Anda di halaman 1dari 9

Nama : Sellina Mita Saputri

NIM : 0303172126

Kelas/Semester : BKI-2/VII

Mata Kuliah : Konseling Keluarga

1. Keluarga Sebagai Lembaga Pendidikan


Keluarga sebagai institusi atau lembaga pendidikan non formal ditunjukkan oleh hadis
nabi yang menyatakan bahwa keluarga merupakan tempat pendidikan anak paling awal dan
yang memberikan warna dominan bagi anak. Sejak anak dilahirkan, ia menerima bimbingan
kebaikan dari keluarga yang memungkinkannya berjalan di jalan keutamaan sekaligus bisa
berperilaku di jalan kejelekan sebagai akibat dari pendidikan keluarganya yang salah. Kedua
orang tuanya lah yang memiliki peran besar untuk mendidiknya agar tetap dalam jalan yang
sehat dan benar.
Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang amat efektif dan aman. Anak
kecil dapat melakukan proses pendidikan dalam keluarga dengan aman dan nyaman. Bagi
anak perempuan, pendidikan di dalam rumah lebih mungkin dilakukan dalam situasi yang
kurang kondusif. Pendidikan di dalam rumah juga lebih terhormat.
Pendidikan awal anak adalah pembentukan pribadinya. Semangat pendidikan itu bahkan
telah dimulai ketika muslim mencari teman hidupnya, lalu diteruskan sang anak dilahirkan.
Sebagai ibu dari si kecil sudah memulainya, ketika sang anak menangis ibu menepuk-nepuk
punggungnya dan sang anak sudah merasa mendapatkan perhatian kemasan ibu
membiasakan mengajak bicara bayinya, meskipun banyak itu belum bisa bicara, sebab
dengan begitu bayi bisa merasa mendapatkan kasih sayang.
Orang tua punya tanggung jawab yang besar untuk membimbing mengarahkan dan
bertanggung jawab menciptakan kondisi lingkungan keluarga yang religius dengan kondisi
seperti ini anak akan tetap bisa terjaga keyakinannya dan tidak mudah terbawa arus zaman
yang sering berubah dan bervariasi. Orang tua sebagai kepala rumah tangga memiliki fungsi
yang sangat besar dalam melengkapi dan mengisi peranannya dalam keluarga, yang pada
akhirnya akan melahirkan keluarga yang sakinah mawadah warohmah.
Sebagai pendidikan anak ayah dan ibu memiliki kewajiban yang berbeda karena
perbedaan kodratnya. Ayah yang berkewajiban mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan
keluarganya melalui pemanfaatan karunia allah subhanahu wa ta'ala di muka bumi dan
kemudian dimanfaatkan oleh sang ayah untuk menafkahi keluarganya. Sedangkan kewajiban
seorang ibu adalah menjaga atau memelihara dan mengolah keluarga di rumah suaminya,
terlebih lagi mendidik dan merawat anaknya kondisi semacam ini menuntut adanya
pengaturan
Jocye Epstein menciptakan sebuah tipologi berdasarkan enam tingkat keterlibatan
keluarga atau orang tua dalam pendidikan anak dapat dipaparkan sebagai berikut ini:
1. Parenting, memberikan bimbingan dan merawat anak-anak, serta memotivasi dan
menegakkan kedisiplinan..
2. Communicating, berkomunikasi atau berbicara secara teratur dengan staf sekolah
tentang program-program kemajuan anak-anak komandan urusan sekolah lainnya.
3. Follow the ring, kesukarelawanan dalam membantu seluruh kegiatan sekolah dan
kelas
4. Learning at home, belajar dirumah, membantu siswa belajar mengerjakan pekerjaan
rumah dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kurikulum.
5. Decision making, pengambilan keputusan sekolah menjadi pemimpin orang tua atau
perwakilannya.
6. Collaborating with community, berkolaborasi dengan masyarakat untuk
mengidentifikasi dan interaksi kan sumber daya keluarga dan masyarakat demi
memperkuat program sekolah dan belajar siswa.1
A. Peran Ibu Bagi Pendidikan Anak
Peranan ibu dalam pendidikan anak memiliki pengaruh yang sangat penting
terutama pada awal awal masa balita. Keberhasilan pendidikan anak sangat di tentu kan
oleh sentuhan tangan ibu meskipun keikutsertaan ayah tidak dapat di abaikan begitu saja
karena keluarga menjadi lingkungan sosial terpenting bagi perkembangan dan
pembentukkan pribadi anak serta menjadi wadah awal tempat bimbingan dan latihan
anak dalam kehidupan mereka.

1
Hamid Darmadi & Masri Sareb Putra. 2019. Pengantar Pendidikan Era Globalisasi (Konsep Dasar,
Teori, Strategi Dan Implementasi Dalam Pendidikan Globalisasi. Jakarta: Gramedia. Hal: 134.
Peranan ibu dalam memenuhi kebutuhan bagi anak sangat penting,terutama ketika
berusia 0-5 tahun, pada saat itu anak sangat bergantung pada ibu, kemudian tergantungan
itu tetap berlangsung sampai dengan periode anak sekolah, bahkan menjelang dewasa .
ibu perlu menyediakan waktu bukan saja untuk selalu bersama, tapi juga untuk
berinteraksi atau berkomunikasi secara terbuka dan timbal balik dengan anaknya.2
Untuk pendidikan anak tidak mungkin tidak mengaitkan peran ibu sebagai salah
satu orang yang paling berperan mendidik anak dirumah. Karena seorang anak telah
menghabiskan hampir semua waktu ke anak-anaknya. Bahkan anak sudah bersama
ibunya sejak dalam kandungan. Karenanya peran seorang ibu dalam proses pendidikan
anak dalam islam sangat urgent. Itulah kenapa Allah telah memberikan perasaan yang
halus dan penuh kasih sayang kepada seorang wanita yang tidak diberikan kepada laki-
laki.
Islam telah jelas dengan jelas menetapkan bahwa kedudukan utama wanita itu
adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Karena itu islam telah menetapkan hukum
yang khas dengan fitrah kewanitaannya, seperti kehamilan kelahiran, pemeliharaan bayi,
penyusunan dan ida. Islam juga telah memberikan tanggung jawab kepada ibu terhadap
anak-anaknya sejak dini, dimulai dari masa kehamilan, kelahiran, pengasuhan hingga
masa penyusuan aktivitas ini dapat dikatakan sebagai aktivitas ibu yang paling utama dan
mulia dalam kapasitas kewanitaannya.
Rumah sebagai sekolah pertama, anak belajar segalanya kepada ibu dan ayahnya.
Karena itu rumah juga merupakan tempat belajar yang paling baik bagi anak-anak.
Rumah dengan demikian juga merupakan lembaga pendidikan bagi anak-anak. Di dalam
rumah juga banyak ditemukan berbagai sarana pembelajaran. Anak di rumah juga bisa
mengenal konsep tentang benda, warna, bentuk dan sebagainya. Anak juga bisa
mendengar ibunya membaca doa, mengaji, dan bercerita tentang kehidupan para nabi dan
sahabatnya dengan suasana yang rileks dan menyenangkan. Disinilah, ibu dan rumahnya
merupakan faktor pertama yang memberikan kontribusi atas keberhasilan dalam
pendidikan dan pembelajaran anak. Di rumah seorang ibu bisa memberikan bacaan
islami, kisah-kisah kepahlawanan atau gambar-gambar islami kepada anak-anaknya,

2
Endang Kartikowati & Zubaedi. 2020. Pola pembelajaran 9 pilar pada anak usia dini dan dimensi-
dimensinya. Jakarta: Prenada Media Group. Hal: 166.
hingga anak-anak itu kelak akan tumbuh menjadi generasi yang sholeh. Dambaan yang
diharapkan oleh setiap orang tua. Karena itu tugas seorang ibu dalam pendidikan anak
sangat mulia dan sangat menentukan figur ibu juga merupakan figur teladan bagi anak-
anaknya.
Selain itu ibu juga merupakan perisai bagi anak-anaknya, yang mampu
membentengi anak-anaknya dari pengaruh lingkungan buruk di luar. Dengan belai kasih
sayangnya, karakter anak-anaknya akan dibentuk. Dengan pendekatan fisik dan
emosional dengan anak-anaknya yang telah terjalin secara alamiah sejak mengandung,
menyusui dan pengasuhan, ibu akan menjadi faktor utama yang akan menentukan
kepribadian anak para pakar mengatakan bahwa kedekatan fisik dan emosional
merupakan aspek yang sangat penting bagi keberhasilan pendidikan. Karena itu
kehadiran orangtua, terutama seorang ibu akan sangat penting bagi perkembangan jiwa
anak. Inilah pendidikan dasar yang sesungguhnya. 3
B. Peran Ayah Bagi Pendidikan Anak
Direktur pembinaan pendidikan keluarga kementerian pendidikan dan kebudayaan
kemendikbud sukirman menyatakan pentingnya peran ayah dalam pengasuhan dan
pendidikan anak. Sebelumnya, peran ayah dalam keluarga hanya sebagai pencari nafkah
dan pelindung keluarga. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan sering hanya dianggap
sebatas pendukung ibu, padahal peran ayah dalam melakukan pengasuhan juga sama
pentingnya dengan ibu. Dukungan ayah sangat penting dalam membentuk karakter
psikologi dan prestasi anak di sekolah titik peran ayah selama ini dinilai agak kurang,
padahal anak perlu pengawalan ayah untuk melindungi dari dinamika lingkungan. Peran
ayah tidak bisa sepenuhnya digantikan ibu. Ayah harus hadir dalam pembimbingan dan
pendidikan anak. Keterlibatan ayah dalam mendidik anak tidak terbatas pada waktu,
tetapi juga kualitas interaksi dan perhatian. Keterlibatan ini melibatkan fisik, emosi
sosial, dan intelektual moral maupun otoritas.
Berikut ini bentuk-bentuk keterlibatan ayah yang dapat dilakukan :
1. Pendidikan di rumah bersifat informal dan fleksibel sehingga tidak membutuhkan
jadwal ketat titik ayah bisa memulai kapan saja dan dalam kegiatan apa saja. Bisa

3
Hasbi Indra. 2017. Pendidikan Keluarga Islam Membangun Generasi Unggul. Yogyakarta:Penerbit
Deepublish. Hal: 194-206.
sambil bermain, berbicara, atau bahkan saat melakukan pekerjaan rumah. Tentu saja
kegiatan itu tidak hanya mendekatkan hubungan ayah dan anak tapi juga
meringankan tugas ibu.
2. Pendidikan dapat dilakukan sepanjang waktu selagi ada kesempatan dari bangun pagi
hingga menjelang tidur malam, bahkan saat anak terjaga dari tidurnya. Mengganti
popok, membuatkan susu kamu mengantar anak ke kamar kecil atau membacakan
buku cerita agar anak tidur lelap kembali.
3. Malam hari dapat mengajak bermain, bercengkerama cerita kegiatan hari ini kau
membacakan buku, mendongeng, membantu mengerjakan pekerjaan anaknya. Saat
ayam menjadi pendengar anak-anak tentang pengalamannya, masalahnya di sekolah
atau masalah lainnya, cobalah untuk mendengarnya dan bantulah mencari solusi yang
tepat untuk masalah anak. Semakin ayah sering bertukar cerita pada anak hal ini akan
menambah kedekatan anak dengan ayah.
4. Selalu memberikan contoh yang baik bagi anak. Ayah bisa memberikan contoh yang
baik untuk anak-anak, misalnya saja selalu bangun pagi tidak melupakan ibadah atau
menghormati ibu dan orang lebih tua. Hal baik yang ayah lakukan dan ditiru oleh
anak-anak bisa menimbulkan rasa bangga anak dan tentunya mereka semakin
menyayangi ayah. Orangtua yang selalu memberikan contoh yang baik pada anak,
mereka akan disegani dan dihormati anak-anaknya tentu saja anak semakin sayang
dan selalu merindukan orang tuanya.
C. Peran Saudara Bagi Pendidikan Anak
Peran saudara di dalam pendidikan anak adalah
1. Sebagai tempat uji coba. Saat bereksperimen dengan perilaku baru ke mana akan
mencobanya terhadap saudaranya sebelum menunjukkan pada orang tua atau teman
sebayanya.
2. Sebagai guru titik biasanya anak yang lebih besar, karena memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang lebih banyak, akan banyak mengajari adiknya.
3. Sebagai mitra untuk melatih keterampilan negosiasi titik saat melakukan tugas dari
orang tua atau memanfaatkan alokasi sumberdaya keluarga, kakak beradik biasanya
akan melakukan negosiasi mengenai bagian masing-masing.
4. Sebagai sarana untuk mengetahui manfaat dari komitmen dan kesetiaan titik sebagai
sarana untuk belajar mengenai konsekuensi dari kerjasama dan konflik.
5. Sebagai pelindung bagi saudaranya.
6. Sebagai penerjemah dari maksud orang tua dan teman sebaya terhadap adiknya.
7. Sebagai pembuka jalan saat ide baru tentang sesuatu perilaku dikenalkan pada
keluarganya4

2. Komunikasi Dalam Keluarga (Bagaimana Komunikasi Yang Dibangun Antara


Anggota Keluarga, Mulai Dari Panggilan, Sapaan, Intensitas Komunikasi, Frekuensi
Komunikasi)
Komunikasi keluarga telah terjadi sejak kita bayi. Seorang individu melakukan
komunikasi pertama kali dengan orang tua maupun saudara kandungnya sebelum
melakukan komunikasi dengan lingkungannya. Seharusnya keluarga merupakan rekan
komunikasi yang paling dekat. Keluarga dapat menjadi sahabat, atau orang terdekat
dalam berbagai situasi. Namun, pada kasus di beberapa keluarga, intensitas komunikasi
antar anggota keluarga tidak tinggi akibat orang tua yang bekerja. Komunikasi menjadi
berkurang bagi banyak keluarga karena sedikitnya waktu berkumpul bersama anggota
keluarga, penyebab utamanya ialah orang tua yang sibuk bekerja.
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih
berganti, bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari anak ke anak.
Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan. Pola
komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam
pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami. Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang
tua.
Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang baik.
Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta
dilambari dengan cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai subjek yang
harus dibina, dibimbing, dididik, dan bukan sebagai subjek semata. Keberhasilan orang
4
Anik Twiningsih & Fepi Triminur. 2019. Ayah Terlibat Keluarga Hebat (Jurus Jitu Membangun
Pendidikan Karakter pada Anak). Jawa Timur: CV. Beta Aksara. Hal34-39.
tua dalam mendidik anak tidak bisa dilepaskan dari pola komunikasi yang terjalin antara
keduanya. Seorang anak yang selalu membantah orang tuanya belum tentu karn anak
tersebut nakal, bisa juga karena faktor komunikasi. Ada kemungkinan orang tuanya tidak
menerapkan pola dan cara komunikasi yang benar.
Komunikasi yang baik harus dibiasakan sejak anak terlahir kedunia, karena anak
kecil peka terhadap pengajaran-pengajaran yang diberikan kepada mereka. Mereka akan
merekamnya dengan baik dan pada akhirnya perilaku dari hasil komunikasi itu akan
terlihat saat mereka sudah besar nanti.
Dalam berkomunikasi yang baik. Keluarga bisa memulai dengan panggilan yang
menyenangkan menurut anak. Seperti misalnya kalau dalam bahasa jawa manggilnya
dengan ndok atau le. Kemudian saat orang tua berbicara dengan anaknya yang kakak
beradik. Orang tua bisa membahasakan dengan panggilan kakak atau adik. Misalnya
“adek tolong panggilkan kakak ya. Jadi adik terbiasa memanggil kakaknya dengan
sebutan kakak begitupun sebaliknya.
Intensitas Komunikasi dalam Keluarga terhadap adalah Prosesk omunikasi dalam
keluarga membutuhkan waktu, dimana antar anggota keluarga harus memiliki
kemampuan dan kemauan untuk membangun komunikasi antar anggota keluarga,
keluarga harus sering mengadakan kumpul bersama misalnya pada saat malam semua
anggota keluarga menonton tv atau bercerita. Lalu saat makan mereka bersama-sama,
setelah selesai makan mereka membicarakan kegiatan yang akan dilakukan atau kegiatan
yang dialami. Selain itu mengadakan liburan juga akan membantu komunikasi dengan

3. Konflik Dalam Keluarga (Suami Dan Istri)


Suami-istri bertengkar, itu soal biasa. Bahkan, kata orangtua, pertengkaran adalah
bumbunya perkawinan. Namun, tentu akan lebih baik jika rumah tangga selalu rukun. Terus-
terusan berantem, lama-lama bisa fatal juga kan? Nah, apa saja penyebab timbulnya
pertengkaran suami-istri?
1. Penghasilan
Penghasilan suami lebih besar dari istri adalah hal biasa. Bila yang terjadi kebalikannya,
bisa timbul masalah. Suami merasa minder karena tak dihargai penghasilannya,
sementara istri merasa di atas sehingga jadi sombong dan tak menghormati suami. Solusi
Walaupun penghasilan Anda lebih besar dari suami, cobalah bersikap bijaksana dan tetap
menghormatinya. Hargai berapa pun penghasilannya, sekalipun secara nominal memang
sedikit. Jika Anda terus-menerus mempersoalkan penghasilan suami, persoalan bisa
membesar.
2. Anak
Ketidakhadiran anak juga sering menimbulkan konflik berkepanjangan. Apalagi jika
suami selalu menyalahkan isri sebagai pihak yang mandul. Padahal, butuh pembuktian
medis untuk menentukan apakah seseorang mandul atau tidak. Solusi Daripada
membiarkan masalah tersebut berlarut terus-menerus, lebih baik bicarakan dengan suami.
Ajaklah suami untuk bersama memeriksakan kondisi diri ke dokter. Jika dokter
mengatakan bahwa Anda dan suami sehat, kenapa harus resah dan saling menuduh? Kan,
tinggal menunggu waktunya saja. Bisa jadi, kesabaran Anda dan pasangan tengah diuji
oleh yang Maha Kuasa. Namun, bila memang sudah bertahun-tahun kehadiran si kecil
belum datang juga, Anda berdua bisa menempuh cara lain, dengan adopsi anak, misalnya.
3. Kehadiran Pihak Lain
Kehadiran orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun sanak famili, dalam keluarga
kadangkala juga menjadi sumber konflik dalam rumah tangga. Hal sepele yang
seharusnya tidak diributkan bisa berubah menjadi masalah besar. Misalnya soal
pemberian uang saku kepada adik ipar oleh suami yang tidak transparan. Solusi
Keterbukaan adalah soal yang utama. Sebelum memberikan bantuan, baik kepada pihak
Anda ataupun suami, sebaiknya bicarakan dulu berapa dana yang akan dikeluarkan dan
siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama. Agar jangan
saling curiga, adakan sistem silang. Artinya, untuk bantuan kepada keluarga Anda,
suamilah yang memberikan, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, semuanya akan
transparan dan tidak ada lagi jalan belakang.
4. Seks
Masalah yang satu ini sering kali jadi sumber keributan suami-istri. Biasanya yang sering
komplain adalah pihak suami yang tak puas dengan layanan istri. Suami seperti ini
umumnya memang egois dan tidak mau tahu. Padahal, banyak hal yang menyebabkan
istri bersikap seperti itu. Bisa karena letih, stres, ataupun hamil. Solusi Istri atau suami
yang punya masalah dengan hubungan seks dengan pasangan, sebaiknya berterus terang.
Ini agar pasangan tidak curiga dan menuduh yang macam-macam. Ungkapkan saja
keadaan Anda dan mengapa gairah seks Anda menurun. Suami atau istri yang baik pasti
memahami kondisi tersebut dan tidak akan banyak menuntut.
5. Keyakinan
Biasanya, pasangan yang sudah berikrar untuk bersatu sehidup semati tidak
mempersoalkan masalah keyakinan yang berbeda antarmereka. Namun, persoalan
biasanya akan timbul manakala mereka mulai menjalani kehidupan berumah tangga.
Mereka baru sadar bahwa perbedaan tersebut sulit disatukan. Masing-masing
membenarkan keyakinannya dan berusaha untuk menarik pasangannya agar
mengikutinya. Meski tak selalu, hal ini sering kali terjadi pada pasangan suami-istri yang
berbeda keyakinan sehingga keributan pun tak dapat terhindarkan. 5

5
https://nasional.kompas.com/read/2008/10/11/10053832/8.sumber.konflik.suami.istri?page=1 . Diakses
tanggal 12 Januari 2021. Pukul 08:30.

Anda mungkin juga menyukai