Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Kharisma Sofiana Siregar

NIM : 19015102566
Offering : D13

INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU PARAMETER PERSATUAN


DAN KESATUAN BANGSA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Integrasi berasal dari bahasa inggris “Integration” yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Integrasi social dimaknai sebagai proses penyesuaian diantara unsur-unsur
yang berbeda dalam kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Integrasi
social akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang
batas-batas territorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata social.
Integrasi Nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan-perbedaan yang
ada pada suatu negara sehingga terciptanya keseraian dan keselarasan secara
nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik
dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi
bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau
mengelola budaya-budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain
menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
Istilah integrasi nasional terdiri dari dua unsur kata, yaitu “integrasi” dan
“nasional”.

Dalam Kamus Besar Indonesia Edisi Ketiga Tahun 2002, dikemukakan bahwa istilah
integrasi mempunyai pengertian “pembauran atau penyatuan hingga menjadi
kesatuan
yang utuh atau bulat”. Sedangkan istilah “nasional” mempunyai pengertian :
1) Bersifat kebangsaan
2) Berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri
3) Meliputi suatu bangsa, misalnya cita-cita nasional, tarian nasional, perusahaan
nasional dan sebagainya.

Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi datang
dari dimensi horizontal dan vertikal. Dalam dimensi horizontal, tantangan yang
berakar pada perbedaan suku, agama, ras dan geografi. Sedangkan dalam dimensi
vertikal, tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa,
dimana latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda dari
massa yang cenderung berpandangan tradisional. Masih besarnya ketimpangan dan
ketidakmerataan pembangunan dan hasil pembangunan dapat menimbulkan berbagai
rasa tidak puas dan keputusan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar
golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa. Hal ini
bisa berpeluang mengancam intregasi horizontal di Indonesia.

Memang tidak ada kebijakan pemerintah yang dapat melayani dan memuaskan seluruh
warga masyarakat, tetapi setidak-tidaknya kebijakan pemerintah hendaknya dapat
melayani keinginan dan harapan sebagian besar warga masyarakat. Jalinan hubungan
dan kerjasama di antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat, kesediaan
untuk hidup berdampingan secara damai dan saling menghargai antara kelompok-
kelompokmasyarakat dengan pembedaan yang ada satu sama lain, merupakan
pertanda adanya integrasi dalam arti horisontal.
DINAMIKA INTEGRASI NASIONAL BANGSA
INDONESIA (DALAM PENDEKATAN
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA)

Berbagai kebijakan dan program dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas


pembangunan Ketahanan Nasional yang kokoh, yaitu melalui kesejahteraan rakyat,
meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan ketahanan budaya. Agama mempunyai
kedudukan dan peran yang sangat penting dan strategis, utamanya sebagai landasan
spiritual, moral dan etika dalam pembangunan Ketahanan Nasional yang kokoh. Agama
sebagai sistem nilai seharusnya dipahami dan diamalkan oleh setiap Dinamika Integrasi
Nasional Bangsa individu, keluarga, masyarakat serta menjiwai kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sementara itu dalam dinamika kehidupan beragama di Indonesia seringkali
dijumpai kelompok, gerakan atau aliran keagamaan yang dianggap menyimpang dari
kaidah, ibadah atau pendirian yang dianut oleh mayoritas umat. Karena itu, keberadaan
mereka seringkali eksklusif, radikal atau ekstrim serta memiliki fanatisme buta, kelompok
semacam ini kerap disebut dengan istilah sempalan atau sekte yang menyimpang.
Disini pula letak kekurangan kalangan yang sering menyuarakan sikap-sikap toleransi
beragama.
Dalam rangka inilah Pemerintah melalui Kementerian Agama Republik Indonesia bertugas
membina, membimbing rakyat untuk beragama guna menjalankan agamanya, sesuai dengan
salah satu tugas pokok Dapertemen Agama, yaitu memelihara dan melaksanakan falsafah
negara pancasila dengan jalan membina, memelihara dan melayani rakyat agar menjadi
bangsa Indonesia yang beragama. Peranan agama secara pribadi adalah penting, yaitu
keyakinan dan ketentuan beragama tiaptiap individu untuk tidak menjalankan hal-hal yang
terlarang oleh agama. Karenanya sasaran penataan agama-agama dengan sendirinya tidak
lain ditujukan kepada pemeluk agamanya masing-masing, supaya lebih mendalami
penghayatan dan pengamalan ajaran-ajaran agamanya. Dengan demikian kerukunan akan
mudah terbina jika setiap umat beragama taat ajaran agamanya masing- masing. Setiap
agama mengajarkan kerukunan dan kebaikan, maka kalau orang sungguh-sungguh
mentaati ajaran agama diharapkan kerukunan akan terbina.
Perlu diketahui bahwa agama dalam kaitannya dengan masyarakat, mempunyai dampak
positif berupa daya penyatu (sentripetal), dan dampak negatif berupa daya pemecah
(sentrifugal). Perpecahan timbul manakala, timbul penolakan terhadap pandangan hidup
lama atau yang berbeda dengan agama. Perpecahan timbul disebabkan oleh klaim agama
akan kemutlakan agamanya, dan sering diekspresikan dalam bentuk yang keras dan tanpa
kompromi.
INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL
ETNOSENTRISME DI INDONESIA

Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu
kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan
pluralisme. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi
nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan
martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan,
ketertundudukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing. Dengan demikian, integrasi nasional
sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok
dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan: bangsa Indonesia.
Untuk menciptakan pergaulan dalam pembentukan integrasi nasional tersebut identitas
justru berfungsi secara ganda.
Indonesia dikaruniai alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dan tanah
yang subur. Bertolak dari gambaran tersebut, maka pada dasarnya pluralitas bagi bangsa
Indonesia adalah takdir. Gambaran pluralitas ini, kendati sudah merupakan takdir, namun
akhir-akhir ini justru semakin memicu pertentangan di antara sejumlah anggota
masyarakat. Maka muncullah faham sentrisme yang kemudian melahirkan misalnya,
etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dan seterusnya. Hal ini dalam jangka
panjang bukannya tak mungkin akan menyebabkan menyempitnya rasa integrasi nasional,
karena integrasi cenderung lebih didasarkan pada faktorfaktor etnis dan faktor daerah
semata. Demikian pula demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat
pergaulan lintas-budaya dan lintas-etnis, sekarang menghadapi bahaya bahwa tiap daerah
menuntut agar posisiposisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri.
Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan
Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan
identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang
kompleks.
Merujuk sejumlah deskripsi yang telah diuraikan pada pembahasan terdahulu maka dapat
dikatakan bahwa integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga
saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Cita-cita menerapkan konsep integrasi
nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos
identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap
membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan
identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang
lebih luas.
PAHAM INTEGRASI NASIONAL DAN TANTANGANNYA

Integrasi nasional adalah terciptanya rasa persatuan di mana keragaman diakui dan
dihormati dengan menyerap rasa kebangsaan. Tujuan utama integrasi nasional adalah
untuk menghadapi semua kekuatan / kecenderungan fissiparous, yang menjadi ancaman
bagi bangsa India. Integrasi nasional adalah konsep yang kompleks. Ia memiliki dimensi
sosial, politik, agama, regional dan ekonomi. Faktor dasar integrasi nasional, kesatuan
ideologis dan kesadaran tentang 'tujuan nasional' harus diciptakan di antara orang-orang
yang memiliki pandangan berbeda tentang politik dan agama dan bidang serupa lainnya.
India memperingati 19 November, ulang tahun mantan Perdana Menteri, Indira Gandhi,
sebagai Hari Integrasi Nasional. Tujuan utamanya adalah untuk mempromosikan
persatuan, perdamaian, kasih sayang dan persaudaraan di antara masyarakat.
Tantangan pada integrasi nasional dibagi menjadi beberapa macam, di antaranya
adalah variasi bahasa, komunalisme yag tidak mempercayai adanya agama, politik
kasta yang kekuatannya bersifat memecah-belah persatuan bangsa, dan regionalisme:
Politik Deprivasi yang lebih mementingkan daerah sendiri daripada bangsanya.
Tidak mungkin ada integrasi nasional tanpa memahami karakter bangsa dan tidak
mungkin ada harmoni komunal kecuali kita secara intrinsik percaya pada validitas
kepercayaan dan pendekatan yang berbeda. Apabila faktor-faktor ini dipertimbangkan,
maka terlihat bahwa integrasi nasional merupakan masalah yang kompleks dan integrasi
politik hanyalah salah satu bagiannya. Tidak diragukan lagi bahwa ancaman disintegrasi
sedang menatap wajah kita. Jika kita tetap terpisah atas nama agama, komunitas atau
bahasa, negara akan berada dalam masalah. Jika kita tidak menenggelamkan perbedaan
kecil, kebebasan kita dalam bahaya.
Perpecahan atas dasar bahasa atau komunitas akan berdampak serius. Singkatnya, ada
kebutuhan mendesak untuk memikirkan kembali konsep dasar politik dan budaya kita,
menafsirkannya kembali, dan berani menekankannya melalui sistem pendidikan, perilaku
politik dan lingkungan sosial. Pada waktu bersamaan.
Perbedaan sosial-ekonomi dan budaya juga harus dihindari. Diskriminasi kasta harus
diberantas. Kita harus menyadari bahwa kita memiliki ikatan yang kuat dari warisan
budaya yang sama dan tidak boleh membiarkan diri kita hancur dan hancur. Kita harus
menunjukkan kepada dunia bahwa negara dengan tradisi setua kita dapat menahan
perbedaan pribadi demi kepentingan negara yang lebih tinggi. Toleransi, kerjasama dan
rasa persaudaraan harus menjadi pedoman kita dalam menjaga persatuan nasional negara
kita.

Anda mungkin juga menyukai