sedangkan pada tahun 2020 Kota
Palangka Raya mengalami penurunan penduduk sebanyak 266.020 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-
rata 93,24 jiwa/km².
Wilayah Kota Palangka Raya terdiri dari 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Pahandut dengan luas
(119,37 Km2), Kecamatan Sabangau dengan luas (641,51 Km2), Kecamatan Jekan Raya dengan luas
(387,53 Km2), Kecamatan Bukit Batu dengan luas (603,16 Km2), dan Kecamatan Rakumpit dengan
luas (1.101,95 Km2).
1.1.2 Letak geografis Kota Palangka Raya
Kota Palangka Raya merupakan ibu kota provinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis, Kota
Palangka Raya terletak di antara 113°30'–114°04' Bujur Timur dan 1°30'–2°30' Lintang Selatan. Luas
wilayah Kota Palangka Raya secara keseluruhan adalah 284.250 Ha atau 2842.5 km² (Kepraya,2015).
1.1.3 Topografi Kota Palangka Raya
Secara topografi, seluruh wilayah Kota Palangka Raya berada di bawah 100 mdpl. Kecamatan dengan
wilayah tertinggi adalah Kecamatan Rakumpit dengan ketinggian ±75 mdpl, sedangkan kecamatan
dengan wilayah terendah adalah Kecamatan Sebangau dengan ketinggian kurang dari 20 mdpl.
Berdasarkan tingkat kemiringan lahan, Kota Palangka Raya merupakan wilayah dengan tingkat
kemiringan datar hingga landai. Di wilayah utara kota ini, tingkat kemiringan lahan sebesar ≤40%,
sedangkan di wilayah selatan tingkat kemiringan lahan berkisar antara 0–8% dan berada pada tingkat
ketinggian 16–25 mdpl (Kepraya,2015).

Tabel Luas Kawasan Hutan dan Penggunaan Lainnya di Wilayah Kota Palangka Raya 2017
tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1

Jenis Penggunaan   Luas (Ha)

A. Kawasan Lindung    
1. Daerah Sempadan Sungai : 2.403,40
2. Hutan Lindung : 10.105,34
3. Suaka Alam : 1.771,13

4. Taman Nasional Darat : 63.816,40


5. Cagar Alam Darat : 726,20
B. Kawasan Budidaya    
1. Area Penggunaan Lainnya (APL) : 41.209,62
2. Hutan Produksi dapat Dikonversi (HPK) : 90.722,15
3. Hutan Produksi (HP) : 74.595,06
JUMLAH : 285.349,30

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Palangka Raya, 2017

1.1.4 Kepercayaan masyarakat Kota Palangka Raya yang terdapat pada suku Dayak

Sebagian besar orang Dayak masih menganut kepercayaan asli yaitu Kaharingan. Keluhuran hidup
menurut kepercayaan Kaharingan dapat dicapai dengan menjalankan dan mentaati segala jalan adat
yang mengandung norma dan kode etik hubungan antar sesama manusia. Upacara-upacara keagamaan
dalam Kaharingan merupakan ungkapan dari kepercayaan; sikap dan perilaku mereka dimotivasi oleh
keyakinan yang keduanya disebut jalan adat.

Di Provinsi Kalimantan Tengah, Gereja Katolik baru masuk sekitar tahun 1950 an. Sedangkan Kristen
Protestan sudah terlebih dulu masuk yakni sekitar abad 19. Sudah cukup banyak orang Dayak yang
telah memeluk atau masuk agama Katolik, namun dalam menghayati imannya, mereka masih belum
kuat. Ini dikarenakan salah satu faktornya adalah tenaga pastoral yang melayani dan membina mereka
tersebar tidak merata dan jumlahnya sangat kurang. Selain itu masalah budaya juga turut
mempengaruhinya. Menjadi Katolik berarti menyerahkan hati sepenuhnya kepada Ajaran Katolik. Dan
ini agak sulit bagi mereka. Walaupun mereka sudah memeluk katolik, mereka masih memegang jimat,
mistik, dan lain-lain.

Dengan demikian, kehadiran Gereja Katolik sudah mulai membawakan pengaruh terhadap:

1) Kehidupan perkawinan:
- kawin “kontrak” lama kelamaan mulai hilang.
- kawin dengan sepupu juga mulai berkurang.
- orang mulai melihat nilai-nilai luhur dari perkawinan Gereja.
- Dengan demikian Perkawinan adat tidak lagi ditempatkan sebagai nomor satu.
2) Peristiwa-peristiwa hidup dan aktivitasnya, seperti kelahiran, menugal dan lain-lain dikaitkan
dengan peranan Tuhan, dan ini diwujudkan dalam liturgi-liturgi Gereja.
3) Penataan kehidupan ekonomi rumah tangga, sudah mulai berpikir untuk merencanakan sesuatu
untuk hidupnya.
Sampah organik atau sampah basah atau sampah hayati adalah jenis sampah yang berasal dari jasad
hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami. Contohnya adalah sampah sisa
dapur, daun-daunan, sayur-sayuran, buah-buahan, daging, ikan, nasi, dan potongan rumput, daun
ranting dari kebun.
Sampah anorganik atau sampah kering atau sampah non-hayati adalah sampah yang sukar atau tidak
dapat membusuk, merupakan sampah yang tersusun dari senyawa non-organik yang berasal dari
sumber daya alam tidak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri.
Contohnya adalah botol,gelas, plastik, tas plastik, kaleng, dan logam.Sebagian sampah non-organik
tidak dapat diuraikan oleh alam sama sekali, dan sebagian lain dapat diuraikan dalam waktu yang
sangat lama. Mengolah sampah non-organik erat hubungannya dengan penghematan sumber daya
alam yang digunakan untuk membuat bahan-bahan tersebut dan pengurangan polusi akibat proses
produksinya di dalam pabrik.
Jenis sampah Lama hancur

Kertas 2-5 bulan

Kulit jeruk 6 bulan

Dus karton 5 bulan

Filter rokok 10-12 tahun

Kantong plastic 10-20 tahun

Kulit sepatu 25-40 tahun

Pakaian atau nylon 30-40 tahun

Plastik 50-80 tahun

Aluminium 80-100 tahun

Styrofoam Tidak hancur

Tabel Umur Sampah Organik dan Non-Organik Hancur tersebut dapat dilihat pada tabel
1.2

Sumber: Dit. PLPDitjen. Cipta Karya PU

1.2 Komposisi sampah di Kota Palangka Raya pada tahun 2019-2020


Komposisi sampah mengalami perubahan seiring dengan pertumbuhan tingkat ekonomi dan
pendidikan masyarakat.Komposisi sampah diberbagai kota di Indonesia saat ini secara umum masih
didominasi oleh sampah organic atau basah (biodegradable) (modul pengelolaan sampah berbasis 3R).
Diagram komposisi sampah berdasarkan jenis sampah di kota Palangka Raya pada tahun 2019
dapat dilihat pada diagram 1.1

Sumber:
system

informasi pengelolaan sampah nasional (sipsn)

Tabel komposisi sampah berdasarkan jenis sampah di kota Palangka Raya pada tahun 2019
dapat dilihat pada tabel 1.3

Sumber: system informasi pengelolaan sampah nasional (sipsn)

Pada komposisi sampah berdasarkan jenis sampah di Kota palangka Raya tahun 2019, mengalami
peningkatan pada jenis sampah organik dibandingkan dengan sampah an organik. Sampah organik
seperti sisa makanan (70,05%) diperoleh dari hasil rumah tangga, restaurant sisa makanan dari pasien
rumah sakit dan lain-lain. Sedangkan pada sampah an organik seperti plastic (14,95%) diperoleh dari
kantong plastic belanjaan, bungkus makanan, dan lain-lain.
Diagram komposisi sampah berdasarkan jenis sampah di kota Palangka Raya pada tahun 2020
dapat dilihat pada diagram 1.2

Sumber: system informasi pengelolaan sampah nasional (sipsn)

Tabel komposisi sampah berdasarkan jenis sampah di kota Palangka Raya pada tahun 2020
tersebut dapat dilihat pada tabel 1.4

Sumber: system informasi pengelolaan sampah nasional (sipsn)

Pada komposisi sampah berdasarkan jenis sampah di Kota Palangka Raya tahun 2020, memiliki nilai
sampah organik seperti sampah sisa makanan serta tidak mengalami perubahan sama halnya dengan
tahun 2019 yakni sebesar (70,05%). Sedangkan pada sampah an organik seperti plastik mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar (14,95%) dan pada tahun 2020 meningkat menjadi
(15,14%) diperoleh dari kantong plastic belanjaan, bungkus makanan, dan lain-lain.
1.3 Timbulan sampah di Kota Palangka Raya pada tahun 2019-2020
Manfaat mengetahui timbulan sampah adalah untuk menunjang penyusunan sistem pengelolaan
persampahan di suatu wilayah, data yang tersedia dapat digunakan sebagai bahan penyusun solusi
alternatif sistem pengelolaan sampah yang efisien dan efektif (modul pengelolaan sampah
berbasis 3R).
Grafik timbulan sampah di Kota Palangka Raya tahun 2019 dapat dilihat pada grafik 1.1

Sumber: system informasi pengelolaan sampah nasional (sipsn)

Tabel timbulan sampah di Kota Palangka Raya tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 1.5

Sumber:
system

informasi pengelolaan sampah nasional (sipsn)


Pada timbulan sampah di kota Palangka Raya tahun 2019 yang terdapat di provinsi Kalimantan
Tengah ibu kota Palangka Raya mengalami timbulan sampah harian sebesar (140,24 ton) sedangkan
timbulan sampah tahunan sebesar (51,188,70 ton).

Grafik timbulan sampah di Kota Palangka Raya tahun 2020 dapat dilihat pada grafik 1.2

Sumber: system informasi pengelolaan sampah nasional (sipsn)

Tabel timbulan sampah di Kota Palangka Raya tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 1.6

Sumber: system informasi pengelolaan sampah nasional (sipsn)

Pada timbulan sampah di kota Palangka Raya tahun 2020 yang terdapat di provinsi Kalimantan
Tengah mengalami timbulan sampah harian sebesar (144,03 ton) lebih meningkat daripada tahun 2019
timbulan sampah hariannya sebesar (140,24 ton). Sedangkan timbulan sampah tahunan 2019 sebesar
(51,188,70 ton) dan pada tahun 2020 timbulan sampah tahunan meningkat menjadi (52,570,77 ton).
1.4 Komposisi sampah berdasarkan sumber sampah di Kota Palangka Raya pada tahun 2019-2020
Penanganan sampah di Kota Palangka Raya tersebut, pemisahan atau separasi sampah belum menjadi
budaya oleh kebanyakan penduduk atau masyarakat di Kota Palangka Raya, dan membuang sampah
sembarangan di tempat umum merupakan kebiasaan seperti juga halnya membuang sampah di badan
air (sungai, kanal, saluran, air, danau, dan rawa). Pembuangan sampah yang baik umumnya meliputi
pemisahan secara seksam sampah pada tingkat individu, selanjutnya melakukan pembuangan
sampah ke tempat sampah (tong sampah) selanjutnya ke TPS dan TPA (Muhamad Yusuf,2015).

Diagram komposisi sampah berdasarkan sumber sampah di kota Palangka Raya pada tahun
2019 dapat dilihat pada Diagram 1.3

Sumber: system informasi pengelolaan sampah nasional (sipsn)

Tabel komposisi sampah berdasarkan sumber sampah di kota Palangka Raya pada tahun 2019
dapat dilihat pada Tabel 1.7

Sumber: system informasi pengelolaan sampah nasional (sipsn)


Pada komposisi sampah berdasarkan sumber sampah yang terdapat di Kota Palangka Raya pada tahun
2019 memiliki jenis sumber sampah seperti sampah rumah tangga sebesar (149,45 ton), sampah
perkantoran sebesar (88,40 ton), sampah pasar sebesar (40,00 ton), sampah peniagaan sebesar (20,84
ton) dan yang paling terkecil adalah sampah fasilitas publik sebesar (1,00 ton) dan lain-lain itu sebesar
(45,39 ton).

Diagram komposisi sampah berdasarkan sumber sampah di kota Palangka Raya pada tahun
2020 dapat dilihat pada diagram 1.4

Sumber: system informasi pengelolaan sampah nasional (sipsn)

Tabel komposisi sampah berdasarkan sumber sampah di kota Palangka Raya pada tahun 2020
dapat dilihat pada tabel 1.8

Sumber: system informasi pengelolaan sampah nasional (sipsn)

Pada komposisi sampah berdasarkan sumber sampah yang terdapat di Kota Palangka Raya pada tahun
2020, memiliki jenis sumber sampah seperti sampah rumah tangga sebesar (149,45 ton), sampah
perkantoran sebesar (88,40 ton), sampah pasar (40,00 ton), sampah perniagaan sebesar (20,84 ton),
sedangkan fasilitas public angka paling terkecil sebesar (1,00 ton) dan sampah lain-lain itu sebesar
(45,39 ton).
1.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi timbulan sampah
Pengelolaan sampah di Indonesia sebagian besar masih belum sesuai dengan standar pengelolaan yang
berwawasan lingkungan. Permasalahan pengelolaan sampah seringkali menyebabkan masalah lingkungan
yang serius dan rentan terhadap permasalahan sosial di masing-masing daerah. Menurut Kodoatie
(2003:219) secara umum persoalan yang muncul pada pengelolaan sampah di daerah adalah sebagai
berikut:
a) Aspek kelembagaan
Permasalahan pada aspek kelembagaan ini terkait dengan sumber daya manusia yang kurang memadai
dari segi jumlah maupun kualifikasinya. Selain itu, tidak sesuainya bentuk kelembagaan dengan besarnya
kewenangan yang harus dikerjakan.
b) Aspek teknis operasional
Pada aspek teknis operasional, permasalahan yang sering muncul adalah terbatasnya sarana dan
prasarana pengumpulan kontainer, pengangkutan, pengolahan di tempat pembuangan akhir dan lahan untuk
tempat pembuangan akhir serta penanganan akhir sampah.
c) Aspek pembiayaan
Permasalahan pada aspek pembiayaan adalah terkait dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk
pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah. Misalnya, penarikan retribusi yang kurang memadai.
d) Aspek pengaturan
Tidak dimilikinya kebijakan pengaturan pengelolaan di daerah yang mampu memberikan motivasi kesadaran
peran serta masyarakat untuk ikut secara utuh dalam pengelolaan baik menyangkut pembiayaan dan teknis
operasional.
e) Aspek peran serta masyarakat
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah. Hal ini juga dapat diketahui dari masih
sedikitnya masyarakat yang belum dapat mengolah sampah dan mengelolanya dengan baik (Muhammad
Alfath,2018).

Faktor penghambat peraturan daerah Kota Palangka Raya Nomor 3 Tahun 2006 Tentang
pengelolaan Kebersihan lingkungan dan pertamanan berupa kinerja petugas lapangan yang tidak
konsisten, koordinasi tim terpadu lebih menonjolkan ego sektoral, anggaran tiap tahun mengalami
pengurangan,kurangnya kesadaran warga, dan adanya perpindahan PNS Profesional. Faktor
pendorong implementasi kebijakan berupa terbitnya peraturan perudang- undangan,pengelolaan
sampah dari cost menjadi profil menjadi dasar bagi pola kemitraan masyarakat pemerintah dan
privat sektor, sementara adanya sikap pelaksana menujang walaupun dengan upah yang minim
(Muhamad Yusuf,2015).
1.6 Penaganan atau pengelolaan sampah di Kota Palangka Raya

Pengelolaan sampah di kota Palangka Raya sudah cukup baik walaupun belum maksimal. Sampah
dari rumah tangga, kantor, sekolah, pasar dan tempat umum lainnya yang merupakan gabungan
anatara sampah organic dan anorganik diakumulasi, dijadikan satu, selanjutnya dibuang ketempat
pembuangan sementara (TPSS), selanjutnya dari TPSS diangkut oleh truk sampah ke tempat
pembuangan sampah akhir (TPA) yang jaraknya cukup jauh dari pusat kota sampah domestic bagi
penduduk yang bermukim di tepi kanal dan saluran air dibuang begitu saja ke badan air tersebut
layaknya tong sampah. Di TPA, sampah ditumpuk (open dumping) dan dibiarkan mengalami
pembusukan (khusus sampah organik), sementara anorganik seperti botol, kaleng, potongan kayu,
bahan bangunan, besi dan lainnya adalah masih tanda tanya apakah akan diolah atau tidak.
Sementara pemanfaatannya secara ekonomi oleh masyarakat dilakukan melalui tangan para
pemulung yang memisahkan item sampah dari akumulasi organik dan anorganik. Kondisi para
pemulung ini rentan tererang penyakit karena sampah dan TPSs maupun TPA sangat tidak bersih
dan higenis.

Tenaga dan biaya pengelolaan (pemerintah) tentunya akan banyak dihabiskan jika pengelolaan
sampah misalnya dillakukan dengan mengadakan atau mengimpor mesin-mesin pemisah sampah.
Disisi lain jika pengelolaan sampah ditekan pada teknis pemisahan sampah yang dilakukan pada
tingkat individu, hal ini diperkirakan akan menghemat biaya lebih dari 50%, tentunya lebih
menguntungkan secara ekonomi dan ekologi. Walaupun teknik pemisahan secara individu mungkin
hasilnya lebih dapat terlihat dalam jangka panjang, tetapi ini adalah cara terbaik karena mengandung
unsur pendidikan dan akan merubah budaya membuang sampah secara sembarangan oleh
masyarakat (Muhamad Yusuf,2015).

Berikut ini adalah penjelasan masing-masing upaya yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah

Kota Palangka Raya adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan Sistem Pemantau Truk Angkutan Sampah.


2) Membangun Sistem Pengaduan Sampah (SMS Center).
3) Membangun Sistem Pengaduan Sampah (SMS Center) (Muhammad Alfath,2018).

Berbagai upaya dan kebijakan Pemerintah Kota Palangka Raya dalam menjaga kebersihan dan
menangani masalah sampah perkotaan, tentunya tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah
Kota saja akan tetapi peran serta dan partisipasi masyarakat yang ada di Kota Palangka Raya juga
sangat menentukan. Hal ini terlihat dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah (Perda) Kota Palangka
Raya Nomor 03 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kebersihan Lingkungan dan Pertamanan. Beberapa
point penting dari Perda tersebut adalah kewajiban masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan
sekitarnya dan kewajiban membuang sampah ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah) pada waktu
yang sudah ditentukan yaitu mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 03.00 WIB. Sedangkan

untuk pemilik/badan usaha atau pemakai persil usaha yang menghasilkan sampah sebanyak 2,5 m3
atau lebih setiap hari wajib membuang sendiri sampah tersebut ke TPA (Tempat Pembuangan
Akhir), kecuali ada permintaan bantuan ke Dinas Pasar dan Kebersihan Kota Palangka Raya (Dody
Ariyantho Kusma Wijaya, 2017).
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran


DAFTAR PUSTAKA

Alfath, Muhammad. (2018). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Pemberdayaan Masyarakat


Dalam Meningkatkan Pengelolaan Persampahandi Kota Palangka Raya. Jurnal Borneo Administrator.
Vol.14. No.1.
Depkes, RI. (1987). Pedoman Bidang Studi Pembuangan Sampah Akademi Penilik Kesehatan
Teknologi Sanitasi (APKTS). Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat
Departemen Kesehatan.
Modul pengolahan sampah berbasis 3R.
Wijaya, Dody Ariyantho Kusuma. (2017). Peran Keluarga Dan Kebijakan Pemerintah Kota Palangka
Raya Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi. Vol.18.
No. 1.
Yusuf, Muhamad. (2015). Kajian Perbaikan Pengelolaan sampah Kota Palangka Raya dalam perspekti
praktis dan Pendidikan. Jurnal pencerah public Vol.2. No.1. ISSN: 2407-3873.
https://palangkaraya.go.id/wp-content/uploads/2019/05/map.jpg

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palangka_Raya

https://dishut.kalteng.go.id/page/95/kependudukan

http://www.kepraya.org/ciri-ciri-umum-keuskupan-palangka-raya/
https://properti.kompas.com/read/2009/05/20/13515024/palangkaraya.jadikan.ritual.adat.sebagai.wisat
a?page=all

Anda mungkin juga menyukai