Anda di halaman 1dari 4

1.

Description
Pengalaman kejadian ini saya alami ketika sedang duduk di
profesi ners, pada saat itu kami dibagi kelompok untuk
mengerjakan suatu tugas dengan 1 kelompok berisikan 5 orang
dan saya sebagai ketua, set
ekah pembagian kelompok kami di beri tugas untuk mengerjakan
makalah tentang pelajaran yang sudah di pelajari minggu
sebelumua bimbingan praktik profesi keperawatan gawat darurat
di di ruang UGD salah satu RSUD dimana mahasiswa kami
melakukan praktik. Selang beberapa menit saya tiba di RSUD
tersebut, datang seorang pasien akibat kecelakaan lalu lintas yang
diantar oleh rekannya. Kemudian perawat yang berjaga dan
mahasiswa saya mendekati pasien tersebut untuk dilakukan
anamnesa dan intervensi dan saya pun ikut mendekatinya. Perawat
yang berjaga tersebut menanyakan kepada rekan pasien tentang
proses terjadinya kecelakaan tersebut. Rekan pasien menjawab
dengan menjelaskan bahwa pasien tersebut jatuh dari motor saat
konvoi motor dengan rekan-rekannya yang lain, rekan pasien pun
menambahkan bahwa pasien menaiki motor dengan berboncengan
3 orang (Gayor. Red) dan saling bersenda gurau diantaranya.
Dengan nada yang keras dan sinis perawat tersebut berkata kepada
pasien “ makanya mas kalo naek motor yang bener, jangan
bercanda, kayak yang punya nyawa dua aja. Kalo sudah begini aja
saya juga yang repot, emang pasien kamu doang”. Kemudian
perawat tersebut melakukan intervensi pelayanan keperawatan
dengan gaya dan perlakuan yang kurang professional dengan
dibantu oleh mahasiswa.

2. Feelings
Sebagai seorang perawat dan juga sebagai pendidik calon-calon
perawat masa depan, saya merasa kecewa dan sedih menyaksikan
bagaimana cara perawat berkomunikasi dan melakukan intervensi
pada pasien tersebut. Perasaan takut saya pun muncul terhadap
cara komunikasi perawat dan intervensi yang dilakukan perawat
yang disaksikan oleh mahasiwa keperawatan sebagai calon-calon
perawat masa depan.

3. Evaluation
Apa yang dilakukan perawat tersebut sangatlah bertentangan dan
tidak sesuai dengan prinsip komunikasi terapuetik dan prinsip
hubungan antar perawat dan pasien. Disadari atau tidak, hal
semcam ini merupakan bentuk gambaran dari pada kurangnya
pemahaman perawat tentang bagaimana menjalin hubungan
interpersonal antara perawat dan pasien pada saat melakukan
intervensi dan cara bagaimana melakukan komunikasi terapuetik
terhadap pasien. sikap yang dlakukan oleh perawat tersebut pun
menggambarkan ketidak professionalan seorang prawat dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan.
4. Analysis
Perawat yang melakukan kesalahan dan ketidaksesuaian dalam
melakukan komunikasi terapuetik tersebut disebabkan oleh
ketidakpahaman tentang konsep komunikasi terapuetik yang
seharusnya dilakukan oleh perawat pada saat membina hubungan
dengan pasien. Pada kasus diatas kemungkinan perawat
beranggapan bahwa cara komunikasi tersebut merupakan hal yang
biasa dan wajar atau kemungkinaan sebagai salah satu eksplorasi
diri seorang perawat yang sedang merasakan lelah pada saat
bekerja. Padahal secara konsepnya pada saat perawat melakukan
pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien sebagai mahluk bio-
psiko-sosio dan spiritual harus disertai dengan body, mind dan
spirit dari seorang perawat dan komunikasi terapeutik harus
terbina sehingga timbul interaksi yang nyaman dan harmonis. Hal
ini akan berdampak positif terhadap aspek psikologis pasien yang
sedang membutuhkan pelayanan kesehatan. Aspek yang tidak
kalah pentingnya juga adalah bercermin dengan kejadian tersebut
akan berdampak kepada mahasiswa saya yang nantinya akan
banyak mewarisi apa-apa yang dilakukan oleh perawat yang
diperoleh pada saat praktik.

5. Conclusion
Terhadap kejadian diatas mengambil kesimpulan bahwa
komunikasi yang baik diperlukan dalam membina hubungan
terapeutik antara perawat dan pasien. Gagalnya komunikasi
terapeutik akan menyebabkan kegagalan dalam hubungan
terapeutik, sehingga hubungan perawat pasien hanya akan menjadi
hubungan yang superficial. Hubungan yang superficial dari
perawat terhadap pasiennya akan menyebabkan tujuan perawatan
tidak akan tercapai. Kemampuan empati juga seharusnya menjadi
bagian dari hubungan terapetik yang perlu dikembangkan. Hal ini
pun menjadi dasar bahwa mahasiswa perlu belajar dari apa yang
diperoleh di lahan praktik sehingga bisa dapat dijadikan bahan
pembelajaran.

6. Action Plan
Berangkat dari kejadian tersebut tentunya sebagai agen pembaharu
dan juga pendidik calon-calon perawat masa depan perlu
menekankan pemahaman dan kemampuan bagaimana melakukan
komunikasi terapuetik antara perawat dan pasien dan penekanan
tentang sikap dan norma-norma etik dalam melakukan intervensi
keparawatan terhadap perawat dan juga mahasiswa. Langkah-
langkah yang bisa diambil agar terlaksananya komunikasi
terapeutik antara perawat dan pasien diperlukan adanya SOP
mengenai penerapan komunikasi terapeutik dan banyak berlatih
sedangkan untuk mahasiswa yaitu dengan diobservasi langsung
oleh dosen pembimbing maupun pembimbing rumah sakit dan
tentunya terlebih dahulu dosen atau CI memberikan contoh
bagaimana melakukan komunikasi terapeutik sebagai role model
terhadap mahasiswanya, dan intervensi yang sesuai dengan sikap
dan norma, etik dalam melakukan pelayanan asuhan keperawatan
terhadap perawat dan mahasiswa yang melakukan pelayanan
asuhan keperawatan dimasukan kedalam format penilaian
penampilan sikap klinik yang nantinya akan dijadikan bahan
evaluasi diri.

Anda mungkin juga menyukai