id
TESIS
Oleh
Rina Machdalena
S501102056
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2014
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kata Pengantar
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas Petunjuk dan Rahmat yang
diberikan, serta Sholawat dan Salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul : “KADAR HIGH SENSITIVE
C-REACTIVE PROTEIN DAN GAMMA GLUTAMYLTRANSFERASE
SEBAGAI INDIKATOR EKSASREBASI AKUT PADA PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK STABIL”
Tesis ini dimaksudkan sebagai penelitian yang merupakan salah satu persyaratan
untuk memenuhi mencapai gelar Magister maka pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapakan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan
di Universitas Sebelas Maret ini.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan
untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret.
3. Dr. Hari Wujoso, dr. SpF, MM selaku Ketua Program Studi Magister
Kedokteran KeluargaUniversitasSebelas Maret yang telah memberikan
kesempatan untuk mengikuti studi Program Magister Kedokteran
Keluarga
4. Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp.PA-K selaku pembimbing I yang
dengan kesabarannya membimbing dan meneliti Tesis ini sehingga
menjadi lebih baik.
5. Prof. Dr. JB. Suparyatmo, dr. Sp.PK-K, selaku pembimbing II yang
dengan kesabarannya membimbing dan meneliti Tesis ini sehingga
menjadi lebih baik.
6. Prof. Dr. Zaenal Arifin, dr. Sp. PD-KR FINASISM selaku Dekan Fakultas
commitMaret
Kedokteran Universitas Sebelas to userSurakarta yang telah memberikan
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Rina machdalena
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Daftar Isi
Halaman
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan........................................................................................ ii
Kata Pengantar.................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... iv
Daftar Gambar.................................................................................................. v
Daftar Lampiran............................................................................................... vi
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian............................................................................... 4
BAB II. Landasan Teori
A. Tinjauan Pustaka................................................................................. 5
1. C-Reactive Protein.......................................................................... 5
2. Gamma Glutamyltranferase........................................................... 6
3. Penyakit Paru Obstruktif Kronik.................................................... 9
4. Inflamasi dan Stres oksidatif.......................................................... 14
B. Penelitian Relevan............................................................................... 16
C. Kerangka Berpikir............................................................................... 17
D. Hipotesis............................................................................................. 19
BAB III. Metode Penelitian
A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 20
B. Tatalaksana penelitian......................................................................... 20
1. Jenis dan Perancangan Penelitian................................................... 20
2. Populasi dan Sampel Penelitian...................................................... 21
3. Variabel Penelitian.......................................................................... 22
4. Prosedur Pengumpulan Data.......................................................... 23
5. Teknik Analisis Data...................................................................... 24
6. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran............................ 24
7. Kontrol Kualitas Internal................................................................ 26
BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil.................................................................................................... 28
1. Karakteristik sampel menurut usia................................................ 28
2. Karakteristik sampel menurut jenis kelamin................................ 30
3. Karakteristik sampel menurut berat badan................................... 30
4. Karakteristik sampel menurut tinggi badan.................................. 31
5. Karakteristik sampel menurut IMT............................................... 32
6. Karakteristik sampel menurut status merokok............................. 34
7. Karakteristik sampel menurut kadar hs-CRP............................... 36
8. Karakteristik sampel menurut kadar GGT................................... 37
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Pembahasan......................................................................................... 39
1. Karakteristik subyek penelitian...................................................... 43
2. Analisis perbedaan kadar hs-CRP pada kelompok pasien PPOK
Stabil dan kelompok PPOK eksaserbasi akut................................ 44
3. Analisis perbedaan kadar GGT pada kelompok pasien PPOK
Stabil dan kelompok PPOK eksaserbasi akut................................ 45
C. Keterbatasan........................................................................................ 47
BAB V. Simpulan dan Saran
A. Simpulan............................................................................................. 48
B. Saran................................................................................................... 48
Daftar Pustaka................................................................................................ 50
Lampiran........................................................................................................ 53
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Daftar Gambar
Halaman
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Daftar Lampiran
Halaman
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Jumlah penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dari tahun ketahun
menunjukkan peningkatan. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah
penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak
sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
beracun atau berbahaya. Unsur-unsur yang paling penting dalam patogenesis
PPOK adalah peradangan dan terjadinya stres oksidatif. Serum CRP merupakan
salah satu protein fase akut, kadarnya meningkat pada serum atau plasma secara
umum sebagai respon terhadap kerusakan jaringan dan inflamasi sistemik pada
PPOK Glutathione, berasal dari intraseluler γ - glutamyltransferase (GGT), adalah
sulphydryl nonprotein yang paling penting yang memainkan peran kunci dalam
pertahanan antioksidan seluler. Serum GGT sebagai marker awal stres oksidatif
berhubungan dengan inflamasi yang terjadi pada penderita PPOK.
Tujuan dari penelitian ini untuk untuk mengetahui peran kadar hs-CRP dan
GGT sebagai indikator eksaserbasi akut pada penyakit paru obstruktif kronik
stabil. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif non
eksperimental dengan desain deskriptif analitik dan menggunakan pendekatan
cross sectional (potong lintang) untuk mengetahui perbedaan kadar hs-CRP dan
GGT pada penderita penyakit paru obstruksi kronik stabil dan eksaserbasi akut.
Data karakteristik subyek penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif. Analisa
statistik menggunakan independent t-test. Untuk mengetahui pola distribusi data,
digunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov, apabila data tidak terdistribusi
normal menggunakan korelasi Spearman. Analisis statistik diolah menggunakan
program komputer, p bermakna apabila <0,05 dan interval kepercayaan 95%.
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id
BAB I. PENDAHULUAN
kematian nomor empat di dunia dan diperkirakan tahun 2020 PPOK menduduki
kanker (WHO, 2002; Yannick et al., 2009). Hasil survei penyakit tidak menular
oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun
kesakitan (35%), diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya
(2%) (Depkes RI, 2004). PPOK sebagian besar disebabkan oleh merokok, polusi
udara, paparan bahan kimia industri, alergen, dan cuaca yang mengakibatkan
munculnya tanda dan gejala termasuk sesak saat beraktifitas, batuk kronis,
dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel.
Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respon
inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya (Biljak et
al., 2013). Inflamasi saluran nafas pada PPOK memperkuat respon inflamasi
abnormal paru terhadap partikel atau gas beracun dan terhadap iritasi kronik
seperti asap rokok, tetapi mekanismenya belum jelas. Inflamasi sistemik pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
abnormal pada PPOK dapat di deteksi melalui sirkulasi sistemik (Rabe et al.,
eksaserbasi dibagi atas infeksi dan non infeksi. Pasien dengan PPOK yang sering
mengalami eksaserbasi yang memiliki efek negatif pada kualitas hidup, fungsi
paru, dan prognosis. Selain itu, episode eksaserbasi menghasilkan biaya sosial dan
finansial yang besar. Oleh karena itu, pencegahan yang efektif adalah penting baik
penanda inflamasi, termasuk neutrofil dan makrofag pada saluran udara sebagai
sitokin (terutama interleukin [IL] 6 dan IL-8). Unsur-unsur yang paling penting
dalam patogenesis PPOK adalah peradangan dan terjadinya stres oksidatif. Pada
PPOK, peradangan yang terjadi di saluran udara, parenkim paru, pembuluh darah
dan dapat berefek luas. Terdapatnya stres oksidatif dalam saluran udara perokok,
2007). Asap rokok merupakan campuran kompleks lebih dari 4700 senyawa
kimia, termasuk radikal bebas konsentrasi tinggi dan oksidan lainnya. Stres
oksidatif tampaknya menjadi komponen kunci dari banyak proses yang terkait
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
tumor necrosis factor-α (TNF - α), IL-6, IL-8, dan Protein C-reaktif (CRP) telah
terbukti berkorelasi dengan terbatasnya aliran udara pada PPOK, terutama dalam
sulphydryl nonprotein yang paling penting yang memainkan peran kunci dalam
penyakit yang dikenal memiliki stres oksidatif dalam patogenesis. Hal ini
terhadap stres oksidatif dan dapat digunakan sebagai penanda inflamasi (Biljak et
B. Rumusan Masalah
Apakah kadar hs-CRPdan GGT dapat dipakai sebagai indikator eksaserbasi akut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis peran hs-CRP dan GGT sebagai indikator eksaserbasi akut pada
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran peran kadar hs-
CRP dan GGT untuk bisa dipertimbangkan sebagai indikator eksaserbasi akut
pada penyakit paru obstruktif kronik stabil, sebelum terjadinya perubahan pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
A. Tinjauan Pustaka
1. C-Reactive Protein
berperan pada respon pertahanan imun manusia, selain itu CRP merupakan
salah satu protein fase akut, kadarnya meningkat pada serum atau plasma
sistemik. Meskipun deteksi kadar CRP dalam serum tidak spesifik untuk
penyakit tertentu, namun CRP merupakan indikator yang berguna dari proses
melawan bakteri dan sel apoptosis. Peningkatan CRP didapatkan juga pada
perokok aktif, penurunan fungsi paru, dan PPOK stabil. Satu dari pertanda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
pasien PPOK dibandingkan orang sehat adalah CRP. Peningkatan kadar CRP
merupakan prediktor kuat mortalitas PPOK (Halvani et al., 2007; Dahl et al.,
2009).
Kadar CRP sirkulasi pada orang dewasa yang sehat sekitar 0,8 mg/l.
sekitar 48 jam setelah stimulus awal dengan waktu paruh sekitar 19 jam.
Kadar CRP sirkulasi lebih tinggi pada usia tua dan wanita. Kadar CRP
menurun 1-2 minggu setelah infeksi atau inflamasi. Kenaikan sedikit pada
CRP telah dilaporkan dalam berbagai kondisi dan menyatakan penyakit yang
sampai 0,1-0,4 mg/L (Pepys et al., 2003). Peningkatan kadar CRP tidak
2. Gamma Glutamyltransferase
GGT memulai metabolisme dan omset GSH, dan memainkan peran penting
tergantung pada kondisi lokal dalam jaringan. Enzim GGT dihasilkan oleh
banyak jaringan, namun sebagian besar berasal dari hati. Dalam serum, GGT
commit to user
dibawa oleh lipoprotein dan albumin. Kadar serum GGT ditentukan oleh
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
Nilai referensi untuk aktivitas serum GGT agak luas dan lebih tinggi,
sebagai penanda awal dan sensitif dari stres oksidatif. Selain itu, GGT
korelasi positif antara aktivitas GGT, konsentrasi CRP dan beberapa marker
al., 2006). Aktivitas serum GGT berhubungan dengan banyak faktor lainnya,
termasuk usia (meningkat dengan usia), ras (itu lebih besar pada subyek
pada laki-laki) dan merokok (lebih besar pada perokok dibandingkan mantan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau
abnormal paru terhadap partikel atau gas beracun dan terhadap iritasi kronik
seperti asap rokok, tetapi mekanismenya belum jelas. Inflamasi sistemik pada
Gambaran klinis :
FEV1/FVC< 0,7
FEV1≥80% prediksi
Gambaran klinis :
Gambaran klinis :
Fatigue
hidup pasien.
FEV1/FVC<0,7
jiwa.
FEV1/FVC<0,7
commit to user
FEV1<30% prediksi, atau
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
cor pulmonal
aktivasi sel inflamasi dalam sirkulasi, produksi protein fase akut dan
darah (Saphiro et al., 2005; Gan et al., 2008; Kwon et al., 2010).
paru, hipoksia jaringan, disfungsi otot rangka dan sumsum tulang. Merokok
PPOK adalah produksi sitokin paru akibat obstruktif arus udara kronik
sebagian besar komplikasi yang timbul pada PPOK. Pasien PPOK selain
kronik di saluran nafas dan parenkim paru (Argawal et al., 2013; Toraldo et
al., 2013). Kriteria PPOK stabil adalah tidak dalam kondisi gagal napas akut,
dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisa gas darah
berwarna, aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK
2008).
penyakit yang secara alamiah ditandai perubahan sesak, batuk dan atau
sputum di luar variasi normal dari hari ke hari, onset akut, dan mungkin butuh
(Sapey et al., 2006; Leader et al., 2010). Pembagian derajat berat ringan
eksaserbasi tergantung dari jumlah gejala yang muncul dan pembagian ini
peningkatan sesak nafas, volume sputum dan sputum purulen. Ketiga gejala
gejala mayor dan tipe 3 eksaserbasi terdapat hanya 1 dari 3 gejala mayor di
tambah dengan salah satu dari gejala berikut ini, yaitu infeksi saluran nafas
atas 5 tahun terakhir, demam tanpa penyebab lain, peningkatan wheezing atau
biasanya (Sapey et al., 2006; Perera et al., 2007; Stolz et al., 2007).
paru yang lebih berat dan perawatan di rumah sakit lebih lama di bandingkan
al., 1999; Holme, 2011). Neutrofil juga melepaskan Reactive Oxygen Species
(ROS) yang dihirup dalam asap rokok dan polutan seperti nitrogen dioksida
dan partikulat.
terjadi peningkatan IL6 dan ketidak seimbangan oksidan dan antioksidan juga
kondisi PPOK stabil dan akan lebih meningkat selama PPOK eksaserbasi
akut. Stres oksidatif diperoleh dari polusi udara dan atau seluler yang
udara akan melepaskan lebih banyak ROS, yang pada gilirannya akan
untuk hubungan antara aktivitas GGT dan penyakit paru-paru adalah bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
telah dikaitkan dengan kebiasaan merokok saat ini, asap rokok mengandung
ROS, dan oleh karena itu mungkin mengakibatkan aktivasi pertahanan anti-
dibandingkan dengan populasi sehat non merokok (Lee et al., 2005; Holme,
B. Penelitian Relevan
109 pasien dengan klinis PPOK stabil (33 perokok, 28 mantan perokok, 48 non-
perokok) dan kelompok kontrol dari 51 subyek sehat (18 perokok, 15 mantan
perokok, 18 non-perokok). Kadar CRP dan aktivitas GGT meningkat pada pasien
positif yang signifikan antara kedua parameter pada pasien PPOK dan dilaporkan
tidak ada perbedaan dalam aktivitas GGT (p = 0,606) atau kadar CRP (p = 0,573)
Merokok tidak memiliki dampak yang signifikan pada nilai-nilai CRP dan GGT
pulmonary disease pada 132 pasien dengan PPOK eksersebasi akut dan 147
pasien dengan PPOK stabil, didapatkan kadar GGT dan CRP pada pasien PPOK
Dilapokan juga terdapat korelasi positif yang signifikan antara aktifitas GGT dan
kadar CRP.
C. Kerangka Berpikir
infeksi dan non infeksi seperti inhalasi asap rokok dan partikel gas berbahaya
Eksaserbasi pada PPOK dapat disebabkan oleh infeksi dan non infeksi yang
Makrofag dan dan sel yang mengalami cedera akan melepaskan sitokin
proinflamasi dan TNF α yang akan merangsang hati untuk memproduksi CRP
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
Stres oksidatif diperoleh dari polusi udara dan atau selular yang merupakan
hasil inflamasi. Asap rokok mengandung konsentrasi tinggi ROS dan sel inflamasi
glutamat dan cysteine, dan adanya aktifitas membran plasma dipeptidase akan
jumlah netrofil disaluran nafas akan melepaskan lebih banyak ROS yang akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
PPOK
Ketidakseimbangan
Inflamasi saluran nafas
protease-antiprotease
ROS
Infeksi/ inflamasi
Umur Terapi (antiinflamasi)
Jenis kelamin GGT hsCRP keganasan
Status merokok Indeks massa tubuh
Penyakit hepar/ginjal Aktivitas fisik
Terapi merokok
Analisis
D. Hipotesis
Kadar hs-CRP dan GGT dapat dipakai sebagai indikator eksaserbasi akut pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
B. Tatalaksana Penelitian
dan GGT pada penderita penyakit paru obstruktif kronik stabil dan
eksaserbasi akut.
GGT
PPOK Stabil
hs-CRP
Analisis
hs-CRP
PPOK
Eksaserbasi
GGT
2. Populasi Penelitian
Populasi target adalah penderita PPOK stabil dan PPOK eksaserbasi akut.
Paru RSDM Surakarta dan penderita PPOK eksaserbasi akut yang datang ke
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSDM Surakarta mulai bulan Oktober 2013
3. Usia>40 tahun
3. Usia>40 tahun
dan gastrointestinal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
peningkatan 3 kali diatas harga rujukan untuk SGOT (>105 IU/L), SGPT
4. Sedang minum obat anti inflamasi atau antioksidan, dan riwayat minum
alkohol.
3. Variabel Penelitian
terikat pada penelitian ini adalah PPOK dan variabel bebasnya adalah hs-
CRP, GGT.
(laboratorium darah, foto toraks dan hasil spirometri). Data yang diambil
dalam penelitian ini didapatkan dari rekam medis pasien. Variabel lain yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
Subyek PPOK stabil yang kontrol di Poli Paru RSDM Surakarta yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data identitas subyek dicatat dalam
yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSDM Surakarta mulai bulan
didiagnosis PPOK. Pasien yang bersedia ikut dalam penelitian diminta untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
Konsekutif
Analisis statistik
hs-CRP dan GGT pada dua kelompok populasi yaitu kelompok pasien dengan
PPOK stabil dan kelompok pasien dengan PPOK eksaserbasi akut digunakan
a. C-Reactive Protein (CRP) adalah protein fase akut yang diproduksi oleh
commit to user
hati pada kondisi injury/infeksi, merupakan bagian keluarga protein
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun
f. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah hasil penimbangan berat badan (BB)
hasil beberapa pengukuran pada bahan uji yang sama. Uji presisi meliputi uji
presisi sehari (within day) dan uji presisi hari ke hari (day to day). Presisi
diukur dengan rerata, simpangan baku (SB) dan koefisien variasi (KV).
selisih, dan n = jumlah sampel. Semakin kecil nilai KV (%), semakin teliti
metode tersebut (Wijono et al., 2004; Linnet & Boyd, 2006). Uji presisi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
dilakukan pada penelitian ini, uji presisi hari ke hari (day to day) yaitu
dengan pemeriksaan satu contoh bahan diulang sepuluh kali pada hari yang
berikut ini.
Akurasi dinilai dari hasil pemeriksaan bahan kontrol dan dihitung sebagai
nilai biasnya (d%). Rumus d%= [(rerata – NA)/NA], NA = nilai aktual atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
A. HASIL
Penelitian ini melibatkan 30 penderita PPOK stabil yang rawat jalan di poli
paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan 33 penderita PPOK eksaserbasi akut
yang datang ke IGD RSUD Dr. Moewardi mulai bulan Oktober 2013 sampai
Februari 2014. Tiga penderita PPOK eksaserbasi akut dieklusi karena terdapat
peningkatan SGOT dan SGPT >3 kali nilai normal. Jumlah keseluruhan subyek
numerik. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran data apakah normal
atau tidak normal secara analitik dan akan menentukan uji statistik yang sesuai.
normal jika didapatkan nilai p>0,05 dan akan dilanjutkan dengan uji t.
usia pada seluruh subyek penelitian 68,40 tahun dengan simpang baku 9,79
stabil) sebanyak 30 orang dengan nilai rata-rata usia adalah 67,3 tahun
69,50 dengan simpang baku 9,95 tahun seperti yang telihat pada box plot
dibawah ini.
90
80
70
USIA
60
50
52
40
Kelompok 1 Kelompok 2
Kelompok
Box plot digunakan untuk data numerik, dimana garis horisontal tebal
menandakan nilai median atau nilai tengah data. Tingkat kepercayaan 95%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
memiliki arti bahwa rentang data penelitian ini adalah sebesar 2 kali standar
deviasi. Kotak ditengah menandakan batas variasi usia pada penelitian ini.
penelitian.
30
25
20
laki-laki
15
perempuan
10
0
kelompok 1 kelompok 2
mempunyai berat badan rata-rata 51,50 kg dengan simpang baku sebesar 3,81
akut) rata-rata berat badan sebesar 51,23 kg dengan simpang baku 6,81 kg.
65
60
55
BB
50
45
40
Kelompok 1 Kelompok 2
Kelompok
Tinggi badan rata-rata pada seluruh subyek penelitian ini adalah 1,61
meter, dengan simpang baku sebesar 0,05 meter. Pada kelompok 1 (kelompok
badan sebesar 1,60 meter dengan simpang baku 0,05 meter. Untuk kelompok
commit to user
2 (kelompok pasien dengan PPOK eksaserbasi akut) tinggi badan rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
subyek penelitian 1,61 meter dengan simpang baku sebesar 0,05 meter. Hal
170
165
TB
160
155
150
Kelompok 1 Kelompok 2
Kelompok
1 (kelompok pasien dengan PPOK stabil) 20,18 kg/m2 dengan simpang baku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
eksaserbasi akut) 19,23 kg/m2 dengan simpang baku 1,95 kg/m2. Hal tersebut
26.00
44
29
24.00
26
22.00
IMT
20.00
18.00
16.00
14.00
Kelompok 1 Kelompok 2
Kelompok
Pada box plot IMT kelompok 1 didapatkan dua data diluar box, yaitu
sampel no.26 dan sampel no.29. Sampel no.26 mempunyai nilai IMT sebesar
23,44 kg/m2 dan sampel no.29 mempunyai nilai IMT sebesar 24,97 kg/m2
berada di luar box tetapi masih berada dalam rentang data sebesar tiga kali
simpang baku. Pada box plot IMT kelompok 2 didapatkan satu data diluar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
box, yaitu data no. 44 yang mempunyai nilai IMT sebesar 25,48 kg/m2 namun
masih berada dalam rentang data sebesar tiga kali simpang baku.
30
25
20 underweight
normal
15
overweight
10
obesitas
5
0
kelompok 1 kelompok 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
30
25
20
bukan perokok
15 perokok
bekas perokok
10
0
kelompok 1 kelompok2
normal atau tidak normal secara analitik dan akan menentukan uji statistik
yang sesuai, sebaran data normal jika didapatkan nilai p>0,05 dan akan
dapatkan hasil semua data terdistribusi normal, sehingga untuk uji beda rata-
pasien dengan PPOK stabil) didapatkan sebesar 0,70 mg/dl dengan simpang
sebesar 2,73 mg/dl dengan simpang baku 2,63 mg/dl. Hal tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
8.00
6.00
hs-CRP
4.00
2.00
0.00
PPOK Stabil
Kelompok 1 PPOK Kelompok2
Eksaserbasi Akut
Jenis PPOK
Gambar 4.8. Distribusi sampel berdasarkan kadar hs-CRP
pasien dengan PPOK stabil) didapatkan sebesar 31,30 IU/L dengan simpang
41,60 IU/L dengan simpang baku 19,50 IU/L. hal tersebut dapat dilihat pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
80.00
60.00
GGT
40.00
20.00
PPOK Stabil
Kelompok 1 PPOK Eksaserbasi Akut
Kelompok 2
Jenis PPOK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
B. PEMBAHASAN
Inflamasi saluran nafas pasien PPOK merupakan akibat dari respon inflamasi
udara kecil dan alveoli pada PPOK, adanya peradangan sistemik dengan
keparahan rendah meskipun mekanisme yang tepat masih belum diketahui. Secara
aliran udara dan peningkatan sistemik kadar sitokin seperti TNF-α, IL-6, IL-8, dan
oleh paparan partikel atau gas beracun, tetapi dinyatakan faktor utama dan paling
dominan ialah asap rokok dibanding yang lain (Biljana et al., 2011). Stres
proinflamasi seperti neutrofil dan limfosit serta TNF α dan soluble TNF-receptor
enzim proteolisis oleh sel-sel inflamasi seperti makrofag dan netrofil, atau
disebabkan oleh faktor genetik seperti defisiensi α-1 antiripsin (Demedts et al.,
2006).
jaringan elastin parenkim dan berakibat terjadi penurunan fungsi paru. Bentuk
kelainan struktur dijumpai berupa destruksi serat elastin septum interalveoler dan
paru. Elastin dan kolagen merupakan komponen utama yang menyusun anyaman
jaringan ikat paru dan secara bersamaan menentukan daya elastisitas dan kekuatan
tensil paru.
obstruksi ditentukan oleh nilai % VEP1 (VEP1/VEP prediksi)<80% dan atau VEP1
paru yang abnormal tapi juga menimbulkan inflamasi sistemik termasuk stres
aktivasi sel inflamasi ke dalam sirkulasi. Proses inflamasi ini merangsang sistem
serta merangsang hepar untuk memproduksi acute phase protein seperti CRP dan
fibrinogen.
Peningkatan kadar hs CRP pada pasien bekas perokok dengan PPOK terutama
pada pasien PPOK eksaserbasi akut membuktikan bahwa jaringan paru yang sakit
hs CRP.
Stres oksidatif diperoleh dari polusi udara dan atau selular yang merupakan
hasil inflamasi. Asap rokok mengandung konsentrasi tinggi ROS dan sel inflamasi
inflamasi yang menghasilkan stres oksidatif, eksaserbasi dan respon inflamasi. Sel
lebih banyak ROS yang akan meningkatkan produksi GGT. Aktivitas serum GGT
sebelumnya telah dikaitkan dengan kebiasaan merokok saat ini, asap rokok
Inflamasi neutrofil dan stres oksidatif adalah pusat untuk patofisiologi PPOK.
terbukti dapat menyebabkan banyak gambaran klinis yang terkait dengan PPOK,
ROS dihirup dalam asap rokok dan polutan seperti nitrogen dioksida dan
dengan demikian mengurangi rasio GSH untuk GSSG. Penurunan rasio ini
ditentukan oleh FEV1 pada PPOK. Oleh karena itu peningkatan jumlah neutrofil
di saluran udara akan melepaskan lebih banyak ROS, yang akan menyebabkan
pengurangan rasio GSH/ GSSG. Pada titik ini, produksi GGT meningkat, untuk
Peningkatan reactive oxygen species (ROS) yang terjadi akibat inflamasi dan
saluran napas, jaringan paru, serta darah pasien PPOK. Peningkatan ROS
mengaktivasi stres kinase dan faktor transkripsi redoks sensitif. Stres oksidatif dan
rendah. Beberapa petanda inflamasi yang telah ditemukan meningkat pada PPOK
juga peningkatan leukosit darah serta penurunan kadar leptin. Saat eksaserbasi
(LBP) meningkat tajam yang kemudian akan menurun kembali saat proses
pemulihan.
oleh Ermis et al. (2013) pada 132 pasien dengan PPOK eksersebasi akut dan
147 pasien dengan PPOK stabil, didapatkan kadar GGT dan CRP pada pasien
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
dengan simpang baku 1,81 kg/m2. Pada kelompok 1 (kelompok pasien dengan
PPOK stabil) mempunyai nilai IMT 20,18 kg/m2 dengan simpang baku 1,55
eksaserbasi akut) didapatkan nilai IMT sebesar 19,23 kg/m2 dengan simpang
baku 1,95 kg/m2. Hasil penelitian sebelumnya oleh Ermis et al. (2013)
melaporkan IMT subyek penelitian untuk kelompok PPOK stabil 26,1 ± 5,2
Protein fase akut disintesis oleh sel hepatosit di hati sebagai respons
protein di dalam paru mempunyai fungsi proteksi sebgai respon imun alami
pada kelompok 1 (kelompok pasien PPOK stabil) adalah 0,70 mg/dl dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
dengan simpang baku 2,63 mg/dl. Setelah dilakukan analisis statistik dengan
uji t didapatkan hasil nilai hs-CRP berbeda secara signifikan pada dua
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Ermis et al., (2013) yang
dengan PPOK ekserbasi (34 mg/dl; IQR, 58,3 vs 16 mg/dl, IQR, 24,6; P<
0,001).
3. Analisis perbedaan kadar GGT pada kelompok pasien PPOK stabil dan
seluler dan tingkat GGT serum tetap tidak diketahui, peningkatan aktivitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
kadar GGT dapat dievaluasi sebagai respon terhadap stres oksidatif dan dapat
dalam beberapa proses oksidatif. Dalam praktek klinis, GGT, enzim yang
glutathione.
pada kelompok 1 (kelompok pasien PPOK stabil) adalah 31,30 IU/L dengan
simpang baku 14,06 IU/L didapatkan hasil yang lebih rendah dibandingkan
akut) sebesar 41,60 IU/L dengan simpang baku 19,50 IU/L. Setelah dilakukan
analisis statistik dengan uji t didapatkan hasil nilai GGT berbeda secara
Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Ermis et al., (2013)
memiliki aktivitas GGT serum lebih tinggi daripada dengan pasien PPOK
stabil (30 U/l; IQR, 18.8 vs. 25 U/l; IQR, 16; P<0.001).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
C. KETERBATASAN
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak
dan karakteristik yang lebih spesifik untuk lebih memahami peran patofisiologi
dari kedua marker hs-CRP dan GGT untuk terjadinya dan progresivitas PPOK.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
BAB V
A. SIMPULAN
B. SARAN
kronik stabil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal R., Zaheer M.S., Ahmad Z. & Akhtar J. 2013. The relationship between
C-reactive protein and prognostic factors in chronic obstructive pulmonary
disease. MRM 8(63): 1-5.
Agusti A. 2007. Systemic Effects of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
Proc Am Thorac Soc Vol 4: 522–525.
Alavi S.A., Soati F., Forghanparast K., Amani H. 2011. HsCRP in Patients with
Acute Exacerbation of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Iran Red
Crescent Med J 13(10):713-718.
Albu A., Fodor D., Poanta L. & Man M. 2012. Marker of systemic involment in
chronic obstructive pulmonary disease. RJIM. 50:129-134.
Anonim, 2006a. Gamma-glutamyltransferase liquid. Roche Diagnsotics GmbH,
German.
Anonim. 2006b. Pureauto S CRP Latex (SS Type). Daiichi pure chemicals Co.,
Ltd., Japan.
Anderson G.P. 2006. COPD, asthma and C-reactive protein. Eur Respir J 27:
874–876.
Antariksa B., Sutoyo D.K., Yunus F., Rai I.B.N., Riyadi J., Pradjnaparaita. 2010.
PPOK Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta: PDPI, pp: 1-4.
Biljak V.R., Rumora L., Cepelak I., Pancirov D., Grie S.P., Soric J., Stjepanovic
G & Grubisic T.Z. 2013. Gamma-Glutamyltranferase and C-Reactive
Protein in Stable Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Coll Antropol.
1:221-227.
Dahl M. & Nordestgaard B.G. 2009. Marker of early disease and prognosis in
COPD. International Journal of COPD. 4: 157-167.
Delbin M.A., Antunes E., Zanesco A. 2009.Role of exercise training on
pulmonary ischemia/reperfusion and inflammatory response.Rev Bras Cir
Cardiovasc 24(4): 552-561.
Dourado V.Z., Tanni S.E., Vale S.A., Faganello M.M., Sanchez F.F., Godoy I.
2006. Systemic manifestations in chronic obstructive pulmonary disease.J
Bras Pneumol. 32(2):161-71
Ermis H., Celik M.R., Gulbas G., Tavli D & Aytemur Z.A. 2013. Relationship
betweem serum γ ‑ glutamyltranferase levels and acute exacerbation of
chronic obstructive pulmonary disease. PAMW. 123(3): 85-90.
Halvani A., Nadooshan H.H., Shoraki F.K. & Nasiriani K. 2007. Serum C-
Reactive Protein level in COPD patients and normal population. NRITLD.
6(2):51-55.
Holme J. 2011. Clinical studies in alpha-1 antitrypsin deficiency.Department of
Medical Sciences The Medical School The University of Birmingham. 1-
223.
Gan W.Q., Paul S.F. 2008. Systemic effects and mortality in chronic obstructive
pulmonary disease. BCMJ commit
vol. 50 to
(3):user
148-151.
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
Saphiro S.D., Snider G.L., Rennard S.J. 2005. Obstructive disease. In: Murray
J.F., Nadel J.A., Mason R.J. & Boushey H.A. (eds). Murray and Nessel
Textbook of respiratory Medicine. 4th ed. USA: WB Sounders Company,
pp:1134-1137.
Suryaatmadja, M. 2003. High Sensitivity-C Reactive Protein : Parameter Baru
Risiko Kardiovaskuler. Dalam: Pendidikan Berkesinambungan Patologi
Klinik, Jakarta, pp. 93-100.
Tilemanna L., Gindnerb L., Meyerc F., Szecsenyi J.,SchneiderA.2011.
Differences in local and systemic inflammatory markers inpatients with
obstructive airways disease. Prim Care Respir J; 20(x): xx-xx.
Toraldo D.M., Nuccio F.D.& Scoditti E. 2013. Systemic Inflammation in Chronic
Obstructive Pulmonary Disease: May Diet Play a Therapeutic Role?. JAT
1-12.
Whitfield, J. B. 2001. Gamma Glutamyl Transferase. Crit Rev Clin Lab Sci 38:
263-355.
Yannick M.T.A., Durme V., Verhamme K M.C., Aarnoudse L.H.J., Pottelberge
G.R.V.,Hofman A,. Witteman C.M.,. Joos G.F,. Brusselle G.G& Stricker
H.C. 2009.C-Reactive Protein Levels, Haplotypes, and the Risk of Incident
Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Am J Respir Crit Care Med 179:
375–382.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
Lampiran1.
Surakarta,
Pasien, Peneliti,
Saksi
…………………..
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id
Lampiran 2.
Nama:…………………………………………………………………………L/P
Umur:……………………….tahun ...……………………………………….bulan
Alamat:……………………………………………………………………….……
Tanggal Pemeriksaan ……………....…...................................................................
Riwayat Penyakit:
Penyakit hati.……………….…………………………….……... ya/tidak
Penyakit gastrointestinal…………...….………………………..ya/tidak
Penyakit Jantung Koroner (infarc myocard, angina): …………... ya/tidak
Penyakit saluran nafas aktif selain PPOK (tuberkulosis, pneumonia,
keganasan paru, asma bronkial)...............................................ya/tidak
Obat-obatan yang sedang diminum saat ini…………………………….
Perokok:
a. tidak pernah merokok
b. riwayat perokok
c. sekarang masih merokok
jumlah batang rokok perhari: .......................
Minum alkohol: …………………………………………………..ya/tidak
Pemeriksaan fisik:
BB/TB:…………..…(kg)……..…….…...(cm) IMT ……………….…….
Pemeriksaan laboratorium:
SGOT:………………………………………………………………. (IU/L)
SGPT:……………………………………………………………..…(IU/L)
hs-CRP:…………………………………………………………….(mg/dl)
GGT:…………………………………………………………………(IU/L)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id
Lampiran 3.
BIODATA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
Lampiran 5.
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
Lampiran 6.
T-Test
Group Statistics
Std. Error
Jenis PPOK N Mean Std. Deviation Mean
hs-CRP PPOK
30 2,7280 2,63449 ,48099
Eksaserbasi Akut
PPOK Stabil 30 ,7047 ,62455 ,11403
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. (2- Mean Std. Error Interval of the
F Sig. t df tailed) Difference Difference Difference
Lower Upper
hs-CRP Equal
variances 79,903 ,000 4,093 58 ,000 2,02333 ,49432 1,03384 3,01283
assumed
Equal
variances
4,093 32,249 ,000 2,02333 ,49432 1,01674 3,02993
not
assumed
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
T-Test
Group Statistics
Std. Error
Jenis PPOK N Mean Std. Deviation Mean
GGT PPOK
Eksaserbasi 30 41,6000 19,50172 3,56051
Akut
PPOK Stabil 30 31,3000 14,05936 2,56688
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. (2- Mean Std. Error Interval of the
F Sig. t df tailed) Difference Difference Difference
Lower Upper
GGT Equal
variances 2,333 ,132 2,347 58 ,022 10,30000 4,38932 1,51383 19,08617
assumed
Equal
variances
2,347 52,734 ,023 10,30000 4,38932 1,49511 19,10489
not
assumed
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Saphiro S.D., Snider G.L., Rennard S.J. 2005. Obstructive disease. In: Murray
J.F., Nadel J.A., Mason R.J. & Boushey H.A. (eds). Murray and Nessel
Textbook of respiratory Medicine. 4th ed. USA: WB Sounders Company,
pp:1134-1137.
Suryaatmadja, M. 2003. High Sensitivity-C Reactive Protein : Parameter Baru
Risiko Kardiovaskuler. Dalam: Pendidikan Berkesinambungan Patologi
Klinik, Jakarta, pp. 93-100.
Tilemanna L., Gindnerb L., Meyerc F., Szecsenyi J.,SchneiderA.2011.
Differences in local and systemic inflammatory markers inpatients with
obstructive airways disease. Prim Care Respir J; 20(x): xx-xx.
Toraldo D.M., Nuccio F.D.& Scoditti E. 2013. Systemic Inflammation in Chronic
Obstructive Pulmonary Disease: May Diet Play a Therapeutic Role?. JAT
1-12.
Whitfield, J. B. 2001. Gamma Glutamyl Transferase. Crit Rev Clin Lab Sci 38:
263-355.
Wijono, W., Wiadnyana, I.G.P., Nendroduwito, D., Yamin, G., Trisnawati, E.,
Yusnayanti, L. 2004. Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar (Good
Laboratory Practice). Departemen Kesehatan RI. Dirjen Yanmed, Dirjen
LabKes. Jakarta. Cetakan 3. h. 55-62.
Yannick M.T.A., Durme V., Verhamme K M.C., Aarnoudse L.H.J., Pottelberge
G.R.V.,Hofman A,. Witteman C.M.,. Joos G.F,. Brusselle G.G& Stricker
H.C. 2009.C-Reactive Protein Levels, Haplotypes, and the Risk ofIncident
Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Am J Respir Crit Care Med 179:
375–382.
commit to user