Anda di halaman 1dari 7

Resume Diskusi Pemeriksaan Kardiovaskular

Oleh Resti Amelia Putri, 1806203175, Focus Group 4, Kelas C

Overview:
Gagal jantung merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa secara
efektif (Ignatavicius, Workman & Rebar, 2016). Gagal jantung merupakan sindrom
kompleks yang disebabkan oleh kondisi yang mengganggu pengeluaran darah kaya
oksigen dan nutrisi dari ventrikel. Kegagalan memompa darah ke dalam sirkulasi
sistematik mengakibatkan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh (Bullock & Hales, 2012 dalam Lemone, et al., 2017).
Gagal jantung kanan terdiri dari gagal jantung kanan itu sendiri, dan gagal
jantung kongestif. Antara gagal jantung kanan dan kiri pada bagian yang sendiri-
sendiri, memiliki tanda dan gejala yang berbeda.

Tipe-tipe:
1. Gagal jantung kiri
Gagal jantung paling umum. Terjadi sebagai akibat disfungsi ventrikel kiri
sehingga aliran darah kembali ke atrium kiri dan vena pulmonalis. Tekanan paru
yang meningkat mengakibatkan kebocoran cairan dari dasar kapiler paru ke
dalam interstisium dan alveoli. Sehingga menyebabkan edema dan kongestif
pulmonar.
2. Gagal jantung kanan
Terjadi ketika ventrikel kanan gagal berkontraksi secara efektif. Hal ini
menyebabkan cadangan darah ke atrium kanan dan sirkulasi vena sehingga terjadi
peningkatan DVJ, hepatomegali, splenomegali, kongesti vaskular dan edema.

Tanda dan Gejala


Gagal jantung kiri
Takikardia, sesak saat beraktivitas dan pada malam hari, ortopnea (tidak bisa tidur
terlentang). batuk kering, nokturia, crackles, suara jantung S3 dan S4, denyut
jantung meningkat, PMI bergeser lebih ke lateral, lelah, bingung mental
Gagal jantung kanan
Takikardia, mengikuti gagal jantung kiri, asites, nausea, nyeri abdomen,
pembengkakan hepar dan limpa, distensi vena jugularis, edema dependen bilateral
(pemeriksaan piting edema +3/+4 ), BB meningkat, murmur, cemas, anoreksia,
nokturia.

Gagal Jantung Kongestif


Gagal jantung kongestif (CHF) adalah salah satu tipe dari gagal jantung
dimana terkadang cairan terkumpul di paru-paru dan perifer serta mengganggu
pernapasan, yang dapat menyebabkan sesak napas. Gagal jantung kongestif terjadi
ketika adanya gangguan fungsi pompa ventrikel sehingga curah jantung kanan
menurun dan tekanan akhir sistol ventrikel meningkat. Hal ini menciptakan
bendungan pada vena-vena sistemik sehingga tekanan vena kava meningkat. Terjadi
hambatan arus balik vena dan terjadinya bendungan sistemik.

Tambahan:
Gagal jantung kiri terjadi karena menurunnya kemampuan ventrikel kiri
dalam memompa darah dari ventrikel kiri ke aorta. Efektifnya, jantung dalam satu kali
pompaan, harusnya membawa 100 cc darah ke aorta. Pada kondisi gagal jantung kiri,
kemampuan kontraktilitasnya menurun, sehingga tidak mampu memompa full 100 cc
sehingga terdapat sisa pada ventrikel kiri. Sisa lebih banyak tersebut lama-lama
mengakibatkan peningkatakan tekanan di ventrikel kiri, sehingga akibatnya vena
pulmonalis meningkat yang mengakibatkan tekanan hidrostatik nya juga meningkat
dan mendorong darah ke rongga interstitial.
Sesak terjadi karena peningkatan vena pulmonalis yang meningkatkan
tekanan pulmonalis sehingga terjadi edema paru. Sedangkan rasa lemas terjadi karena
kontraktilitas yang menurun sehingga aliran darah berkurang ke aorta.
Gagal jantung kanan tidak mampu memompakan darah ke vena pulmonalis
sehingga terjadi penumpukan darah yang mengakibatkan tekanan atriumnya
meningkat begitu juga vena cava dan esktremitas sehingga terjadi peningkatan JVP.
Volume darah semakin meningkat dan tekanan meningkat sehingga mendorong darah
ke interstitial dan terjadi edema di bagian ekstremitas bawah. Hipertensi pulmonal,
emboli di paru terjadi karena adanya sumbatan di paru. Arteri pulmonalisnya terjadi
penyumbatan sehingga terjadi masalah sehingga pada beberapa kondisi terjadi sesak
napas pada pasien.
Gagal jantung dua-duanya yang disebut gagal jantung kongestif. Hal ini terjadi
awalnya dari gagal jantung kiri sehingga timbul edema pada pulmonal sehingga
meningkatkan peningkatan area pulmonalis.

Pencegahan:
1. Gagal jantung kiri kare hipertensi, maka hipertensinya harus dikontrol (diet rendah
garam)
2. Gaya hidup

ACS (Myokard Infark) gangguan pada pembuluh darah arteri koroner


sehingga terjadinya permasalahan di vaskuler (obstruksi, arteroklerosis). Hal ini
dipicu juga dengan orang yang bahagia berlebihan dan terlalu sters yang berlebihan
sehingga menimbulkan risiko spasme vaskuler/obstruksi. Gejala utama nya yaitu
nyeri yang terjadi karena hipoperfusi ke miokard (relaksasi pemompaan) yang
dikhawatirkan munculnya nekrosis. Sehingga dalam pengkajian harus dikaji rasa
nyeri pasien dengan PQRST.

Pemeriksaan fisik Sistem Sirkulasi


Indikasi:
 Sesak (napas pendek, dispnea, orthponeu)
 Berdebar-debar
 Nyeri dada
 Mudah lelah
 Bengkak pada ekstremintas

Kontraindikasi:
Pasien dengan fraktur iga tidak dilakukan palpasi dan perkusi.

Bunyi jantung tambahan (abnormal)


i. BJ 3: Intensitas vibrasi rendah. BJ3 dikenal juga dengan ventrikular gallop.
Mekanismenya saat pengisian ventrikel diastol, saat darah dari atrium masuk
ke ventrikel yang tidak mengembang. Penyakit:Gagal jantung kiri atau
regurgitasi katup mitral
ii. BJ 4 : Frekuensi fibrasi rendah yang disebabkan oleh kontraksi atrium.
Mekanismenya di saat darah memasuki ventrikel pada akhir pengisian.
Penyakit: PJK, hipertrofi ventrikel kiri, dan stenosis aorta
iii. Murmur sistolik
iv. Murmur diastolik

Pengkajian Pada Myocardial Infarction


 Tampilan fisik: pucat, keringat dingin, takipnea, sesak nafas, JVP normal atau
sedikit tinggi
 Nadi dan tekanan darah: takikardia, bradikardia (pada komplikasi), peningkatan
TD
 Bunyi jantung S4, terdengar bising pada apeks yang disebabkan oleh regurgitasi
mitral akibat dilatasi ventrikel kiri, bising sistolik kasar oleh septum
interventrikular, friction rub, pulsasi apeks sulit diraba
 Hasil EKG
 Hasil lab: peningkatan isoenzim (tropin, kreatin kinase, dan mioglobin)

Karakteristik Myocardial Infarctin


 Onset: Tiba-tiba, tanpa faktor presipitasi, biasanya muncul pada pagi hari
 Quality dan Severity: seperti ditusuk-tusuk, ditekan, parah
 Lokasi dan radiasi: substernalm bisa menyebar ke dada atas, lengan, lengan atas,
rahang, punggung, leher
 Durasi dan faktor untuk mengurangi: berlanjut, diredakan dengan morfin, obat
jantung dan terapi oksigen
 Hasil pengkajian: bunyi (friction rub, S4)

Nursing Consideration
 Menghangatkan peralatan seperti stetoskop untuk mencegah pasien kedinginan
 Waspada terhadap murmur jantung fungsional pada anak-anak, denyut mungkin
dapat lebih terasa apabila dinding dada tipis. S3 mungkin ada pada anak kecil
Pengkajian pada gagal jantung kongestif kanan
i. Inspeksi: Peningkatan JVP, edema pada esktermitas, asites, peningkatan resoirasi,
kulit pucat karena penurunan perfusi perifer sekunder, dan sianosis yang terjadi
sebagai refraktori gagal jantung kronis
ii. Palpasi: ditemukan adanya pitting edema, hepatomegali dan nyeri tekan pada
kuadran atas abdomen, distritmia. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur
untuk dipalpasi dan pulsus alternan mungkin ada
iii. Perkusi: hiperrsonan
iv. Auskultasi: bunyi jantung S1 dan S2 lemah karena menuunnya kerja pompa.
Irama gallop (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke atrium yang distensi.
Murmur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis katup. Takikardi

Pengkajian pada Gagal Jantung Kiri


1. Anamnesa
 Riwayat kesehatan: hipertensi, angina, penyakit jantung rematik, kelainan katup
jantung, endokarditis dan perikarditi
 Riwayat aktivitas: pola pernapasan, pola tidur, pola BAK, dan konsumsi cairan
2. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan Penunjang
 Peningkatan immunoassay petida natriuretik tipe-B
 Peningkatan kadar nitrogen urea darah dan kreatinin
 Foto rontgen dada menunjukkan peningkatan tanda vaskular paru, interstisial
edema atau efusi pleura dan kardiomegali
 Elektrokardiografi menunjukkan pembesaran atrium, takikardia, ekstrasistol,
fibrilasi atrium, infark miokard sebelumnya, atau hipertrofi ventrikel kiri
 Ekokardiografi menunjukkan kelainan gerakan dinding, penurunan fungsi
ventrikel kiri, penyakit katup jantung, tamponade jantung, dan konstriksi

Nursing consideration
 Posisi Fowler dan berikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan
 Monitor ritme jantung
 Pantau intake dan output
 Pantau respons pasien terhadap pengobatan
 Pantau TTV
 Pantau status mental pasien
 Kaji adanya edema perifer
 Pantau kadar nitrogen urea darah dan kreatinin serum, kalium, natrium, klorida,
dan magnesium pasien

Daftar Pustaka
Allen, K.D. et al. (2010). Lippincott Manual of Nursing Practice Pocket Guides.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Black, J, M., Hawks, J, H. (2014). Medical Surgical Nursing; Clinical Management
for Positive Outcomes. Ed.8. Singapore: Elsevier.
Frankel Cardiovascular Center Michigan Medicine (n.d.). Right-sidee heart failure.
Available at: https://www.umcvc.org/health-library/tx4093abc#:~:text=Topic
%20Overview,pulmonale%20or%20pulmonary%20heart%20disease.
Hudak & Gallo. 2002. Keperawatan Kritis. Edisi IV Vol. 1. Jakarta. ECG
Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2018). Medical-Surgical Nursing: Patient-
Centered Collaborative Care (9th ed.). St. Louis: Elsevier Saunders.
Lemone, et al. (2017). Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking for Person-
Centered Care. Australia: Pearson.
Lynn, P. (2011). Taylor's Clinical Nursing Skills 3rd ed. Philadelphia: Wolters
Kluwer Health

Anda mungkin juga menyukai