Anda di halaman 1dari 3

STANDAR AUDITING: AREA-AREA KHUSUS

1. Standar Audit 800: Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun
Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus
A. Standar Audit ini mengatur pertimbangan khusus dalam penerapan Standar Audit
100 – 700 dalam audit atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan kerangka
bertujuan khusus.
B. Standar Audit ini ditulis dalam konteks satu set lengkap laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan kerangka bertujuan khusus. Standar Audit 805 mengatur
pertimbangan khusus yang relevan dengan audit atas suatu laporan keuangan
tunggal atau atas suatu unsur, akun, atau pos tertentu dalam laporan keuangan.
C. Standar Audit ini tidak menghilangkan ketentuan yang tercantum dalam Standar
Audit – Standar Audit yang lain, dan juga tidak ditujukan untuk mengatur seluruh
pertimbangan khusus yang mungkin relevan dengan kondisi perikatan.
D. Standar Audit ini efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang
dimulai pada atau setelah tanggal: 1 Januari 2013 (untuk Emiten) atau 1 Januari
2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain
Emiten.
E. Tujuan auditor, ketika menerapkan Standar Audit dalam audit atas laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan kerangka bertujuan khusus, adalah untuk
menangani dengan tepat pertimbangan khusus yang relevan dengan hal – hal
sebagai berikut:
 Penerimaan perikatan.
 Perencanaan dan pelaksanaan perikatan tersebut.
 Perumusan opini dan pelaporan atas laporan keuangan.
2. Standar Audit 805: Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan Tunggal dan
Suatu Unsur, Akun, atau Pos Tertentu dalam Laporan Keuangan
A. Standar Audit 100 – 700 diterapkan dalam audit atas laporan keuangan dan
disesuaikan seperlunya jika diterapkan dalam audit atas informasi keuangan historis
lainnya. Standar Audit ini berkaitan dengan pertimbangan khusus atas penerapan
Standar Audit – Standar Audit tersebut untuk suatu audit atas laporan keuangan
tunggal atau unsur, akun atau pos tertentu dalam laporan keuangan. Laporan
keuangan tunggal, atau unsur, akun, atau pos tertentu dalam laporan keuangan
mungkin disusun sesuai dengan kerangka umum atau kerangka khusus. Jika disusun
sesuai dengan suatu kerangka bertujuan khusus, Standar Audit 800 juga berlaku
untuk audit tersebut.
B. Standar Audit ini tidak berlaku untuk laporan auditor komponen, yang diterbitkan
sebagai hasil pekerjaan yang dilaksanakan atas informasi keuangan suatu komponen
atas permintaan dari tim perikatan grup untuk tujuan suatu audit atas laporan
keuangan grup.
C. Standar Audit ini tidak menghapus ketentuan Standar Audit yang lain dan juga tidak
berarti berlaku untuk semua pertimbangan khusus yang mungkin relevan dengan
kondisi perikatan.
D. Standar Audit ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan tunggal atau
unsur, akun, atau pos tertentu untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal:
1 Januari 2013 (untuk Emiten) atau 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten).
Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten. Dalam hal ini, audit atas suatu
laporan keuangan atau atas suatu unsur, akun, atau pos tertentu dalam laporan
keuangan yang disusun pada tanggal tertentu, Standar Audit ini berlaku efektif untuk
audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: 1
Januari 2013 (untuk Emiten) atau 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten).
Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.
E. Tujuan auditor, pada saat menerapkan Standar Audit – Standar Audit dalam suatu
audit atas suatu laporan keuangan tunggal atau atas unsur, akun, atau pos tertentu
dalam laporan keuangan adalah untuk mengarahkan secara tepat pertimbangan
khusus yang relevan dengan:
 Penerimaan perikatan.
 Perencanaan dan pelaksanaan perikatan tersebut.
 Perumusan opini dan pelaporan atas laporan keuangan tunggal atau unsur,
akun, atau pos tertentu dalam suatu laporan keuangan.
3. Standar Audit 810: Perikatan untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan
A. Standar Audit ini mengatur tanggung jawab auditor yang berkaitan dengan perikatan
untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan yang berasal dari laporan keuangan
auditan sesuai dengan Standar Audit oleh auditor yang sama.
B. Standar Audit ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode
yang dimulai pada atau setelah tanggal: 1 Januari 2013 (untuk Emiten) atau 1 Januari
2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain
Emiten.
C. Tujuan Auditor adalah:
 Untuk menentukan apakah tepat menerima perikatan untuk melaporkan ikhtisar
laporan keuangan.
 Jika melakukan perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan:
i. Untuk merumuskan opini atas ikhtisar laporan keuangan berdasarkan suatu
evaluasi atas kesimpulan yang diambil dari bukti yang diperoleh.
ii. Untuk menyatakan secara jelas opini tersebut melalui laporan tertulis yang juga
menjelaskan basis untuk opini tersebut.
PRINSIP-PRINSIP KODE ETIK PROFESI
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Seksi 100.4 mengatur mengenai prinsip dasar
etika profesi akuntan publik sebagai berikut:
1. Prinsip Integritas. Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan
profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya
2. Prinsip Objektivitas. Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subyektivitas, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak lain
memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya
3. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian
Profesional (professional competence and due care). Setiap Praktisi wajib memelihara
pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan
secara berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa
profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam
praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan. Setiap Praktisi
harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik
profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya
4. Prinsip Kerahasiaan. Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang
diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak
boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari
klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan
sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi
rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh
digunakan oleh Praktisi untuk keuntungan pribadinya atau pihak ketiga
5. Prinsip Perilaku Profesional. Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan
yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi.
Sumber:
http://spap.iapi.or.id/1/files/SA%20800/SA%20800.pdf
http://spap.iapi.or.id/1/files/SA%20800/SA%20805.pdf
http://spap.iapi.or.id/1/files/SA%20800/SA%20810.pdf
http://auditme-post.blogspot.com/2012/10/prinsip-dasar-etika-profesi-akuntan.html

Anda mungkin juga menyukai