OLEH:
1
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1Tanaman(morfologi,khasiat,kandungan)…………………………………………………..5
BAB V PENUTUP
5.1kesimpilan……………………………………………………………...……........………17
5.2 Saran………………………………………………………………..…………………….17
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
Daun teh hijau (Camellia sinensis) memiliki kemampuan sebagai antioksidan.
Penelitian ini bertujuan menentukan kapasitas antioksidan fraksi teraktif ekstrak daun teh
hijau menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dan voltammetri siklik.
Ekstrak kasar metanol memiliki aktivitas antioksidan lebih besar dibandingkan ekstrak
aseton. Ekstrak metanol difraksionasi dengan kromatografi lapis tipis preparatif (KLTp)
menghasilkan 10 fraksi. Di antara 10 fraksi, fraksi 2 merupakan fraksi teraktif antioksidan
karena memilki persentase inhibisi terbesar dibandingkan fraksi lain ketika diukur dengan
metode DPPH, yaitu 74.78%. Begitu pun, metode voltammetri siklik menunjukkan bahwa
fraksi 2 memiliki kapasitas antioksidan terbesar yang terlihat pada voltammogram daerah
anode, yaitu 2.2710μA.s. Berdasarkan uji fitokimia, fraksi teraktif mengandung senyawa
flavonoid dan tanin
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui uji aktivitas antioksidan di sampel air the, air
yakon, dan air stevia dengan metode dpph dengan ic 50 dengan kadar bahan baku yang
standar yang dinyatakan dengan persen (%b/b)
4
BAB II
DASAR TEORI
Menurut Kitab Herbal Nusantara teh yang memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Theales
Famili : Theacae
Genus : Cammellia
Species : Cammellia sinensis
1. Morfologi Akar
Morfologi pertama datang dari bagian akar teh. Bagi beberapa orang yang senang
untuk meminum teh ataupun memanen teh, pasti tahu bagaimana bentuk dari akar tanaman
ini. Perakarannya yaitu jenis tunggang dengan cabang yang jumlahnya hanya sedikit saja
Tetapi tanaman yang memiliki perakaran yang dangkal dan juga cukup peka sehingga dapat
membantu tanaman, agar bisa menyentuh fisik tanah dengan baik Kemampuan akar untuk
bisa menembus tanah yang keras juga tidak terlalu besar dan sangatlah terbatas. Sehingga
kedalaman tanah yang bisa ditembus hanya 23 cm saja. Alasan inilah yang menyebabkan
akar dari tanaman teh biasanya saling berkaitan dari satu tanaman ke tanaman lain agar tidak
rubuh. Ditambah lagi informasi menarik yang ada pada tanaman teh, akar tersebut memiliki
pertumbuhan pucuk. Tanaman ini lebih membutuhkan karbohidrat karena nantinya akan
membantu pertumbuhan pucuk baru, setelah dilakukan pemangkasan. Lapisan menyerupai
gabus yang fungsinya untuk membantu mencegah keluar masuknya air secara berlebihan,
serta menjadi tempat untuk menyimpan makanan yang sebagian besar berupa karbohidrat.
2. Morfologi Daun
5
Morfologi selanjutnya yang akan kita identifikasi dari tanaman teh adalah morfologi
daun . Sesuai dengan pembahasan sebelumnya daun teh memiliki ciri khas yang unik.
Tanaman teh memiliki helaian berbentuk langset dengan tulang daun yang menyirip dan juga
runcing di bagian ujungnya. Selain itu daun teh masuk kedalamtipe daun tunggal yang
tumbuh berselang-seling di bagian cabang dan muncul, dibagian ketika daun tepat di bawah
tajuk. Jika dilihat secara fisik daun teh ini memiliki sisi yang lancip bergerigi dan juga
memiliki warna daun yang cukup muda. Di mana daun ini berukuran kurang lebih 2.5 hingga
25 cm yang paling besar. Serta luasnya memiliki lebih banyak rambut. Sedangkan untuk
bagian daun tua mereka memiliki warna yang lebihjauh keluhan dengan permukaan yang
lebih licin, dibandingkan dengan beberapaciri daun muda. Jika dilihat dari pertumbuhanya
daun teh mengalami dua fase, yaitu fase aktif dan fase inaktif. Yang disebut dengan fase aktif
adalah fase pertumbuhan normal atau disebut juga dengan fase peko. Sedangkan fase inaktif
adalah fase istirahat pertumbuhan tuna.
3. Morfologi Batang
Selanjutnya bisa dilihat dari daun atau tanaman teh yaitu bagian batangnya biasanya
bagian batangnya akan tertutupi oleh daun yang lebat. Sehingga seringkali tidak terlihat
secara fisik namun batang. Tanaman teh sendiri berukuran kecil di mana batang ini tidak
akan dilakukan pemangkasan, sehingga pohon tersebut akan rapi dan berbentuk seperti pohon
cemara. Tetapi tanaman ini tidak perlu dikhawatirkan karena tanpa adanya penyangga pun
tanaman teh akan tumbuh secara lurus.
4. Morfologi Bunga
Selanjutnya morfologi yang unik dari tanaman teh adalah bagian bunganya. Jika
dilihat bukan tanaman termasuk kedalam bunga tunggal yang keluar dari bagian ketiak daun
pada cabang dan juga ujung batang. Selain itu bunga ini memiliki kelompok dengan jumlah
kurang lebih 5 hingga 6 helai warnanya putih dan berbau harum. Berdasarkan
perkembangannya bunga teh ini seringkali juga ikut dipetik kemudian dijadikan sebagai salah
satu bahan untuk minuman disertai dengan daun teh, selama bunga tersebut masih steril dan
juga bagus. Maka akan menambah uang yang didapatkan apabila anda menyentuh
tanamannya, berdasarkan perkembangannya bunga teh ini juga mengikuti tahap pertumbuhan
daun. Sehingga sebagian besar steril. Bunga yang sempurna memiliki kurang lebih dengan
mahkota 5 hingga 7 buah, dan tangkai saraf yang panjang. Sedangkan pada bagian dalam
terdapat benang sari kuning yang kembali. Sehingga hanya muncul pada tanaman teh saja.
5. Morfologi Biji
Terakhir, morfologi dari tanaman teh adalah bijinya. Biji teh termasuk pada arti biji
yang berkeping dua dengan kotiledo. Sehingga apabila dibandingkan dengan tanaman perdu
lainnya ukuran dari tanaman teh ini cukup besar. Ditambah lagi, apabila dibelah maka anda
bisa melihat bagaimana bentuk dari embrio akar dan tunas yang ada pada biji tersebut.
Warnanya coklat dan mempunyai tiga ruang, dengan kulit tipis, bentuknya bundar pada satu
sisi, dan datar pada sisi yang lain
6
2.2 Metabolit Sekunder
1. Golongan Fenol
a. Katekin
Katekin adalah senyawa metabolit yang secara alami dihasilkan oleh tumbuhan dan termasuk
dalam golongan flavonoid. Senyawa ini memiliki aktivitas antioksidan berkat gugus fenol
yang dimilikinya. Struktur molekul katekin memiliki dua gugus fenol (cincin A dan B) dan
satu gugus dihidropiran (cincin C), dikarenakan memiliki lebih dari satu gugus fenol, maka
senyawa katekin sering di sebut senyawa polifenol.
Katekin pada daun teh merupakan senyawa yang sangat kompleks, tersusun sebagai
komponen senyawa katekin (C),epikatekin (EC), epikatekin galat (ECG), epigalokatekin
(EGC), epigalokatekin galat (EGCG), dan galokatekin (GC). Kandungan total katekin pada
daun the segar berkisar 13.5 – 31% dari seluruh berat kering daun dan kandungan katekin C.
sinensis varietas assamica selalu lebih besar daripada C. sinensis varietas sinensis.
Senyawa katekin merupakan senyawa yang paling penting pada daun teh, yang berfungsi
sebagai antioksidan yang menyehatkan tubuh. Hasil penelitian University of Kansas (2007)
yang dipresentasikan di American Chemical Society, menyatakna bahwa katekin dalam the
hijau berkemampuan 100 kali lebih efektif untuk menetralisir radikal bebas dari pada vitamin
C dan 25 kali lebih ampuh dari vitamin E.
Selain itu senyawa katekin juga berperan dalam menentukan sifat produk teh seperti rasa,
warna dan aroma. Senyawa katekin dalam reaksinya dengan kafein, protein, peptide, ion
tembaga dan siklodekstrin membentuk beberapa senyawa kompleks yang sangat
berhubungan dengan rasa dan aroma. Katekin menentukan warna seduhan terutama pada the
hitam, pada proses oksidasi enzimatis (fermentasi) sebaian katekin terurai menjadi senyawa
theaflavin yang berperan memberi warna kuning dan senyawa thearubigin yang berperan
memberi warna merah kecoklatan.
Penurunan kandungan katekin tertinggi terjadi pada pengolahan the hitam. Penurunan
kandungan katekin yang tinggi pada pengolahan teh hitam merupakan keharusan, mengingat
katekin sengaja diubah menjadi theaflavin dan thearubigin untuk menghasilkan cita rasa yang
khas.
7
b. Flavanol
Struktur olekul senyawa flavanol hamper sama dengan katekin tetapi berbeda pada tingkatan
oksidasi dari inti difenilpropan primernya. Flavanol merupakan satu diantara sekian banyak
antioksidan alami yang terdapat dalam tanaman pangan dan mempunyai kemampuan
mengikat logam. Senyawa falvanol dalam teh kurang disebut sebagai penentu kualitas, tetapi
diketahui mempunyai aktivitas yang dapat menguatkan dinding pembuluh darah kapiler dan
memacu pengumpulan vitamin C. Flavanol pada daun teh meliputi senyawa kaemferol,
kuarsetin dan mirisetin dengan kandungan 3-4% dari berat kering.
a. Alkaloid
Sifat menyegarkan seduhan teh berasal dari senyawa alkaloid yang dikandungnya, dengan
kisaran 3 – 4% dari berat kering daun. Alkaloid utama dalam daun teh adalah senyawa
kafein, theobromin dan theofilin. Senyawa kafein dipandang sebagai bahan yang menentukan
kualitas teh, selama penolahan teh, kafein tidak mengalami penguraian, tetapi kafein akan
bereaksi dengan katekin membentuk senyawa yang menentukan nilai kesegaran
(briskness)dari seduhan teh.
Kandungan protein dalam daunt eh dirasakan sangat besar peranannya dalam proses
pembentukan aroma pada teh terutama pada teh hitam. Perubahan utama selama proses
pelayuan adalah penguraian protein menjadi asam-asam amino, asam amino bersama
karbohidrat dan katekin akan membentuk sebyawa aromatis asam amino, yang berupa
senyawa karbohidrat, alcohol, aldehid, keton, dan ester. Asam amino yang banyak berperan
dalam pembentukan senyawa aromatis adalah alanine, fenil alanine, valn, leusin, dan
isoleusin. Adapun kandungan protein dan asam amino bebas pada daun teh adalah berkisar
antara 1.4 – 5% dari berat kering daun, dimana kandunan asam amino bebas pada C. sinensis
varietas sinensis lebih tinggi daripada C. sinensis varietas assamica, sehingga seduhan C.
sinensis varietas sinensin memiliki aroma yang lebih baik.
Kandungan asam amino bebas pada daun teh sebanyak 50% didominasi oleh asam amino L-
theanin, sisanya berupa asam glutamate, asam aspartate dan arginine. L-theanin merupakan
asam amino yang sangat khas karena hanya ditemukan di dalam daun teh dan beberapa jenis
jamur serta beberapa spesies Camellia yaitu C. javonica dan C. sasanqua. Asam amino L-
theamin telah terbukti mendorong terbentuknya gelombang α di dalam otak yang dapat
memberikan rasa tenang. Oleh karena itu, meminum teh setelah pulang kerja, saat menerima
tamu, bercengkrama dengan keluarga atau tea break saat seminar maupun rapat merupakan
kebiasaan yang baik karena aktivitas L-theanin dapat menurunkan ketegangan dan
memberikan perasaan rileks.
8
2.4 Aktivitas Antioksidan
Antioksidan adalah salah satu komponen makanan yang bermanfaat bagi kesehatan.
Penggunaan antioksidan dalam industri pengolahan pangan merupakan usaha untuk
menghambat oksidasi lemak/minyak sehingga bahan makanan lebih tahan lama untuk
disimpan (Sudjatini, 1998). Antioksidan adalah suatu senyawa yang pada konsentrasi rendah
secara signifikan dapat menghambat atau mencegah
oksidasi substrat dalam reaksi rantai (Halliwell et al., 2004). Antioksidan dapat melindungi
sel-sel dari kerusakan yang disebabkan oleh molekul tidak stabil yang dikenal sebagai radikal
bebas. Antioksidan dapat mendonorkan elektronnya kepada molekul radikal bebas, sehingga
dapat menstabilkan radikal bebas dan menghentikan reaksi berantai. Contoh antioksidan
antara lain β karoten, likopen, vitamin C, vitamin E.
1. Antioksidan alami
Antioksidan alami merupakan antioksidan yang diperoleh dari bahan alam. Senyawa
antioksidan yang termasuk ke dalam antioksidan alami antara lain ialah vitamin A,
karotenoid, vitamin C, antosianin, isoflavon, selenium, dan tokoferol. Menurut Winarti
(2010), isoflavon merupakan salah satu golongan flavonoid yang dapat membantu
mengurangi resiko penyakit jantung koroner, prostat dan kanker. Tokoferol yang disebut juga
dengan vitamin E, merupakan antioksidan alami yang paling banyak ditemukan dalam
minyak nabati dan terdapat dalam bentuk α, β, γ dan σ tokoferol. Tokoferol mempunyai
banyak ikatan rangkap sehingga akan melindungi lemak dari proses oksidasi (Winarno,
1984). Tokoferol bekerja sebagai antioksidan pemutus rantai sebagai akibat kemampuannya
memindahkan hidrogen fenolik ke radikal peroksil. Radikal fenoksi yang terbentuk
merupakan resonant-stabilized dan relatif tidak bereaksi kecuali dengan radikal peroksil lain.
Karakteristik antioksidan yang berasal dari bahan pangan dilihat dari kandungan polifenol.
Senyawa fenolik adalah senyawa yang berperan terhadap antioksidan alami (Markham,
1988). Senyawa antioksidan alami polifenol adalah multifungsional, dapat berfungsi sebagai
pereduksi atau donor elektron, penangkap radikal bebas, pengkelat logam, dan peredam
terbentuknya singlet oksigen. Antioksidan alami lainnya yaitu antosianin yang merupakan
pigmen pemberi warna merah keunguan pada sayuran, buah-buahan dan tanaman bunga yang
9
merupakan senyawa flavonoid yang bisa melindungi sel dari sinar ultraviolet. Antosianin
pada tanaman hadir bersamaan dengan pigmen alami seperti flavonoid, karotenoid,
anthaxanthin, dan betasianin (Astawan et al., 2008).
2. Antioksidan sintetik
Winarno (1984), mengatakan bahwa antioksidan sintetik yang sering digunakan adalah
Butylated hydroxyanisole (BHA), Butylated hidroxytoluene (BHT), Propylgalate (PG), Tert-
Butyl Hydroquinone (TBHQ) dan Nordihydroquaretic Acid (NDGA). Antioksidan sintetik
tersebut biasa ditambahkan ke dalam lemak atau bahan pangan dengan tujuan untuk
mencegah ketengikan. BHA biasanya digunakan sebagai antioksidan dalam bahan pangan.
BHA ini sangat mudah mengalami degradasi oleh panas dan irradiasi oleh sinar UV. BHT
biasanya ditambahkan pada bahan pangan dengan tujuan mencegah terjadinya proses
autooksidasi. BHT ini merupakan salah satu antioksidan monofenolik. Sedangkan Tert-Butyl
Hydroquinone (TBHQ) merupakan antioksidan difenolik yang biasa ditambahkan pada
makanan.
1. Antioksidan Primer
Antioksidan primer merupakan zat atau senyawa yang dapat menghentikan reaksi berantai
pembentukan radikal bebas yang melepaskan hidrogen. Antioksidan primer dapat berasal dari
alam atau sintetis. Contoh antioksidan primer adalah Butylated hidroxytoluene (BHT)
(Winarsi, 2007). Reaksi antioksidan primer terjadi pemutusan rantai radikal bebas yang
sangat reaktif, kemudian diubah menjadi senyawa stabil atau tidak reaktif. Antioksidan ini
dapat berperan sebagai donor hidrogen atau CB-D (Chain breaking donor) dan dapat berperan
sebagai akseptor elektron atau CB-A (Chain breaking acceptor) (Triyem, 2010).
2. Antioksidan Sekunder
Antioksiden sekunder disebut juga antioksidan eksogeneus atau non enzimatis. Antioksidan
ini menghambat pembentukan senyawa oksigen reatif dengan cara pengelatan metal, atau
dirusak pembentukannya. Prinsip kerja sistem antioksidan non enzimatis yaitu dengan cara
memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan menangkap radikal
tersebut, sehingga radikal bebas tidak akan bereaksi dengan komponen seluler. Antioksidan
sekunder di antaranya adalah vitamin E, vitamin C, beta karoten, flavonoid, asam lipoat,
asam urat, bilirubin, melatonin dan sebagainya.
3. Antioksidan Tersier
Kelompok antioksidan tersier meliputi system enzim DNA-Repair dan metionin sulfoksida
reduktase. Enzim-enzim ini berperan dalam perbaikan biomolekuler yang rusak akibat
reaktivitas radikal bebas. Kerusakan DNA yang terinduksi senyawa radikal bebas dicirikan
oleh rusaknya Single dan Double strand baik gugus non-basa maupun basa
10
BAB III
METODE KERJA
a. Alat
Labu ukur 100 ml
Tabung reaksi
Pipet volume
Beaker glass
Batang pengaduk
Bulp
Kaca arloji
Kapas
Alumunium foil
Spektrometer uv-vis
Oven
b. Bahan
Metanol
DPPH
Ekstrak air yakon,air the,air stevia
aquadest
1) Siap kan masing masing sampel air yakon, air teh, air stevia timbang sampel sebanyak
100 mg.
2) Larutan masing masing sampel dengan air sampai dengan homogen.
3) Setelah homogeny siap kan labu ukur 100 ml sebanyak 3 buah. Masing masing 1 labu
untuk 1 sampel. Lalu larut kan sampel yang sudah homogeny kedalam labu dengan
aquadest ad 100 ml masing masing diberi label sesuai nama sampel. (100mg dalam
100 ml air sama dengan 1000 ppm)
4) Siap kan masing masing 6 labu ukur ukur 100ml untuk satu sampel, lalu beri label
untuk 5 ppm = 0,5 ml, 10 ppm = 1ml, 20 ppm =2ml, 40 ppm =4ml, 80 ppm, 160
ppm= 8ml ad 100 ml air. Lalukan yang sama pada masing masing sampel
5) lalu mambuat larutan dpph dengan menimbang dpph sebanyak 10 mg dalam air 100
ml labu ukur yang sudah ditutup rapat dengan alumuniun foil
6) Siapkan tabung reaksi sebanyak 7 buah tabung reaksi, lalu bungkus rapat tabung
reaksi dengan alumunium foil dan kapas yang sudah dilapisi alumunium foil untuk
penutup mulut dari tabung reaksi. Lalu kan hal yang sama untuk 3 sampel tersebut.
Masing masing beri label tabung 1 untuk kontrol minus, tabung 2 untuk 5 ppm,
11
tabung 3 untuk 10 ppm, tabung 4 untuk 20 ppm, tabung 5 untuk 40 ppm, tabung 6
untuk 80 ppm, dan tabung 7 untuk 160 ppm. Lalukan hal yang sama untuk masing-
masing 3 sampel tersebut.
7) Masukan 2 ml dpph + 2 ml etanol + 2ml ekstrak yang sudah di encerkan di labu
ukur . Masukan kedalam tabung reaksi sesuai dengan label sampel yang sudah
disiapkan, dan untuk cairan control minus masukan 2 ml dpph + 6 ml methanol.
8) Setelah sudah semua dimasukan pada tabung reaksi , dan sudah dipastikan tabung
reaksi tertutup rapat. Masukan tabung reaksi tersebut kedalam incubator selama 30
menit dengan suhu 37 derajat celcius diruang gelap.
9) Siapkan spektro prepare selama 15 menit. Dan jika sudah 30 menit keluarkan sampel
dri ruang incubator dan lakukan uji spektometer. Lalukan hal yang sama pada masing
masing sampel.
12
BAB IV
4.1 Hasil
1. hasil spektro dan perhitungan dari sampel air sampel air STEVIA :
Hasil Grafik
GRAFIK
Pada hasil uji kadar antioksidan bahwa pada sample ekstrak air stevia ini menunjukan
hasil yang menaik setiap perbedaan konsentrasi artinya setiap kenaikan konsentrasi terjadi
peningkatan %inhibisi yang dengan grafik nya akan menunjukan linear.
Sehingga pada pengujian ekstrak air stevia ini dapat menangkal radikal bebas. Semakin
bentuk linear semakin pula anti oksidan yang terkandung dalam ektrak stevia ini Dengan nilai
13
IC 50 Sebesar 49,07 PPM Terjadinya perubahan warna dengan perbedaan antara control (-)
bewarna ungu gelap meskipun sudah di inkubasi dengan sampel 5 ppm- 160 ppm yaitu warna
kuning terang setelah melakukan inkubasi selama 30 menit dengan suhu 370c Sehingga anlisi
pengujian antioksidan pada metode DPPH dengan sampel ekstrak air stevia ini berhasil dari
perubahan warna, nilai abs, dan nilai %inhibisi, serta ic50
Pada sampel air yakon ini tidak bisa dibuat grafik persamaan linear dikarenakan nilai
presentasi yang dihasilkan persennya turun naik . Karena seharusnya semakin tinggi
konsentrasi semakin tinggi persen inhibisi, sedangkan hasil dari pengamatan sampel ini tidak
menunjukan itu . Jadi data yang dihasilkan linear , penyebabnya dapat dikarenakan sampel
tidak homogen pada saat pengerjaan atau pengukuran yang keliru. Pada konsentrasi 40 ppm
dapat menghambat radikal bebas sebesar 42% tidak bisa dibuat nilai IC50N karena data
TIDAK LINEAR. Terjadinya perubahan warna dengan perbedaan antara control (-) bewarna
ungu gelap meskipun sudah di inkubasi dengan sampel 5 ppm- 160 ppm yaitu warna kuning
terang setelah melakukan inkubasi selama 30 menit dengan suhu 370c Sehingga anlisi
pengujian antioksidan pada metode DPPH dengan sampel ekstrak air stevia ini berhasil dari
perubahan warn
14
Hasil abs dara prektofotometro dengan panjang gelombang 517 NM dari air teh
3. hasil spektro dan perhitungan dari sampel air sampel air teh
15
20 ppm r= 0,7576 =21,38%
40 ppm r= 0,763 20 ppm = (0,9408
80 ppm r= 0,733 −0,7576)/0,9408 x 100 %
160 ppm r= 0,706 =19,47%
40 ppm = (0,9408
−0,3931)/0,9408 x 100 %
=18,89%
80 ppm = (0,9408
−0,763)/0,9408x 100 % =22,08%
160 ppm = (0,9408
−0,706)/0,9408 x 100 % =24,95%
Pada sampel air yakon ini tidak bisa dibuat grafik persamaan linear dikarenakan nilai
presentasi yang dihasilkan persennya turun naik . Karena seharusnya semakin tinggi
konsentrasi semakin tinggi persen inhibisi, sedangkan hasil dari pengamatan sampel ini tidak
menunjukan itu . Jadi data yang dihasilkan linear , penyebabnya dapat dikarenakan sampel
tidak homogen pada saat pengerjaan atau pengukuran yang keliru. Pada konsentrasi 5 ppm
dapat menghambat radikal bebas sebesar 25,06 % tidak bisa dibuat nilai IC50N karena data
tidak linear. Terjadinya perubahan warna dengan perbedaan antara control (-) bewarna ungu
gelap meskipun sudah di inkubasi dengan sampel 5 ppm- 160 ppm yaitu warna kuning terang
setelah melakukan inkubasi selama 30 menit dengan suhu 370c Sehingga anlisi pengujian
antioksidan pada metode DPPH dengan sampel ekstrak air teh ini berhasil dari perubahan
warna
16
BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Pengujian antioksidan dengan metode dpph dilakukan dengan melihat perubahan warna
masing - masing sample setelah di inkubasi Bersama dpph. Jika semua electron dpph
berpasangan dengan electron pada sampel ekstrak maka akan terjadi perubahan warna sampel
dari ungu tua sampai kuning terang.
Berdasarkan pengujian aktivitas antioksidan dari fraksi hasil partisi, terlihat bahwa fraksi etil
asetat memili aktivitas antioksidan yang paling baik adalah semakin rendah nilai 1c50 maka
akan semakin baik hasil aktivitas antioksidan dari sampel pengujian.
5.2 Saran
Saran Praktikum adalah melakukan praktikum dengan teliti lagi. dikarenakan PSBB kita tidak
dapat melakukan praktikum, praktikum dilakukan oleh perwakilan mahasiswa. Sebaiknya
yang melakukan praktikum bisa lebih jelas untuk menjelaskan apa yang di praktikan kepada
mahasiswa yang tidak dapat praktek ke laboratorium dan kooperatif jika mahasiswa yang
tidak praktek bertanya tentang kegiatan prakteknya.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2014/01/perkebunan_warta-
vol19No3-2013-4.pdf
https://agrotek.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-teh/#:~:text=Morfologi
%20Daun&text=Tanaman%20teh%20memiliki%20helaian%20berbentuk,juga%20runcing
%20di%20bagian%20ujungnya.&text=Di%20mana%20daun%20ini%20berukuran,luasnya
%20memiliki%20lebih%20banyak%20rambut.
18
LAMPIRAN
19