Anda di halaman 1dari 7

Pertimbangan Pengenaan PPn pada KSO Telkomn

Mitra usaha yang semata-mata melakukan kegiatan dalam bentuk KSO tidak perlu dikukuhkan sebagai
PKP

tetapi pemyerahan jasa telckomunikasinya akan terutang PPn sehingga KSO hanus dikukuhkan sebagai
PKP.

Demikian pula penyerahan hak operasi dari Telkom ke KSO.

Pertimbangan Tidak Lapor SPT PPh

Penghasilan KSO tidak dikenakan PPh pada KSO bersangkutan, tetapi penghasilan tersebut dikenakan
PPh

setelah diterima anggota Kso.

Demikian juga KSO yang bukan merupakan subjek pajak sehingga KSO tidak berkewajiban untuk
melaporkan

SPT PPh, baik tahunan maupun masa. Tetapi KSOJO berkewajiban memotong atau memungut PPh pasal
21,

PPh pasal 23, PPh pasal 26 dan PPn.

Dengan tidak adanya kewajiban lapor, lemasuk lapor SPT tahunan, maka perhitungan laba-rugi Jolnt
Operation

lepas dari pengamatan fiskus. Dengan begitu berapapun besamya laba yang diakui JO akan diakui oleh
fiskus.

MEMILIH BENTUK USAHA BANGUN GUNA SERAH

Build. Operate, and Tramsfer (BOT) termasuk dalam bentuk KSO. BOT adalah bentuk perjanjian kerja
sama yang

dhlakukan antara pemegang hak atas tanah dengan investor, yang menyatakan bahwa pemegang hak
atas tanah

memberikan hak kepada investor untuk mendirikan bangunan selama masa perjanjian BOT, dan
mengalihkan

kepemilikan bamgunan tersebut kepada pemegang hak atas tanah setclah masa BOT selesai.

Pertimbangan Penghasilan dan Biaya pada BOT

Penghasilan investor sehubungan dengan perjanjian BOT adalah penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari
pengusahaan bangunan yang didinikan, antara lain:

Sewa dan penghasilan sehubungan dengan penggunaan hurta

Hak pengusahaan bangunan, seperti pengusahaan hotel, pusat fasilitas olah raga (sport cenier), tempat

hiburan, dan sebagainya.

Penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh dari pemegang hak tanah apabila masa
perjanjiar,

BOT diperpendek dari masa yang telah ditentukan.

Biaya bagi investor sehubungan dengan perjanjian BOT adalah:

Biaya pendirian bangunan.

Penghasilan bagi pemegang hak atas tanah sehubungan dengan perjanjian BOT antara lain:

Pembayaran berkala yang dilakukan oleh investor kepada pemegang hak atas tanah dalam atau selama

masa BOT

Bagian dari uang sewa bangunan

Bagian keuntungan dari pengusahaan bangunan dengan narma dan dalam bentuk apapun yang
diberikan

oleh investor.

Penghasilan lain sehubungan dengan perjanjian BOT yang diterima atau diperoleh pemegang hak atas

tanah.

Pertimbangan Pengenaan PPh

Pengenaan PPh pada BOT sama seperti pada bentuk KSO lain, yaitu bagian keuntungan atau lainnya
yang

diterima dari BOT digabung dengan penghasilan investor maupun pemegang hak untuk dihitung
besamya PPh

masing-masing. Sedangkan BOT sendiri temasuk bukan subjek pajak sehinggn tidak mempunyai
kewajiban

membayar dan melaporkan PPh pasal 25 dan PPh pasal 29. Namun demikian BOT mempunyai kewajiban
untuk
melakukan pemotongan atau pemungutan pajak berkaitan dengan transaksi yang terkait dengan
pelaksanaan

BOT.

Pengenaan PPh lain yang berkaitan dengan BOT adalah saat bangunan diserahkan oleh investor kepada

pemegang hak atas tanah setelah masa perjanjian BOT berakhir, yang mana terutang PPh sebesar 5% X
Jumlah

bruto nilai yang tertinggi antara Nilai Pasar dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). PPh tersebut untuk
orang

pribadi bersifat final, dan untuk wajib pajak badan tidaklah bersifat final

Nilai perolehan bangunan yang diterima dari investor sebesar nilai pasar atau NJOP yang merupakan
dasar

pengenaan pajak penghasilan.

Dalam hal barngunan yang didirikan investor tidak seluruhnya menjadi hak investor tetapi sebagian
diserahkan

kepeda pemmegang hak atas tanah, maka bagian bangunan yung diserahkan menupukan penghasilan,
dan atas

penyerahan terscbut juga tenutang Ph sebesar 5% dari jumlah bruto nilai tertinggi antara nilai pasar
dengan

NJOP, nilai bangunan yang diterima pemegang hak atas tanah apabila bangunan dialihkan kepada pihak
lain.

Biaya yang dapat dikurangkan oleh pemegang hak atas tanah selama BOT adalah biaya sebagaimana
diatur dala

Undang-Undang PPh. Pembayaran PPh sebesar 5% terscbut bagi WP perscorangan bersifat final, dan
bagi WP

badan merupakan pembayaran PPh pasal 25 yang dapat diperhitungkan.

MEMILIH BENTUK USAHA WARALABA

Waralaba atau frunchise ndalah bentuk usaha di mana terjadi perjanjian atau kontrak pembelian
ranchise

agremant) antara pemilik fiamchise ranchiser atau frmchisor) dengan pemegang franchise (franchisee).
Waralaba dapat terjadi di banyak kegiatan usaha, seperti rumah makan, pendidikan, pendagangan dan
lainnya.

Waralaba dapat terjadi antara perusahaan dalam negeri dengan perusahaan dalam negeri lain, juga
dapat terjadi

antara perusahaan dalam negeri dengan perusahan luar negeri.

Waralaba dapat terjadi pada perusahaan dalam bentuk badan usaha dan dapat juga dalam bentuk
perscorangan

Pilihan untuk membentuk kegiatan usaha berupa waralaba, yang berdasarkan ketentuan perpajakan
perlu

mempertimbangkan hal-hal berikut:

Pertimbangan PPh

Pertimbangan PPn

Pertimbangan Pengenaan PPh

Bagi perusahaan yang akan menjual haknya melalui franchise. pertinmbangan pengenaan PPh yang
terkait dengan

penghasilannya adalah berkaitan dengan penghasilan dari penjualan hak franchise, termasuk
pembayaran berkala

dari hak franchise.

Perhitungan penghasilan yang terutang PPh bagi franchiser meliputi penghasilan dari perusahaan yang

dimilikinya sendiri termasuk cabang-cabang yang tidak didirikan berdasarkan franchise, dan juga
penghasilan dari

penjualan hak framchise, termasuk pembayaran berkala dari hak frunchise terscbut.

Sedangkan bagi perusahaan yang membeli franchise (franchisce), pengenaan PPh-nya dihitung dari
penghasilan

dari kegiatan usahanya dalam franchise, sedangkan biaya yang dikeluarkan berkaitan pembelian
franchise

tersebut dapat dibiayakan secara langsung atau melalui amortisasi.

Pertimbangan dari sudut PPh, bagi sescorang atau badan usaha yang akan melakukan kegiatan usaha
baru dalam
bentuk franchise hanus melakukan kewajiban memoiong PPh 23 atas pembayaran royalti pada awal
tahun

pendirian dan pada pembayaran secara berkalanya. Kalau franchisee tidak melakukan kewajiban
pemotongan

PPh, maka besamya PPh harus dibayar sendiri oleh franchisee

Pertimbangan Pengenaan PPn

Penyerahan hak pada framchise termasuk dalam kategori penyerahan BKP tidak berwujud, di mana
berdasarkan

Undang-Undang PPn, penyerahan BKP tidak berwujud di dalam daerah pabean oleh pengusaha
termasuk yang

dikenakan PPn. Demikian pula penyerahan hak framchise dari luar negeri digolongkan sebagai
pemanfaatan BKP

tidak berwujud dari luar daerah pabean Indonesia yang juga dikenakan PPn.

Perusahaan yang menjual haknya melalui kegiatan waralaba. perlakuan PPn-nya tergantung dari BKP
atau JKP

yang diserahkan, dalam arti BKP/JKP tersebut dapat dikenakan atau tidak dikenakan PPn.

Pertimbangan dari sudut PPn, bagi sescorang atau badan usaha yang akan mclakukan kegiatan usaha
baru dalam

bentuk framchise, harus memungut PPn atas pembayaran hak jranchise dari framchissor. engan adanya

kewajiban memungut PPn atas pembayaran hak framchise tersebut maka franchisee harus dikukuhkan
sebagai

PKP. Kalau franchisee tidak melakukan kewajibannya dalam pemungutan PPn maka PPm itu harus
dibayar

sendiri oleh framehisee.

Kegiatan usaha dengan bentuk waralaba. selain dapat terjadi pada badan usaha maupun perscorangan,
juga dapat

terjadi pada berbagai bentuk kegiatan usaha berikut:

.Waralaba dalam perdagangan

Waralaba dalam pendidikan


.Waralaba dalam rumah makan

Waralaba dalam Perdagangan

Pengakuan sebagai pedagang eceran besar (PEB) pada perusahaan yang melakukan franchise adalah
bagi

franchiser dihitung dari peredaran bruto, baik berupa penyerahun BKP maupun JKP dari franchiser
termasuk

dengan para franchisee yang berada pada wilayah pabean Indonsia.

Pembayaran PPm atas penjualan BKP atau JKP setiap bulan dihitung sendiri-sendiri antara franchiser
dengan

franchisee.

Waralaba dalam Pendidikan

Pendirian sekolah atau sarana pendidikan lain dengan sistem waralaba akan terutang PPn, yang harus
dipungut

oleh pembeli (ranchisee) sebagai pajak masukan.

Perusahaan yang hanya menjual jasa berkaitan pendidikan tidak tenutang PPn sehingga bagi franchiser
maupun

franchise tidak melakukan pembayaran PPn.

Waralaba dalam Rumah Makan

Sama dengan jasa pendidikan yang tidak terutang PPn, penjualan makanan di numah makan juga bukan

merupakan objek PPn sehingga waralaba yang usahanya numah makan juga tidak membayar PPn atas
penjualan

produknya. Hanya saja ketika membayar hak franchise harus memungut PPn sehingga waralaba dalam
bidang

restoran pun harus dikukuhkan sebagai PKP.

Waralaba merupakan salah satu bentuk pilihan pengusaha untuk mengurangi risiko dibanding harus
membentuk

badan usaha buru.

Secara ketentuan perpajakan, pembentukan waralaba mengharuskan franchisee dikukuhkan sebagai


PKP. Namun
dari sudut PPh. franchisee diperlakukan sama dengan wajib pajak badan usaha atau perseorangan
lainnya

Anda mungkin juga menyukai