Anda di halaman 1dari 2

Pola makan alternatif

 Berpikir kritis.
Berpikir kritis yang sukses membutuhkan sintesis ilmu pengetahuan, pengalaman, informasi
yang dikumpulkan dari klien prilaku berpikir kritis, serta standar intelektual dan propesional.
Berpikir kritis adalah proses yan dinamis. Keputusan klinis mengharuskan untuk
mengantisipasi informasi yang dibutuhkan, menganalisis data, dan membuat keputusan
didasarkan pada perawat klien.
Intregasikan pengetahuan dari keperawatan atau disiplin lain, pengalaman sebelumnya, dan
informasi yang didapatkan dari klien dan keluarga yang berhubungan dengan makanan
kesukaan.
 Proses keperawatan dan nutrisi.
Sebagai seorang perawat, berada dalam posisi yang paling tepat untuk mengenal tanda-
tanda nutrisi yang buruk dan mengambil langkah untuk memulai perubahan. Klien dan
keluarganya memungkinkan untuk membuat observasi tentang status fisik, asupan
makanan, makanan kesukaan, peruahan berat badan, dan respon terhadap terapi.
 Pengkajian
Pendeteksian dini klien malnutrisi dan yang memiliki resiko memberikan pengaruh
positif yang kuat pada hasil kesehaan jangka pendek dan jangka panjang. Penelitian
telah mengdentifikasikan bahwa 40-50% klien dewasa yang berada di rumah sakit
sebagaian klien yang menalami atau beresiko mengalami malnutrisi (mason 2006).
Klien yang mengalami malnutrisi memiliki resiko yang lebih tinggi akan komplikasi yang
mengancam kehidupan selama masuk rumah sakit seperti aritma, sepsi, atau hemorogi.
Pengkajian status nutrisi harus dilakukan karena kebutuhan keidupan manusia untuk
nutrisi, energi, dan cairan yang merupakan kebutuhan utama.

Skrining. Skrining adalah bagian dari pengkajian awal. Skrining klien adalah metode untuk
mengidentifikasi malnutrisi atau resiko malnutrisi. Alat skrining nutrisi harus dapat mengumpulkan
data berdasarkan empat prinsip utama, yaitu: apa keadaan saat ini? Apakah keadaanya stabil?
Apakah keadaanya semakin memburuk ? apakaah proses penyakit mempercepat masalah nutrisi?.
Alat ini khususnya meliputi penghitungan objektif seperti tinggi badan, berat badan, perubahan erat
badan, diagnosis primer, dan kehadiran kormoditas lainnya. Kombinasikan alat ukur yang objektif
dengan alat ukur subjektif yang berhungan dengan nutrisi untuk melakukan skrining masalah nutrisi
secara adekuat. Identifikasi faktor resiko seperti kehilangan berat badan yang tidak direncanakan,
adanya diet yang dimodifikasi, atau adanya gejala yang memengaruhi perubahan nutrisi (misalnya
mual, muntah, diare, dan konstipasi) yang membutuhkan konsultasi nutrisi. Pengkajian Subjektif
Global (Sujebctive Global Assessment / SGA) adalah metode klinis yang yang telah didivalidasi yang
menggunakan riwayat klien, berat badan, dan data pengkajian fisik untuk mengevaluasi status nutrisi
(National Guidelin Clearinghouse 2006). Pengkajian nutrisi mini (Mini Nutritionl Assessment MNA)
dikembangkan untuk digunakan pada skriming lansia di program kesehatan rumah, rumah
perawatan, dan rumah sakit. Alat ini memiliki 18 hal yang dapat dibagi ke dalam skrining dan
pengkajian. Jika klien memilikiniai 11 atau kurang dari pada saat skrining, maka pemberian asuhan
kesehatan melengkapi bagian penkajian. Skor kurang dari 17 mengidentifikasikan malnutrisi energi
protein. Keadaan malnutrisi pada klien saat terjadi keadaan yang menggangu kemampuan untuk
menelan, mencerna, atau mengabsorsi daftar nutrisi yang adekuat. Klien yang diberiakan makan
hanya melalui infusi intravena 5% aau 10% dekstrosa beresiko mengalami defisiensi nutrisi. Adanya
penyakit kronis atau meningkatnya kebutuah metabolisme adalah faktor resiko berkembangnya
masalah nutrisi Bayi dan lansia memiliki resiko yang lebih besar.

Antropometri. Antropometri adalah sistem pengukuran ukran dan yang membentuk tubuh. Tinggi
berat badan didapatkan untuk masing-masing klien yang berada di rumah sakit atau memasuki
tatanan asuhan kesehatan. Jika tidak mampu mengukur tinggi badab secara berdiri, posisikan klien
berbaring di tepat tidur selurus mungkin, lipat lengan di dada, dan ukur panjang klien. Berat badan
ideal (ideal bidy weight/ IBW) memberikan perkiraan apakah berat badan seseorng harus diukur.
Peningkatan berat badan biasanya merefleksikan pertukaran cairan. Sau takaran kesil 500 ml cairan
sama dengan 1 pound. Misalnya, untuk klien dengan gagal ginjal jantung kongestif, berat badan yang
meningkat sebanyak 2 pound dalam waktu 24 jam memiliki arti yang signifikan, karena hal tersebut
mengindikasikan bahwa klien menahan 1liter air. Pengukuran antropometri lainnya yang membantu
mengidentifikasikan masalah nutris meliputi rasio berat badan dengan lingkar pergelangan tangan,
lingkar lenga atas, lipatan kulit trisep, dan lingkar obat lengan atas

Indek massa tumbuh (IMT). Mengukur berat badan yang sesuai dengan tinggi badan dan
memberikan alternatif hubungan antara tinggi badan dengan berat badan. Hitung IMT dengan
membagika berat badan klien dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat. Berat
badan (kg) bibagi dengan tinggi badan (m 2). Misalnya, seseorang yang memiliki berat badan 75 kg
(165 pound) dan tinggi badan 1,8 m (3 kaki 9 inci) memiliki IMT 23,15 (75:1,82 = 23,15). Klien
dikatakan memiliki berat badan yang berlebihan jika skor IMT berada antara 25-30. BMI yang lebih
besar dari 30 didefinisikan sebagai obesitas dan meletakkan klien pada resiko medis yang lebih tinggi
pada penyakit jantung koroner, kanker, diabetes melitus, dan hipertensi.

Pemeriksa laboratorium dan biokimia. Tidak ada pemeriksaan laboratorium atau uji biokimia yang
dapat mendukung diagnostik malnutrisi. Faktor yang sering menggangu hasil adalah keseimbangan
cairan, fungsi hati, fungsi ginjal, dan adanya penyakit. Pemeriksaan laboratorium umumnya
digunakan utuk mempelajari status nutrisi meliputi mengukur protein plasma seperti albumin,
transferin, prealbumin, protein pengikat retional, kapasitas pengikat zat besi total, dan homoglobin.
Waktu respons untuk perubahan pada rentang protein dari jam ke minggu. Massa hidup
metabolisme albimin adalah 21 hari, transferin 8 hari, prealbumin 2 hari, dan protein engikat
retional adalah 12 hari. Rentang ini menunjukan mengapa level albumin bukanlah indikator statu
protein serum untuk jangka waktu yang akurat. Faktor yang mempengaruhi kadar albumin serum
melipti hidrasi, perdarahan, penyakit ginjal dan hepatik, jumlah drainase yang besar untuk luka,
drain, luka bakar, atau traktus gastrointestinal, pemberin steroid , infus albin eksogenus, umur,dan
trauma, luka bakar, stres, atau pembedahan. Kadar albumin adalah indikator enyakit kronis yang
lebih baik, sedangkan kadar prealbumin dianggap sebagai keadaan akut.

Anda mungkin juga menyukai