Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERBILIRUBIN

A. Pengertian
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin
dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal. Nilai
normal bilirubin indirek 0- 0,3 mg/dl, bilirubin direk 0–
0,2 mg/dl.
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah
meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan
ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan
alat tubuh lainnya berwarna kuning. Pada bayi prematur
kadar billirubin lebih dari 10 mg/dl dan bayi cukup bulan
kadar billirubin 12 mg/dl merupakan keadaan yang tidak
fisiologis.

B. Etiologi
1. Peningkatan produksi :
a. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi
bila terdapat ketidaksesuaian golongan darah dan
anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
c. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti
gangguan metabolik yang terdapat pada bayi Hipoksia
atau Asidosis .
d. Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
e. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya
pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol (steroid).
f. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase, sehingga
kadar Bilirubin
Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah
g. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin
Hiperbilirubinemia
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas
pengangkutan misalnya pada Hipoalbuminemia atau karena
pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme atau toksion yang dapat langsung merusak
sel hati dan darah merah seperti Infeksi,
Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra
Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus
Obstruktif

C. Klasifikasi
a. Ikterus prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan
akibat hemolisis sel darah merah. Kemampuan hati untuk
melaksanakan konjugasi terbatas terutama pada disfungsi
hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak
terkonjugasi.
b. Ikterus hepatik
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim
hati. Akibat kerusakan hati maka terjadi gangguan
bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta
gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna
dikeluarkan ke dalam doktus hepatikus karena terjadi
retensi dan regurgitasi.
c. Ikterus kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu
sehingga empedu dan bilirubin terkonjugasi tidak dapat
dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya adalah
peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan
bilirubin dalam urin, tetapi tidak didaptkan
urobilirubin dalam tinja dan urin.
d. Ikterus neonatus fisiologi
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan
akan sembuh pada hari ke-7. penyebabnya organ hati yang
belum matang dalam memproses bilirubin.
e. Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena factor penyakit atau infeksi.
Biasanya disertai suhu badan yang tinggi dan berat
badan tidak bertambah.
f. Kern Ikterus
Suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin
Indirek pada otak terutama pada Korpus Striatum,
Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah
, dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

Grade hiperbilirubin (rumus kramer)

Daerah Luas ikterus Kadar bilirubin

1 Kepala dan leher 5 mg%

2 Daerah 1 + badan bagian 9 mg%


atas

3 Daerah 1, 2 + badan 11 mg%


bagian bawah dan tungkai

4 Daerah 1,2,3 + lengan dan 12 mg%


kaki dibawah lutut

5 Daerah 1,2,3,4 + tangan 16 mg%


dan kaki

D. Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada
beberapa keadaan. Keadaan yang sering ditemukan adalah
apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar
yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat
menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini
dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang,
atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang
mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran
empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat
toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama
ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut
dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak
apabila bilirubin tadi dapat menembus darah otak. Kelainan
yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya
dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut mungkin
akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20
mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak
ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus.
Bilirubin indirek akan mudah melewati darah otak apabila
bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, dan
hipoksia.
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang pada penderita hiperbilirubin
adalah;
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan
membran mukosa.
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan
oleh penyakithemolitik pada bayi baru lahir, sepsis,
atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
3. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke
tiga, dan mencapaipuncak pada hari ke tiga sampai
hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai
hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice
fisiologis.
4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek
pada kulit yangcenderung tampak kuning terang atau
orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk)
kulit tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh.
Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang
berat.
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna
tinja pucat,seperti dempul
6. Perut membuncit dan pembesaran pada hati
7. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata
berputar-putar
8. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
9. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai
spasme otot,epistotonus, kejang, stenosis yang
disertai ketegangan otot.

F. Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy,
retardasi mental, hiperaktif, bicara lambat, tidak ada
koordinasi otot dan tangisan yang melengking

G. Penatalaksanaan
1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan
sejak dini
(pemberian ASI).
2. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa
kelahiran, misalnya sulfa furokolin.
3. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan
janin.
4. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati
dan memperbesar konjugasi. Meningkatkan sintesis
hepatik glukoronil transferase yang mana dapat
meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik
pigmen dalam empedu. Fenobarbital tidak begitu sering
digunakan.
5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
6. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan
hiperbillirubin patologis dan berfungsi untuk
menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine
dengan oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.
7. Transfusi tukar.
Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat
ditangani dengan foto terapi.

H. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
a. Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur
kadar billirubin lebih dari 10 mg/dl dan bayi cukup
bulan kadar billirubin 12 mg/dl merupakan keadaan
yang tidak fisiologis.
b. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
2. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
3. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu
membedakan hapatitis dan atresia billiari.

I. Pengkajian Fokus
1. Riwayat Penyakit
Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah
(ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah
A,B,O). Polisistemia, infeksi, hematoma, gangguan
metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan ibu
menderita DM.
2. Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat-
obat yang meningkatkan ikterus. Contoh: salisilat
sulkaturosic oxitosin yang dapat mempercepat proses
kon jungasi sebelum ibu partus.
3. Riwayat Persalinan
Lahir prematur / kurang bulan, riwayat trauma
persalinan.
4. Riwayat Postnatal
Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat,
sehingga kulit bayi tampak kuning.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak
Polycythenia, gangguan saluran cerna dan hati
(hepatitis)
6. Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan
peran orang tua
7. Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman orang
tua pada bayi yang ikterus
8. Pemeriksaan Fisik
Ikterus terlihat pada sklera selaput lendir,urin pekat
seperti teh, letargi, hipotonus, refleks menghisap
kurang, peka rangsang, tremor, kejang, tangisan
melengking. Selain itu, keadaan umum lemah, TTV tidak
stabil terutama suhu tubuh. Reflek hisap pada bayi
menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot ( kejang
/tremor ). Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit
tampak kuning dan mengelupas, sclera mata kuning
(kadang – kadang terjadi kerusakan pada retina)
perubahan warna urine dan feses.

J. Diagnosa dan intervensi keperawatan


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake cairan, fototherapi, dan diare.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3×24 jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi Kriteria
hasil : terjadi keseimbangan cairan Intervensi :

a. Catat jumlah dan kualitas feses


b. pantau turgor kulit
c. pantau intake output cairan
d. Monitor status dehidrasi
e. Monitor TTV
f. Kolaborasi pemberian IV
2. Hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3×24 jam diharapkan suhu dalam batas normal Kriteria
hasil : Nadi dalam batas normal Suhu dalam batas normal
Intervensi :

a. Beri suhu lingkungan yang netral


b. Monitor suhu sesering mungkin
c. Monitor WBC,Hb,Hct
d. Monitor warna dan suhu kulit
e. Kolaborasi pemberian cairan intravena dan
antipiretik jika diperlukan
f. Monitor tanda-tanda vital tiap 2 jam.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
hiperbilirubinemia dan diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3×24 jam diharapkan kerusakan kulit teratasi Kriteria
hasil : kulit menjadi lembab dan perbaikan kulit
meningkat
Intervensi :
a. Kaji warna kulit tiap 4 jam
b. pantau bilirubin direk dan indirek
c. ubah posisi setiap 2 jam
d. masase daerah yang menonjol
e. jaga kebersihan kulit dan kelembabannya.

DAFTAR PUSTAKA

Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi


I. Fajar Inter Pratama. Jakarta.
Ngastiah. 2008. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Hidayah, Alimun A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I.


Jakarta. Salemba Medika

Wilkinson, Judith.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan


Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa,
Widyawati. Edisi 7. EGC. Jakarta.

Diagnose Nanda (NIC dan NOC) 2015-2017

Anda mungkin juga menyukai