Anda di halaman 1dari 32

CASE REPORT

RHINITIS VASOMOTOR
Oleh: Muhammad Falah Dzaki Miftah

Pembimbing: dr. Arroyan Wardhana, SpTHT-KL


ILUSTRASI KASUS
◦ Identitas Pasien
◦ Nama : Tn. M
◦ Jenis kelamin : Laki - Laki
◦ Umur : 50 tahun
◦ Agama : Islam
◦ Alamat : Pasuruan
◦ Tanggal periksa : Rabu, 15 Juli 2020
◦ Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis


◦ Keluhan Utama

Hidung tersumbat sebelah kanan dan kiri


◦ Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat pada kedua sisi yang dirasakan oleh pasien terus menerus sejak 2
bulan yang lalu. Keluhan ini bertambah berat terutama saat pasien terkena hawa dingin terutama saat pagi hari. Pasien
merasa hidung yang sebelah kanan lebih ringan daripada yang kiri.
◦ Pasien juga mengeluh pilek yang tidak sembuh-sembuh dengan keluar ingus bening dari hidung yang juga
memberat saat terkena udara dingin dan asap.

◦ Keluhan gatal hidung (-), nyeri pada hidung (-),

◦ Batuk (-),

◦ Keluhan telinga nyeri (-/-), telinga berdengung (-/-), penurunan pendengaran (-/-),

◦ Telinga terasa penuh (-/-), telinga seperti kemasukan air (-/-), keluar cairan dari telinga (-/-), sering
dikorek-korek pakai cutton bud (-/-),

◦ Keluhan nyeri tenggorok (-/-), nyeri telan (-),


◦ Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Pasien menyangkal adanya
asma, alergi, dan sinusitits. Riwayat sakit gigi disangkal. Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus
disangkal.

◦ Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang pernah atau sedang mengalami keluhan yang sama. Riwayat asma, alergi
dan sinusitits pada keluarga disangkal. Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus pada keluaga pasien
disangkal.
Pemeriksaan Fisik
◦ Keadaan umum : Tampak sakit ringan
◦ Kesadaran : Compos Mentis
◦ Tanda Vital :
Frekuensi nadi : 110/80 mmHg
Frekuensi napas : 20x/menit
Suhu : 37,9oC
Tekanan darah : 90x/menit
Status Generalis

◦ Kepala: Normocephali, Simetris, Ikterik (+) Jantung


◦ Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
◦ Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik
-/-, RCL +/+, RCTL +/+. ◦ Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS IV linea
midklavikula sinistra
◦ Telinga : Bentuk simetris, tidak ada massa, ◦ Perkusi : Batas jantung kanan di ICS IV linea
tidak hiperemis. sternalis dekstra Batas jantung kiri di ICS V linea
midklavikula sinistra
◦ Mulut : Mukosa bibir tidak sianosis, basah, dan
◦ Batas pinggang jantung di ICS III linea parastenalis
geographic tongue (-)
sinistra.
◦ Tenggorokan : Dinding tidak hiperemis. ◦ Auskultasi : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
◦ Leher : Pembesaran KGB (-), trakea ditengah,
JVP tidak meningkat
Paru Abdomen :
◦ Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada ◦ Inspeksi : Tampak cembung, tidak tampak
simetris saat statis dan dinamis Palpasi : Nyeri retraksi subcostal Auskultasi : Bising usus (+)
tekan -/-, fremitus taktil -/- 8 kali/menit (adekuat)
◦ Perkusi : Sonor kedua lapang paru ◦ Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
◦ Auskultasi : Vesikular +/+ pada kedua ◦ Palpasi : Supel, hepar teraba dan lien tidak
lapang paru, wheezing -/-, Ronkhi -/- teraba, turgor kembali cepat
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema,
turgor kulit baik, CRT < 2 detik
STATUS
LOKALISBagian Kelainan
Dextra
Auric
Sinistr
  Fistula

Pembesaran KGB
-

-
-

-
a
Bentuk Telinga   Normoti
a Nyeri Tekan - -
  - -
Kelainan Liang telinga luar Kelainan Kongenital - -
  - -
  Kongenital   Peradangan    
Aurikula - -
Peradangan
- -   Edema - -
Massa
- -
Nyeri   Massa    
Tarik   Fistula - -
Nyeri
tekan   Kelainan kulit    
tragus
Kelainan Kongenital - -   Sekret - -
Preaurikuler &
Peradangan - -   Serumen    
Retroaurikuler
Edema - -
Membran Kondisi Cone of Arah jam 5 Arah jam 7
Massa - - light
Timpani
Sikatrik - -
GARPU TALA
Tes Rinne Tes Weber Tes Swabach
+/+ Tidak ada Lateralisasi Memanjang / Sama dengan
pemeriksa
Kesimpulan : Normal

HIDUNG
Pemeriksaan Kavum Nasi Mukosa cavum nasi Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Edema (+) Edema (+)
Dextra Sinistra Sekret + +
Inspeksi Konka Inferior Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Hipertrofi (+) Hipertrofi (+)
Bentuk Simestris kanan dan kiri
Konka Media Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Sikatrik - - Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Hematom - - Meatus Inferior Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Meatus Media Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Palpasi
Massa (-) Massa (-)
Nyeri Tekan sinus - - Septum anterior Deviasi (-) Deviasi (-)
paranasal Rhinoscopy Posterior
Krepitasi - - Nasofaring Hiperemis (-)
Massa - - Postnasal drip +
Konka Superior Hiperemis (+) Hipertrofi (+)
Rhinoscopy Anterior
Kelenjar adenoid Hiperemis (-) Hipertrofi (-)
Cavum Nasi Sempit Sempit Massa -
TENGGOROKAN
Pemeriksaan Kondisi

Faring & Rongga Mulut


Bibir Sianosis (-)
Mukosa Mulut Hiperemis
Lidah Normal
Gusi Normal
Gigi Berulubang Normal
Palatum Durum Hiperemis (-)
Palatum Mole Hiperemis (-)
Uvula Hiperemis (-), Deviasi (-)
Arkus Faring Hiperemis (-), Deviasi (-)
Tonsil T1 – T1, Hiperemis (-)
Hipofaring & Laring Tidak dilakukan pemeriksaan
DIAGNOSIS

◦ Diagnosis Kerja : Rhinitis Vasomotor

◦ Diagnosis Banding : Rhinitis Alergika


TATALAKSANA

Non Farmakologis

◦ Edukasi untuk menghindari pencetus (udara dingin)

◦ Ajurkan pemeriksaan IgE

Farmakologis

◦ Flutikason furoat (nasal spray) 2 x spray II

◦ Loratadine 10 mg 2 dd 1 (Antihistamin)
Prognosis

◦ Quo ad vitam : Ad bonam

◦ Quo ad functionam : Dubia ad bonam

◦ Quo ad sanationam : Dubia ad bonam


TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI HIDUNG
Vaskularisasi Hidung

◦ Etmoidalis anterior, yang mendarahi septum bagian superior anterior dan dinding lateral hidung

◦ Etmoidalis posterior ( cabang dari a. Oftalmika ), mendarahi septum bagian superior posterior.

◦ Sfenopalatina, terbagi menjadi a. Nasales posterolateral yang menuju ke dinding lateral hidung dan a.
Septi posterior yang menyebar pada septum nasi
Persarafan Hidung

◦ Saraf motorik

Oleh cabang n. fasialis yang mensarafi otot-otot hidung bagian luar.

◦ Saraf sensoris

Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari N.etmoidalis anterior,
merupakan cabang dari n. nasosiliaris, yang berasal dari n. oftalmika ( N.V-1 ). Rongga hidung
lainnya , sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n. maksila melalui ganglion
sfenopalatina
◦ Saraf otonom.

Terdapat 2 macam saraf otonom yaitu :

1) Saraf post ganglion saraf simpatis (Adrenergik)

Saraf simpatis secara dominan mempunyai peranan penting terhadap sistem vaskuler hidung dan sangat sedikit mempengaruhi

kelenjar.

2) Serabut saraf preganglion parasimpatis (kolinergik).

Peranan saraf parasimpatis ini terutama terhadap jaringan kelenjar yang menyebabkan sekresi hidung yang encer dan

vasodilatasijaringan erektil.

◦ N. Olfaktorius (penciuman)

Nervus olfaktorius turun melalui lamina kribosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel

reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius didaerah sepertiga atas hidung


Definisi

Rinitis vasomotor adalah suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia,
perubahan hormonal (kehamilan, hipertiroid), dan pajanan obat (kontrapsepsi oral, antihipertensi, B-bloker,
aspirin, klorpromazin dan obat topikal hidung dekongestan).

Rinitis ini digolongkan menjadi non-alergi bila adanya alergi/alergen spesifik tidak dapat diidentifikasi
dengan pemeriksaan alergi yang sesuai (anamnesis, skin test, kadar antibodi IgE spesifik serum).
Epidemiologi

◦ Mygind ( 1988 ), seperti yang dikutip oleh Sunaryo ( 1998 ), memperkirakan sebanyak 30 – 60 % dari
kasus rinitis sepanjang tahun merupakan kasus rinitis vasomotor dan lebih banyak dijumpai pada usia
dewasa terutama pada wanita

◦ Sunaryo, dkk ( 1998 ) pada penelitiannya terhadap 2383 kasus rinitis selama 1 tahun di RS Sardjito
Yogyakarta menjumpai kasus rinitis vasomotor sebanyak 33 kasus ( 1,38 % ) sedangkan pasien dengan
diagnosis banding rinitis vasomotor sebanyak 240 kasus ( 10,07 % ).
Etiologi

Etilogi pasti rinitis vasomotor belum diketahui dan diduga akibat gangguan keseimbangan sistem saraf
otonom yang dipicu oleh zat-zat tertentu.. Beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor :

◦ Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis: seperti ergotamin, chlorpromazin, obat
anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.

◦ Faktor fisik: seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang tinggi dan bau yang
merangsang

◦ Faktor endokrin: seperti keadaan kehamilan, pubertas, pemakaian pil anti hamil dan hipotiroidisme.

◦ Faktor psikis:nseperti stress, ansietas dan fatigue


Patofisiologi

◦ Neurogenik (disfungsi sistem otonom)

Serabut simpatis melepaskan ko-transmiter noradrenalin dan neuropeptida Y yang menyebabkan vasokonstriksi dan
penurunan sekresi hidung. Tonus simpatis ini berfluktuasi sepanjang hari yang menyebabkan adanya peningkatan
tahanan rongga hidung yang bergantian setiap 2-4 jam. Keadaan ini disebut sebagai ” siklus nasi ”. Dengan adanya
siklus ini, seorang akan mampu untuk dapat bernapas dengan tetap normal melalui rongga hidung.

Serabut saraf parasimpatis berasal nukleus salivatori superior menuju ganglion sfenopalatina dan membentuk nervus
vidianus, kemudian menginervasi pembuluh darah dan terutama kelenjar eksokrin. Pada rangsangan akan terjadi
pelepasan ko-transmiter asetilkolin dan vasoaktif intestinal peptida yang menyebabkan peningkatan sekresi hidung dan
vasodilatasi, sehingga terjadi kongesti hidung.
◦ Neuropeptida

Pada mekanisme ini terjadi disfungsi hidung yang diakibatkan oleh meningkatnya rangsangan terhadap
saraf sensoris serabut C di hidung. Adanya rangsangan abnormal saraf sensoris ini akan diikuti dengan
peningkatan pelepasan neuropeptida seperti substance P dan calcitonin gene-related protein yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular dan sekresi kelenjar
◦ Nitrik Oksida

Kadar nitrik oksida (NO) yang tinggi dan persisten di lapisan epitel hidung dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan atau nekrosis epitel, sehingga rangsangan non spesifik berinteraksi langsung ke lapisan sub-
epitel. Akibatnya terjadi peningkatan reaktifitas serabut trigeminal dan recruitment refels vaskular dan
kelenjar mukosa hidung.

◦ Trauma

Rinitis vasomotor dapat merupakan komplikasi jangka panjang dari trauma hidung melalui mekanisme
neurogenik dan/atau neuropeptida.
Gejala Klinis

◦ Gejala yang dijumpai pada rinitis vasomotor kadang-kadang sulit dibedakan dengan rinitis alergi seperti
hidung tersumbat dan rinore. Gejala hidung tersumbat sangat bervariasi yang dapat bergantian dari satu
sisi ke sisi yang lain, terutama sewaktu perubahan posisi.

◦ Keluhan bersin-bersin tidak begitu nyata bila dibandingkan dengan rinitis alergi dan tidak terdapat rasa
gatal di hidung dan mata. Gejala dapat memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur oleh karena adanya
perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, dan juga oleh karena asap rokok dan sebagainya.
OBSTRUKSI (blockers)

RHINITIS VASOMOTOR

RINORE (runners/ sneezers)


Diagnosis

Diagnosis umumnya ditegakkan dengan cara eksklusi, yaitu menyingkirkan adanya rinitis infeksi, alergei,
okupasi, hormonal dan akibat obat.

◦ Anamnesis : dicari faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala.

◦ Rhinoskopi Anterior : tampak gambaran yang khas berupa edema mukosa hidung, konka berwarna merah
gelap atau merah tua, tetapi dapat pula pucat.

◦ Pemeriksaan lab : Kadang ditemukan eosinfil pada sekret hidung, akan tetapi dalam jumlah sedikit. Tes
cukit kulit biasanya negatif. Kadar IgE spesifik tidak meningkat
    - Tidak berhubungan dengan musim.
  - Riwayat keluarga ( - )
Riwayat penyakit
- Riwayat alergi sewaktu anak-anak ( - )
- Timbul sesudah dewasa
- Keluhan gatal dan bersin ( - )

    - Struktur abnormal ( - )
  - Tanda – tanda infeksi ( - )
Pemeriksaan
THT - Pembengkakan pada mukosa ( + )
- Hipertrofi konka inferior sering dijumpai

   
- Tidak dijumpai bukti kuat
Radiologi X – Ray / CT
keterlibatan sinus
- Umumnya dijumpai penebalan
mukosa
Bakteriologi   Rinitis bakterial ( - )
  Ig E total Normal
  Prick Test - Negatif atau positif lemah
Test alergi
RAST - Negatif atau positif lemah
Diagnosis Banding
◦ Rinitis Alergi Gambaran Klinik Rinitis Alergi Rinitis Vasomotor
Usia Onset Kurang dari 30 tahun Lebih dari 30 tahun
Pencetus Alergen Iritan, perubahan cuaca
Gejala Klinis    

Bersin Sering Jarang


Anosmia Jarang Jarang
Gatal pada Mata Sering Jarang
Asma Sering Jarang
Idiosincrasi dengan Jarang Jarang
Aspiris
Laboratorium    

Sitologi Hidung Banyak Eosinofil Tidak ada eosinophil


Skin tes Positif Normal
IgE total Elevasi Normal
CT-Sinus Biasanya normal Normal
Penatalaksanaan

◦ Penatalaksanaan pada rinitis vasomotor bervariasi, tergantung pada faktor penyebab dan gejala yang menonjol.
◦ Menghindari stimulus/ faktor pencetus
◦ Penobatan simtomatis, dengan obat-obatan dekongestan oral, cuci hidung dengan larutan garam fisiologis, kauterisasi
konka hipertrofi dengan larutan AgNO3 25% atau triklor-asetat pekat.
◦ Dapat juga diberikan kortikosteroid topikal 100-200 mikrogram. Dosis dapat ditingkatkan sampai 400 mikrogram sehari
(dalam 2 minggu)
◦ Pada kasus dengan rinore berat, dapat ditambahkan antikolinergik topikal (ipatropium bromida)

◦ Operasi, dengan cara bedah-beku, elektrokauter, atau konkotomi parsial konka inferior.

◦ Neurektomi n. Vidianus, yaitu dengan melakukan pemotongan pada n. Vidianus, bila dengan cara di atas tidak
memberikan hasil optimal.
Komplikasi

◦ Sinusitis

◦ Eritema pada hidung sebelah luar

◦ Pembengkakan wajah
Prognosis
◦ Prognosis dari rinitis vasomotor bervariasi. Penyakit kadang-kadang dapat membaik dengan tiba –tiba,
tetapi bisa juga resisten terhadap pengobatan yang diberikan. Prognosis pengobatan golongan obstruksi
lebih baik daripada golongan rinore. Oleh karena golongan rinorea sangat mirip dengan rinitis alergi,
perlu anamnesis dan pemeriksaan yang teliti untuk menastikan diagnosisnya.

Anda mungkin juga menyukai