Anda di halaman 1dari 3

Tugas 7 PBAK

Nama : Erlina Kusumastuti


NIM: P3.73.34.2.20.116

1. Masalah-masalah dalam penindakan korupsi di bidang kesehatan


a. Anggaran kesehatan masih sangat rawan korupsi.
b. Kasus korupsi kesehatan periode penindakan 2010-2016 sebanyak 219 kasus, 519
tersangka, dengan total kerugian negara: Rp890,1 miliar dan nilai suap: Rp1,6 miliar.
c. Titik rawan terutama terjadi pada pengadaan alkes dan jaminan kesehatan.
d. Pengadaan alkes rawan karena memiliki nilai anggaran yang tinggi dan memiliki
spesifikasi teknis unik.
e. Jaminan kesehatan juga rawan dikorupsi karena meningkatnya anggaran kesehatan untuk
jaminan kesehatan paska diberlakukannya program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
f. Terkait penegakan hukum.
Selama ini pertimbangan yang memperberat hukuman pelaku korupsi kesehatan hanya
besaran kerugian negara dan aturan yang dilanggar, sedangkan dampak yang ditimbulkan
dari praktik korupsi kerap diabaikan. Padahal, korupsi kesehatan secara langsung bisa
mengancam nyawa masyarakat. Karena itu, agar timbul efek jera, dampak korupsi harus
didorong menjadi bahan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan vonis.
g. Belum semua praktek korupsi kesehatan berhasil dijerat penegak hukum.
h. Belum semua kasus korupsi kesehatan terutama yang sudah masuk tahap penyidikan di
ungkap pada publik oleh penegak hukum.
i. Persidangan perkara korupsi kerap kali hanya berpihak pada pelaku kejahatan, sejak
tahun 2005 ICW melakukan pemantauan atas tren vonis pelaku korupsi, hasilnya selalu
mengecewakan, rata-rata vonis terdakwa tak pernah lebih dari tiga tahun penjara.
j. Potret disparitas pun tak jarang terlihat dalam setiap persidangan perkara korupsi. Mulai
dari disparitas tuntutan sampai pada putusan Hakim. Padahal dari sisi Pasal yang
digunakan dalam dakwaan, latar belakang terdakwa, sampai pada kerugian keuangan
negara hampir serupa.
2. Upaya saudara mencegah adanya korupsi di bidang kesehatan
a. Memulai dari kesadaran diri masing-masing, menanamkan kepada diri sendiri bahwa
tidak boleh melakukan tindakan korupsi walaupun itu hanya tindakan sederhana,
misalnya terlambat datang kerja, pulang cepat, tidak di tempat saat jam kerja melakukan
urusan pribadi, mengunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi seperti mesin
print/telpon kantor.
b. Memberikan edukasi dan kampanye anti korupsi agar membangun perilaku dan budaya
antikorupsi antar sesama pegawai dan juga pasien/ keluarga serta menghimbau agar ikut
serta dalam berperan aktif dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi di sekitar
lingkungan RS.
c. Menyusun rencana anggaran biaya (RAB) dan Term of Reference (TOR) instalasi
laboratorium secara jujur.
d. Melakukan order dan pembayaran sebagaimana peraturan yang ada terhadap pemeriksaan
laboratorium meskipun sampel yang diperiksa milik petugas laboratorium sendiri/
keluarga terdekat.
e. Tidak memanfaatkan bmhp/ alat-alat laboratorium untuk kepentingan pribadi.
f. Menjalankan proses pemilihan dan pembelian alat/ reagen laboratorium sesuai SPO yang
ditentukan.
1) Tidak menerima gratifikasi dari vendor
2) Tidak menerima keuntungan pribadi/ komisi yang didapat dari pembelian alat/ reagen.
3) Memilih alat/ reagen murni karena spesifikasi alat/ reagen tersebut paling baik dan
sesuai dengan tujuan dan manfaat yang diperlukan.
g. Melakukan pelaporan rutin terhadap pemakaian dan sisa stok alat bmhp dan reagen setiap
bulan, pelaporan dilakukan secara benar dan jujur.
h. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan mengeluarkan hasil sesuai SPO dan sumpah
profesi. Tidak membeda-bedakan pasien dan menerima hadiah, uang pelicin atau tips dari
pasien yang bersifat negatif (agar didahulukan tanpa antri, memanipulasi hasil lab).
i. Tidak memberikan hadiah/ gratifikasi kepada atasan.
j. Melapor kepada bagian yang berwenang seperti Satuan Pengawas Internal (SPI) bila
menemukan bukti terjadinya korupsi di Laboratorium.
k. Tidak melakukan manipulasi data pelaporan tindakan medis yang berdampak pada
besarnya klaim pada asuransi kesehatan atau sejenisnya.

Anda mungkin juga menyukai