Prausulan Thamrin
Prausulan Thamrin
PENDAHULUAN
Warga DKI Jakarta sudah sejak lama telah menyadari bahwa, wilayah Ibukota
Negara mempunyai aneka ragam persoalan yang semuanya membutuhkan
perhatian besar dan menuntut penyelesaian yang tuntas. Salah satu persoalan
yang cukup berat mengatasinya ialah membengkaknya “hutan beton” dan
menyusutnya hutan kota dan taman. Terkadang penataan pertamanan yang
telah ada pun seringkali konsepnya kurang mantap, sehingga tidak jarang
pertamanan di suatu kawasan di DKI Jakarta berubah-ubah penampilannya.
Dalam Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) DKI Jakarta sampai Tahun 2005
(yang merupakan produk hukum dalam bentuk perda No. 5 Tahun 1985), secara
implisit dinyatakan, bahwa konsep pertamanan di DKI Jakarta diarahkan menuju
pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) semaksimal dan seefektif mungkin.
Maksimal artinya benar-benar memanfaatkan RTH yang ada bagi penghijauan
kota, dan efektif artinya penataan RTH tersebut benar-benar dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Tujuan tersebut diantaranya yaitu (1) secara ekologis,
pohon-pohon yang ditanam bersifat penyangga bagi polutan buangan/gas emisi
kendaraan bermotor dan industri, serta secara nyata sedikit banyak menurunkan
efek rumah kaca; (2) tidak mudah rapuh/roboh; (3) secara estetika, penataan
ruangnya sangat serasi; (3) secara psikologis, dapat menyejukkan jiwa dan
fikiran warga yang memandangnya, dimana notabene warga DKI Jakarta sangat
membutuhkan hal ini sehubungan dengan tingkat mobilisasi dan kehidupannya
yang sangat dinamik; (4) dapat dijadikan ciri khas dan kebanggaan dari
warganya; dan (5) pada kawasan tertentu dapat berfungsi sebagai pohon/
tanaman pelindung bagi manusia yang beraktivitas di bawahnya.
Jalan M.H. Thamrin, merupakan salah satu kawasan di pusat kota,
membutuhkan penataan pertamanan yang sangat serius. Jalan ini merupakan
salah satu jalan protokol utama yang sangat padat lalu lintas kendaraannya,
karena posisinya yang mengantarkan warga Ibukota dari arah Utara ke Selatan
atau sebaliknya. Kawasan ini relatif sering berubah-ubah penataan
pertamanannya. Hal ini menunjukkan konsep yang selama ini diterapkan belum
mencapai tujuan dan sasaran yang seperti yang disebutkan di atas. Dinas
Pertamanan DKI Jakarta telah berupaya keras dan banyak menuangkan pikiran
dalam penyusunan tata ruang pertamanan di kawasan ini. Namun hingga saat ini
belum mencapai hasil yang sesungguhnya.
METODOLOGI
(1) secara ekologis, pohon-pohon yang ditanam bersifat penyangga bagi polutan
dari buangan/gas emisi kendaraan dan industri, serta secara nyata sedikit
banyak menurunkan efek rumah kaca;
(4) secara psikologis, dapat menyejukkan jiwa dan fikiran manusia yang
memandangnya;
(5) dapat dijadikan ciri khas dan kebanggaan dari warganya; dan
Kedua, bahwa penataan Ruang Terbuka Hijau di suatu lokasi umumnya, dan di
kawasan JL. MH. Thamrin khususnya, tidak terlepas dari penelaahan kesesuaian
lahan bagi kelanjutan pertumbuhan pohon-pohon/tanaman yang tumbuh di
atasnya, atau dengan kata lain bahwa, suatu komoditi pohon/tanaman
penghijauan mempunyai karakteristik habitat dan iklim yang spesifik bagi
pertumbuhannya yang optimal. Di DKI Jakarta umumnya, sudah relatif sulit
dijumpai lahan-lahan RTH yang kondisi lahannya masih asli, umumnya tanah
yang terhampar merupakan urugan bahan dari lokasi sekitarnya atau lokasi lain.
Ditambah lagi dangkalnya solum tanah akibat di bagian bawahnya merupakan
batu-batu atau bahan padat seperti bekas aspal atau tembok (khususnya di
sekitar pinggir dan bagian marka jalan), sehingga sulit dikembangkan tanaman-
tanaman penghijauan yang tinggi dan memiliki perakaran yang dalam.
Ketiga, kawasan Jl. MH. Thamrin posisinya dalam Lingkungan RTH di DKI
Jakarta termasuk ke dalam zona Hijau Lingkungan dan Rekreasi (RUTR DKI
Jakarta, 1985-2005), untuk itu penataannya harus sesuai dengan zona ini.
Oleh karena itu metodologi penataan pertamanan di kawasan JL. MH. Thamrin
memperhatikan hal-hal berikut :
4. Kedalaman solum dan kondisi fisik (tekstur) tanah. Apabila solum dangkal,
maka dalam penanaman diupayakan membuat lubang-lubang tanam yang
dalam dan lebar (panjang x lebar x dalam minimal 1 x 1 x 1 m3). RTH di
sekitar Jl. MH. Thamrin, kondisi tanahnya relatif berat, sehingga penambahan
sejumlah banyak bahan organik (pupuk kandang) menjadi sangat urgen.
5. Selanjutnya pemberian bahan ameliorasi seperti kapur dan atau fosfat alam
akan dilakukan, mengingat tingkat kesuburan tanahnya juga tergolong
rendah.
TIM PELAKSANA
Agar penataan pertamanan di kawasan Jl. Thamrin ini sesuai dengan yang
diharapkan, maka akan dibentuk suatu tim profesional yang terdiri atas tenaga-
tenaga ahli di bidang : Arsitek Lanskap, Tata Ruang, Agronomi, dan Evaluasi
Lahan. Serta dengan melibatkan beberapa instansi terkait seperti Dinas
Pertamanan DKI Jakarta, Bappeda (Seksi Tata Ruang Kota), dan instansi lain
yang terkait.
PENUTUP