PENDAHULUAN
Pandemi yang disebabkan oleh Covid-19 atau biasa disebut dengan
Corona dirasakan oleh seluruh negara di penjuru dunia. Virus yang berasal dari
China pada akhir Tahun 2019 tidak disangka akan menjadi malapetaka oleh
hamper seluruh lapisan masyarakat. Virus ini memiliki dampak yang sangat
berpengaruh terhadap perekonomian. Penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi
di Indonesia ini karena turunnya minat konsumtif bagi masyarakat dan investasi,
baik dalam lingkup rumah tangga ataupun Pemerintahan.
Pada awal diumumkannya oleh Presiden Joko Widodo bahwa Covid-19
sudah menjangkit dua orang penduduk Indonesia yang positif, sehingga timbuh
reaksi dan kecemasan yang berlebih bagi masyarakat. Ada hal menarik yang
terjadi disaat awal pandemi ini yakni, Panic Buying. Panic Buying atau biasa
disebut kepanikan konsumtif terjadi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Hal
ini disebabkan karena prilaku masyarakat yang menimbun bahan kebutuhan yang
dibeli di satu waktu, sehingga terjadi kekurangan pasokan bahan pokok khususnya
makanan dan alat kesehatan.
Pelaku ekonomi memanfaatkan hal ini karena disaat terjadinya Panic
Buying ditengah masyarakat maka hal ini bisa dijadikan fenomena ekonomi untuk
mencari keuntungan. Langkah awal yang dihadapi masyarakat karena munculnya
stigma bahwa virus ini akan mengakibatkan komoditas ekonomi akan terganggu.
Sehingga muncul kecemasan yang diharuskan bagi masyarakat untuk memasok
barang kebutuhan sebanyak-banyaknya dirumah.
Masyarakat dicemaskan karena peran media dalam menyampaikan
informasi. Cepatnya penyebaran informasi membuat masyarakat semakin
menjadi-jadi dalam hal konsumtif. Kecenderungan tersebut mengakibatkan
kebutuhan masyarakat menjadi tidak merata ditengah kondisi tersebut. Lonjakan
kasus setelah China yang terjadi pada Negara-Negara maju di Dunia khususnya di
Eropa dan Amerika semakin memperparah kepanikan masyarakat.
Kebutuhan masyarakat menjadi tidak seimbang karena seluruh barang yang sangat
diperlukan menjadi terbatas karena habis akibat prilaku konsumtif tersebut. Hal
inilah yang mengakibatkan pada awal pandemi Covid-19 harga barang dalam
beberapa waktu menjadi naik karena sangat terbatas.
PEMBAHASAN
Faktor inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh para pemburu rente atau
pencari keuntungan. Sebab, di tengah kondisi panic buying, masyarakat
cenderung membeli barang lebih dari yang dibutuhkan. Jika hal ini dilakukan oleh
banyak orang, maka akibatnya adalah terjadi kelangkaan barang yang disebabkan
ketidakseimbangan antara demand dan supply. Kelangkaan akibat tidak
seimbangnya permintaan dan penawaran ini berujung pada kenaikan harga.
1. Meningkatkan Inflasi
Saat kita merasa terancam, secara psikologis dapat berakibat pada berkurangnya
proses berpikir rasional dan lebih mudah terpengaruh dengan pola pikir
kelompok. Dalam kasus virus Corona ini, dengan tersebarnya berita banyaknya
kelompok masyarakat yang langsung memborong barang rumah tangga dalam
jumlah banyak, ternyata otomatis langsung diikuti oleh kelompok lainnya.
Namun, patut dipahami secara tidak sadar hal tersebut akan berdampak
pada keuangan rumah tangga, karena pembelian impulsif bisa saja menyedot dana
yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan reguler penting lainnya seperti uang
sekolah anak atau cicilan rumah. Belum lagi jika pembelian dilakukan
menggunakan fasilitas kredit seperti misalnya kartu kredit, terjadi beban hutang
konsumsi yang terlalu prematur dan tidak pada tempatnya. Dalam perencanaan
keuangan rumah tangga, beban hutang konsumsi ini perlu dikendalikan.
Hal inilah yang harus diperhatikan oleh sebuah rumah tangga. Prilaku
konsumtif yang diakibatkan dengan ketakutan akan habisnya stok barang untuk
kebutuhan sehari-hari diwaktu pandemi sangat merugikan bagi keluarga itu
sendiri. Panic buying memberikan kesan bahwa seluruh mainset yang tertanam
pada masyarakat hanya akan menimbulkan egoisme seseorang. Karena bagi
mereka melihat dari sudut pandang bahwa pandemi ini akan meluluh lantahkan
segala hal. Hal inilah yang mengakibatkan bahwa perputaran ekonomi khusunya
barang dan komoditas pokok bagi masyarakat menjadi sangat naik.
3. Pemborosan
Hal ini banyak terjadi karena masyarakat tidak melihat resiko yang
diterima disaat menimbun kebutuhan pokok. Banyak yang tidak terpakai atau
memang sudah masuk masa kadaluarsa untuk digunakan. Hal ini tentu
mengakibatkan barang tersebut menjadi tidak bisa digunakan. Pemborosan yang
terjadi ditengah masyarakat sangatlah merugikan bagi masyarakat itu sendiri.
Banyak yang berubah mainset bahwa finansial tidak begitu dipermasalahkan
dibandingkan dengan kebutuhan yang diperlukan saat pandemi. Disatu sisi, hal
tersebut juga tidak disalahkan karena tergantung pandangan masing-masing.
Namun, jika dilihat dari sisi pengeluaran, tentu menjadikan masyarakat terlalu
boros dalam mengatur keuangan. Hal inilah yang menjadi factor bahwa panic
buying bukan hanya menghabiskan ketersediaan barang di pasar ekonomi,
melainkan merubah mainset diseluruh lapisan masyarakat.
1. Meningkatkan Keuntungan
1. Kesimpulan
2. Saran
Solusi yang harus diredam dalam upaya panic buying adalah masyarakat
harus lebih teliti dalam menerima informasi. Perubahan mainset yang terjadi
karena serapan informasi yang ada pada media massa. Hal inilah yang harus
dijadikan pembelajaran bahwa informasi yang diterima harus ditelaan dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.merdeka.com/uang/rendahnya-permintaan-akibat-corona-bikin-
inflasi-april-2020-capai-008-persen.html
Iim Fathimah Timorria.Ekonomi Bisnis: Jakarta PSBB, Jangan 'Panic Buying'! Peritel
Jaga Harga dan Stok Kebutuhan
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200912/12/1290695/jakarta-psbb-jangan-
panic-buying-peritel-jaga-harga-dan-stok-kebutuhan diakses Tanggal 18
Desember 2020
Pingit Area.Panic Buying dan Ancaman Virus Corona Menjangkiti Bisnis Retail
https://katadata.co.id/pingitaria/indepth/5e9a421407847/panic-buying-dan-
ancaman-virus-corona-menjangkiti-bisnis-retail diakses Tanggal 19 Desember
2020