Anda di halaman 1dari 2

A.

Latar belakang

Hipertensi merupakan Silent Killer atau pembunuh diam-diam karena merupakan

penyakit yang tidak menampakkan gejala yang khas.Gejalanya adalah sakit kepala, sesak

napas, jantung berdebar-debar, mudah lelah, telinga berdenging (tinitus), mimisan,

penglihatan kabur yang disebabkan oleh kerusakan ada otak, mata, jantungdan ginjal(1).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten di

atas 140/90 mmHg(2). Hipertensi dianggap masalah kesehatan serius karena

kedatangannya seringkali tidak kita sadari, jika memang ada, gejala yang nyata. Penyakit

ini bisa terus bertambah parah tanpa disadari hingga mencapai tingkat yang mengancam

hidup pasiennya. Tekanan darah cenderung terus meningkat dengan bertambahnya usia.

Banyak ahli percaya bahwa hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor dari gaya hidup,

seperti diet, olahraga, dan rokok.

Lansia merupakan seseorang yang sudah mencapai usia 60 tahun. Pada keadaan

umur ini lansia akan sangat rentang mengalami berbagai masalah kesehatan salah satunya

hipertensi. Lansia mengalami penurunan sistem organ tubuh dan salah satunyanya

kardiovaskuler. Perubahan terjadi pada sistem kardiovaskuler ini disebabkan oleh

penurunan elastisitas arteri dan kekakuan pada aorta. Hal ini menyebabkan terjadinya

pengapuran dan penyempitan di sepanjang pembuluh darah. Terjadinya penyempitan dan

pengapuran pada pembuluh darah ini memacu daya kerja jantung untuk memompa darah

lebih cepat dan kuat dalam usaha memenuhi darah dan nutrisi keseluruh tubuh. Daya

kerja jantung yang semakin kuat ini yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan

darah sistolik dan diastolik atau hipertensi(Agnes et al.2018).

Dalam lingkup keperawatan dikembangkan terapi non farmakologis sebagai

tindakan mandiri perawat seperti massage dengan cara melakukan pemijatan selama 7

kali/responden dengan frekuensi sekali sehari dengan lama pemijatan ±20 menit yang

bertujuan untuk membantu melancarkan peredaran darah dan cairan getah bening (cairan

limpha), yaitu membantu mengalirkan darah di pembuluh balik (darah veneus) agarcepat

kembali ke jantung(6), meditasi dengan cara mewajibkan pasien harus menghafal

gerakan meditasi yangdapat mengontrol sistem syaraf yang akhirnya menurunkan

tekanan darah

Penatalaksanaan untuk menanggulangi hipertensi secara garis besar meliputi 2

jenis penatalaksanaan, yaitu penatalaksanaan farmakologis dan penatalaksanaan non-

farmakologis. Penatalaksanaan secara farmakologis yakni menggunakan obat-obatan,

sedangkan penatalaksanaan non-farmakologis meliputi terapi herbal, nutrisi, relaksasi

prograsif, meditasi, tawa, akupuntur, akupresur, aromaterapi dan terapi air

hangat(Sudoyo, 2006).

Hidroterapi dapat menurunkan tekanan darah jika terapi ini dilakukan secara

rutin. Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak dan faktor fisiologis bagi tubuh

terutama pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi

lancar dan menguatkan otot-otot ligament yang mempengaruhi sendi tubuh(Lalage,

2015).

Air dimanfaatkan sebagai pemicu untuk memperbaiki tingkat kekuatan dan

ketahanan terhadap penyakit. Pengaturan sirkulasi tubuh dengan menggunakan terapi air

dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti demam, radang paru-paru, sakit kepala

dan insomnia. Terapi air hangat berdampak fisiologis bagi tubuh terutama pada pembuluh

darah agar sirkulasi darah lancar, dengan gangguan encok dan rematik sangat baik jika

terapi air hangat, air mempunyai dampak positif terhadap otot jantung dan paru-paru

(Susanto, 2015).

Rendam kaki menggunakan air hangat yang bertemperatur 37-390C akan

merangsang saraf yang terdapat pada kaki untuk merangsang baroreseptor, dimana

baroreseptor merupakan refleks paling utama dalam menentukan kontrol regulasi pada

denyut jantung dan tekanan darah.Baroreseptor menerima rangsangan dari peregangan


atau tekanan yang berlokasi di arkus aorta dan sinus karotikus. Pada saat tekanan darah

arteri meningkat dan arteri meregang, reseptor-reseptor ini dengan cepat mengirim

impulsnya ke pusat vasomotor mengakibatkan vasodilatasi pada arteriol dan vena dan

perubahantekanan darah(Guyton dan Hembing 2000 dalam Umah, et al, 2012).

B. Diagnosa

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

2. Nyeri akut

C. Intervensi

1. Pengetahuan hipertensi

a. Kaji tingkat pengetahuan mengenai hipertensi

b. Jelaskan tanda dan gejala hipertensi

c. Jelaskan penyebab dan penanganan hipertensi

d. Review pasien mengenai kondisinya

e. Jelaskan komlikasi tentang hipertensi

f. Edukasi pasien mengenai tindakan untuk mengontrol /meminimalkan, gejala,sesuai

kebutuhan

2. Perawatan mandiri

a. Rendam air hangat dengan garam

 Jelaskan tujuan dan manfaat

b. Pemijatan

 Jelaskan tujuan dan manfaat

D. Implementasi

1. Pengetahuan hipertensi

a. Mengkaji tingkat pengetahuan mengenai hipertensi

b. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi

c. Menjelaskan penyebab dan penanganan hipertensi

d. Mereview pasien mengenai kondisinya

e. Menjelaskan komlikasi tentang hipertensi

f. Mengedukasi pasien mengenai tindakan untuk mengontrol /meminimalkan, gejala,sesuai

kebutuhan

2. Merendam air hangat dengan garam

3. Pemijatan

E. Evaluasi

1. Perasaan setelah di lakukan terapi air hangat dan pemijatan

Anda mungkin juga menyukai