Anda di halaman 1dari 9

Siklus menstruasi

1. Fase menstruasi
Terjadi :
Peluruhan dinding rahim menjadi darah menstruasi karena sel ovum tidak dibuahi sel
sperma. Produksi hormon estrogen dan progesteron terhenti ( dapat dilihat pada gambar
bahwa garis hormon progesteron & estrogennya datar/tidak mengalami kenaikan)
sehingga terjadi peluruhan dinding endometrium. Pada gambar folikel , folikel disebut
sebagai folikel primer. Banyaknya darah yang keluar selama masa menstruasi berkisar
antara 30-40 ml pada tiap siklus. Biasanya pada hari pertama hingga hari ke-3, darah
menstruasi yang keluar akan lebih banyak.

Hari :
Hari 1 – 6 (atau 1 minggu)

Gejala :
Pada saat ini, biasanya wanita akan merasakan nyeri atau kram pada bagian panggul,
kaki, dan punggung.
Nyeri pada bagian perut yang juga kerap dirasakan pada hari-hari pertama menstruasi
dipicu karena adanya kontraksi dalam rahim.
Adapun kontraksi yang kuat dalam rahim dapat menyebabkan suplai oksigen ke rahim
tidak berjalan dengan lancar. Karena kekurangan asupan oksigen inilah, kram atau nyeri
perut dirasakan selama menstruasi.
Meski menyebabkan rasa sakit, kontraksi yang terjadi selama menstruasi sebetulnya
berfungsi membantu mendorong dan mengeluarkan lapisan dinding rahim yang luruh
menjadi darah menstruasi.
Pada saat yang sama, hormon perangsang folikel (FSH) mulai sedikit meningkat dan
memancing perkembangan 5-20 folikel (kantong yang berisi indung telur) di dalam
ovarium. Dari beberapa folikel yang berkembang, hanya ada satu folikel yang terus
berkembang akan memproduksi estrogen.
Selama masa menstruasi inilah hormon estrogen akan berada pada tingkatan yang rendah.
Maka tak heran jika secara emosional wanita akan lebih mudah untuk marah ataupun
tersinggung selama masa menstruasi.

2. Fase praovulasi
Terjadi :
Pada fase pra ovulasi, lapisan dinding rahim yang sempat luruh akan mulai menebal
kembali. Proses penebalan rahim dipicu oleh peningkatan hormon. Lapisan dinding rahim
tersebut cukup tipis, sehingga sperma dapat melewati lapisan ini dengan mudah dan bisa
bertahan kurang lebih selama 3-5 hari. 
Kelenjar hipofisis anterior akan mensekresikan hormon FSH (hormon FSH berfungsi untuk
mengubah folikel primer menjadi folikel sekunder. Pada tahap ini juga terjadi pembentukan
hormon estrogen ( h. estrogen diproduksi oleh hormon sekunder). Gambar folikel di fase ini
merupakan folikel sekunder.

3. Fase ovulasi
Terjadi :
Hormon estrogen yang dihasilkan pada praovulasi akan memengaruhi hipofisis anterior
untuj mensekresikan hormon LH (hormon LH digunakan untuk melepas sel ovum /
ovulasi).

4. Fase pascaovulasi
Terjadi & gejala :
Pada fase ini lapisan dinding rahim makin menebal. Hal ini dikarenakan folikel yang telah
pecah dan mengeluarkan sel telur, membentuk korpus luteum. Korpus luteum kemudian
memproduksi progesteron yang membuat lapisan dinding rahim makin tebal.
Jika tidak terjadi pembuahan, wanita akan mulai merasakan gejala pramenstruasi (PMS),
seperti perubahan emosi yang lebih sensitif dan perubahan kondisi fisik, seperti nyeri pada
payudara, pusing, cepat lelah, atau kembung. Selain gejala tersebut, korpus luteum akan
mengalami degenerasi dan berhenti memproduksi progesteron. Jika tidak terjadi
pembuahan, kadar progesteron dan estrogen akan menurun, lapisan dinding rahim juga
akan luruh hingga menjadi darah menstruasi. Apabila sel ovum dibuahi , maka tidak akan
kembali lagi ke fase pertama. Dinding endometrium ini akan semakin menebal yang
bertujuan sebagai tempat melekatnya embrio.
Vaksin

Vaksin merupakan produk biologi yang berasal dari virus atau bakteri, atau kombinasi keduanya
yang dilemahkan kemudian dimasukkan ke dalam tubuh manusia yang sehat. Vaksin berfungsi
untuk meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah dari infeksi atau tertular penyakit. Sifat vaksin
sebagai pencegahan.

Kandungan utama vaksin :

1. Bahan aktif

Bahan aktif adalah bahan yang akan merangsang aktivitas sistem kekebalan tubuh sehingga lebih
mampu melawan penyakit. Kandungan vaksin yang utama adalah virus atau bakteri. virus dan
bakteri ini sudah dilemahkan. Natinya, ketika bibit penyakit yang sudah dilemahkan ini masuk ke
dalam tubuh, Anda tidak akan kena penyakit tersebut. Justru sistem kekebalan tubuh Anda
bertambah kuat.

Pasalnya, sistem kekebalan tubuh Anda sudah mengenali bibit penyakit berbahaya ini lewat vaksin
sehingga suatu hari nanti bila bibit penyakit yang asli masuk ke dalam tubuh, Anda sudah kebal
melawan penyakit tersebut.

Vaksin diproduksi untuk menghasilkan manfaat maksimal bagi tubuh manusia. Bebeberapa bahan
aktif sebagai kandungan vaksin dibuat dengan mengambil bagian DNA virus, dan dimasukkan ke
dalam sel lainnya agar jadi aktif. Kombinasi DNA dan virus ini memang ampuh mencegah beberapa
penyakit menular.

Beberapa vaksin yang kandungannya telah dikombinasi dengan virus atau bakteri lain yaitu vaksin
hepatitis. Vaksin ini menggunakan DNA virus hepatitis B dan DNA sel lain. Nantinya kombinasi ini
akan menghasilkan protein. Protein inilah bahan aktif kandungan vaksin yang akan mencegah
hepatitis.

2. Adjuvant / bahan pembantu

bahan-bahan ini fungsinya memaksimalkan keampuhan vaksin dalam melawan penyakit.


Adjuvant ini lebih sering dipakai menggunakan bahan garam aluminum( sudah mendapat izin
BPO ). vaksin juga mengandung pelarut cairan. Biasanya menggunakan air bersih atau natrium
klorida, yang juga digunakan sebagai cairan infus.

Selain bahan pelarut, ada stabilizers. Kandungan ini berfungsi untuk menstabilkan vaksin pada saat
kondisi panas atau dingin misalnya. Biasanya, kandungan stabilizers  ini antara lain terbuat dari
gula (sukrosa dan laktosa) atau protein (albumin dan gelatin).

3. Pengawet

Pada dasarnya, vaksin memang butuh pengawet, tapi tidak untuk semua jenis vaksin.
Pengawet ini dibutuhkan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme agar vaksin tetap
berfungsi baik.
Jenis – jenis vaksin yang diberikaan kepada manusia :

1.Vaksin Hepatitis A

Hepatitis A merupakan penyakit yang disebabkan virus hepatitis A atau HAV. Seseorang yang
terserang penyakit ini akan menjadi lemah. Maka dari itu untuk mencegah terjangkit penyakit
tersebut perlu diberi vaksin hepatitis A. Biasanya vaksin ini akan diberikan pada anak usia 2 tahun
sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.

Adapun tanda seseorang terjangkit penyakit ini adalah menderita demam, flu, merasa mual, mudah
lelah, sakit kepala secara bersamaan. Biasanya gejala ini akan muncul di hari pertama hingga
seminggu. Setelah seminggu lebih apabila tidak ada perubahan, akan muncul gejala lain seperti
penyakit kuning yang dapat dilihat di bagian mata putih. Apabila Anda merasakan gejala gejala
tersebut, periksakan diri Anda sesegera mungkin agar tertangani dengan baik.

2. Vaksin Hepatitis B

Hepatitis B merupakan penyakit yang hampir sama dengan penyakit hepatitis A, akan tetapi
hepatitis B lebih parah jika dibandingkan hepatitis A. Hepatitis B dapat membuat hati menjadi
keras yang nantinya menyebabkan hati menjadi tidak dapat berfungsi dengan normal.

Gejala dari hepatitis B sama seperti penyakit hepatitis A. Untuk mencegahnya, perlu di suntik
vaksin hepatitis B pada anak anak atau orang dewasa yang belum pernah di vaksinasi. Sebaiknya
vaksinasi ketika seseorang telah menginjak usia 19 tahun.

3. Vaksin Polio

Vaksin polio merupakan vaksin yang diberikan kepada bayi hingga anak anak usia 5 tahun agar
tidak terserang penyakit poliomyelitis yang menyerang sistem saraf pada manusia. Apabila
seseorang terkena penyakit polio, maka kemungkinan besarnya orang tersebut akan mengalami
kelumpuhan pada sebagian besar saraf tubuhnya. Adapun tahap pemberian vaksin polio adalah:

 Tahap I pada bayi usia lebih dari 6 minggu


 Tahap II pada bayi usia 16 minggu
 Tahap III pada bayi usia 6 bulan
 Tahap IV pada bayi usia 18 bulan
 Tahap V pada anak usia 5 tahun

Ada hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian vaksin polio. Hal hal tersebut diantaranya
adalah:

 Bayi tersebut mengalami muntah atau diare, sehingga pemberian vaksin ditunda hingga
kondisinya stabil
 Terinfeksi oleh penyakit HIV
 Memiliki penyakit alergi terhadap polimiksin B, streptomisin dan neomisin
 Mengalami demam hingga 38,5 derajat Celcius

4. Vaksin Campak
Bayi yang setelah lahir pada umumnya akan mendapatkan sistem kekebalan pasif terhadap
penyakit campak yang didapat dari ibunya secara sementara, akan tetapi seiring berjalannya
waktu, kekebalan tersebut akan berkurang. Biasanya, seorang bayi tidak akan memiliki kekebalan
pasif ketika menginjak usia 6 bulan, hal ini menyebabkan bayi menjadi rentan terhadap penyakit
campak.

Di Indonesia sendiri, untuk mencegah terserang penyakit tersebut perlu memberikan vaksin pada
bayi usia 6 bulan, kemudian diberikan lagi ketika menginjak usia 15 bulan dan terakhir ketika
menginjak usia 6 tahun. Pemberian vaksin campak secara berkala tersebut diharapkan untuk
mencegah kemungkinan yang akan terjadi, mengetahui masing masing individu memiliki tingkat
kekebalan tubuh yang berbeda.

5. Vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine)

Vaksin PCV merupakan vaksin yang diberikan kepada anak agar tidak terjangkit dari penyakit
pneumococcus yang nantinya akan menyebabkan terjangkit meningitis, pneumonia serta otitis.
Biasanya penyakit tersebut menyerang anak usia 2 tahun, akan tetapi pemberian vaksin ini
sebaiknya bertahap.

Adapun tahapan pemberian vaksin PCV adalah sebelum menginjak 6 bulan diberikan hingga 3-4
kali, setelah 6 bulan diberikan 2-3 kali dan setelah menginjak usia 2 tahun diberikan 2x dalam
setahun.

6. Vaksin MMR ( Mumps, Measles, Rubella )

Vaksin MMR merupakan vaksin yang diberikan untuk melawan penyakit campak, gondongan dan
campak Jerman. Biasanya campak ini diberikan pada anak usia 1 tahun sebelum ia menginjak usia
sekolah. Untuk mencegah gondok, sebisa mungkin berikan vaksin ini 2x dalam jangka waktu 1-2
bulan setelah pemberian pertama.

Sedangkan untuk mencegah dari campak Jerman, sebaiknya berikan 2x dalam selang waktu 1-2
bulan ketika masih anak anak. Akan tetapi pemberian vaksin ini juga dapat dilanjutkan ketika ia
dewasa nanti. Dan bagi wanita usia subur sangat disarankan untuk diberi vaksin ini paling lambat 3
bulan sebelum ia hamil dengan tujuan agar nantinya tidak membuat kematian pada bayi dan
terjadinya kecacatan.

7. Vaksin Varicella

Varicella merupakan penyakit cacar air yang biasanya diderita seseorang 1x seumur hidup, akan
tetapi tidak menutup kemungkinan dapat terserang lagi. Maka dari itu perlu diberi vaksin varicella
tersebut. Pemberian vaksin ini biasanya diberikan ketika anak menginjak usia 1 tahun, akan tetapi
apabila hingga usia 12 tahun belum pernah diberi vaksin tersebut, hendaknya berikan 2x dalam
selang waktu 1-2 bulan setelah pemberian pertama.

Apabila setelah diberi vaksin tersebut seorang anak menjadi demam, terdapat ruam ringan, kejang
dan nyeri jangan cemas, itu merupakan efek dari pemberian vaksin tersebut. Namun, apabila gejala
tersebut berlangsung selama berhari-hari, maka tindakan selanjutnya adalah membawanya ke
dokter untuk lebih jelas.
8. Vaksin HPV ( Human Papilloma Virus )

HPV merupakan virus yang tersusun atas 120 macam virus lain yang biasanya menyerang alat
kelamin pria ataupun wanita, akan tetapi juga dapat menyerang bagian mulut dan dubur. HPV
merupakan penyakit yang serius, sehingga apabila tidak segera mendapatkan perawatan medis
yang baik, maka kemungkinannya akan mengganggu kesehatan dan bahkan dapat menyebabkan
kematian.

Mengetahui hal tersebut, seseorang perlu diberi vaskin HPV ketika menginjak usia remaja,
utamanya adalah mereka yang berusia 9-14 tahun. Meskipun sudah di vaksin, seseorang juga perlu
waspada akan terserang penyakit HPV ini. Setidaknya jangan melakukan hubungan sex dengan
berbeda beda orang, selalu menjaga kebersihan tubuh, terutama kaki.

9. Vaksin DPT ( Difteri, Pertusis, Tetanus )

Difteri merupakan salah satu penyakit yang menyerang bagian lendir hidung dan juga tenggorokan
yang biasanya disebabkan oleh bakteri. Gejala yang dapat dirasakan apabila seseorang terjangkit
penyakit ini adalah kesulitan dalam menelan makanan. Lalu, pertusis merupakan penyakit batuk
yang sangat parah yang dapat mengakibatkan kejang mendadak bahkan hingga kematian.
Sedangkan tetanus adalah penyakit yang menyebabkan otot menjadi lumpuh.

Untuk mencegah terserang 3 penyakit diatas, maka perlu vaksin DPT. Sebaiknya pemberian vaksin
tersebut ketika seorang anak menginjak usia 2-6 tahun secara bertahap. Akan tetapi akan lebih baik
apabila dalam jangka waktu 10 tahun melakukan vaksinasi ulang. Adapun efek dari pemberian
vaksin tersebut diantaranya adalah demam, bengkak pada bagian yang disuntik, kulit ruam dan
tubuh terasa mudah lelah.

10. Vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerin )

Vaksin BGC merupakan vaksin yang digunakan untuk mencegah terserang penyakit TBC.
Berdasarkan aturan yang telah ditetapkan, sebaiknya vaksin ini diberikan pada bayi yang berusia 2-
3 bulan untuk mencegah terserang TBC dini.

Akan tetapi apabila seseorang di diagnosa positif terserang TBC, maka kemungkinannya seorang
dokter akan memberikan obat khusus TBC yang harus dikonsumsi dalam waktu kurang lebih 6
bulan. Apabila dalam kurun waktu kurang lebih 6 bulan tersebut tidak ada perubahan yang
signifikan, maka harus melakukan pengobatan lebih lanjut dengan berbagai cara.

11. Vaksin influenza

Penyakit ini biasanya ditandai dengan batuk, demam, dan nyeri otot. Vaksin influenza diberikan
satu tahun sekali untuk mencegah terjadinya flu yang mudah menular, terutama ketika sedang
musim pancaroba atau hujan.

12. Vaksin pneumonia

Pneumonia adalah penyakit radang paru yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus yang


menyerang saluran napas bagian bawah dan menular lewat batuk, bersin, dan ketika bicara.
Serangan pneumonia lebih rentan pada orang berusia lebih dari 60 tahun atau orang dengan daya
tahan tubuh yang rendah.
13. Vaksin TT

Vaksin ini berguna sebagai pencegahan terhadap penyakit tetanus dan neonatal tetanus, yaitu
tetanus pada bayi yang baru lahir. Vaksin TT diberikan untuk wanita usia subur, wanita hamil, dan
dewasa.

14. Pentavalen (DPT, HB, HiB)


Vaksin yang merupakan gabungan dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus), vaksin HB (hepatitis
B), dan vaksin HiB (haemophilus influenza tipe B) ini mampu mencegah 6 penyakit sekaligus, yaitu
difteri (infeksi selaput lendir hidung dan tenggorokan), pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B,
pneumonia, dan meningitis (radang otak). 

Vaksin pentavalen diberikan sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 2,3,4, dan 18 bulan.

15. Hib

Vaksin Hib diberikan untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe B. Infeksi bakteri


tersebut dapat memicu kondisi berbahaya, seperti meningitis (radang selaput otak), pneumonia
(paru-paru basah), septic arthritis (radang sendi), serta perikarditis (radang pada lapisan
pelindung jantung).

Imunisasi Hib diberikan 4 kali, yaitu saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan dalam rentang
usia 15-18 bulan.

Sebagaimana vaksin lain, vaksin Hib juga dapat menimbulkan efek samping, antara lain demam di
atas 39 derajat Celsius, diare, dan nafsu makan berkurang.

16. Rotavirus

Imunisasi ini diberikan untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus. Vaksin rotavirus diberikan 3
kali, yaitu saat bayi berusia 2, 4, dan 6 bulan. Sama seperti vaksin lain, vaksin rotavirus juga
menimbulkan efek samping. Pada umumnya, efek samping yang muncul tergolong ringan, seperti
diare ringan, dan anak menjadi rewel.

17. TIfus

Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit tifus, yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi.Pemberian vaksin tifus dapat dilakukan saat anak berusia 2 tahun, dengan frekuensi
pengulangan tiap 3 tahun, hingga usia 18 tahun.

Meskipun jarang, vaksin tifus dapat menimbulkan sejumlah efek samping, seperti diare, demam,
mual dan muntah, serta kram perut.

18. Japanese encephalitis

Japanese encephalitis (JE) adalah infeksi virus pada otak, yang menyebar melalui gigitan nyamuk.
Pada umumnya, JE hanya menimbulkan gejala ringan seperti flu. Tetapi pada sebagian orang, JE
dapat menyebabkan demam tinggi, kejang, hingga kelumpuhan.
Vaksin JE diberikan mulai usia 1 tahun, terutama bila tinggal atau bepergian ke derah endemis JE.
Vaksin dapat kembali diberikan 1-2 tahun berikutnya untuk perlindungan jangka panjang.

19. Dengue

Imunisasi dengue dilakukan untuk mengurangi risiko demam berdarah, yang disebarkan oleh
nyamuk Aedes aegypti. Vaksin dengue diberikan 3 kali dengan interval 6 bulan, pada usia 9 hingga
16 tahun.

20. Vaksin lainnya

Vaksin tertentu dianjurkan pada orang dewasa, khususnya jika Anda berpergian ke negara tertentu,
seperti vaksin meningitis yang diberikan bagi jamaah calon haji atau Anda yang ingin pergi ke
wilayah sub-sahara afrika. Vaksin yellow fever  dan japanese encephalitis yang diberikan jika Anda
berpergian ke negara Afrika Selatan. Vaksin rabies yang diberikan pada orang yang sering kontak
dengan hewan; seperti dokter hewan, pemilik hewan piaraan, pekerja laboratorium, atau pergi ke
daerah endemis yang berisiko kontak dengan hewan atau individu yang menderita rabies.

Anda mungkin juga menyukai