Mitra usaha yang semata-mata melakukan kegiatan dalam bentuk KSO tidak perlu dikukuhkan sebagai
PKP
tetapi pemyerahan jasa telckomunikasinya akan terutang PPn sehingga KSO hanus dikukuhkan sebagai
PKP.
Penghasilan KSO tidak dikenakan PPh pada KSO bersangkutan, tetapi penghasilan tersebut dikenakan
PPh
Demikian juga KSO yang bukan merupakan subjek pajak sehingga KSO tidak berkewajiban untuk
melaporkan
SPT PPh, baik tahunan maupun masa. Tetapi KSOJO berkewajiban memotong atau memungut PPh pasal
21,
Dengan tidak adanya kewajiban lapor, lemasuk lapor SPT tahunan, maka perhitungan laba-rugi Jolnt
Operation
lepas dari pengamatan fiskus. Dengan begitu berapapun besamya laba yang diakui JO akan diakui oleh
fiskus.
Build. Operate, and Tramsfer (BOT) termasuk dalam bentuk KSO. BOT adalah bentuk perjanjian kerja
sama yang
dhlakukan antara pemegang hak atas tanah dengan investor, yang menyatakan bahwa pemegang hak
atas tanah
memberikan hak kepada investor untuk mendirikan bangunan selama masa perjanjian BOT, dan
mengalihkan
kepemilikan bamgunan tersebut kepada pemegang hak atas tanah setclah masa BOT selesai.
Penghasilan investor sehubungan dengan perjanjian BOT adalah penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari
pengusahaan bangunan yang didinikan, antara lain:
Hak pengusahaan bangunan, seperti pengusahaan hotel, pusat fasilitas olah raga (sport cenier), tempat
Penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh dari pemegang hak tanah apabila masa
perjanjiar,
Penghasilan bagi pemegang hak atas tanah sehubungan dengan perjanjian BOT antara lain:
Pembayaran berkala yang dilakukan oleh investor kepada pemegang hak atas tanah dalam atau selama
masa BOT
Bagian keuntungan dari pengusahaan bangunan dengan narma dan dalam bentuk apapun yang
diberikan
oleh investor.
Penghasilan lain sehubungan dengan perjanjian BOT yang diterima atau diperoleh pemegang hak atas
tanah.
Pengenaan PPh pada BOT sama seperti pada bentuk KSO lain, yaitu bagian keuntungan atau lainnya
yang
diterima dari BOT digabung dengan penghasilan investor maupun pemegang hak untuk dihitung
besamya PPh
masing-masing. Sedangkan BOT sendiri temasuk bukan subjek pajak sehinggn tidak mempunyai
kewajiban
membayar dan melaporkan PPh pasal 25 dan PPh pasal 29. Namun demikian BOT mempunyai kewajiban
untuk
melakukan pemotongan atau pemungutan pajak berkaitan dengan transaksi yang terkait dengan
pelaksanaan
BOT.
Pengenaan PPh lain yang berkaitan dengan BOT adalah saat bangunan diserahkan oleh investor kepada
pemegang hak atas tanah setelah masa perjanjian BOT berakhir, yang mana terutang PPh sebesar 5% X
Jumlah
bruto nilai yang tertinggi antara Nilai Pasar dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). PPh tersebut untuk
orang
pribadi bersifat final, dan untuk wajib pajak badan tidaklah bersifat final
Nilai perolehan bangunan yang diterima dari investor sebesar nilai pasar atau NJOP yang merupakan
dasar
Dalam hal barngunan yang didirikan investor tidak seluruhnya menjadi hak investor tetapi sebagian
diserahkan
kepeda pemmegang hak atas tanah, maka bagian bangunan yung diserahkan menupukan penghasilan,
dan atas
penyerahan terscbut juga tenutang Ph sebesar 5% dari jumlah bruto nilai tertinggi antara nilai pasar
dengan
NJOP, nilai bangunan yang diterima pemegang hak atas tanah apabila bangunan dialihkan kepada pihak
lain.
Biaya yang dapat dikurangkan oleh pemegang hak atas tanah selama BOT adalah biaya sebagaimana
diatur dala
Undang-Undang PPh. Pembayaran PPh sebesar 5% terscbut bagi WP perscorangan bersifat final, dan
bagi WP
Waralaba atau frunchise ndalah bentuk usaha di mana terjadi perjanjian atau kontrak pembelian
ranchise
agremant) antara pemilik fiamchise ranchiser atau frmchisor) dengan pemegang franchise (franchisee).
Waralaba dapat terjadi di banyak kegiatan usaha, seperti rumah makan, pendidikan, pendagangan dan
lainnya.
Waralaba dapat terjadi antara perusahaan dalam negeri dengan perusahaan dalam negeri lain, juga
dapat terjadi
Waralaba dapat terjadi pada perusahaan dalam bentuk badan usaha dan dapat juga dalam bentuk
perscorangan
Pilihan untuk membentuk kegiatan usaha berupa waralaba, yang berdasarkan ketentuan perpajakan
perlu
Pertimbangan PPh
Pertimbangan PPn
Bagi perusahaan yang akan menjual haknya melalui franchise. pertinmbangan pengenaan PPh yang
terkait dengan
penghasilannya adalah berkaitan dengan penghasilan dari penjualan hak franchise, termasuk
pembayaran berkala
Perhitungan penghasilan yang terutang PPh bagi franchiser meliputi penghasilan dari perusahaan yang
dimilikinya sendiri termasuk cabang-cabang yang tidak didirikan berdasarkan franchise, dan juga
penghasilan dari
penjualan hak framchise, termasuk pembayaran berkala dari hak frunchise terscbut.
Sedangkan bagi perusahaan yang membeli franchise (franchisce), pengenaan PPh-nya dihitung dari
penghasilan
dari kegiatan usahanya dalam franchise, sedangkan biaya yang dikeluarkan berkaitan pembelian
franchise
Pertimbangan dari sudut PPh, bagi sescorang atau badan usaha yang akan melakukan kegiatan usaha
baru dalam
bentuk franchise hanus melakukan kewajiban memoiong PPh 23 atas pembayaran royalti pada awal
tahun
pendirian dan pada pembayaran secara berkalanya. Kalau franchisee tidak melakukan kewajiban
pemotongan
Penyerahan hak pada framchise termasuk dalam kategori penyerahan BKP tidak berwujud, di mana
berdasarkan
Undang-Undang PPn, penyerahan BKP tidak berwujud di dalam daerah pabean oleh pengusaha
termasuk yang
dikenakan PPn. Demikian pula penyerahan hak framchise dari luar negeri digolongkan sebagai
pemanfaatan BKP
tidak berwujud dari luar daerah pabean Indonesia yang juga dikenakan PPn.
Perusahaan yang menjual haknya melalui kegiatan waralaba. perlakuan PPn-nya tergantung dari BKP
atau JKP
yang diserahkan, dalam arti BKP/JKP tersebut dapat dikenakan atau tidak dikenakan PPn.
Pertimbangan dari sudut PPn, bagi sescorang atau badan usaha yang akan mclakukan kegiatan usaha
baru dalam
bentuk framchise, harus memungut PPn atas pembayaran hak jranchise dari framchissor. engan adanya
kewajiban memungut PPn atas pembayaran hak framchise tersebut maka franchisee harus dikukuhkan
sebagai
PKP. Kalau franchisee tidak melakukan kewajibannya dalam pemungutan PPn maka PPm itu harus
dibayar
Kegiatan usaha dengan bentuk waralaba. selain dapat terjadi pada badan usaha maupun perscorangan,
juga dapat
Pengakuan sebagai pedagang eceran besar (PEB) pada perusahaan yang melakukan franchise adalah
bagi
franchiser dihitung dari peredaran bruto, baik berupa penyerahun BKP maupun JKP dari franchiser
termasuk
Pembayaran PPm atas penjualan BKP atau JKP setiap bulan dihitung sendiri-sendiri antara franchiser
dengan
franchisee.
Pendirian sekolah atau sarana pendidikan lain dengan sistem waralaba akan terutang PPn, yang harus
dipungut
Perusahaan yang hanya menjual jasa berkaitan pendidikan tidak tenutang PPn sehingga bagi franchiser
maupun
Sama dengan jasa pendidikan yang tidak terutang PPn, penjualan makanan di numah makan juga bukan
merupakan objek PPn sehingga waralaba yang usahanya numah makan juga tidak membayar PPn atas
penjualan
produknya. Hanya saja ketika membayar hak franchise harus memungut PPn sehingga waralaba dalam
bidang
Waralaba merupakan salah satu bentuk pilihan pengusaha untuk mengurangi risiko dibanding harus
membentuk