Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

RINGKASAN

NAMA : UMI AVILYA

NPM : D1B017054

FAKULTAS ILMU POLITIK DAN SOCIAL

UNIVERSITAS BENGKULU
PEMBICARAAN TENTANG ILMU PENGETAHUAN DAN KEGUNAANNYA DI MASYARAKAT

ilmu perpustakaan & informasi terbagi 2

Deskriptif

1. Sejarah ilmu pengetahuan, memeriksa perkembangan sebuah ilmu di masyarakatnya.

2. Sosiologi ilmu pengetahuan membicarakan interaksi peneliti dan masyarakatnya.

3. Psikologi ilmu pengetahuan membicarakan motivasi ilmuwan.

4. Politik ilmu pengetahuan membicarakan institusi ilmiah dan peran sosialnya.

Non Deskriptif

1. Etika ilmu pengetahuan, menemukan norma-norma yang mengarahkan kegiatan ilmu


pengetahuan.

2. Filsafat yang membicarakan asal ilmu, bagaimana dibangunnya, dan dinamikanya.

Bagaimana seharusnya ilmu itu dikerjakan dan diberlakukan

1. Ilmu pengetahuan menjadi sarana yang memudahkan manusia; teknologi

2. Ilmu pengetahuan mengambil sebagian peran yang sebelumnya dipercayakan kepada religi
dan mitologi.

3. Ilmu pengetahuan mengubah weltbild atau gambaran kita tentang kehidupan ini.

ILMU PENGETAHUAN AKADEMIK


organisasi, isi, konsensus, paradigm

Organisasi : universitas, fakultas, jurusan, lembaga penelitian, komunikasi ilmiah

etimologi : Sarana dan himpunan pengetahuan untuk praktik berpengetahuan, komunikasi


pengetahuan berbasis tulisan (sebagai bukan lisan) dalam segala format media.

Tradisi : Rekayasa sosial [melanjutkan, menyerap, merenovasi, mengubah, mengganti]

keyakinan dan praktik yang diturun-temurunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya

• hasil rekayasa-sosial yang disengaja (invented tradition)

• transformasi sosial à perubahan pola sosial yang semula dirancang untuk tradisi
sebelumnya, ketika tradisi lama dan penopang institusionalnya tidak lagi adaptif dan
fleksibel untuk situasi masa kini.
Kepustakawanan Sebagai Sistem Sosial

• Di dalam sebuah masyarakat, kepustakawanan juga adalah sistem sosial, dalam wujud
interaksi dan kegiatan antar aktor (pustakawan dan anggota masyarakat) yang terus
menerus dilakukan (diproduksi) dan diulang-lakukan (reproduksi).

• Kepustakawanan adalah praktik-praktik sosial (social practices) yang teratur sepanjang


ruang dan waktu. Dalam sebuah sistem sosial, para aktor menggunakan aturan dan nilai
(struktur) untuk bertindak. Pada saat yang sama, aturan dan nilai itu sebenarnya buatan
para aktor yang hanya terwujud jika ditaati dan dilaksanakan.

• KEPUSTAKAWANAN INDONESIA – dapat dilihat dari bagaimana pustakawan Indonesia dan


masyarakat berinteraksi dan bagaimana interaksi itu terus diulang-ulang. Juga dapat dilihat
dari apakah ada aturan dan nilai yang ditaati atau dipercaya oleh para pustakawan dan
masyarakat secara bersama

PERIODISASI PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN

Krisis sebagai bagian dari periodisasi:

1. Titik di suatu masa yang bersifat unik, batas untuk membedakan masa-lampau dan masa-
kini,

2. Sebagai kategori keadaan yang mengarah ke situasi kritis (critical) berkepanjangan, sampai
ada keputusan yang menghasilkan perubahan besar dan penting,

3. Sebagai fase transisi dalam sejarah yang bersifat pasti dan inheren.

Kronologi penerapan teknologi informasi yang disponsori International Federation of Library


Asscociation :

• 1963-1970 start-up dan berbagi pengalaman penggunaan komputer di berbagai negara.

• 1970-1975 standardisasi internasional untuk format & pertukaran data bibliografi.

• 1976 – 1987 teknologi optik dan kapasitas penyimpanan data dalam jumlah besar
diintegrasikan ke bidang perpustakaan.

• 1987 – 1992 pustakawan memanfaat teknologi telekomunikasi dan jaringan global.

• 1992-1997 Internet mengambil alih semua bentuk konektivitas dan telekomunikasi di tingkat
global.

• 1998 – 2002 Google lahir diikuti penyebaran konsep digital libraries


KRISIS 2 – RESPON TERHADAP MASYARAKAT INFORMASI

Masyarakat Informasi:

• Dominasi neoliberalisme dan kapitalisme

• “network effect” –menuntut connectedness; dan sinkronisasi demi efisiensi dan


produktivitas dalam skala global,

• Akses ke informasi semakin meluas disertai degradasi pemaknaan (meaningless),

• Berakhirnya ‘tirani jarak’, disertai menyempitnya ruang refleksi, dan meluasnya


superficiality

• Semakin berperannya vitual community.

1. Institusi perpustakaan menjadi nostalgia. Peran pustakawan tak lagi “kolektor”.

2. Kondisi hibrida dalam konteks koleksi pustaka à “digital plus”. Permintaan mengarah ke
bentuk digital tanpa meninggalkan buku-cetak.

3. Buku cetak tetap berperan dalam pelestarian dan pewarisan pengetahuan bersama.

4. Teknologi digital tumbuh bersamaan komersialisasi informasi.

1. Participatory library, interaksi, koneksi, dan kreasi berorientasi kepada pengguna.

2. Literacy Movement (gerakan literasi) sebagai respon terhadap maraknya penggunaan


perangkat TI.

3. Digital Humanities (Humaniora Digital) Berbagai praktik maupun riset tentang penggunaan
TI dan berbagai isu sosial-budaya.

4. Digital librarianships dan large-scale digitization initiative (LSDI) –upaya digitalisasi secara
besar-besaran dan meluas di sebuah negara untuk memperluas akses, mendukung
demokrasi dan kebebasan memperoleh informasi.

ONTOLOGI SEBAGAI REALITA SOSIAL-BUDAYA : PUSTAKA & INFORMASI

Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai,
makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca
yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi secara elektronik atau pun nonelektronik (Ketentuan Umum di Undang-
Undang Keterbukaan Informasi Publik/No. 14 Tahun 2008)
TEORI INFORMASI MATEMATIKA:

1. Informasi selalu bersifat ekstensif atau bertambah meluas. Intinya adalah pada konsep
penambahan (additivity).

2. Informasi selalu mengurangi ketidakpastian. Jumlah informasi yang kita terima tumbuh
secara linear sejalan dengan jumlah ketidakpastian yang dikuranginya, sampai suatu saat
kita sudah menerima semua informasi yang mungkin ada dan ketidakpastian kita sudah
mencapai titik nihil.

SAIBERNETIK :

1. Menjelaskan tindakan yang terkendali dan bertujuan dalam sebuah sistem yang sanggup
memberi dan menerima umpan-balik.

2. Menggabungkan logika, komputasi, dan biologis untuk memodelkan pikiran sebagai sebuah
kegiatan komputasi di otak.

3. Manusia pada dasarnya adalah sebuah pola (pengorganisasian) informasi.

INFORMASI KOGNITIF :

1. Runtuhnya behaviorism à sistem yang bertujuan bisa memroses informasi dan mengelola
tujuan.

2. Menerapkan teori informasi dan saibernetik ke dalam psikologi, complex behavior dan
pendekatan proses dalam psikologi kognitif.

3. Kognisi dianggap sebagai sebuah kegiatan menghimpun (akuisisi) pengetahuan yang diawali
oleh sebuah kontak antara sistem mahluk hidup dan dunia luarnya.

Pustaka dan Epistemologi Sosial

Sarana dan himpunan pengetahuan untuk praktik berpengetahuan, komunikasi pengetahuan


berbasis tulisan (sebagai bukan lisan) dalam segala format media

Egan dan Shera : sebuah masyarakat selalu secara bersama-sama memerlukan pengetahuan tentang
diri dan lingkungannya, sehingga masyarakat itu akan senantiasa terlibat dalam pembuatan,
penyebaran, dan penggunaan pengetahuan .

Steve Fuller : Bagaimana masyarakat mengelola upaya mencari pengetahuan, melibatkan banyak
orang dan setiap orangnya bekerja berdasarkan sebuah pengetahuannya; masing-masing orang
tersebut memiliki kapasitas kognitif yang tidak sempurna selain juga memiliki berbagai bentuk
hubungan satu sama lainnya.

Bentuk, format, dan fungsi:

• Buku,

• Dokumen,
• Arsip,

• Rekod

MY ONTOLOGICAL STANCE

• Relativitas ontologi (ontological relativity)

• Nelson Goodman ‘world-making’(Goodman, 1984),

• Hilary Putnam - setiap objek kajian berkaitan secara relatif dengan skema konseptual
manusia (Putnam, 1981, 1992).

• “Pustaka” tidak benar-benar ada “di luar sana”, tidak merupakan entitas independen;
melainkan selalu terkait dengan praktik-praktik manusia yang membuat batasan-batasan
tentang apa dan bagaimana pustaka eksis/berada dan dimanfaatkan.

• Pandangan konstruksionis tentang ontologi secara sosial (social ontology) di mana objek
seperti pustaka adalah adalah hasil penciptaan secara bersama (contingent creations)
dengan tujuan bersama (collective intentionality) dari berbagai sumberdaya budaya maupun
material di sebuah masyarakat (Tuomela, 2013), sehingga praktik-praktik yang berkaitan
dengan objek yang sedang dikaji tidak “ada di luar”, melainkan bagian dari masyarakat itu
juga.

• Pustaka memang juga dapat dilihat dari sisi institusi sosial sebagai ontologi sosial yang
punya aspek historis (Arabatzis, 2003; ) maupun filosofis tersendiri (Guala, 2016).

Anda mungkin juga menyukai