Anda di halaman 1dari 8

Noomor 76-100

75. Difteri adalah infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diptheriae
toksigenik dapat menyerang saluran nafas, kulit, mata dan organ lain.

76. Ada berapa macam jenis difteri berdasarkan lokasi pseudomembran dan apa yang paling
sering?
- Difteri saluran napas (paling sering)
Fokus infeksi primer yang sering, yaitu pada tonsil atau pharynx kemudian hidung
dan larynx. Infeksi dari nares anterior lebih sering terjadi pada bayi, menyebabkan
sekret serosanguinis, purulen, dan rhinitis erosiva dengan pembentukan membran.
- Difteri hidung
- Difteri laring
- Difteri tonsil dan faring
- Difteri kulit
- Difteri tempat lain (telinga, mata, dan traktur genitalis)

( Edi Hartoyo, Sari pediatri 2018)

77. Apa itu pseudomembran?


Pseudomembran sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang
timbul terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan.
(https://www.blogdokter.net/2007/09/30/difteri-difteria/)
78. Apa kandungan pseudomembran?

Pseudomembran merupakan jaringan fibrin yang terinfeksi oleh C.


diphtheria melapisi lesi nekrotik dan epitel di daerah tenggorok.
Pseudomembran mengandung sel inflamasi, darah merah dan membran
epitel superfisial. (Syahrial Marsinta Hutauruk, Fauziah Fardizza, Sevi
Aristya, 2018)

79. Bagaimana sifat-sifat pseudomembran?


Pseudomembran yang terbentuk akan berwarna keabuan sampai hitam
tergantung dari jumlah darah di dalamnya. Jika dilepas, akan terjadi perdarahan . .
(Syahrial Marsinta Hutauruk, Fauziah Fardizza, Sevi Aristya, 2018)

80. Bagaimana tatalaksana difteri pada anak?

Umum
Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan hapusan tenggorok negatif 2 kali
berturut-turut. Pada umumnya, pasien tetap diisolasi selama 2-3 minggu. Istirahat tirah
baring selama kurang lebih 2-3 minggu, pemberian cairan serta diet yang adekuat.
Khusus pada difteria laring dijaga agar nafas tetap bebas serta dijaga kelembaban udara
dengan menggunakan humidifier.

Khusus
Antitoksin: Anti difteri serum (ADS). Antitoksin harus diberikan segera setelah dibuat
diagnosis difteria, dengan pemberian antitoksin pada hari pertama, angka kematian pada
Noomor 76-100

penderita kurang dari 1%. Namun, dengan penundaan lebih dari hari ke-6 menyebabkan
Noomor 76-100

angka kematian ini bisa meningkat sampai 30%.


Sebelum pemberian ADS harus dilakukan uji kulit atau uji mata terlebih dahulu.
Pemberian ADS dapat terjadi reaksi anafilaktik sehingga harus disediakan larutan
adrenalin 1:1000 dalam semprit. Uji kulit dilakukan dengan penyuntikan 0,1 mL ADS
dakam larutan garam fisiologis 1:1000 secara intrakutan. Hasil positif bila dalam 20 menit
trejadi indurasi > 10 mm. Uji mata dilakukan dengan meneteskan 1 tetes larutan serum
1:10 dalam garam fisiologis. Pada mata yang lain diteteskan garam fisiologis. Hasil
positif bila dalam 20 menit tampak gejala hiperemis pada konjungtiva bulbi dan
lakrimasi. Bila uji kulit atau mata positif, ADS diberikan dengan cara desensitisasi
(Besredka). Bila uji hipersensitivitas tersebut di atas negatif, ADS harus diberikan
sekaligus secara intravena. Dosis ADS ditentukan secara empiris berdasarkan berat
penyakit dan lama sakit, tidak tergantung pada berat badan pasien. Pemberian ADS
intravena dalam larutan garam fisiologis atau 100 ml glukosa 5% dalam 1-2 jam.
Pengamatan terhadap kemungkinan efek samping obat/reaksi sakal dilakukan selama
pemberian antitoksin dan selama 2 jam berikutnya. Demikian pula perlu dimonitor
terjadinya reaksi hipersensitivitas lambat (serum sickness).

Antibiotik
Antibiotik diberikan untuk membunuh bakteri dan menghentikan produksi toksin.
Pengobatan untuk difteria digunakan eritromisin (40-50 mg/kgBB/hari, dosis terbagi
setiap 6 jam PO atau IV, maksimum 2 gram per hari), Penisilin V Oral 125-250 mg, 4 kali
sehari, kristal aqueous pensilin G (100.000 – 150.000 U/kg/hari, dosis terbagi setiap 6
jam IV atau IM), atau Penisilin prokain (25.000-50.000 IU/kgBB/hari, dosis terbagi setiap
12 jam IM). Terapi diberikan untuk 14 hari. Beberapa pasien dengan difteria kutaneus
sembuh dengan terapi 7-10 hari. Eliminasi bakteri harus dibuktikan dengan setidaknya
hasil 2 kultur yang negatif dari hidung dan tenggorokan (atau kulit) yang diambil 24 jam
setelah terapi selesai. Terapi dengan eritromisin diulang apabila hasil kultur didapatkan
C. diphteriae.

Kortikosteroid
Belum terdapat persamaan pendapat mengenai kegunaan obat ini pada difteria.
Dianjurkan pemberian kortikosteroid pada kasus difteria yang disertai gejala.
 Obstruksi saluran nafas bagian atas (dapat disertai atau tidak bullneck)
 Bila terdapat penyulit miokarditis.
Prednison 2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu kemudian diturunkan dosisnya bertahap.
Pengobatan penyulit
Pengobatan terutama ditujukan untuk menjaga agar hemodinamika tetap baik. Penyulit
yang disebabkan oleh toksin umumnya reversibel. Bila tampak kegelisahan, iritabilitas
serta gangguan pernafasan yang progresif merupakan indikasi tindakan trakeostomi. 2

Pengobatan kontak
Pada anak yang kontak dengan pasien sebaiknya diisolasi sampai tindakan berikut terlaksana,
yaitu biakan hidung dan tenggorok serta gejala klinis diikuti setiap hari sampai masa tunas
terlampaui, pemeriksaan serologi dan observasi harian. Anak yang telah mendapat imunisasi
dasar diberikan booster toksoid difteria.5,7
Noomor 76-100

Pengobatan karier
Karier adalah mereka yang tidak menunjukkan keluh- an, mempunyai uji Schick negatif tetapi
mengandung basil difteria dalam nasofaringnya. Pengobatan yang dapat diberikan adalah
penisilin 100 mg/kgBB/hari oral/iv atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari selama satu minggu.
Mungkin diperlukan tindakan tonsilektomi/ adenoidektomi.

( Edi Hartoyo, Sari pediatri 2018)

81. Apa kuman penyebab tetanus?


Tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridum tetanii. (Ana Guardiola, dkk, Neonatal
Tetanus.2000)
82. Dimana letak predileksi kuman pada tetanus neonatorum?
Pintu masuk utama untuk Clostridium tetani adalah kontaminasi tali pusar oleh spora
basil ini saat lahir atau selama hari-hari pertama kehidupan, dengan status klinis dimulai
pada 4 hingga 14 hari setelah kelahiran. (Ana Guardiola, dkk, Neonatal Tetanus.2000)

83. Apa faktor- faktor yang mempengaruhi predileksi pada tetanus neonatorum?
Kebersihan selama persalinan, terutama pada alat-alat untuk memotong tali pusar, dan
juga masa inkubasi dibawah 6 hari. (Ana Guardiola, dkk, Neonatal Tetanus.2000)
84. Bagaimana klasifikasi tetanus pada anak berdasarkan beratnya penyakit?

(Ana Guardiola, dkk, Neonatal Tetanus.2000)


85. Apa komplikasi tetanus pada anak?
Depresi pernapasan (Ana Guardiola, dkk, Neonatal Tetanus.2000)

86. Pada tetanus, sering ditemukan kejang spastik sampai badan melengkung, apa namanya?
Opistotonus. (Ana Guardiola, dkk, Neonatal Tetanus.2000)
87. Apa perbedaan kejang pada tetanus dan kejang pada meningitis?
Noomor 76-100

Bayi dengan meningitis neonatal dapat tampak lemah, mengalami kejang, apneu
episodik, tidak mau menyusu, hipotermia atau hipotermia, dan distres pernapasan pada
minggu pertama kehidupan dan setelahnya. Berbeda dengan tetanus, manifestasi kejang
pada kondisi tersebut memiliki karakteristik fase tiap kejang lebih pendek, tidak secepat
kejang pada tetanus, dan lebih sering melibatkan sebagian sisi tubuh saja. Selain itu,
pada TN tidak ditemukan ubun-ubun membonjol sebagaimana ditemukan pada
meningitis.
(Ku LC, Boggess KA, Cohen-Wolkowiez M. Bacterial meningitis in infants. Clin
Perinatol. 2015)
88. Kejang pada tetanus merupakan kejang rangsang, bagaimana prosedur pemasangan IV
pada pasien tetanus?
89. Apa kuman penyebab pertusis?
Bordetella pertussis.
http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publicationsandresources/pdf/publication-
pdfs/diseases-and-conditions/7170/doh-7170-ind.pdf
90. Apa sinonim pertusis?
Batuk rejan atau whooping cough.
http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publicationsandresources/pdf/publication-
pdfs/diseases-and-conditions/7170/doh-7170-ind.pdf
91. Sebutkan stadium-stadium penyakit pertusis?

a.Stadium kataralis (1-2 minggu)


Gejala awal menyerupai gejala infeksi saluran napas bagian atas yaitu
timbulnya rinore dengan lendir yang cair dan jernih, injeksi pada konjungtiva,
lakrimasi, batuk ringan, dan panas tidak begitu tinggi. Pada stadium ini
biasanya diagnosis pertusis belum dapat ditegakkan karena sukar dibedakan
dengan common cold. Sejumlah besar organisme tersebar dalam droplet dan
anak sangat infeksius, pada tahap ini kuman mudah diisolasi
b.Stadium paroksismal/stadium spasmodic
Frekuensi dan derajat batuk bertambah, terdapat pengulangan 5-10 kali batuk
kuat selama ekspirasi yang diikuti oleh usaha inspirasi masif yang mendadak
dan menimbulkan bunyi melengking (whoop), udara yang dihisap melalui
glotis yang menyempit. Pada remaja, bunyi whoop sering tidak terdengar.
Selama serangan wajah merah dan sianosis, mata menonjol, lidah menjulur,
lakrimasi, salivasi, dan distensi vena leher bahkan sampai terjadi petekia di
wajah (terutama di konjungtiva bulbi). Episode batuk paroksismal dapat
terjadi lagi sampai mucous plug pada saluran napas menghilang. Muntah
sesudah batuk paroksismal cukup khas, sehingga seringkali menjadi
kecurigaan apakah anak menderita pertusis walaupun tidak disertai bunyi
Noomor 76-100

whoop.
c.Stadium konvalesens ( 1-2 minggu)
Stadium penyembuhan ditandai dengan berhentinya whoop dan muntah
dengan puncak serangan paroksismal yang berangsur-angsur menurun. Batuk
biasanya masih menetap untuk beberapa waktu dan akan menghilang sekitar
2-3 minggu. Pada beberapa pasien akan timbul serangan batuk paroksismal
Noomor 76-100

kembali. Episode ini terjadi berulang-ulang untuk beberapa bulan dan


sering dihubungkan dengan infeksi saluran napas bagian atas yang
berulang.
(https://www.academia.edu/18550420/Pertusis?auto=download)
92. Apa kuman penyebab polio?
Polio virus
93. Bagaimana patofisiologi awal masuknya kuman sampai terjadi gejala klinis pada
polio?
Penyakit polio disebabkan oleh polio virus yang umumnya masuk melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung virus
tersebut. Sama halnya seperti cacar, polio hanya menjangkiti manusia. Dalam
tubuh manusia, virus polio menjangkiti tenggorokan dan usus. Selain melalui
kotoran, virus polio juga bisa menyebar melalui tetesan cairan yang keluar saat
penderitanya batuk atau bersin.
(https://www.alodokter.com/polio)
94. Apa jenis-jenis kuman penyebab polio?
Viruspoliomyelitis (virus RNA) tergolong dalam genus enterovirus dan famili
picornaviridae, mempunyai 3 strain yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing) dan
tipe3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih dari tipe virus tersebut.
(Syahril Pasaribu, Aspek Diagnosis Polio. 2005)
95. Apa saja diagnosis banding polio?

Diagnosis banding polio adalah sebagai berikut:

 Sindrom Guillain-Barre
 Mielitis Transversa
 Ensefalitis
 Miastenia gravis
 Lyme disease
 Botulism
 Borrelia bergdorferi
 Miositis, atau miopati
 Difteri
 Mikoplasma
 Rabies

(https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/poliomielitis/diagnosis)

96. Sebutkan penyakit yang terjadi kelumpuhan simetris yang dimulai dari ujung kaki?
97. Bagaimana gejala klinis campak?
Noomor 76-100

Orang yang terkena dampak awalnya akan mengalami demam, batuk, pilek, mata
merah dan bintik-bintik putih di dalam mulut. Ini diikuti 3 hingga7 hari kemudian
oleh ruam kulit bernoda merah, yang biasanya menyebar dari wajah ke seluruh
tubuh. Ruam biasanya berlangsung selama 4-7 hari, tetapi dapat bertahan hingga 3
minggu dan meninggalkan noda kecoklatan serta terkadang menyebabkan kulit
terkelupas. Dalam kasus yang parah, paru-paru, usus dan otak dapat
terpengaruhdan ini menyebabkan konsekuensi serius atau bahkan kematian.
98. Apa sinonim campak?
m
99. Apa alasan pemerintah melaksanakan program imunisasi campak pada umur 9
bulan, sementara kekebalan anak dari ibu sudang menghilang pada umur 7 bulan?
100. Bagaimana cara pemberian dan dosisi vaksin campak?

Anda mungkin juga menyukai