Anda di halaman 1dari 149

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

ANTENATAL CARE
NY.C G1 P0 A0 H 39-40 MINGGU JTH PRESENTASI KEPALA DENGAN
CHEVALOPELVIK DISPROPORTION
DI RUANG POLI RS BHAYANGKARA JAMBI

Pembimbing Akademik : 1. Dr Muthia Mutmainnah, M.Kep, Sp.Mat


2. Ns. Sri Mulyani, S.Kep., M.Kep
Pembimbing Lapangan : Susilawati, Amd. Keb, SKM

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Ukhvia Munawara G1B220001
Rina Mariani G1B220002
Devi Nopita Sari Manurung G1B220005
Ria Ramadani Wansyaputri G1B220006
Vera Feronica G1B220007
Meti Erianti G1B220008
Nelvi Putri G1B220009
Astri Rahma Yani G1B220011
Auradhia Nurusyifa G1B220013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
I. KONSEP ANTENATAL CARE
A. KONSEP ANTENATAL CARE
1. Pengertian Antenatal Care
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI
dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
2. Tujuan Antenatal Care
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu
dan tumbuh kembang bayi
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
5. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
3. Cara Pelayanan Antenatal Care
Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan
antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :
1. Kunjungan Pertama
a. Catat identitas ibu hamil
b. Catat kehamilan sekarang
c. Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
d. Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
e. Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium
f. Pemeriksaan obstetric
g. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
h. Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan
mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.
i. Penyuluhan/konseling
2. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan
sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:
a. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu)
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 –
28)
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 –
36 dan sesudah minggu ke 36)
d. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada
gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam
Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang
sangat penting.
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14
Pertama ibu hamil Membangun hubungan saling percaya
antara petugas kesehatan. Mendeteksi masalah dan
menanganinya. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus
neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek
tradisional yang merugikan. Memulai persiapan kelahiran bayi
dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. Mendorong perilaku
yang shat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya.
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28
Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai
preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia,
pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada
kehamilan ganda
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36
Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk
mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak
normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah
sakit.
4. Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T”
1. (Timbang) berat badan
2. Ukur (Tekanan) darah
3. Ukur (Tinggi) fundus uteri
4. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
5. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
6. Tes terhadap penyakit menular sexual
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
5. Intervensi Dalam Pelayanan Antenatal Care
Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang
diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun
intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah :
1. Intervensi Dasar
a. Pemberian Tetanus Toxoid
Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari
tetanus neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek
perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan
interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah
mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa
calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali (TT ulang).
Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara
penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat. Untuk dosis yang
diberikan 0,5 cc pada lengan atas. Jadwal pemberian TT dapat
dilihat pada tabel dibawah.
b. Pemberian Vitamin Zat Besi
Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi
kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas karena pada masa
kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat. Di mulai dengan
memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual
hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg)
dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet
besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena
mengganggu penyerapan.
2. Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada
ibu hamil sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan,
meliputi:
a. Faktor resiko, meliputi:
 Umur : Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun, terlalu tua,
yaitu diatas 35 tahun
 Paritas : Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah
melahirkan), Paritas > 3
 Interval : Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan
sekurang-kurangnya 2 tahun.
 Tinggi badan kurang dari 145 cm
 Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
b. Komplikasi Kehamilan
 Komplikasi obstetri langsung: Perdarahan, pre
eklamasi/eklamsia, kelainan letak lintang, sungsang primi
gravida, anak besar, hidramnion, kelainan kembar, ketuban
pecah dini dalam kehamilan.
 Komplikasi obstetri tidak langsung: Penyakit jantung,
hepatitis, TBC (Tuberkolosis), anemia, malaria, diabetes
militus
 Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi
akibat kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran)

B. PERUBAHAN FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS SELAMA


KEHAMILAN
A. Perubahan Fisiologis Pada Sistem Reproduksi
1. Uterus
Untuk ukuran akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar
akibat hipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut
kolagennya menjadi higroskopik. Pada bulan-bulan pertama
kehamilan, bentuk rahim seperti buah alpukat, pada kehamilan 4
bulan berbentuk bulat, dan akhir kehamilan seperti bujur telur. Rahim
yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam, pada kehamilan 2
bulan sebesar telur bebek, dan kehamilan 3 bulan sebesar telur angsa.
Pada minggu pertama, isthmus rahim mengadakan hipertrofi dan
bertambah panjang, sehingga bila diraba terasa lebih lunak (soft),
disebut tanda hegar. Pada kehamilan 5 bulan, rahim teraba seperti
berisi cairan ketuban, dinding rahim terasa tipis, karena itu bagian-
bagian janin dapat diraba melalui dinding perut dan dinding rahim.
2. Serviks
Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (soft)
disebut tanda goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan
mengeluarkan banyak cairan mukus. Karena pertambahan dan
pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid, dan ini disebut
tanda Chadwick. Kanalis servikalis dipenuhi oleh mukus yang kental
disebut operkulum. Selama kehamilan operkulum menghambat
masuknya bakteri ke uterus, yang mengalir selama persalinan, yang
disebut “bloody show”, yang menandakan bahwa kanalis terbuka
untuk lewatnya bayi.
3. Indung telur (ovarium)
Ovulasi terhenti, masih terdapat korpus luteum graviditas.
4. Vagina dan vulva
Sampai minggu kedelapan, meningkatnya vaskularisasi pada
vagina menyebabkan tanda kehamilan yang khas disebut
tanda Chadwick’s, corak yang berwarna  keunguan yang dapat
terlihat oleh pemeriksa. Dalam berespons terhadap stimulasi
hormonal, sekresi sel-sel vagina meningkat secara berarti. Sekresi
tersebut berwarna putih dan bersifat asam, dikenal istilah “putih”
atau leukorrhea. Sekresi vagina merupakan media yang
menyuburkan basilus Doderlein’s. Basilus ini merupakan garis
pertahanan terhadap Candida albicans, patogen yang tumbuh dalam
media alkali.
5. Dinding perut (abdominal wall)
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan
robeknya serabut elastik di bawah kulit, sehingga timbul striae
gravidarum. Bila terjadi peregangan yang hebat, misalnya pada
hidramnion dan kehamilan ganda, dapat terjadi diastasis rekti bahkan
hernia. Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya dan
disebut linea nigra.
6. Payudara (mammae)
Salah satu petunjuk pada wanita yang menandakan bahwa ia
hamil adalah rasa  nyeri tekan pada payudara, yang secara bertahap
mengalami pembesaran karena peningkatan pertumbuhan jaringan
alveolar dan suplai darah. Puting susu menjadi lebih menonjol  dan
keras, dan pada awal kehamilan keluar cairan jernih, kolostrum.
Area berpigmen di sekitar puting, areola, tumbuh lebih gelap, dan
kelenjar-kelenjar  montgomery menonjol keluar. Bila payudara tidak
disokong dengan tepat selama kehamilan, berat yang meningkat akan
menyebabkan rasa tidak nyaman.
7. Perubahan Fisiologis Pada Sistem Lainnya
1. Sistem Integumen
a. Striae gravidarum
Sebagaimana janin tumbuh, uterus membesar, menonjol
keluar. Hal ini menyebabkan tonjolan dan kemudian
membusung. Serabut-serabut elastik  dari lapisan kulit terdalam
terpisah dan putus karena regangan. Tanda regangan yang
dibentuk disebut striae gravidarum,  terlihat pada abdomen dan
bokong terjadi pada 50 % wanita hamil dan menghilang menjadi
bayangan yang lebih terang setalah melahirkan. Wanita
mungkin mengalami pruritus (rasa gatal) sebagai akibat
regangan tersebut.
b. Pigmentasi
Pengumpulan pigmen sementara mungkin terlihat pada
bagian tubuh tertentu, tergantung pada warna kulit yang
dimiliki. Linea nigra atau garis gelap mengikuti midline
abdomen. Cholasma, atau topeng kehamilan, terlihat seperti
bintik-bintik hitam pada wajah. Areola sekitar puting membesar
dan warnanya menjadi lebih gelap. Semua area yang mengalami
peningkatan pigmentasi akan menghilang setelah melahirkan.
c. Perspirasi dan sekresi kelenjar lemak
Baik kelenjar sebasea atau keringat menjadi lebih aktif
selama masa kehamilan. Sebagai akibatnya, wanita hamil
mungkin mengalami gangguan bau badan, banyak
mengeluarkan keringat, dan berminyak. Mandi dan keramas
secara teratur dan menggunakan deodoran akan sangat
membantu mengatasi efek samping yang tidak menyenangkan
ini.
2. Sistem Endokrin
Korpus luteum tempat ovum berasal mulai menghasilkan
estrogen dan progesteron. Segera setelah plasenta terbentuk dengan
baik, ia menjadi sumber utama kedua hormon tersebut. Plasenta
juga membentuk steroid dan tiga jenis hormon lainnya: human
chorionic gonadotropin (hCG), human placental lactogen (hPL),
juga disebut human chorionic somatomammotropin (hCS), dan
human chorionic thyrotropin (hCT). Selama masa kehamilan, basal
metabolic rate (BMR), meningkat hampir 20 % dan kelenjar tiroid
membesar, tetapi jumlah hormon yang dihasilkan tetap sama
(tiroksin). Ukurannya meningkat  karena pertumbuhan sel-sel
acinat, dan meningkatkanya  metabolic rate disebabkan karena
oksigen yang digunakan lebih banyak. Kelenjar paratiroid
ukurannya meningkat selama masa kehamilan, terutama selama
minggu ke-15 sampai ke-30  ketika kebutuhan kalsium janin lebih
besar. Hormon paratiroid penting untuk mempertahankan
kecukupan kalsium dalam darah, tanpa hormon tersebut
metabolisme tulang dan otot terganggu.
3. Sistem Kardiovaskuler
Sebagaimana kehamilan berlanjut, volume darah meningkat
bertahap sampai mencapai 30 % sampai 50 % pada keadaan tidak
hamil. Estrogen menstimulasi  adrenal untuk mensekresi
aldosteron, menyebabkan retensi garam dan air. Hal ini mengarah
pada peningkatan volume darah dan edema jaringan. Namun
demikian, tekanan darah relatif tidak mengalami perubahan.
Peningkatan yang signifikan menandakan preeklamsia. Beratnya
uterus menekan vena-vena besar yang mengaliri pelvik dan
ekstremitas bawah.
4. Sistem Muskuloskeletal
Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan
karena janin membesar dalam abdomen. Untuk mengkompensasi
penambahan berat ini, bahu lebih tertarik ke belakang dan tulang
belakang lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur,
dapat menyebabkan nyeri punggung pada beberapa wanita.
Kram otot-otot tungkai dan kaki merupakan masalah umum
selama kehamilan. Penyebabnya tidak diketahui,  tetapi mungkin
berhubungan dengan metabolisme kalsium dan fosfor, kurangnya
drainase sisa metabolisme otot, atau postur yang tidak seimbang.
Kram biasanya terjadi setelah berdiri sepanjang hari dan pada
malam hari setelah tubuh beristirahat. Sedikit gerakan dan
penggunaan kompres hangat dapat sedikit membantu. Aktivitas
sehari-hari yang sedang dan lebih banyak waktu untuk istirahat
dengan kaki dinaikkan merupakan cara yang pada umumnya
berhasil untuk mengurangi ketidaknyaman ini.

5. Sistem Pernapasan
Kecepatan pernapasan dan kapasitas vital tidak berubah. Volume
tidal, volume ventilator permenit, dan ambilan oksigen meningkat.
Karena bentuk dari rongga torak berubah dan bernapas lebih cepat,
sekitar 60 % wanita hamil mengeluh sesak napas.
6. Sistem Gastrointestinal
Sekresi saliva menjadi lebih asam dan lebih banyak, dan asam
lambung menurun. Perbesaran uterus lebih menekan diafragma,
lambung, dan intestin. Pada bulan-bulan awal kehamilan, seperetiga
dari wanita hamil mengalami mual dan muntah. Sebagaimana
kehamilan berlanjut, penurunan asam lambung, melambatkan
pengosongan lambung dan menyebabkan kembung, menurunnya
gerakan peristaltic, konstipasi. Gigi berlubang terjadi lebih mudah
pada saliva yang bersifat asam selama masa kehamilan dan
membutuhkan perawatan yang baik untuk mencegah karies gigi.
Pada bulan-bulan terakhir, nyeri uluhati dan regurgitasi (pencernaan
asam) merupakan ketidaknyamanan yang disebabkan tekanan ke atas
dari perbesaran uterus. Pelebaran pembuluh darah rektum
(hemoroid) dapat terjadi. Pada persalinan, rektum dan otot-otot yang
memberikan sokongan sangat teregang.
7. Sistem Perkemihan
Di bawah keadaan yang normal, peningkatan penyaringan darah
ibu dan janin yang tumbuh tidak membuat ginjal dan ureter bekerja
ekstra. Keduanya menjadi dilatasi karena peristaltik uretra menurun.
Sebagai akibat, gerakan urin ke kandung kemih lebih lambat. Stasis
urin ini meningkatkan kemungkinan pielonefritis.
8. Sistem Persarafan
Tidak terdapat perubahan saraf selama kehamilan. Terkadang
gejala timbul karena melemahnya persendian.

8. Perubahan Psikologis
1. Respon Emosional
Merasa bahagia dan menempatkan kehamilannya sebagai
pemenuhan biologi dan bagian dari kehidupan, mereka mempunyai
self-esteem tinggi dan memelihara tentang apa yang akan dicapai
untuk dirinya, bayinya dan anggota keluarganya. Sekalipun
umumnya keadaan kesejahteraan menonjol, emosi yang labil cepat
berubah sering terjadi pada wanita hamil.
2. Respon Terhadap Perubahan Body Image
Perubahan fisiologis pada kehamilan dapat terjadi dan
perubahan besar dari bentuk tubuh. Selama trimester I bentuk
tubuh sangat kecil, tetapi trimester II nyata perut menonjol,
pinggang dan pembesaran buah dada. Wanita merasakan
perkembangan pada semua tubuh dan mengisi tempat yang banyak.
Perasan ini akan bertambah kuat dengan majunya kehamilan.
3. Ambivalen Selama Kehamilan
Ambivalen adalah respon normal pengalaman seseorang sebagai
persiapan peran baru. Banyak wanita merasakan ambivalen selama
kehamilan.
9. Diagnosa Kehamilan
Untuk dapat menegakan kehamilan ditetapkan dengan melakukan
pemeriksaan terhadap beberapa tanda dan gejala hamil:
1. Tanda-tanda dugaan hamil
a. Amenorea
b. Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel de Graaf dan  ovulasi
c. Mengetahui tanggal haid terakhir dengan   perhitungan rumus
Naegle dapat ditentukan perkiraan persalinan
2. Mual dan Muntah
a. Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam
lambung yang berlebihan
b. Menimbulkan mual dan muntah terutama pagi hari yang
disebutkan morning sickness
c. Dalam batas yang fisiologis keadaan ini dapat diatasi
d. Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang
3. Sinkope atau pingsan
a. Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan
sinkop atau pingsan
b. Keadaan ini menghilang setelah umur hamil 16 minggu
4. Payudara tegang
a. Pengaruh estrogen progesteron dan somatomamotropin
menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.
b. Payudara membesar dan tegang
c. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada
hamil pertama
5. Sering miksi
a. Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi
b. Pada trimester kedua sudah menghilang
6. Konstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar
7. Pigmentasi kulit
a. Sekitar pipi : Cloasma gravidarum
b. Dinding perut terdapat striae nigra, striae lividae, linea alba
makin hitam
c. Sekitar payudara terjadi hiperpigmentasi areola mamae, puting
susu makin menonjol.
8. Epulis
Hipertropi gusi disebut epulis dapat terjadi bila hamil
9. Varices atau penampakan pembuluh darah vena
C. ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL CARE
1. Pengkajian
a. Identitas
Terdiri dari identitas klien : nama, umur, agama, suku / bangsa,
pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, nomor medrec, tanggal
masuk RS, tanggal pengkajian, status marital, diagnosa medis,
alamat. Identitas suami: nama, umur, suku / bangsa, pekerjaan,
pendidikan, agama, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
Latar belakang kunjungan merupakan alasan klien datang ke
poliklinik
c. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Dikaji tentang penyakit yang pernah klien alami pada masa anak-
anak, apakah klien mempunyai riwayat alergi, mendapatkan
kecelakaan, pernah dirawat/ dioperasi, pernah dilakukan tindakan
persalinan seperti sectio caecarea, dll. Kebiasaan merokok, minum
kopi, alkohol dan obat-obatan.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dikaji klien sedang hamil berapa bulan
e. Riwayat Menstruasi
Menarche, melalui siklus haid, lamanya, banyaknya,
masalah,  HPHT, dan taksiran persalinan.
f. Riwayat Kontrasepsi
Dikaji jenis kontrasepsi  yang digunakan dan adakah masalah yang
timbul pada saat penggunaan kontrasepsi tersebut, serta alasan
klien berhenti menggunakan kontrasepsi.
g. Riwayat Pengobatan/Rokok/Alkohol Selama Kehamilan
Dikaji obat yang pernah digunakan atau sedang digunakan, cara
pemberian, tujuan pemberian, apakah ada ketergantungan rokok
atau alkohol, jenis imunisasi yang pernah didapat dan waktunya
kapan.

h. Riwayat Obstetrik
Dikaji tahun berapa klien melahirkan, dimana, penolongnya,
adakah komplikasi, keadaan anak sekarang, jenis kelamin, dan
jenis kelahirannya.
i. Riwayat Kehamilan Sekarang
Dikaji kapan klien merasa hamil, lalu periksa dimana. Kaji juga
adakah masalah yang timbul dan cara mengatasinya, seperti : mual,
muntah, gangguan BAK, sakit ulu hati, perdarahan, gangguan
istirahat tidur, kram pada kaki, pusing, sakit kepala, nyeri pada
abdomen, lelah, obstipasi, sakit pinggang, dll.
j. Pola Aktivitas Sehari-hari
Kaji aktivitas sehari – hari klien, seperti : istirahat tidur
(lamanya, ada gangguan/tidak, bentuk gangguan, istirahat di siang
hari) biasanya pada kehamilan trimester ketiga klien menglami
insomnia (hamil minggu terakhir, karena adanya gerakan janin, otot
kram, sering kencing, nafas pendek, atau ketidaknyamanan yang
lain) , personal hygiene (cara mandi, frekuensi mandi, kebersihan
pakaian), aktivitas (gangguan pergerakan/tidak, jenis gangguan,
cara mengatasinya, kegiatan sehari-hari yang dilakukan klien),
makan dan minum (perubahan pola/tidak, jenis perubahan,
makanan/minuman yang disukai, makanan pantangan, diet khusus,
kesulitan dalam melaksanakan diet), eliminasi (perubahan
pola/tidak, jenis perubahan, cara mengatasi masalah) biasanya pada
kehamilan trimester ketiga klien mengalami sering kencing (karena
berkurangnya kapasitas blass karena pembesaran uterus dan bagian
presentasi janin), seksual (perubahan pola/tidak, alasannya, cara
mengatasi).
k. Pemeriksaan fisik
 Kaji tanda-tanda vital klien ( kesadaran, tekanan darah,
respirasi, nadi, suhu)
 Kaji berat badan dan tinggi badan klien sebelum dan setelah
hamil
 Kulit : warna kulit, kekenyalan, turgor kulit, dan adakah
hiperpigmentasi (pada ibu hamil biasanya terjadi
hiperpigmentasi pada wajah yang disebut cloasma
gravidarum).
 Rambut : warna, distribusi rambut
 Kepala : keseimbangan ukuran kepala dengan badan
(seimbang/tidak), dan pergerakan kepala (terkoordinasi atau
tidak).
 Mata : kaji warna konjungtiva, sklera, dan palpebral
 Hidung : kaji selaput mukosa, adakah sumbatan, dll
 Gigi dan mulut : kaji kebersihan gigi, adakah karies atau tidak,
jumlah gigi
 Leher : kaji adakah pembengkakan kelenjar tiroid, kelenjar
getah bening. Adanya peningkatan vena jugularis
 Dada : kaji bentuk dada
 Payudara : kaji bentuk, konsistensi, kesimetrisan, adakah
pembesaran, hiperpigmentasi areola dan puting, penonjolan
puting susu, pengeluaran kolostrum, pelebaran pada vena, dan
kebersihan payudara.
 Abdomen : kaji adanya pembesaran, bentuknya, adakah line
nigra, striae gravidarum, jaringan parut. Dan lakukan palpasi
(Leopold), tinggi fundus uteri. Auskultasi bunyi jantung anak
(frekuensi, regularity, adakah pergerakan anak).
 Ekstremitas : kaji bentuk dan ukuran kaki dan tangan, warna
kuku kaki dan tangan, adakah edema, varises, reflek patella.
 Vulva : kaji adakah edema, varises, perlukaan, pengeluaran
cairan, dll.
 Rektum : kaji adakah hemoroid
 Perineum : kaji elastisitas, adakah bekas perlukaan
 Pemeriksaan khusus : laboratorium
 Pemeriksaan Leopold
Pemeriksaan maneuver leopold merupakan teknik pemeriksaan
pada perut ibu untuk menentukan posisi dan letak janin dengan
melakukan palpasi abdomen.
1. Leopold 1
Tujuan :
Untuk menentukan usia kehamilan, dan untuk mengetahui
bagian janin apa yang terdaoat di fundus uteri (bagian atas
perut ibu)
2. Leopold II
Tujuan :
Untuk menentukan bagian janin apa yang berada pada
kedua sisi uterus, pada letak lintang tentukan dimana
kepala janin
3. Leopold III
Tujuan :
Untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong)
yang terdapat di bagian bawah perut ibu, serta apakah
bagian janin tersebut sudah memasuki pintu atas panggul
(PAP)
4. Leopold IV
Tujuan :
Untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdaat
di bagian bawah perut ibu, serta untuk mengetahui
seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu
atas panggul
l. Data Psikososial
 Status perkawinan
Kaji status maritalnya, pernikahan ke berapa, usia pertama kali
menikah, dan lamanya pernikahan.
 Respon klien terhadap kehamilan
Kaji bagaimana respon klien terhadap kehamilannya yang
dialaminya.

 Hubungan sosial dengan suami


Kaji reaksi dan persepsi terhadap kehamilan, jenis kelamin
yang diinginkan, bantuan pelayanan yang diharapkan, orang
yang penting bagi klien, rencana tempat melahirkan, rencana
mengikuti kelompok senam hamil, rencana menyusui sendiri
 Kebutuhan pendidikan kesehatan
 Kaji tentang pengetahuan klien terhadap perubahan fisik yang
dialaminya, kebutuhan informasi, nutrisi dalam kehamilan,
personal hygiene, perawatan bayi, latihan dan aktivitas,
kegiatan seksual, keluhan ringan dan cara mengatasinya,
keluarga berencana, jadwal pemeriksaan, respon psikologis.
m. Analisa Data
Analisa data merupakan proses berfikir yang meliputi kegiatan
pengelompokkan data dan menginterpretasikan kelompok data
tersebut. Kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga
dapat menentukan masalah. Dalam menganalisa data harus
divalidasi kembali setelah itu dikelompokkan ke dalam data
subjektif dan objektif, kemudian diidentifikasi pada masalah dan
penyebab.
 Ketidaknyaman berhubungan dengan perubahan fisik,
pengaruh hormonal, Masalah ini kemungkinan dapat
dibuktikan oleh : adanya tegang/nyeri punggung, kram kaki,
parestesia, pruritus, kontraksi uterus
 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai persiapan
untuk persalinan/kelahiran, perawatan bayi berhubungan
dengan kurangnya pengalaman, kesalahan interpretasi
informasi. Masalah ini kemungkinan dapat dibuktikan oleh :
meminta informasi, pernyataan masalah atau kesalahan
konsep.
 Perubahan eliminasi : BAK berhubungan dengan pembesaran
uterus, peningkatan tekanan abdomen, fluktuasi aliran darah
ginjal dan lajufiltrasi glomerulus. Masalah ini kemungkinan
dapat dibuktikan : oleh :frekuensi berkemih, dorongan, edema
 Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan
hasrat seksual, ketidaknyaman (sesak nafas, kelelahan,
pembesaran abdomen), salah pengertian/merasa takut. Masalah
ini kemungkinan dapat dibuktikan : keluhan kesulitan,
keterbatasan atau perubahan pada perilaku seksual,
memperhatikan keamanan janin
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan pola
aktivitas aktivitas, stres psikologis, ketidaknyamanan. Masalah
ini kemungkinan dapat dibuktikan : gangguan tidur, terbangun
lebih awal/lebih lama dari yang diinginkan, kesulitan tidur,
tidak merasa segar, lingkaran hitam di bawah mata.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas tentang
masalah klien dan penyebabnya. Selain itu harus spesifik berfokus pada
kebutuhan klien dengan mengutamakan prioritas dan diagnosa yang
muncul harus dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada kehamilan  trimester ketiga.
a. Ketidaknyaman berhubungan dengan perubahan fisik, pengaruh
hormonal
b. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai persiapan untuk
persalinan/kelahiran, perawatan bayi berhubungan dengan
kurangnya pengalaman, kesalahan menerima informasi
c. Risiko tinggi harga diri rendah berhubungan dengan
ketidakmampuan  menyelesaikan tugas pada kehamilan/kelahiran
anak
d. Perubahan eliminasi : BAK berhubungan dengan pembesaran
uterus, peningkatan tekanan abdomen, fluktuasi aliran darah ginjal
dan laju filtrasi glomerulus
e. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan hasrat
seksual, ketidaknyamanan (sesak nafas, kelelahan, pembesaran
abdomen), salah pengertian/merasa takut
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan pola aktivitas
aktivitas, stres psikologis, ketidaknyamanan
g. Risiko tinggi terhadap koping individu/keluarga tidak efektif
berhubungan dengan   krisis situasi/maturasi, kerentanan pribadi,
persepsi tidak realistis, metoda koping yang tidak efektif, sistem
pendukung yang tidak ada/tidak adekuat
h. Nyeri kaki berhubungan dengan adanya edema dan tekanan pada
pembuluh darah serta penurunan impuls saraf pada ektremitas
bawah karena pembesaran uterus
i. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien
mengenai tanda-tanda persalinan
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah merupakan suatu proses kegiatan merencanakan
asuhan keperawatan untuk membantu memenuhi kebutuhan kesehatan
klien dan mengatasi masalah keperawatan. Pada perencanaan
mengandung unsur promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan
melibatkan klien dan keluarga. Selain itu dalam merencanakan suatu
tindakan harus berorientasi pada tujuan dan sesuai dengan etiologi.
Sesuai dengan diagnosa yang dirumuskan diatas, maka dapat dirumuskan
pula tujuan dan intervensi keperawatan:
a. Ketidaknyaman berhubungan dengan perubahan fisik, pengaruh
hormonal
Hasil yang diharapkan :
 Melakukan aktivitas perawatan diri dengan tepat untuk
mengurangi ketidaknyamanan
 Melaporkan ketidaknyamanan dapat diminimalkan/dikontrol
No Intervensi Rasional
1. Kaji secara terus menerus ketidaknyamanan klien dan Data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan
metode untuk mengatasinya
2. Kaji status pernafasan klien Penurunan kapasitas pernafasan saat uterus menekan
diafragma, mengakibatkan dispnea
3 Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan Lordosis dan regangan otot disebabkan oleh pengaruh hormon
perubahan cara jalan. Anjurkan penggunaan sepatu hak (relaksin, progesteron) pada sambungan pelvis dan
rendah, latihan pelvic rock, girdle maternitas, penggunaan perpindahan pusat gravitasi sesuai dengan pembesaran uterus.
kompres panas, sentuhan terapeutik atau stimulasi saraf Intervensi multipel biasanya lebih membantu untuk
elektrikal transkutan dengan tepat menghilangkan ketidaknyaman
4 Perhatikan adanya kram pada kaki. Anjurkan klien untuk Menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan perubahan
meluruskan kaki dan mengangkat telapak kaki bagian kadar kalsium,/ketidakseimbangan kalsium-fosfor, atau
dalam ke posisi dorsofleksi karena tekanan dari pembesaran uterus pada saraf yang
mensuplai ekstremitas bawah
5 Kaji adanya/frekuensi Braxton Hicks. Berikan informasi Kontraksi ini dapat menciptakan ketidaknyaman pada
mengenai fisiologi aktivitas uterus multigravida pada trimester kedua  maupun ketiga.
6 Perhatikan paraestesia jari kaki dan jari tangan. Anjurkan Menurunkan efek postur lordotik ekstrem, edema, tekanan
klien untuk melepaskan perhiasan yang ketat, pertahankan saraf ligamen karpal, dan defisiensi vit B6.
masukan vitamin pranatal yang adekuat, menggunakan
postur yang tepat, latihan tungkai secara teratur sepanjang
hari, dan menghindari suhu ekstrem
7 Perhatikan keluhan frekuensi BAK dan tekanan pada Pembesaran uterus trimester tiga menurunkan kapasitas
kandung kemih kandung kemih, mengakibatkan sering berkemih
8 Kaji adanya konstipasi dan hemoroid Peningkatan pemindahan posisi usus memperberat masalah
eliminasi
9 Diskusikan penggunaan pencahar selama bulan Penggunaan pencahar dapat merangsang awitan persalinan
kesembilan, dan anjurkan cara-cara lain untuk mengatasi awal.
komplikasi, seperti diet tinggi serat. Perhatikan praktik
budaya yang dapat mempengaruhi perilaku
10 Kaji adanya pirosis (nyeri ulu hati). Tinjau pembatasan diet Masalah sering terjadi pada trimester kedua dan dapat
berlanjut, khususnya bila diet tidak dimodifikasi
11 Perhatikan adanya leukorea dan pruritus. Anjurkan klien Saat kadar estrogen tinggi, sekresi kelenjar servikal
untuk sering mandi, menggunakan celana dalam katun, menghasilkan media asam yang mendorong proliferasi
pakaian longgar, dan menghindari duduk  untuk waktu organisme
yang lama
12 Kaji terhadap masalah yang berhubungan dengan Peningkatan metabolisme dan suhu tubuh disebabkan oleh
diaforesis,; anjurkan penggunaan pakaian yang tipis, sering aktivitas progesteron sedangkan penambahan barat badan
mandi, dan lingkungan dingin berlebihan dapat membuat klien merasa panas terus-menerus
dan dapat meningkatkan diaforesis

b. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai persiapan untuk persalinan/kelahiran, perawatan bayi berhubungan dengan
kurangnya pengalaman, kesalahan interpretasi informasi
Hasil yang diharapkan :
 Mendiskusikan perubahan fisik/psikologis berkenaan dengan persalinan/kelahiran
 Mengidentifikasi sumber-sumber yang tepat untuk mendapatkan informasi tentang perawatan bayi
 Mengungkapkan kesiapan untuk persalinan/kelahiran dan bayi
No Intervensi Rasional
1. Berikan informasi tentang perubahan fisik/fisiologis Pemahaman kenormalan perubahan ini  dapat menurunkan
normal berkenaan dengan trimester ketiga kecemasan dan membantu meningkatkan penyesuaian
aktivitas perawatan diri
2. Berikan informasi tertulis/verbal tentang tanda-tanda Membantu klien untuk mengenali awitan persalinan, untuk
awitan persalinan; bedakan antara persalinan palsu dan menjamin tiba ke rumah sakit tepat waktu, dan menangani
benar. Diskusikan kapan memberi tahu dokter atau persalinan/kelahiran
pemberi pelayanan kesehatan serta kapan  meninggalkan
rumah sakit atau rumah bersalin. Diskusikan tahap-tahap
persalinan/kelahiran
3 Berikan informasi tentang perawatan bayi, perkembangan, Membantu menyiapkan pengambilan peran baru, memerlukan
dan pemberian makan; berikan referensi tepat. Kaji pakaian, dan suplai; membantu persiapan memberi makan
keyakinan budaya secara menyusui dan atau dengan menggunakan botol.
Kurang persiapan mungkin berhubungan secara kultural

c. Risiko tinggi harga diri rendah berhubungan dengan ketidakmampuan  menyelesaikan tugas pada kehamilan/kelahiran anak
Hasil yang diharapkan :
 Mendiskusikan reaksi-reaksi terhadap perubahan citra tubuh
 Mencari model peran positif dalam persiapan untuk menjadi orang tua
 Mengungkapkan perasaan percaya diri mengenai peran baru
No Intervensi Rasional
1. Perhatikan isyarat verbal dan nonverbal klien/pasangan Krisis situasi pada trimester akhir ini dapat mengakibatkan
saat diskusi tentang masalah-masalah perubahan tubuh dan klien merasa cemas, ambivalen, dan depresi akan tubuhnya
harapan peran. dan efek-efek kehamilan pada kemampuan/aktivitasnya. Ia
mungkin juga takut cedera terhadap diri dan janin rentan
terhadap penolakan, kehilangan, atau diabaikan
2. Evaluasi adaptasi fisiologis klien/pasangan  terhadap Tugas normal trimester ketiga berfokus pada persiapan
kehamilan menjadi ayah/ibu. Bila klien dan atau pasangannya
mempunyai ego lemah  dan tidak menyelesaikan tugas-tugas
kehamilan, kesulitan menjadi orang tua mungkin terjadi
3 Tentukan latar belakang budaya, termasuk nilai-nilai Masyarakat dan budaya mempengaruhi respons pasangan
mengenai keluarga terhadap kehamilan dan perubahan peran yang dibutuhkan
melalui kelahiran bayi
4 Berikan /tinjau ulang informasi tentang perubahan fisik Pendidikan atau komunikasi tentang bagaimana perubahan
normal pada trimester ketiga tubuh normal dapat mempengaruhi secara positif sikap dan
persepsi yang memudahkan pemahaman dan apresiasi
terhadap kehamilan pada kedua anggota pasangan
5 Kaji ketersediaan dan sifat sistem pendukung, model Ketersediaan dukungan yang memadai membantu
peran, dan keyakinan budaya mengembangkan penyesuaian positif terhadap kehamilan dan
menjadi orang tua

d. Perubahan eliminasi : BAK berhubungan dengan pembesaran uterus, peningkatan tekanan abdomen, fluktuasi aliran darah ginjal dan
laju filtrasi glomerulus
Hasil yang diharapkan :
 Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi
 Mengidentifikasi cara-cara untuk mencegah stasis urinarius dan atau edema jaringan
No Intervensi Rasional
1. Berikan informasi tentang perubahan perkemihan Membantu klien memahami alasan fisiologis dari frekuensi
sehubungan dengan trimester ketiga berkemih dan nokturia. Pembesaran uterus  trimester ketiga
menurunkan kapasitas kandung kemih, mengakibatkan sering
berkemih.
2. Anjurkan klien untuk melakukan posisi miring kiri saat Meningkatkan perfusi ginjal; memobilisasi bagian yang
tidur. Perhatikan keluhan-keluhan nokturia mengalami edema dependen. Edema berkurang pada pagi hari
pada kasus edema fisiologis
3 Berikan informasi mengenai perlunya masukan cairan 6 Mempertahankan tingkat cairan dan perfusi ginjal adekuat,
sampai 8 gelas/hari, penurunan masukan 2-3 jam sebelum yang mengurangi natrium diet untuk mempertahankan status
beristirahat, dan penggunaan garam, makanan dan produk isotonik
mengandung natrium dalam jumlah sedang
4 Berikan informasi mengenai bahaya menggunakan diuretik Kehilangan/pembatasan natrium dapat sangat menekan
dan penghilang natrium dari diet regulator renin-angiotensin-aldosteron dari kadar cairan,
mengakibatkan dehidrasi/hipovolemia berat
5 Tes urin midstream untuk memeriksa albumin. Perhatikan Dapat mengindikasikan spasme glomerulus atau penurunan
lokasi dan luasnya edema jaringan dan haluaran urin perfusi ginjal berkenaan dengan HAK

6 Kaji ulang masalah-masalah medis yang ada sebelumnya Masalah-masalah yang mempengaruhi fungsi ginjal disertai
dengan peningkatan volume cairan dan stasis meningkatkan
risiko klien terhadap masalah-masalah sirkulasi yang
mempengaruhi plasenta/janin
7 Kaji terhadap tanda-tanda dan gejala-gejala ISK,; dapatkan Klien pranatal rentan terhadap stasis perkemihan/ISK karena
urin untuk jumlah koloni , dan kultur serta sensitifitas  bila efek vasodilatasi progesteron pada ureter dan kompresi ureter
jumlah lebih besar dari 100.000/ml dengan pembesaran uterus

e. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan hasrat seksual, ketidaknyamanan (sesak nafas, kelelahan, pembesaran
abdomen), salah pengertian/merasa takut
Hasil yang diharapkan :
 Mendiskusikan masalah yang berhubungan dengan isu-isu seksual pada trimester ketiga
 Mengekspresikan kepuasan bersama dengan hubungan seksual
No Intervensi Rasional
1. Lanjutkan/mulai pengkajian seksual, cari perubahan pola Penurunan minat pada aktivitas/koitus seksual sering terjadi
dari trimester pertama dan kedua pada trimester ketiga, karena perubahan/ketidaknyaman
fisiologis
2. Kaji persepsi pasangan terhadap hubungan seksual Kemampuan pasangan untuk mengidentifikasikan/
mengungkapkan/ menerima perubahan seksual pada trimester
pertama dapat mempengaruhi hubungan dan kemampuan
mereka untuk mendukung satu sama lain secara emosional
3 Anjurkan pasangan untuk berdiskusi, secara terpisah dan Komunikasi antar pasangan adalah untuk pemecahan masalah
terhadap satu sama lain tentang perasaan dan masalah yang yang konstruktif. Klien dapat merasa ketertarikan seksual
berhubungan dengan perubahan pada hubungan seksual. berkurang saat tubuhnya membesar, dan respons pria pada
Berikan informasi tentang kenormalan perubahan perubahan klien dapat bervariasi dari peningkatan hasrat
sampai tidak berminat atau menolak.
4 Anjurkan pilihan posisi untuk aktivitas seksual Pembesaran abdomen klien memerlukan perubahan posisi
(mis.miring atau posisi wanita di atas ) untuk kenyamanan dan keamanan
5 Anjurkan klien/pasangan untuk mengungkapkan rasa takut Kesalahan pebgertian dan rasa takut bahwa aktivitas seksual
yang dapat menurunkan hasrat untuk aktivitas seksual dapat menyebabkan cedera janin dan infeksi

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan pola aktivitas, stres psikologis, ketidaknyamanan
Hasil yang diharapkan :
 Klien mengatakan cukup tidur/istirahat
 Klien mengatakan merasa nyaman dan segar
No Intervensi Rasional
1. Tinjau ulang kebutuhan perubahan tidur normal berkenaan Membantu mengidetifikasi kebutuhan untuk menetapkan pola
dengan kehamilan. Tentukan pola tidur saat ini tidur yang berbeda
2. Evaluasi tingkat kelelahan; anjurkan klien untuk istirahat 1- Peningkatan retensi cairan, penambahan berat badan, dan
2 jam dan dapatkan 8 jam tidur per malam. Berikan pertumbuhan janin  semua memperberat perasaan lelah,
informasi tentang kelelahan sedang yang normal. khususnya pada multipara dengan anak lain dan atau
kebutuhan lain
3 Kaji terhadap kejadian insomnia dan respons klien terhadap Ansietas yang berlebihan, kegembiraan, ketidaknyamanan
penurunan tidur. Anjurkan alat bantu untuk tidur, seperti fisik, nokturia,  dan aktivitas janin  dapat mempersulit tidur
teknik relaksasi, membaca, mandi air hangat, dan
penurunan aktivitas tepat sebelum beristirahat
4 Perhatikan keluhan kesulitan bernafas karena posisi. Pada posisi rekumben, pembesaran uterus serta organ
Anjurkan tidur pada posisi semi fowler abdomen menekan diafragma, sehingga membatasi ekspansi
paru. Penggunaan posisi semi fowler memungkinkan
diafragma menurun, membantu mengembangkan ekspansi
paru dengan optimal
5 Dapatkan sel darah merah dan kadar Hb Anemia dan penurunan kadar Hb, mengakibatkan penurunan
oksigenasi jaringan
6 Rujuk klien untuk konseling bila kekurangan Mungkin perlu bagi klien menghadapi perubahan siklus tidur,
tidur/kelelahan mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari- mengidentifikasi prioritas yang tepat dan memodifikasi
hari komitmen

g. Risiko tinggi terhadap koping individu/keluarga tidak efektif berhubungan dengan   krisis situasi/maturasi, kerentanan pribadi,
persepsi tidak realistis, metoda koping yang tidak adekuat, sistem pendukung yang tidak ada/tidak adekuat
Hasil yang diharapkan :
 Mendiskusikan reaksi emosi pada trimester tiga
 Menyiapkan kelahiran bayi, sesuai dengan  keyakinan budaya, melalui pendidikan
 Mengidentifikasi model peran yang tepat
No Intervensi Rasional
1. Kaji persiapan persalinan, kelahiran, dan kedatangan bayi Keterlibatan pada kelas kelahiran bayi dan keahlian tentang
peralatan dan bahan dalam perawatan dapat menunjukkan
kesiapan secara psikologis.
2. Tentukan bagaimana mengetahui kehamilan saat Seseorang dengan tingkat ketergantungan yang tinggi dapat
persalinan dan kelahiran  mendekat mengalami kesulitan memenuhi peningkatan kebutuhan
ketergantungan klien sehingga dapat menciptakan konflik.
Selain itu, koping negatif dimanifestasikan sebagai akibat
kurangnya persiapan persalinan dan atau pada bayi baru lahir.
3 Perhatikan kehilangan dari kehamilan sebelumnya, faktor- Pasangan risiko tinggi mungkin lebih memilih untuk tidak
faktor genetik, atau riwayat lahir mati, dan diskusikan membuat persiapan dengan baik sebagai cara perlindungan
makna kejadian tersebut kepada klien/pasangan bagi mereka sendiri dari kemungkinan kehilangan/cedera
apabila janin tidak hidup

h. Nyeri kaki berhubungan dengan adanya edema  dan tekanan pada pembuluh darah serta penurunan impuls saraf pada ektremitas
bawah karena pembesaran uterus.
Hasil yang di harapkan
 Klien akan merasakan nyerinya berkurang dan edema berkurang
No Intervensi Rasional
1. Kaji kemungkinan klien berjalan atau menaiki tangga Berdiri dan duduk dalam waktu yang lama akan
beberapa kali setiap hari menyebabkan hambatan sirkulasi perifer dan menyebabkan
pegal atau nyeri pada kaki
2. Kaji kemungkinan ± 15 – 20 menit pada pagi hari, siang Berjalan dan menaiki tangga menstimulasi sirkulasi darah.
dan sore hari dan setelah bekerja untuk mengistirahatkan Posisi akan memanfaatkan gravitasi mengurangi edema lutut
kakinya dan meninggikan sendi serta untuk membantu
lengan dan kakinya dengan bantal pada malam hari selama
tidur dalam posisi miring
3 Anjurkan klien memakai korset untuk membantu Menyangga uterus dan membantu aliran vena dan limfa
menyangga abdomen yang membesar
4 Anjurkan klien minum 8 gelas perhari Asupan cairan dan posisi tidur yang miring membantu dalam
diuresis karena memperbaiki perfusi ginjal

i. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien mengenai tanda-tanda persalinan


Hasil yang diharapkan :
 Klien mendemostrasikan aksi dan menyebutkan rasional secara benar
 Pada kunjungan berikutnya klien menyatakan siap menghubungi pelayanan atau petugas kesehatan
No Intervensi Rasional
1. Gunakan instruksi tertulis untuk menjelaskan pada klien Pengetahuan kemungkinan klien bekerjasama dalam
bagaimana menganali kontraksi perawatannya, dan meningkatkan perawatan diri
2. Menyarankan berupa pamflet yang memungkinkan  suami Klien dalam keadaan cemas perlu bantuan keluarga untuk
dan keluarganya mengenali dan melaporkan tanda persalinan pada petugas

4.
5. Implementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan yang telah
ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara
optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
atau pelaksanaan merupakan perwujudan dari rencana yang sudah dibuat
sendiri dengan masing-masing diagnosa keperawatan, yang sesuai
dengan sarana dan prasarana yang ada. Perawat menerapkan
keterampilan, sikap, dan pengetahuannya sesuai dengan ilmu
pengetahuan. Pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan masalah yang
muncul, dapat bersifat dependen maupun kolaboratif. Adapun
pelaksanaan harus memperhatikan :
a. Sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.
b. Sesuai dengan prioritas tindakan.
c. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah baik dan benar serta
dengan menggunakan kata kerja.
d. Mencantumkan paraf/nama jelas dan waktu pelaksanaan tindakan.
6. Evaluasi
Tahap Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dikategorikan
sebagai formatif dan sumatif. Evaluasi formatif terjadi secara periodik
selama pemberian perawatan; sedangkan evaluasi sumatif terjadi pada
akhir aktivitas, seperti : di akhir penerimaan, pemulangan atau
pemindahan ke tempat lain, atau di akhir kerangka waktu tertentu, seperti
di akhir sesi penyuluhan.
II. CEPHALOPELVIC DISPROPORTION
A. KONSEP PANGGUL
1. Jenis Panggul
Menurut Caldwell dan Moloy, jenis panggul dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Panggul ginekoid, tipe panggul ini mempunyai ciri-ciri anatomi yang
biasanya dimiliki oleh panggul wanita. Dengan pintu atas panggul
yang bundar, atau dengan diameter transfersal yang lebih panjang
sedikit daripada diamter anteroposterior dan dengan panggul tengah
serta pintu bawah panggul yang cukup luas.

Gambar 1 : Panggul Ginekoid (Sumber: Cunningham, 1995)

b. Panggul antropoid, tipe panggul ini ditandai dengan diameter


anteroposterior yang lebih panjang daripada diameter transfersal, dan
dengan arkus pubis menyempit sedikit.

Gambar 2: Panggul Antropoid (Sumber: Cunningham, 1995)


c. Panggul android, tipe panggul ini ditandai dengan pintu atas panggul
yang berbentuk sebagai segitiga berhubungan dengan penyempitan
ke depan, dengan spina iskradika menonjol ke dalam dan dengan
arkus pubis menyempit.

Gambar 3: Panggul Android (Sumber: Cunningham, 1995)

d. Panggul platipelloid, tipe panggul ini mempunyai bentuk ginetoid


dengan diameter anteroposterior yang lebih pendek dari pada
diameter transfersal pada pintu atas panggul dan dengan arkus pubis
yang luas.

Gambar 6: Panggul Platipelloid (Sumber: Cunningham, 1995)


2. Kelainan bentuk panggul
a. Congenital
1) Just minor pelvis, sempit kecil
2) Simple flat pelvis
3) Male type pelvis
4) Funne pelvis (outlet sempit)
5) Panggul asimilasi
b. Kelainan penyakit tulang panggul
1) Rachitis
2) Osteomalaisia

c. Kelainan tulang belakang


1) Lordosis
2) Skoliosis
3) Kiposis
4) Spondilolistesis (Mochtar, 1998)
Di samping panggul-panggul sempit, terdapat pula panggul-
panggul sempit yang lain yang umumnya juga disertai perubahan
dalam bentuknya. Menurut klasifikasi yang dianjurkan oleh Munro
Kerr, panggul dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan
intrauterin: Panggul Naegele, Panggul Robert.
b. Perubahan bentuk karena penyakit tulang-tulang panggul dan
atau sendi panggul: Rakhitis, Osteomalaisia.
c. Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang: Kifosia,
Skoliosis, Spondilolistesis.
d. Perubahan bentuk karena penyakit kaki: Koksitis, Luksasio,
Koksa atrofi atau kelumpuhan satu kaki.
3. Panggul normal
Dinding anterior simfisis pubis berukran sekitar 5 cm dan dinding
posterior sekitar 10 cm. Panggul pada wanita berdiri tegak, bagian atas
canalis pelvis mengarah ke arah bawah dan belakang dan bagian
bawahnya melengkung menuju ke arah dan depan.
Gambar 5: Antero Posterior (AP) dan transfersal pintu atas panggul.
(Sumber: Cunningham, 1995).
Karena bentuk panggul yang kompleks maka panggul mempunyai 3
bidang, yaitu:
a. Pintu atas panggul
Pintu atas panggul (pintu superior) di belakang dibatasi oleh
promontorium dan ala sacrum, di lateral oleh linea terminalis dan di
anterior oleh rami horizontal tulang-tulang pubis dan simfisis pubis.
Empat diameter pintu atas panggul biasanya disebutkan: Antero
posterior, transfersal dan dua oblik, diameter antero posterior yang
penting secara obstretik adalah jarak terpendek antara promontorium
sacrum dan simfisis pubis dan disebut sebagai konjugata obstretik.
Normalnya konjugata obstretik besarnya 10 cm atau lebih. Diameter
transfersal tegak lurus dengan konjugata obstretik dan biasanya
diameter konjugata obstretik di titik sekitar 4 cm di depan
promontorioum.
Gambar 8: Antero Posterior (AP) dan transfersal pintu atas panggul
dan transfersal panggul tengah (Sumber: Cunningham, 1995)
b. Panggul tengah
Panggul tengah di tingkat spina iskiadika (bidang tengah), diameter
interspinosa, 10 cm atau lebih biasanya merupakan diameter terkecil
di panggul. Diameter antero posterior sampai setinggi spina
iskiadika, normal berukuran sekurang-kurang 11,5 cm. Komponen
posterior antara sacrum dan diameter interspinosa biasanya sekurang-
kurangnya 4,5 cm.
c. Pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul terdiri dari dua daerah. Tiga diameter pintu
bawah panggul biasanya disebutkan: antero posterior, transfersal, dan
sagita posterior. Diameter antero posterior (9,5 –11,5 cm), diameter
transfersal (11 cm) adalah jarak antara tepi-tepi dalam tuberositas
iskium. Diameter sagital posterior tegak lurus dengan suatu garis
antara kedua tuberositas iskium. Diameter sagital posterior pintu
bawah yang normal biasanya lebih dari 7,5 cm.
Gambar 9: Antero Posterior dibagi menjadi sagital anterior dan
posterior (Sumber: Cunningham, 1995)

B. KONSEP CEPHALOPELVIC DISPROPORTION


1. Definisi
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan
ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu.
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina.
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar
ataupun kombinasi keduanya. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang
menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga
janin tidak dapat keluar melalui vagina.
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan
ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu.
Sering kali, diagnosis ini dibuat setelah wanita telah bekerja keras selama
beberapa waktu, tetapi lain kali, itu dimasukkan ke dalam catatan medis wanita
sebelum ia bahkan buruh. Sebuah misdiagnosis of CPD account untuk banyak
yang tidak perlu dilakukan bedah caesar di Amerika Utara dan di seluruh dunia
setiap tahunnya. Diagnosis ini tidak harus berdampak masa depan seorang
wanita melahirkan keputusan. Banyak tindakan dapat diambil oleh ibu hamil
untuk meningkatkan peluangnya untuk melahirkan melalui vagina.
 Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi
sebagai berikut :
a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
i. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
ii. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
iii. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuranmuka
belakang
iv. Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul
sempit.
v. Panggul belah : symphyse terbuka
b. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
i. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha
panggul sempit picak dan lain-lain
ii. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
iii. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
c. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
i. Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
ii. Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit
miring.
d. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis,
luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul
sempit miring fraktura dari tulang panggul yang menjadi
penyebab kelainan panggul.
Penyebab dari Cephalopelvic Disproportion sendiri antara lain oleh karena :
1. Kapasitas panggul yang kecil atau ukuran panggul yang sempit
2. Ukuran janin yang terlalu besar atau yang paling sering menyebabkan
CPD
3. Kedua hal di atas yang terjadi pada saat yang bersamaan
 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya penyakit ini berhubungan erat dengan penyabab
CPD itu sendiri. yaitu kapasitas panggul atau ukuran panggul yang sempit dan
ukuran janin yang terlalu besar.

Pathway CPD

 Tanda dan Gejala


a. Pada palpasi abdomen, pada primipara kepala anak belum
turun setelah minggu ke-36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada anamnesa, multipara persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dan lain-
lain).
f. Persalinan Lebih lama dari biasa.
 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radrologi
Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto
i. Foto pintu atas panggul

ii. Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga


tabung rontgen tegak lurus diatas pintu atas panggul
b. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada
trochanter maya samping.
 Penatalaksanaan
a. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara
kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat
berlangsung per vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan
percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi,
termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapat diketahui sebelum
persalinan. Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang
kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau
kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak
boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga
sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasentajanin yang
akan menjadi penyulit persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan
selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala
bayi sudah keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya
dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan
mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati
dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil,
dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga
menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan
lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil,
penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha
melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk
melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya, dan
sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul
untuk melahirkan bahu depan.
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of
labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas,
sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour
karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam
kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya
pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan
terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per
vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik.
Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang
sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran
bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk
PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada
keadaan ini dilakukan seksio sesarea.
b. Sectio Caesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga
dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi
seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu)
dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi
untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat
persalinan per vaginum belum dipenuhi.
c. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan
pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
d. Kraniotomi
Dilakukan Pada janin yang meninggal.
 Komplikasi
Apabila persalinan dengan disproporsisefalo pelvik dibiarkan berlangsung
sendiri tampa-bilamana perlu. Pengambiilan tindakan yang tepat, timbulnya
bahaya bagi ibu dan janin
a. Bahaya Bagi Ibu
a. Partus lama yang sering disertai pecahnya ketuban pada pembukaan
kecil dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi
intrapartum
b. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir
tertahan dapat timbul regangan segmen bawah uerus dan pembentukan
lingkaranretrasi patologik (Bandl). Keadaan ini terkenal dengan
ruptura uteri mengancam. Apabila tidak segera diambil tindakan untuk
mengurangi regangan, akan timbul ruptur uteri
c. Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalo pelvik jalan
lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala
janin dan tulang panggul. Hal ini meninbulkan gangguan sirkulasi
dengan akibat terjadinya Iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat
tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesiko
servikalis, atau fitula vesiko vaginalis atau fistula rekto vaginalis.
2. Bahaya Bagi Janin
a. Partus lama dapat meningkatkan kematian Perinatal, apabila jika
ditambah dengan infeksi intrapartum
b. Prolasus Funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat
besar bagi janin dan memerlukan kelahiranya dengan apabila ia masih
hidup.
c. Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati
rintangan pada panggul dengan mengadakan moulage dapat dialami
oleh kepala janin tampa akibat yang jelek sampai batas – batas
tertentu. Akan tetapi apabila batas – batas tersebut dilampaui, terjadi
sobekan pada tentorium serebelli dan pendarahan intrakrahial.
d. Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang – kadang oleh
simfiksi pada panggul picak menyababkan perlukaan pada jaringan
diatas tulang kepala janin, malahan dapat pula meninbulakan fraktur
pada Osparietalis.
 Prognosis
Prognosis pada CPD tergantung pada berbagai faktor yaitu :
a. Bentuk Panggul
b. Ukuran Panggul
c. Pergeseran sendi-sendi panggul
d. Besarnya Kepala dan Kemampuan Kepala untuk moulage
e. Presentasi dan Posisi Kepala
f. His Ibu
 Pemeriksaan Fisik Pada Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan
anamnesa. Misalnya pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada
wanita dengan tinggi badan yang kurang dari normal ada kemungkinan
memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti seorang wanita
dengan tinggi badan yang normal tidak dapat memiliki panggul sempit. Dari
anamnesa persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul.
Apabila pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan
normal, kemungkinan panggul sempit adalah kecil.
1. Pengukuran panggul (pelvimetri)
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk
memperoleh keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri
dalama dengan tangan dapat diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah
panggul serta memberi gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun
pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.
2. Pelvimetri radiologis
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai
tingkat ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini
dapat memberikan pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak
mungkin didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal
pintu atas dan diameter antar spina iskhiadika. Tetapi pemeriksaan ini
memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin sehingga jarang
dilakukan.
3. Pelvimetri dengan CT scan
Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat
keakuratan lebih baik dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun
biayanya mahal. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan dengan MRI
dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi, pengukuran panggul
akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang dilakukan
karena biaya yang mahal. Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat
ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang
panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari bayi
yang terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan. Pada kehamilan yang
aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan dengan
metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr.
a. Pada metode Osborn
Satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul
dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan
apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak.
b. Metode Muller Munro Kerr
Dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan
kepala ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain
masuk ke vagina untuk menentukan seberapa jauh kepala mengikuti
tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina memeriksa dari
luar hubungan antara kepala dan simfisis.
4. Diagnosa Panggul Sempit dan CPD apabila :
a. Pemeriksaan Umum
Perlu curiga panggul sempit/ abnormal bila :
1. Adanya penyakit tulang dan sendi
2. Bentuk badan tidak normal (kyphosis, scoliosis)
3. Wanita pendek (TB < 145 cm)
4. Anamnesa pada persalinan yang dahulu
5. Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu
(primipara), 38 mg (multipara)
b. Pelvimetri (klinis dan radiologik)
1. Kesempitan PAP bila C.Vera < 10 cm dan diameter transversa <
12 cm
2. Kesempitan rongga panggul bila Diameter Interspinarum < 9,5
cm
3. Kesempitan PBP bila Arcus Pubis < 90 cm

C. ASUHAN KEPERAWATAN CEPHALOPELVIC DISPROPORTION


A. Pengkajian
1. Identitas
a. Ras: ukuran jenis-jenis panggul berbeda-beda dari berbagai ras.
b. Pada wanita yang tinggi badan < 145 cm, kemungkinan panggul kecil
perlu diperhatikan.
2. Riwayat penyakit
a. Ibu yang mempunyai penyakit diabetes mellitus akan mempengaruhi
besar janin.
b. Pada postpoliomyelitis masa kanak-kanak mengakibatkan panggul
miring.
c. Fraktur pada ekstremitas timbul kallus atau kurang sempurna
sembuhnya dapat mengubah bentuk panggul.
d. Penyakit rankitis pada masa kanak-kanak, jika duduk tekanan badan
pada panggul dengan tulang-tulang atau sendi-sendi yang lembek
menyebabkan sacrum dengan promontoriumnya bergerak ke depan
dan bagian bawahnya mendatar sehingga sacrum mendatar.
3. Riwayat persalinan yang lalu
a. Apakah partus yang lalu berlangsung lama, ada riwayat letak lintang
atau sunsang, persalinan ditolong dengan alat atau operasi.
4. Riwayat kehamilan sekarang
a. Usia kehamilan tidak boleh > 42 minggu.
b. Pergerakan anak
c. Tinggi fundus uteri.
d. Letak anak lintang atau sunsang.
5. Pola pemenuhan kebutuhan dasar
a. Nutrisi
Pada trimester ke 7 ibu harus mengurangi makanan yang mengandung
karbohidrat karena berat badan janin besar akan mempengaruhi prises
persalinan.
b. Psikososial
Kecemasan akan Nampak karena takut apakah ibu dan janin dapat
melalui proses persalinan dengan lancar atau tidak, keduanya harus
menyiapkan dana yang lebih jika harus dilakukan secsio sesarea.
6. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan panggul luar.
b. Palpasi: usia kehamilan36 minggu bagian terendah janin belun turun
pada primigravida.
c. Selisih distansia spinarum dan distansia cristarum<1,6 cm.
d. Conjugata eksterna < 16 cm
e. Pemeriksaan panggul dalam: promontorium teraba, linea inominata
teraba, sacrum, spina iskhiadika menonjol.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan kesulitan dalam persalinan.
2. Ansietas berhubungan dengan kesulitan dalam persalinan, kurang
pengetahuan tentang pola persalinan normal.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan sekunder dari
atony uterus.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan rupture membrane.
C. Intervensi
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan NOC 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
dengan kesulitan dalam o Pain level termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
persalinan o Pain control frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi.
o Comfort level 2. Observasi reaksi nonverbal dari

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, ketidaknyamanan.

Pasien tidak mengalami nyeri dengan 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
kriyeria hasil: menemukan dukungan.

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu 4. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi


penyebab nyeri, mampu nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan

menggunakan teknik kebisingan.

nonfarmakologik untuk mengurangi 5. Kurangi factor presipitasi nyeri.


nyeri) 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang intervensi

dengan menggunakan manajemen 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologik


nyeri. napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres

c. Mampu mengenali nyeri (skala hangat/dingin.


intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman setelah 9. Tingkatkan instirahat
nyeri berkurang 10. Berikan informasi tentang nyeri seperti
e. Tanda vital dalam rentan normal penyebab nyeri
f. Tidak mengalami gangguan tidur 11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgetik pertama kali
2 Ansietas berhubungan NOC NIC
dengan kesulitan dalam  Control kecemasan Anciety Reduction(penurunan kecemasan)
persalinan, kurang  Koping 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
pengetahuan tentang Setelah dilakukan tindakan, kecemasan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
pola persalinan normal klien teratasi dengan kriteria hasil: pelaku pasien
a. Klien mampu mengidentifikasi dan 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengungkapkan gejala cemas dirasakan selama prosedur
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan
dan menunjukkan teknik untuk dan mengurangi takut
mengotrol cemas 5. Berikan informasi factual mengenai
c. Vital sign dalam batas normal diagnosis, tindakan diagnosis
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa 6. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
tubuh dan tingkat aktivitas 7. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan
menunjukkan berkurangnya teknik relaksasi
kecemasan 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat kecemasan
10. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
12. Kelola pemberian obat anti cemas

3 Kekurangan volume NOC NOC


cairan berhubungan  Fluid balance Fluid management
dengan perdarahan  Hydration 1. Pertahankan catatan intake dan output yang
sekunder dari atony Setelah dilakukan tindakan keperawatan, akurat
uterus pasien tidak mengalami kekurangan 2. Monitor status hidrasi (kelembaban
volume cairan dengan kritria hasil: membrane mukosa)
a. Mempertahankan urin output sesuai 3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi
dengan usia dan BB cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urin, albumin,
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh total protein)
dalam batas normal 4. Monitor vital sign setiap 15 menit-1 jam
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 5. Monitor status nutrisi
d. Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas 6. Berikan penggantian nasogatrik sesuai output
normal (50-100 cc/jam)
e. pH urin dalam batas normal 7. Dorong keluarga untuk membantu pasien
f. Intake oral dan intravena adekuat makan
8. Atur kemungkinan tranfusi
9. Pasang kateter jika perlu
10. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
4 Resiko infeksi NIC NOC
berhubungan dengan  Immune status 1. Pertahankan teknik aseptif
rupture membrane  Knowledge: infection control 2. Batasi pengunjung bila perlu

 Risk control 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keperawatan

pasien tidak mengalami infeksi dengan 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat

kriteria hasil: pelindung

a. Klien bebas dari tanda dan gejala 5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai

infeksi dengan petunjuk umum

b. Menunjukan kemampuan untuk 6. Gunakan kateter intermiten untuk


mencegah timbulnya infeksi menurunkan infeksi kandung kencing
c. Jumlah leukosit dalam batas normal 7. Tingkatkan intake nutrisi
d. Menunjukan prilaku hidup sehat 8. Berikan terapi antibiotic
e. Status imun, gastrointestinal dalam 9. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
batas normal local
10. Inspeksi kulit dan membrane mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
11. Monitor adanya luka
12. Dorong masukan cairan
DAFTAR PUSTAKA:
Ali, Z. 2009. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus, dkk. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Dan KB. Jakarta :
EGC
Rochjati, Poedji. 2003. Skrining Antenatal Kebidanan Ibu Hamil. Surabaya :
Airlangga
Romauli, S. 2001. Buku Ajar Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta : Nuh Medika
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, I.B. 2002. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC
Mochtar, Prof. Dr. Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA. Yogyakarta: Mediaction.
Prawirohardjo, Sarwono. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka
FORMAT PENGKAJIAN ANTENATAL
KEPERAWATAN MATERNITAS

Nama Mahasiswa : Ria Ramadani Wansyaputri NIM : G1B220006


Tempat Praktik : Ruang Poli RS Bhayangkara Tgl : 17-
11-2020
A. DATA UMUM KLIEN
1. Inisial Klien : Ny. C
2. Usia : 26 Tahun
3. Status perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Pendidikan terakhir : SMA

B. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU

No Tahun Jenis Penolong Keadaan Masalah BBL


Kelamin Bayi Kehamilan
Saat ini

C. RIWAYAT GINEKOLOGI
1. Masalah ginekologi : Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
ginekologi
2. Riwayat KB : Klien mengatakan tidak mengikuti program KB

D. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI


1. HPHT : 27-02-2020
2. Taksiran Partus : 04-11-2020
3. BB Sebelum Hamil : 67 kg
4. TD Sebelum Hamil : 130/90 mmhg
Tgl TD TB/BB TFU Presentasi DJJ Usia Data Lain
Janin Gestasi
Selasa, 140/10 149 36 cm Presentasi 145x/i 39-40 Berat janin :
17 0 cm /76 kepala minggu 3.600 kg
November kg
2020

E. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


1. Status obsentri : G1P0A0
Keluhan : Keluar cairan/lendir pervagina (+), nyeri perut
bagian bawah (+)
2. Keadaan umum : Baik
3. Kesadaran : Kompos Mentis TB: 149 cm BB: 76
kg
4. Tanda vital : TD: 140/100 mmHg Nadi:106 x/menit
Suhu: 36,5 0c RR: 20x/menit
5. Kepala dan Leher:
a. Kepala : Tampak simetris, tidak terdapat benjolan, tidak ada
rambut
rontok, tidak ada luka dan tidak ada nyeri tekan
b. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor,
tidak ada masalah penglihatan
c. Hidung : Tampak simetris, tidak terdapat sumbatan, tidak ada polip,
tidak ada masalah penciuman, tidak ada pernapasan cuping
hidung
d. Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak terdapat sariawan, terdapat
karies gigi, tidak ada masalah pengecapan, tidak ada gusi
berdarah, lidah tampak bersih
e. Telinga : Tampak simetris, tidak ada masalah pendengaran
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak
terdapat
benjolan, tidak ada luka, dan tidak ada nyeri tekan
6. Dada:
a. Jantung : S1 S2 normal, bentuk dada tampak simetris
b. Paru : Vesikular, pengembangan dada simetris
c. Payudara : Tampak simetris, tidak ada nyeri tekan
d. Puting susu : putting susu tidak inferted, tidak ada
massa, Putting tidak inverted
e. Pengeluaran ASI : Tidak terdapat pengeluaran ASI
7. Eliminasi:
a. Urin: kebiasaan BAK : ± 5-6 x dalam sehari. Semenjak
memasuki trimester 3, klien mengatakan menjadi lebih sering BAK
b. BAB : kebiasaan BAB : 1x dalam sehari,
klien tidak mengalami konstipasi
8. Istirahat dan kenyamanan:
a. Pola tidur : Baik, lama tidur ± 7-8 jam,
frekuensi
jam 22.00 – 06.00 wib
b. Pola tidur saat ini : Klien mengatakakan akhir-akhir ini
sering terbangun pada subuh hari
untuk BAK
c. Keluhan ketidaknyamanan : Ya, lokasi pada perut bagian bawah.
Sifat nyeri : hilang timbul
Intensitas : skala nyeri 5
9. Mobilisasi dan latihan
a. Tingkat mobilisasi : Penuh/baik
b. Latihan senam : Klien mengatakan tidak mengikuti
senam
10. Nutrisi dan cairan:
a. Asupan nutrisi : Klien mengatakan mengkonsumsi
makanan yang mengandung
karbohdrat seperti nasi, protein
seperti ikan, tahu, tempe.
Mengkonsumsi sayuran seperti sop,
sayur bayam, mengkonsumsi buah-
buahan seperti pisang, pepaya
b. Asupan cairan : Klien mengatakan minum 2L dalam
sehari
11. Keadaan mental:
a. Adaptasi psikologis : Klien menyadari terdapat beberapa
perubahan pada saat hamil, pada
trimester 2 klien sering merasa sesak
akibat ukuran perut yang semakin
membesar. Pada trimester 3, klien
sering merasakan nyeri perut bagian
bawah dan menjadi lebih sering
BAK
b. Penerimaan terhadap kehamilan : Klien dan keluarga sangat antusias
untuk menyambut anak pertama
mereka
12. Abdomen:
a. Uterus
1) TFU : 36 cm
2) Kontraksi : Ya
3) Leopold I : Presentasi bokong
4) Leopold II : Puka dan puki
5) Leopold III : Presentasi kepala
6) Leopold IV : Belum memasuki PAP, dikarenakan
panggul ibu sempit. Kepala bayi
sudah mendorong untuk keluar
b. Pigmentasi
1) Linea nigra : Tidak terdapat linea nigra
2) Striae : Terdapat striae gravidarum
3) Fungsi pencernaan : Baik
13. Perineum dan genitalia
a. Vagina : Varises : Tidak ada varises
b. Kebersihan :-
c. Keputihan :-
1) Jenis/Warna :-
2) Konsistensi :-
3) Bau :-
4) Hemorhoid :-
14. Ekstremitas:
a. Ekstremitas atas
1) Edema : Tidak terdapat edema
2) Varises : Tidak terdapat varises
b. Ekstremitas bawah
1) Edema : Tidak terdapat edema
2) Varises : Tidak terdapat varises
3) Reflex patella :…., jika ada:

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan USG, pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan tes rapid dan
pemeriksaan EKG untuk persiapan operasi SC

G. KESIMPULAN
G1P0A0 Hamil 39-40 minggu JTH Presentasi Kepala Dengan
Chevalopelvik Disproportion
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif

 Klien datang dengan keluhan  Pemeriksaan tanda-tanda vital


keluar cairan/lendir per vagina TD : 140/100 MMHG
 Klien mengeluh nyeri perut HR : 106x/i
bagian bawah RR : 20x/i
 Klien mengatakan takut untuk S : 36,5oC
menjalani operasi SC  Hasil pemeriksaan USG : kepala
janin tidak dapat memasuki PAP
 Wajah klien tampak tegang,
dikarenakan ini merupakan
kehamilan pertama klien
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Data Subjektif : Kontraksi Nyeri
 Klien datang dengan
keluhan keluar
cairan/lendir per vagina
 Klien mengeluh nyeri
perut bagian bawah sejak
malam hari

Data Objektif :
 Pemeriksaan tanda-tanda
vital
TD : 140/100 mmhg
HR : 106x/i
RR : 20x/i
S : 36,5oC
 Hasil pemeriksaan
USG : kepala janin tidak
dapat memasuki PAP

Data Subjektif : Tindakan Ansietas


 Klien mengatakan takut operasi SC
untuk menjalani operasi
SC
Data Objrktif :
 Wajah klien tampak
tegang, dikarenakan ini
merupakan kehamilan
pertama klien
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d dilatasi serviks t.d klien datang dengan keluhan keluar
cairan/lendir per vagina, klien mengeluh nyeri perut bagian bawah sejak
malam hari, pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 140/100 mmhg, HR :
106x/I, RR : 20x/i, S : 36,5 oC dan hasil pemeriksaan USG : kepala janin
tidak dapat memasuki PAP
2. Ansietas b.d tindakan operasi SC t.d klien mengatakan takut untuk
menalani operasi SC dan wajah klien tampak tegang dikarenakna ini
merupakan kehamilan pertama klien
C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Implementasi Evaluasi


Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut b.d Tujuan : 1. Menjelaskan 1. Menjelaskan S : klien mengatakan
dilatasi serviks t.d Setelah dilakukan penyebab nyeri penyebab nyeri masih nyeri, nyeri
klien datang tindakan keperawatan 2. Mengajarkan teknik 2. Mengajarkan teknik dirasakan hilang
dengan keluhan diharapkan klien dapat napas dalam pada napas dalam pada saat timbul
keluar mengontrol nyeri, saat nyeri timbul nyeri timbul O : Pada saat nyeri
cairan/lendir per dengan kriteria hasil : 3. Mengukur TTV 3. Mengukur TTV klien timbul, klien tampak
vagina, klien  Klien mampu klien meringis. Hasil
mengeluh nyeri menggunakan pemeriksaan USG
perut bagian teknik kepala janin tidak
bawah sejak nonfarmakologi dapat memasuki PAP
malam hari,  Klien tampak A : Masalah belum
pemeriksaan rileks pada saat teratasi
tanda-tanda vital terjadi kontraksi P : Klien di
TD : 140/100 rencanakn operasi
mmhg, HR : SC. Melakukan
106x/I, RR : pemeriksaan EKG,
20x/i, S : 36,5oC pemeriksaan labor,
dan hasil dan tes rapid
pemeriksaan USG
: kepala janin
tidak dapat
memasuki PAP
2. Ansietas b.d Tujuan : 1. Informasikan 1. Menginformasikan S : Klien mengatakan
tindakan operasi Setelah dilakukan tentang kondisi tentang kondisi ibu bisa sedikit lebih
SC t.d klien tindakan keperawatan ibu dan janin dan janin rileks
mengatakan takut diharapkan kecemasan 2. Anjurkan klien 2. Menganjurkan klien O : Ketegangan di
untuk menalani klien berkurang, untuk untuk wajah klien
operasi SC dan dengan kriteria hasil : mengungkapkan mengungkapkan berkurang, klien
wajah klien  Postur tubuh, perasaannya perasaannya tampak
tampak tegang ekspresi wajah, 3. Diskusikan 3. Mendiskusikan mendiskusikan
dikarenakna ini bahasa tubuh tentang rencana tentang rencana persiapan operasi
merupakan dan tingkat persalinan persalinan dengan keluarga
kehamilan aktivitas 4. Anjurkan 4. Menganjurkan A : Masalah teratasi
pertama klien menunjukkan keluarga untuk keluarga untuk sebagian
berkurangnya memberikan memberikan P : Intervensi
kecemasan dukungan dukungan kepada dilanjutkan
kepada klien klien
5. Jelaskan semua 5. Menjelaskan semua
prosedur dan prosedur dan apa
apa yang yang dirasakan
dirasakan selama prosedur
selama prosedur 6. Meginstruksikan
6. Instruksikan klien menggunakan
klien teknik relaksasi
menggunakan
teknik relaksasi
LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS
NY. W POST SEKSIO SESAREA DENGAN INDIKASI PEB DAN
KPD DI RUANG RANAP KEBIDANAN RS BHAYANGKARA JAMBI

Pembimbing Akademik : 1. Dr. Muthia Mutmainnah, M.Kep, Sp.


Mat
2. Ns. Sri Mulyani, S.Kep., M.Kep
Pembimbing Lapangan : Susilawati, Amd.Keb,SKM

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Ukhvia Munawara G1B220001
Rina Mariani G1B220002
Devi Novita Sari Manurung G1B220005
Ria Ramadani Wansyaputri G1B220006
Vera Feronica G1B220007
Meti Erianti G1B220008
Nelvi Putri G1B220009
Astri Rahma Yani G1B220011
Auradhia Nurusyifa G1B220013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
TINJAUAN TEORI
1.1 Konsep Seksio Sesarea
A. Definisi Seksio Sesarea
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Amru Sofian,
2012). Sedangkan menurut (James R. Scott et all, 2002), Seksio sesarea
merujuk kepada kelahiran seoran janin yan viale melalui sayatan pada
dinding abdomen (laparatomi) dan sayatan pada uterus (histerotomi). Seksio
sesarea merupakan salah satu operasi terpenting yang dilakukan di dalam
bidang obstetric dan ginekologi.
Berdasarkan pendapat dari beberapa sumber di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa seksio sesarea merupakan salah satu tindakan operasi
untuk membantu melahirkan janin yang tidak bisa lahir melalui persalinan
normal.
B. Klasifikasi Seksio Sesarea
Jenis jenis operasi Seksio sesarea menurut (Amru Sofian, 2012) dan ,
yaitu:
1. Seksio sesarea abdomen
2. Seksio sesarea vaginalis
Sedangkan menurut arah sayatannya, seksio sesarea dapat diedakan
sebagai berikut (James R. Scott et all, 2002):
1. Seksio sesarea klasik
Yaitu dengan melakukan insisi memanjangg pada korpus uteri diatas
segmen bawah uterus dan mencapai fundus-fundus uterus. Teknik ini
jarang digunakan karena memiliki banyak kekurangan namun pada kasus
seperti operasi erulang yang memiliki banyak perlengketan organ cara ini
dapat dipertimbangkan. KelebihanSeksio sesarea klasik, yaitu:
a) Mengeluarkan janin lebih memanjang
b) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Sedangkan kekurangan Seksio sesarea klasik, yaitu:
a) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
b) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan. Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering
terjadi dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena
luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan,
sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam
persalinan. Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri,
dianjurkan supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu
lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2
tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka sembuh
dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup
luka rahim.
2. Seksio sesarea ismika,
Yaitu insisi melintang segmen bawah, memiliki keungggulan yaitu
hanya memerlukan sedikit diseksi kandung kemih dari miometrium
dibawahnya.KelebihanSeksio sesarea ismika, yaitu:
a) Penjahitan luka lebih mudah
b) Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi
uterus ke rongga perineum
d) Perdarahan kurang
e) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan
lebih kecil
Sedangkan kekurangan sesarea ismika, :
a) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan
yang banyak.
b) Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
C. Etiologi
Menurut Amin & Hardi (2013) etiologi Sectio Caesarea ada dua yaitu
sebagai berikut :
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai
kelainan letak ada, disporporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/
panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada primigravida,
solusio placenta tingkat I - II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi-
eklampsia, atas permitaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung,
DM), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan
sebagainya).

2. Etiologi yang berasal dari janin


Fetal distress/ gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukanjanin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan
vakum atau forseps ekstraksi.
Sedangkan menurut (James R. Scott et all, 2002), indikasi-indikasi yang
biasa untuk bedah sesar, yaitu:
a) Induksi gagal
b) Disporsisi kepala-panggul
c) Partus tidak maju
d) Gawat janin yang jelas
e) Solusio plasena
f) Plasenta previa
g) Tali pusat yang menumbung
h) Obstruksi tumor jinak dan ganas
i) Infeksi aktif herpes genitalis
j) Abdominal cerclage
k) Kembar siam
D. Pemeriksaan penunjang
1) Pemantauan janin erhadap kesehatan janin
2) Pemantauan EKG
3) Elektrolit
4) Hemoglobin/hematokrit
5) Golonan darah
6) Urinalisis
7) Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
8) Pemeriksaan sinar-X sesuai indikasi. (Amin & Hardi, 2013)
E. Komplikasi
Angka komplikasi 25% sampai 50%.Kematian ibu 1-2/1000, sebanyak
25% kematian ibu berhubungan dengan komplikasi anesthesia. Berikut
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada seksio sesarea, yaitu:
1) Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya
peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila
sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau
ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu
(partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian
antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC
klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis
profunda.
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
3) Komplikasi - komplikasi lain seperti :
a. Luka kandung kemih
b. Embolisme paru – paru
c. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan
sesudah sectio caesarea klasik.
F. Angka Mortalitas Dan Morbiditas Ibu Dan Perinatal
1) Angka Mortalitas Dan Morbiditas Ibu
Angka kematian ibu akibat seksio sesarea kurangg dari 1: 1000
prosedur.Ancaman besar bagi perempuan yang menjalani seksio sesarea
adalah anesthesia, sepsis erat dan serangan tromoembolik. Morbiditas ibu
lebih sering dan kemungkinan besar lebih parah setelah seksio sesarea
daripada setelah persalinan pervaginam. Yang sering menjadi penyebab
morbbiditas adalah infeksi, perdarahan dan cedera saluran kemih.
(Norman F. Gant. 2010)
2) Angka Mortalitas Dan Morbiditas Perinatal
Frekuensi lahir mati dan angka kematian neonatus tentu saja akan
bergantung pada alasan dilakukannya seksio sesarea serta usia gestasi
janin. Secara umum kemungkinan terjadinya trauma lahir lebbih kecil
pada seksio sesarea daripada partus per vaginam.Namun, tidak menjamin
bahwa cedera tidak terjadi.Pada kenyaaannya janin dapat terluka saat
dilakukannya insisi ke dalam uterus.
G. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
H. Penatalaksanaan Post Seksio Sesarea
1. Pemberian cairan dan diet
Pasca operasi, pasien yang menjalani pembiusan spinal atau
epidural selama operasi diperbolehkan minum clear fluid (air putih atau
teh) pasca operasi selesai. Bila tidak ada keluhan mual atau muntah,
pasien dapat langsung mengonsumsi makanan padat setalah 2 jam pasca
operasi. Hal ini dimungkinkan karena cara kerja obat anestesi lokal tidak
memengaruhi saluran pencernaan.Namun pada kasus tertentu saat
dilakukan pembiusan umum selama operasi caesar, pasien baru diizinkan
minum dan makan setelah pasien dapat buang angin atau flatus.Hal ini
disesuaikan dengan efek obat bius terhadap kerja saluran
cerna.Keluarnya gas menandakan bahwa saluran pencernaan mulai
normal untuk bekerja kembali.Pengeluaran gas biasanya terjadi 6-12 jam
setelah operasi.Selama menunggu waktu tersebut, pasien hanya
diperbolehkan minum.
2. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 1-2 jam setelah operasi
b) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
c) Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
e) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi pasien bisa dipulangkan
3. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan.Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
a. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
4. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.Insisi diperiksa setiap hari.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dilakukan 6 jam setelah pembedahan untuk memantau
kondisi klien terutama perdarahan.
6. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan. (Norman F. Gant. 2010).

I. Pathway

Kelainan / hambatan selama hamil dan proses persalinan


Misalnya : plasenta previa sentralis / lateralis, panggul
sempit, disproporsi cephalo pelvic, ruptur uteri
mengancam, partus lama / tidak maju, preeklamsia,
distonia serviks, malpresentasi janin

Ansietas
Sectio Caesarea(SC) Kurang Informasi

Insisi dinding
Luka post op. SC abdomen Tindakan anastesi

Terputusnya
Risiko Infeksi inkonuitas jaringan, Imobilisasi
pembuluh darah, dan
saraf - saraf di sekitar Gangguan
daerah insisi Mobilitas Fisik

Merangsang
pengeluaran histamin Defisit
dan prostaglandin Perawatan
Diri

Nyeri Akut
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian fokus
a. Identitas klien dan penanggung jawab
b. Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama,
alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa
medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda
vital.
c. Keluhan utama
d. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi kien
multipara
e. Data riwayat penyakit
- Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan
ataupenyakit yang dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan
setelah klien operasi.
- Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
maksudnya apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama
- Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita klien dan apakah keluarga klien ada
juga mempunyai riwayat persalinan yang sama (plasentaprevia).
f. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya
3) Pola aktifitas
Pada klien post partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepatlelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada klien postpartum sering terjadi adanya perasaan sering / susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema, yang menimbulkan infeksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karenaadanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
7) Pola penagulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka jahitan
dan nyeri perut akibat involusi uteri (pengecilan uteri oleh kontraksi
uteri),pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya
pengetahuan merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan social
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.

g. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut,
warna rambut, ada atau tidak adanya edem, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
prosespersalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing.
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya,adakah cairan yang keluar dari telinga.
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung.
5) Leher
Pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, adanya abstensi vena jugularis.
6) Dada dan payudara
Bentuk dada simetris, gerakan dada, bunyi jantung apakah ada
bisisng usus atau tiak ada. Terdapat adanya pembesaran payudara,
adanyahiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri.Fundus uteri 2 jari dibawa pusat.
8) Ginetelia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapatpengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.

9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur,
adanya hemoroid.
10) Ekstermitas
Pemeriksaan edema untuk melihat kelainan-kelainan
karenamembesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena
penyakit jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi (section caesarea)
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada abdomenpost
operasi SC, post anestesi
c. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan, luka post operasi

3. Intervensi Keperawatan
NO. Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
1. Nyeri akut Setelah diberikan 1. Lakukan pengkajian secara komprehensif
asuhan keperawatan tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik,
selama 1 x 24 jam durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
diharapkan nyeri dan faktor presipitasi.
klien berkurang / 2. Observasi respon nonverbal dari
terkontrol dengan ketidaknyamanan (misalnya wajah meringis)
kriteria hasil : terutama ketidakmampuan untuk
a. Klien melaporkan berkomunikasi secara efektif.
nyeri berkurang / 3. Kaji efek pengalaman nyeri terhadap
terkontrol kualitas hidup (ex: beraktivitas, tidur,
b. Wajah tidak istirahat, rileks, kognisi, perasaan, dan
tampak meringis hubungan sosial)
c. Klien tampak 4. Ajarkan klien menggunakan teknik
rileks, dapat nonanalgetik (relaksasi progresif, latihan
berisitirahat, dan napas dalam, imajinasi, sentuhan
beraktivitas sesuai terapeutik.)
kemampuan 5. Kontrol faktor - faktor lingkungan yang
yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (ruangan, suhu,
cahaya, dan suara)
6. Kolaborasi untuk penggunaan kontrol
analgetik, jika perlu.
2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat mobilitas dari pasien
Mobilitas asuhan keperawatan 2. Motivasi pasien untuk melakukan
selama 2 x 24 jam mobilitas secara bertahap
gangguan mobilitas 3. Pertahankan posisi tubuh yang tepat
fisik teratasi dengan 4. Berikan dukungan dan bantuan
kriteria hasil : keluarga/orang terdekat pada latihan gerak
Pasien sudah bisa pasien.
melakukan aktifitas
sendiri, pasien
mengatakan sudah
bisa bergerak.

3. Risiko Setelah diberikan 1. Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko


tinggi asuhan keperawatan yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah
selama 3x 24 jam ketuban.
diharapkan klien 2. Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor,
tidak mengalami dolor, tumor, fungsio laesa)
infeksi dengan 3. Lakukan perawatan luka dengan teknik
kriteria hasil : aseptik
1. Tidak terjadi 4. Inspeksi balutan abdominal terhadap
tanda - tanda eksudat / rembesan. Lepaskan balutan sesuai
infeksi (kalor, indikasi
rubor, dolor, 5. Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci
tumor, fungsio tangan sebelum / sesudah menyentuh luka
laesea) 6. Pantau peningkatan suhu, nadi, dan
2. Suhu dan nadi pemeriksaan laboratorium jumlah WBC / sel
dalam batas darah putih
normal ( suhu = 7. Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht.
36,5 -37,50 C, Catat perkiraan kehilangan darah selama
frekuensi nadi = prosedur pembedahan
60 - 100x/ menit) 8. Anjurkan intake nutrisi yang cukup
3. WBC dalam 9. Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai
batas normal indikasi
(4,10-10,9 10^3 /
uL)
2.1 Konsep Pre-eklamsia Berat
2.1.1 Teori
Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola
hidatosa.Preeclampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah persalinan. (Manjoer Arif,2000:270). Pra-eklampsia
adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah minggu ke-20
gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria.Edema juga dapat terjadi. (Safe
Motherhood:2000)
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain. Untuk
menegakkan diagnosis pre-eklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30mmHg
atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg
atau lebih. Kenaikan diastolik sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila tekanan
diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih, atau menjadi 90 mmHg atau lebih,
maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan tekanan darah dilakukan
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
2.1.2 Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Carpenito
menerangkan bahwa, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya preeklamsia
sebagai berikut :
a. Usia ibu hamil kurang dari 21 tahun.
b. Usia ibu hamil lebih dari 35 tahun.
c. Mempunyai riwayat penyakit pembuluh ginjal.
d. Diabetes melitus.
e. Penyakit pembuluh darah.
f. Kehamilan kembar.
g. Mola hidatidosa.
h. Penyakit hipertensi kronik.
i. Riwayat keluarga dengan hiperetensi sebagai pengaruh kehamilan.
2.1.3 Klasifikasi
Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat bila satu atau lebih tanda/gejala di bawah ini
ditemukan”
e. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic 110
mmHg atau lebih
f. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif;
g. Oliguria, urin 400 ml atau kurang dalam 24 jam’
h. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium;
i. Edema paru-paru atau sianosis (Prawirohardjo, Sarwono)

Temuan Pra-eklampsia Pra-eklampsia Berat


Ringan
Tekanan darah Meningkat sebesar Meningkat >20
diastolik 15-20mmHg atau mmHg atau nilai
nilai absolut >90 absolut >100
tetapi <100
Proteinuria Renik atau 1+ 2+ atau semakin
besar secara
persisten
Edema generalisata Tidak ada Ada
(termasuk wajah &
tangan)
Sakit kepala Tidak ada Ada
Gangguan Tidak ada Ada
penglihatan
Nyeri abdomen atas Tidak ada Ada
Oliguria Tidak ada Ada
Menurunnya gerakan Tidak ada Ada
janin

1. Faktor Predisposisi
Penyebab pre eklamsia belum diketahui secara pasti, penyakit ini
masih disebut Disease of theory (Sudhaberata, 2001). Namun
demikian, perhatian harus ditunjukan terutama pada penderita yang
mempunyai faktor predisposisi terhadap pre eklamsia. Menurut
Wiknjosastro (2008) fraktor predisposisi/risiko tersebut antara lain:
1) Usia/umur: primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan
semua ibu dengan usia diatas 35 tahun dianggap lebih rentan.
2) Paritas: primigravida memiliki insideni hipertensi hampir dua kali
lipat
3) Faktor keturunan (genetic): bukti adanya pewarisan secara genetik
paling mungkin disebabkan oleh turunan resesif.
4) Status sosial ekonomi: pre eklamsia dan eklamsia lebih umum
ditemui pada kelompok sosial ekonomi rendah.
5) Komplikasi obstetrik: kehamilan kembar, kehamilan mola atau
hidrops fetalis.
6) Riwayat penyakit yang sudah ada sebelumnya: Hipertensi,
Diabetes Melitus, penyakit ginjal, System Lupus Erytematosus
(SLE), sindrom antifosfolipid antibody.
2.1.4Manifestasi klinis
Menurut Trijatmo (2005), gejala subjektif pada preeklamsia yaitu :
a. Sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia.
b. Penglihatan kabur.
c. Nyeri di daerah epigastrium.
d. Mual atau muntah-muntah.
e. Tekanan darah akan meningkat lebih tinggi.
f. Edema dan proteinuria bertambah meningkat.
Selain gejala subjektif preeklamsia di atas, tanda dan gejala
preeklamsia ringan diantaranya:
1. Kenaikan tekanan darah sistolik 140 mmHg sampai kurang dari 160
mmHg;diastolik 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg.
2. Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air
seni).
3. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau
tangan.
Sedangkan tanda dan gejala pada preeklamsia berat diantaranya :
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg.
2. Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.
3. Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning).
4. Trombosit < 100.000/mm3.
5. Oliguria (jumlah air seni < 400 ml/24 jam).
6. Proteinuria (protein dalam air seni > 3 g/L).
7. Nyeri ulu hati.
8. Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat.
9. Perdarahan di retina (bagian mata).
10. Edema (penimbunan cairan) pada paru.
11. Koma.
2.1.5 Patofisiologi
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitifitas vaskuler
terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan
kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme
menurunkan diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi fungsi
organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40-60
%.Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan
kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus.Aktivitas uterus dan
sensitivitas terhadap oksitosin meningkat.
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan
perubahan glomerolus, protein keluar melalui urin, asam urat menurun,
garam dan air di tahan, tekanan osmotik plasma menurun, cairan keluar
dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi. Peningkatan viskositas
darah dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit.Pada
preeklamsia berat terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat
badan naik dengan cepat.
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema
hepar dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami
nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran atas.Ruptur hepar jarang terjadi
tetapi merupakan komplikasi yang hebat dari PIH, enzim enzim hati
seperti SGOT dan SGPT meningkat.Vasospasme arteriola dan penurunan
aliran darah ke retina menimbulkan symptom visual seperti skotoma
(blind spot) dan pandangan kabur.
Patologi yang sama menimbulkan edema cerebral dan hemoragik
serta peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala,
hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek).
Pulmonari edema dihubungkan dengan edema umum yang berat,
komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri.
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan preeklampsia tergantung dari usia gestasi dan
tingkat keparahan penyakit. Persalinan/terminasi adalah satu-satunya
terapi definitif untuk preeklampsia.Tujuan utama penatalaksanaan
preeklampsia adalah kondisi ibu yang aman dan persalinan bayi yang
sehat. Pada pasien dengan preeklampsia tanpa tanda-tanda preeklampsia
berat, induksi sering dilakukan setelah usia gestasi 37 minggu.
Sebelumnya, pemberian kortikosteroid dilakukan untuk mempercepat
pematangan paru janin. Pada preeklampsia berat, induksi
dipertimbangkan setelah usia gestasi di atas 34 minggu. Pada kondisi
seperti ini, beratnya penyakit pada ibu lebih dipertimbangkan dari risiko
prematuritas bayi.Pada situasi gawat darurat, pengontrolan terhadap
tekanan darah dan kejang harus menjadi prioritas.
Perawatan Pre-Rumah Sakit untuk pasien hamil dengan dugaaan
preeklampsia terdiri dari:

a. Pemberian oksigen via face mask


b. Pemasangan akses intravena
c. Monitor jantung
d. Transportasi pasien dengan posisi miring kiri
e. Kewaspadaan terhadap kejang

Tatalaksana mayoritas pasien dengan preeklampsia tanpa tanda


bahaya (bukan preeklampsia berat) dapat dilakukan dengan cara berobat
jalan, tetapi tetap dibutuhkan observasi yang ketat terhadap terjadinya
perburukan. Namun, pada beberapa kasus pasien juga dapat dirawat di
rumah sakit.Tirah baring total sudah tidak direkomendasikan lagi pada
pasien dengan preeklampsia.Selain karena efektivitasnya yang rendah,
tirah baring justru menjadi faktor risiko terjadinya
tromboembolisme.Sebaiknya lebih dianjurkan untuk melakukan tirah
baring dengan posisi miring ke kiri ketika pasien sedang tidur guna
menghilangkan tekanan rahim pada vena kava inferior sehingga
meningkatkan aliran darah ke jantung. Selain pemantauan tekanan darah
dan protein urin secara berkala, pemeriksaan nostress test (NST dengan
menggunakan CTG cardiotocography) direkomendasikan untuk
dilakukan dua kali seminggu sampai persalinan.

2.1.7 Pemeriksaan penunjang

a)Uji diagnostik dasar


1Pengukuran tekanan darah.
2Analisi protein dalam urine.
3Pemeriksaan edema.
4Pengukuran tinggi fundus uteri.
5Pemeriksaan funduskopik.
b)Uji laboratorium
1.Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit
pada sediaan darah tepi).
2.Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat
aminotranferase).
3.Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
c)Uji untuk meramalkan hipertensi.
1.Roll-over test.
2.`Pemberian infus angiotensin II.

Konsep Asuhan Keperawatan


2.1.2. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
a.Data subyektif :
-Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35
tahun
-Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
-Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
-Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia
sebelumnya
-Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
-Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya

a. Data Obyektif :
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal
distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat
pemberian SM (jika refleks + )
- Pemeriksaan penunjang ;
 Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur
2 kali dengan interval 6 jam
 Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream
( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada
skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat,
serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
 Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
 Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya
kelainan pada otak
 USG ; untuk mengetahui keadaan janin
 NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2.1 Diagnosa Keperawatan


a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan
penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah)
b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan
dengan perubahan pada plasenta
c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus
dan pembukaan jalan lahir
d. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan koping yang tidak
efektif terhadap proses persalinan

2.2 Intervensi
a) Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan
penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang
pada ibu
Kriteria Hasil :
- Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
- Tanda-tanda vital :
- Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg
- Suhu : 36-37 C
- Nadi : 60-80 x/mnt
- RR : 16-20 x/mnt
- Intervensi :
1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih
merupkan indikasi dari PIH
2. Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah
otak
3. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella
dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria
)
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada
otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
4. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya
kontraksi uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan
SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang
b) Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan
dengan perubahan pada plasenta
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal
distress pada janin
Kriteria Hasil :
- DJJ ( + ) : 12-12-12
-
Intervensi :
1. Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur
dan solusio plasenta
2. Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena
hipertensi sehingga timbul IUGR
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut,
perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu
akibat hipoxia bagi janin
4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi
jantung serta aktifitas janin
5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
c) Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus
dan pembukaan jalan lahir
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti
penyebab nyeri dan dapat mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
- Ibu mengerti penyebab nyerinya
- Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi :
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan
dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon
pasien terhadap nyerinya
2. Jelaskan penyebab nyerinya
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa
kooperatif
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS
timbul
R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga
kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
5. R/. untuk mengalihkan perhatian pasien

d) Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang


tidak efektif terhadap proses persalinan
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu
berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
- Ibu tampak tenang
- Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
- Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan
medikamentosa
2. Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat
mengurangi emosional ibu yang maladaptive
3. gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang
dimiliki ibu efektif
4. Beri support system pada ibu
R/ ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan
yang sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa
ketenangan hati
2.3 IMPLEMENTASI
Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.
2.4 EVALUASI
Evaluasi disesuaikan dengan criteria hasil yang telah ditentukan.

3.1 Definisi Ketuban Pecah Dini (KPD)


Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
tanda-tanda persalinan. Pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau
sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (masa laten). Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.Ketuban
pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput amnion sebelum
dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion
sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi.
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan, hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. Ketuban pecah dini (KPD)  merupakan
pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai, pada usia kurang
dari 37 minggu.
3.2 Etiologi Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan premature alias
bayi terpaksa dilahirkan sebelum waktunya.Ketuban pecah dini disebabkan
oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan
intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut.Berkurangnya kekuatan membran
disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks.Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri.
Penyebab lainnya adalah sebagai berikut:
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-
otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Adalah serviks
dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi sebelumnya
melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada
serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihantanpa perasaan
nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin
serta keluarnya hasil konsepsi
b. Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihandapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.Misalnya :
 Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
 Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan,
sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan.
Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar
dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian
bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput
ketuban tipis dan mudah pecah.
 Makrosomia : berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over
distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah
sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban
menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang,
menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
 Hidramnion atau polihidramnion : jumlah cairan amnion >2000mL.
Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak.
Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi
secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat
tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu
beberapa hari saja
c. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
d. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalo pelvic disproporsi).
e. Korioamnionitis : infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh
penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting
adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
f. Penyakit Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah
mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang
terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
g. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)
h. Riwayat KPD sebelumya
i. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
j. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
3.3 Manifestasi Klinis Ketuban Pecah Dini (KPD)
Manifestasi klinis KPD menurut Mansjoer antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.
Menurut Manuaba mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
 Devaskularisasi
 Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
 Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
 Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang
mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.
3.4 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini (KPD)
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban.Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat
meningkatkan konsentrasi secara lokal asam arakidonat, dan lebih lanjut
menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan
kontraksi miometrium.Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat
aktivitas monosit/ makrofag, yaitu sitokrin, interleukin 1, faktor nekrosis
tumor dan interleukin 6.Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-
paru janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam cairan amnion, secara
sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk ke
dalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel desidua untuk
memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan
dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan lokal atau perubahan kulit ketuban adalah
mekanisme lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi.
Enzim bakterial dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon untuk
infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban. Banyak flora
servikoginal komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi
protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban.
Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen
tipe III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit
ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan
pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, kolagenase
yang dihasilkan netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit
ketuban .Sel inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang
mengubah plasminogen menjadi plasmin potensial, potensial menjadi
penyebab ketuban pecah dini.

3.5 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini (KPD)


1. Pencegahan
a. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial
b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk
mengurangi atau berhenti.
c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir
bila ada faktor predisposisi.
2. Panduan mengantisipasi: jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini
saat prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban peccah.
3. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps
tali pusat:
a. Letak kepala selain vertex
b. Polihidramnion
c. Herpes aktif
d. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya.
4. Bila ketuban telah pecah
a. Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu
terjadinya pecahnya ketuban
b. Bila robekan ketuban tampak kasar:
 Saat pasien berbaring terlentang, tekan fundus untuk melihat
adanya semburan cairan dari vagina.
 Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada
slide untuk mengkaji ferning di bawah mikroskop.
 Sebagian cairan diusapkan ke kertas Nitrazene. Bila positif,
pertimbangkan uji diagnostik bila pasien sebelumnya tidak
melakukan hubungan seksual tidak ada perdarahan dan tidak
dilakukan pemeriksaan pervagina menggunakan jeli K-Y.
c. Bila pecah ketuban dan/ atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas,
lakukan pemeriksaan pekulum steril.
 Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop).
 Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
 Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang
dipulaskan pada slide untuk mengkaji ferning di bawah mikroskop.
d. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit Herpes
Tipe 2, rujuk ke dokter.
5. Penatalaksanaan konservatif
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam  24-72 jam setelah ketuban
pecah.\
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan ke
vagina, kecuali spekulum steril, jangan melakukan pemeriksaan
vagina.
c. Saat menunggu, tetap pantau pasien  dengan ketat.
 Ukur suhu tubuh empat kali sehari; bila suhu meningkat secara
signifikan, dan/ atau mencapai 380 C, berikan macam antibiotik dan
pelahiran harus diselesaikan.
 Observasi rabas vagina: bau menyengat, purulen atau tampak
kekuningan menunjukan adanya infeksi.
 Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan
perubahan apa pun
6. Penatalaksaan agresif
a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui
penggunaannya) dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter
b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak
berespons
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak
ada tanda, mulai pemberian Pitocin
d. Berikan cairan per IV, pantau janin
e. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk
diindikasi, kaji nilai bishop setelah pemeriksaan spekulum. Bila
diputuskan untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan
yang dilakukan, baik manipulasi dengan tangan maupun spekulum,
sampai persalinan dimulai atau induksi dimulai
g. Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan
pada hari berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda
infeksi
h. Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardia janin
yang merupakan salah satu tanda infeksi
i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila
 Suhu tubuh ibu meningkat signifikan
 Terjadi takikardia janin
 Lokia tampak keruh
 Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
 Kultur vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus
 Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih
7. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah
a. Pesalinan spontas
 Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada
demam
 Anjurkan pemantauan janin internal
 Beritahu dokter  spesialis obstetri dan spesialis anak atau praktisi
perawat neonates
 Lakukan kultur sesuai panduan
b. Indikasi persalinan
 Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
 Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
 Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan,
banyak yang memberikan 1-2 g ampisilin per IV atau 1-2 g
Mefoxin per IV setiap 6 jam sebagai profilakis. Beberapa panduan
lainnya menyarankan untuk mengukur suhu tubuh ibu dan
DJJ  untuk menentuan kapan antibiotik mungkin diperlukan.
Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini

Ketuban Pecah Dini

Masuk Rumah Sakit :


-Antibiotik
-Batasi pemeriksaan dalam
-Pemeriksaan air ketuban, kultur dan bakteri
-Observasi tanda infeksi dan distres janin
-Bidan merujuk ke RS/puskesmas

HAMIL PREMATUR HAMIL ATERM


 Observasi: LETAK KEPALA
- Suhu rektal INDIKASI INDUKSI
KELAINAN OBSTETRI
- Distres janin  Infeksi
- Distres janin - Letak sunsang
 Kortikosteroid  Waktu
- Letak lintang - CPD
- Bed obtetic hyst
- Infertilitas
- Grandemultipara GAGAL
 Reaksi uterus tidak ada BERHASIL
- Elderly primigravida
- Persalinan Kelainan
obstruktifletkep  Persalinan
SEKSIO SESAREA  Fase laten dan aktif dan memanjang pervaginal
 Distres janin
 Ruptur uteri imminens
 Ternyata CPD
3.6 Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Dini (KPD)
1. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan
PHnya. Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga
urine atu secret vagina, sekret vagina ibu hamil pH: 4,5 dengan kertas
nitrazin tidak berubah warna,tetap kuning. 1.a tes lakmus (tes nitrazin),
jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air
ketuban (alkalis). Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat
menghaslkan tes yang positif palsu. 1b. mikroskop (tes pakis), dengan
meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun psikis.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit.Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidroamion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya,
namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan
pemeriksaan sederhana
3.7 Komplikasi Ketuban Pecah Dini (KPD)
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu
adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.
Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD.Semua ibu hamil dengan KPD
premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis (radang pada korion dan amnion).Selain itu kejadian prolaps
atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
Praterm.Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD
praterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD praterm ini terjadi
pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
 Infeksi intrauterine
 Tali pusat menumbung
 Prematuritas
 Distosia.
3.8 Faktor Resiko atau Predisposisi Ketuban Pecah Dini (KPD)
1. kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%)\
2. riwayat persalinan preterm sebelumnya : risiko 2 – 4
3. tindakan sanggama : TIDAK berpengaruh kepada risiko, KECUALI jika
higiene buruk, predisposisi terhadap infeksi
4. perdarahan pervaginam : trimester pertama (risiko 2x), trimester
kedua/ketiga (20x)
5. bakteriuria : risiko 2x (prevalensi 7%)
6. pH vagina di atas 4.5 : risiko 32% (vs. 16%)
7. servix tipis / kurang dari 39 mm : risiko 25% (vs. 7%)
8. flora vagina abnormal : risiko 2-3x
9. fibronectin> 50 ng/ml : risiko 83% (vs. 19%)
10. kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya
pada stress psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm
3.9 Pengaruh Ketuban Pecah Dini (KPD)
1. TerhadapJanin :Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi
tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih
dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan.
Jadi akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas perinatal.
2. Terhadap Ibu :Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi
intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat
dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta
dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus
akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah
gejala-gejala infeksi lainnya.
3.10 Pathway Ketuban Pecah Dini (KPD)

Asuhan Keperawatan Ketuban Pecah Dini (KPD) Secara Teoritis


1. Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data
dasar  tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien(
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit
nomor register, dan diagnosa keperawatan.
b. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
 Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang
keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan.
 Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien
 Riwayat psikososial
 Riwayat klien nifas  biasanya cemas bagaimana cara merawat
bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga
diri rendah.
c. Pola-pola fungsi kesehatan
 pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya.
 Pola nutrisi dan metabolism
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
 Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
 Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut
untuk melakukan BAB.
 Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
 Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
 Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
 Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
 Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi 
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
 Pola reproduksi dan social
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
 Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan
klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres
total setelah  partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh
keluarganya.
d. Pemeriksaan fisik
 Kepala : Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-
kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada
benjolan
 Leher :Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar
tiroid, karena adanya proses menerang yang salah.
 Mata :Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sklera kuning.
 Telinga :Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
 Hidung : Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum
kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
 Dada :Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya
hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae.
 Abdomen :Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae
masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
 Genitalia :Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air
ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang
dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak
anak.
 Anus :Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena
ruptur.
 Ekstermitas :Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan
karena membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena
penyakit jantung atau ginjal.
 Muskulis skeletal :Pada klien post partum biasanya terjadi
keterbatasan gerak karena adanya luka episiotomi.
 Tanda-tanda vital :Apabila terjadi perdarahan pada pos partum
tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh
turun.
2. Diagnosa keperawatan
a. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.\
b. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketegangan otot
rahim.
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pengakuan persalinan
premature.
d. Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus
berpotensi lahir premature. 
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
. Keperawatan
1. Risiko Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda
infeksi keperawatan selama 3×24 jam  infeksi
berhubungan diharapkan pasien tidak 2. Pantau keadaan
dengan menunjukan tanda-tanda infeksi umum pasien
ketuban dengan kriteria hasil : 3. Bina hubungan
pecah dini saling percaya melalui
1. Tanda-tanda infeksi tidak
komunikasi terapeutik
tidak ada.
4. Berikan
2. Tidak ada lagi cairan ketuban
lingkungan yang
yang keluar dari pervaginaan.
nyaman untuk pasien
3. DJJ normal
5. Kolaborasi
4. Leukosit kembali normal
dengan dokter untuk
5. Suhu tubuh normal (36,5-
memberikan obat
37,5ºC)
antiseptik sesuai terapi

2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Kali tanda-tanda


rasa
keperawatan selama 3×24 jam  di Vital pasien
nyaman:
nyeri harapkan  nyeri berkurang atau 2. Kaji skala nyeri
berhubungan
nyeri hilang dengan kriteria (1-10)
dengan
ketegangan hasil : 3. Ajarkan pasien
ototrahim
teknik relaksasi
1. Tanda-tanda vital dalam batas
4. Atur posisi pasien
normal. TD:120/80 mm Hg
5. Berikan
N: 60-120 X/ menit.
lingkungan yang
2. Pasien tampak tenang dan
rileks nyaman dan batasi
3. Pasien mengatakan nyeri pada pengunjung
perut berkurang

3. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji apa pasien


pengetahuan
keperawatan selama 3×24 jam  di tahu tentang  tanda-
berhubungan
dengan harapkan pasien memahami tanda dan gejala
pengakuan
pengetahuan tentang penyakitnya normal selama
persalinan
premature dengan criteria hasil : kehamilan
2. Ajarkan tentang
1. Pasien terlihat tidak bingung
apa yang harus
lagi
dilakukan jika tanda
2. Pengetahuan Pasien dan
KPD muncul kembali
keluarga dapat bertambah
3. Libatkan keluarga
agar memantau kondisi
pasien
4. Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat
berhubungan
keperawatan selama 3×24 jam  di kecemasan pasien
dengan
persalinan harapkan ansietas pasien teratasi 2. Dorong pasien
premature
dengan kriteria hasil : untuk istirahat total
dan neonatus
berpotensi 3. Berikan suasana
lahir 1.Pasien tidak cemas lagi
yang tenang dan
premature 2.Pasien sudah mengetahui
ajarkan keluarga untuk
tentang penyakit
memberikan dukungan
emosional pasien.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses
keperawatan. Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi
pada manusia. Setelah rencana keperawatan disusun, maka rencana
tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan
tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu
yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
Menurut Rohman dan Walod, evaluasi keperawatan ada 2 yaitu:
 Evaluasi proses (formatif) yaitu valuasi yang dilakukan setiap selesai
tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-
menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
 Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir
tindakan keperawatan secara paripurna.Berorientasi pada masalah
keperawatan dan menjelaskan keberhasilan atau
ketidakberhasilan.Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien
sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Gant Nf, Cunningham Fg. Dasar-Dasar Ginekologi Dan Obstetric. 2010. Egc:
Jakarta
James R. Scott, Et All. Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. 2002. Jakarta: Widya
Medika
Nurarif Ah, Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Erdasarkan Diagnose
Medis Dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. 2015. Mediaction:
Joggjakarta
Rahmawati, T. Dasar-Dasar Kebidanan. 2012. Prestasi Pusaka: Jakartas
Angsar D. 2008. Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam Ilmu Kebidanan. Edisi IV.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawowihardjo
Karkata, MK. 2006. ‘Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi dalam Kehamilan’,
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology, vol. 30, no. 1
Manuaba, I.B.G., LA. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. 2007.
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Sukrisno, Adi. 2014. Instant Access Ilmu Kebidanan. Pamulang: Binarupa Aksara
Publisher
Wiknjosastro H, Prawiroharjo. 2008. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan
Kelak, dalam: Ilmu Kebidanan Edisi IV. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo
Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC
www.obgyn-rscmfkui.com, di unduh pada tanggal 27 Maret 2014, Pukul 14.26
WIB
Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.Jakarta: YBP-SP
Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I.Jakarta :
Media Aesculapius
International, NANDA.(2012).Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi
2012-2014.Jakarta:EGC

FORMAT PENGKAJIAN POSNATAL


KEPERAWATAN MATERNITAS
Nama Mahasiswa : Kelompok 2 Tanggal: 23 November 2020
Tempat Praktek : Rawat Inap Kebidanan
1. DATA UMUM
Inisial Klien : Ny.W
Usia : 28 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : RT 05 Jl. Eka Jaya Jambi Selatan
Inisial Suami : Tn.N
Usia Suami : 32 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Suami : SLTA
A. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU

No Tahu Tipe Penolong Jenis BB Keadaan Komplikasi


n Persalina Kelamin Lahir Bayi Saat Nifas
n Lahir
1. Ini
Pengalaman menyusui: Tidak Berapa Lama:
B. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI
1. Berapa Kali Pemeriksaan Kehamilan : 3 kali
2. Masalah Kehamilan : tidak memiliki masalah
kehamilan
C. RIWAYAT PERSALINAN
1. Jenis Persalinan : Sectio Caesarea
2. Jenis Kelamin Bayi :P BB: 2800 PB: 46 cm
3. Perdarahan : ±100 cc
4. Masalah Dalam Persalinan : Tidak memiliki masalah
D. RIWAYAT GINEKOLOGI
1. Masalah Ginekologi : Tidak ada masalah ginekologi
2. Riwayat KB : KB suntik 3 bulan
2. DATA UMUM KESAHATAN SAAT INI
A. Status Obstetri :
Bayi Rawat Gabung : Ya
B. Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : composmentis
BB: 76 kg TB: 158 cm
Tanda Vital : TD : 140/90 mmHg Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,50C RR : 21kali/menit
C. Kepala Leher
1. Kepala : tampak simetris, tidak terdapat benjolan
2. Mata : konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, pupil
isokor, tidak ada masalah penglihatan
3. Hidung : hidung tampak simetris, tidak ada polip, tidak ada
masalah pada penciuman
4. Mulut : mukosa bibir lembap, tidak ada bibir sumbing
5. Telinga :telinga tanpak simetris, tidak ada masalah
penglihatan
6. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
7. Masalah Lain : tidak ada maslaah lain
D. Dada
1. Jantung : S1, S2 normal, pengembangan dada simetris
2. Paru : vesikuler, tidak ada dipsnea
3. Payudara : simetris, tidak ada nyeri
4. Putting Susu : putting susu uninverted, tidak ada nyeri
5. Pengeluaran ASI : terdapat pengeluaran asi
6. Masalah Khusus : tidak ada masalah kusus
E. Abdomen
1. Invilusi Uterus : 2 jari di bawah pusat
2. Kandung Kemih : kosong
3. Diastasis Rektur Abdomen:
4. Fungsi Pencernaan : baik
5. Masalah Khusus : tidak terdapat masalah kusus
F. Perineum dan Genittal
1. Vagina
Integritas Kulit : baik
Edema : tidak ada edema
Memar : tidak ada memar
Hematom : tidak ada hematom
2. Perineum :
Tanda REEDA : R: Kemerahan : tidak ada
E: Bengkak : tidak ada
E: Echimosis : tidak ada
D: Discharge : tidak ada
A: Approximate : tidak ada
Kebersihan bersih
3. Lokhea
Jumlah : 240 cc
Jenis/Warna : rabra warna merah kehitaman
Konsistensi : cairan bergumpal
4. Hemoroid tidak terdapat hemoroid
Derajat :-
Lokasi :-
Berapa Lama :-
Nyeri/Tidak :-
5. Masalah Khusus : -

G. Ekstremitas
1. Ekstremitas Atas : Edema: tidak terdapat edema
2. Ekstremitas : Nyeri: tidak ada
Varises : tidak ada Lokasi
Tanda Hormon (Horman’s Sign):
3. Masalah Khusus : tidak ada masalah kusus
H. Elimiasi
1. Urine
Kebiasaan BAK : 6-8x sehari,bening kekuningan
BAK Saat Ini :menggunakan kateter
2. BAB
Kebiasaan BAB : 1 kali sehari
BAB Saat Ini : belum ada BAB
I. Istirahat Dan Kenyamanan
1. Pola Tidur
Kebiasaan : tidur dimalam hari
Lama : 6 jam
Frekuensi : mulai jam 21.00 s/d 03.00 wib
Pola Tidur Saat Ini: sering terbangun di malam hari
2. Keluhan Ketidak Nyamanan: nyeri
Lokasi : lokasi sayatan bekas sc
Sifat : Seperti ditusuk- tusuk
Intensitas : Setiap kali bergerak
J. Mobilisasi Dan Latihan
1. Tingkat Mobilisasi : berkurang, belum dianjurkan banyak
bergerak dan masih merasakan nyeri saat bergerak
2. Latihan senam : tidak ada latihan senam
3. Masalah Khusus : tidak ada masalah kusus
K. Nutrisi Dan Cairan
1. Asupan Nutrisi : makan 3 kali dalam sehari, setengah piring,
makanan yang di kosumsi berupa karbohidrat, protein dan sayuran
2. Asupan Cairan : minum 6 gelas sehari
3. Masalah Khusus : tidak ada masalah kusus
L. Status Mental
1. Adaptasi Psikologis : klien merasa cemas dengan kondisi saat ini
karena nyeri bagian abdomen
2. Penerimaan Thd Bayi : klien sangat bahagia dengan lahirnya anak
pertama
3. Masalah Khusus : tidak ada masalah kusus
M. Kemampuan Menyusui : baik
N. Obat-Obatan :
 metrodinazole (infus)
 cefodinazole
 dexametason
 injk. Ceftriaxone gr
 pronalges

O. Keadaan Umum Ibu


Tanda Vital : TD: 120/80 Nadi 88 x/i
S: 36.5 RR 22 x/i
P. Jenis Persalinan : SC
Q. Proses Persalinan : Kala I: - Jam
Kala II: - Menit
Kala III: - Menit
R. Komplikasi Persalinan
Ibu :-
Janin :-
S. Lamanya Ketuban Pecah
Kondisi Ketuban :-

3. KEADAAN BAYI SAAT LAHIR


1. Lahir Tanggal : 23 November 2020
2. Kelahiran : Tunggal
3. Tindakan Tesusitasi :
4. Plasenta
Berat : 2800 gr
Ukuran : panjang
Kelainan : tidak ada kelainan
Jumlah Pembuluh Darah:
Panjang Tali Pusat :
NILAI APGAR
Tanda Nilai Jumlah
0 1 2 1’ 2’
Denyut Jantung ( )Tidak ada ( )<100 ( )>100 2 2
Usaha Nafas ( )Tidak ada ( )Lambat ( )Menangis 1 2
Kuat
Tonus Otot ( )Lumpuh ( ) Ekstremitas ( )Gerakan 1 1
Fleksi Sedikit Aktif
Reflex ( )Tidak ( ) Gerakan ( )Reaksi 2 2
Bereaksi Sedikit Melawan
Warna ( ) ( ) Tubuh ( ) 2 2
Biru/Pucat Kemerahan Kemerahan

4. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hemoglobin : 9,6 g/dL
Hematokrit : 30,8%
Eritrosit : 3,98
MCV : 77,4
MCH : 25,5 pg
Limfosit : 4,6 %
Monosit : 2,8%
Proteinurine : positive+2
Analisa Data
No. Data Problem Kemungkinan Penyebab

1. DS : Agen cedera fisik Nyeri Akut


1. Klien mengeluh nyeri pada (prosedur operasi)
luka post operasi
2. Skala nyeri 6
DO :
1. TTV : TD = 100/70 mmHg
HR : 90x/i
S : 35ºC
SpO2 : 98%
2. Klien tampak meringis
2. DS : Nyeri Gangguan mobilitas fisik
1. Klien mengatakan nyeri
bertambah saat bergerak
DO:
1. Klien tampak dibantu oleh
keluarga untuk miring kanan
dan kiri
3. DS : Ketidakadekuatan Menyusui Tidak Efektif
1. Klien mengatakan ASI klien suplai ASI dan
belum keluar dan Kurang Informasi
2. Klien mengatakan belum Tentang Metode
Menyusui
memahami teknik menyusui
4. DS : - Efek prosedur Risiko Infeksi
DO : invasiv

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Hari/tanggal/ja Diagnosis Keperawatan Paraf
. m
1. Senin, 24 November Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera
2020/ 09.30 wib fisik (prosedur operasi) ditandai dengan klien
mengeluh nyeri dibagian luka operasi, klien
merasa nyeri dengan skala nyeri 4, klien
tampak meringis
2. Senin, 24 November Gangguan mobilitas fisik berhubungan
2020/ 09.30 wib dengan nyeri ditandai dengan klien
mengatakan nyeri bertambah saat bergerak,
klien tampak dibantu oleh keluarganya untuk
miring kiri dan kanan
3. Senin, 24 November Menyusui Tidak Efektif berhubungan dengan
2020/ 09.30 wib Ketidakadekuatan suplai ASI dan Kurang
Informasi Tentang Metode Menyusui
ditandai dengan klien mengatakan ASI klien
belum keluar dan klien mengatakan belum
memahami teknik menyusui
4. Senin, 24 November Resiko infeksi b.d efek prosedur invasiff
2020/ 09.30 wib
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Intervensi
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakter
agen pencedera selama 6 jam diharapkan nyeri dapat frekuensi, kualitas, intensitas ny
fisik (prosedur berkurang dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
operasi) 1. Klien mengatakan nyeri berkurang 3. Identifikasi respon nyeri non ver
2. Klien melakukan tindakan control 4. Identifikasi faktor yang mem
nyeri memperingan nyeri
5. Ajarkan teknik non farmak
mengurangi rasa nyeri
6. Demonstrasikan dan latih tek
misalnya Tarik napas dalam
7. Anjurkan klien untuk istirahat ya
8. Kolaborasi dalam pemberian ana
Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi
mobilitas fisik selama 2 x 24 jam di harapkan 1. Monitor kondisi umum selam
berhubungan gangguan mobilitas fisik klien teratasi mobilisasi
dengan nyeri Kriteria hasil : Edukasi
ditandai dengan 3. Aktivitas fisik klien meningkat 2. Jelaskan tujuan dan prosedur mo
klien mengatakan 4. Mengerti tujuan dari peningkatan 3. Anjurkan klien melakukan mobil
nyeri bertambah mobilitas 4. Ajarkan mobilisasi sederhana
saat bergerak dilakukan misal duduk di tempat
serta klien tampak 5. Ajarkan ambulasi sederhana mis
dibantu keluarga tempat tidur ke kamar mandi
saat miring kanan Trapeutik
dan miring kiri 6. Libatkan keluarga untuk mem
dalam meningkatkan pergerakan
Menyusui tidak Setelah dilakukan asuhan keperawatan Edukasi menyusui :
efektif selama 1 x 24 jam di harapkan status 7. Identifikasi kesiapan da
berhubungan menyusi efektif : klien dalam menerima inf
dengan 5. Mengetahui cara menyusui 8. Berikan kesempatan
ketidakadekuatan dengan benar bertanya
suplai ASI dan 6. Menunjukkan prilaku menyusui 9. Anjurkan keluarga un
kurang informasi dengan benar dukungan
metode menyusui. 7. Suplai ASI adekuat 10. Jelaskan manfaat meny
dan bayi
11. Ajarkan posisi me
perlekatan dengan benar
12. Ajarkan perawatan p
partum.
13. Berikan pujian terhadap
yang benar
Resiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi selama 1x Pencegahan Infeksi :
berhubungan 24 jam diharapkan tidak ada tanda- 3. Monitor tanda dan gejala inf
dengan Efek tanda Infeksi, dengan kriteria hasil : 4. Anjurkan konsumsi makan
prosedur invasif 1. Tidak ada kenaikan suhu tubuh bernutrisi (mengkonsumsi
2. Keadaan luka sayatan tidak ada daging, tahu, dan te
kalor/ panas, rubor/ kemerahan, penyembuhan luka, makan b
tumor/ pembengkakan dan serta banyak mengkonsumsi
dolor/ peradangan. 5. Kolaborasi pemberian metro
cefodroxil 2x1 dan ceftriaxo
Perawatan luka
6. Monitor karakteristik luka da
infeksi
7. Mencuci tangan sebelum
luka
8. Ganti pemban luka dengan p
Perawatan pasca persalinan
9. Monitor tanda- tanda vital
10. Monitor keadaan lochea

E. Implementasi Dan Evaluasi


Tanggal : 23 November 2020
Diagnosa Paraf
Tanggal/wak
Keperawat Implementasi Evaluasi
tu
an
Nyeri akut 1. mengidentifikasi 23 S : klien masih
b.d agen lokasi, November mengeluh nyeri
pencedera karakteristik, 2020/ 10.10 - P : luka
fisik durasi, wib post op
(prosedur frekuensi, sc
operasi) kualitas, - Q : nyeri
intensitas nyeri terasa
2. mengidentifikasi tertusuk
skala nyeri - R : nyeri
3. mengidentifikasi pada
respon nyeri non bagian
verbal sayatan
4. mengidentifikasi - S : nyeri
faktor yang skala
memperberat sedang
dan (6)
memperingan - T : klien
nyeri mengeluh
5. mengajarkan nyeri saat
teknik non bergerak
farmakologis O : klien tampak
untuk meringis
mengurangi rasa A : Nyeri akut
nyeri b.d agen
6. mendemonstrasi pencedera fisik
kan dan latih (prosedur
teknik relaksasi operasi)
misalnya Tarik (masalah belum
napas dalam teratasi)
7. menganjurkan P : intervensi
klien untuk lanjutan
istirahat yang 1. mengajarkan
cukup teknik non
8. Kolaborasi farmakologis
dalam untuk
pemberian mengurangi
analgetik rasa nyeri
(tramadol + RL misalnya
dan Pronalges mendemonstr
asikan dan
latih teknik
relaksasi
misalnya
Tarik napas
dalam
2. menganjurka
n klien untuk
istirahat yang
cukup
3. Kolaborasi
dalam
pemberian
analgetik
Gangguan Observasi 23 S:
1. Memonitor
mobilitas November 1. Klien
kondisi umum
fisik 2020/ 20.00 mengatakan
klien saat
berhubung wib pergerakan
melakukan
an dengan penting Mahasis
mobilisasi
nyeri karena agar wa
Edukasi
2. Menjelaskan kondisinya
tujuan dan lekas pulih
prosedur dan untuk
mobilisasi mencegah
3. Menganjurkan perdarahan
klien melakukan setelah
mobilisasi dini melahirkan
(miring kanan, 2. Klien
miring kiri) mengatakan
4. Mengajarkan sudah bisa
mobilisasi miring
sederhana yang kanan dan
harus dilakukan miring kiri
misal duduk di dengan
tempat tidur) bantuan
5. Mengajarkan suami nya.
ambulasi O : klien tampak
sederhana misal melakukan
berjalan dari mobilisasi
tempat tidur ke (miring kiri)
kamar mandi A : Masalah
Trapeutik teratasi sebagian
Melibatkan keluarga
P : Lanjutkan
untuk membantu
pasien dalam intervensi
meningkatkan
1. Mengajarka
pergerakan
n mobilisasi
sederhana
yang harus
dilakukan
misal duduk
di tempat
tidur)
2. Mengajarkan
ambulasi
sederhana
misal berjalan
dari tempat
tidur ke
kamar mandi.
3. Melibatkan
keluarga
untuk
membantu
pasien dalam
meningkatka
n pergerakan.
Menyusui tidak Edukasi menyusui : 23 S:
efektif 9. Mengidentifikasi Novembe 1. Klien
berhubungan kesiapan dan r 2020/ mengatakan
dengan kemampuan klien 20.00 wib mengetahui
ketidakadekuata dalam menerima cara dan
n suplai ASI dan informasi posisi
kurang informasi 10. Memberikan pemberian
metode kesempatan klien ASI dengan
menyusui. untuk bertanya benar
11. Menganjurkan 2. Klien
keluarga untuk mengatakan
memberi ASI mulai
dukungan keluar
12. Menjelaskan sedikit
manfaat menyusui O:
bagi ibu dan bayi 3. Posisi
13. Mengajarkan menyusui
posisi menyusui klien terlihat
dan perlekatan sudah benar
dengan benar (Perlekatan
14. Mengjarkan dada ibu dan
perawatan bayi baik
payudara post dan putting
partum. susu masuk
15. Berikan pujian dengan
terhadap perilaku sempurna di
ibu yang benar mulut bayi)
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
4. Dukungn
klien untuk
terus
memberikan
ASI dan
memberi
posisi yang
benar saat
menyusui
5. Berikan
pujian untuk
prilaku
menyusui
ibu yang
benar
Resiko Pencegahan Infeksi : 23 S :-
Infeksi 6. Memonitor tanda November O : TTV dalam batas
berhubungan dan gejala infeksi 2020/ normal
dengan Efek 7. Menganjurkan 20.00 wib 14. Nadi : 82 x/
prosedur konsumsi menit
invasif makanan dan 15. Suhu :
cairan bernutrisi 36,1oC
(mengkonsumsi 16. TD : 100/
telur, ikan, 70 mmhg
daging, tahu dan 17. RR : 20x/
tempe ) untuk menit
penyembuhan
- Kondisi luka
luka, makan buah
baik tidak ada
dan sayur serta
tanda- tanda
banyak
infeksi (rubor,
mengkonsumsi air
kalor, dolor dan
putih.
tumor)
8. Kolaborasi
A : Masalah teratasi
pemeberian
sebagian
metronidazole 3x
P : Lanjutkan
1, cefodroxil 2x1
Intervensi
dan ceftriaxon 2
18. Observasi
x1 gr
luka bekas
Perawatan luka operasi ada
9. Memonitor tidaknya
karakteristik luka tanda- tanda
dan tanda- tanda infeksi
infeksi (rubor, kalor,
10. Mencuci tangan dolor dan
sebelum tumor)
membersihkan 19. Pantau tanda-
luka tanda vital
11. Mengganti
pemban luka
dengan perawatan
steril

Perawatan pasca
persalinan
12. Memonitor tanda-
tanda vital
13. Memonitor
keadaan lochea
Tanggal : 24 November 2020
Nyeri akut 1. mengajarkan 24 S : klien masih
b.d agen teknik non November mengeluh nyeri pada
pencedera farmakologis 2020/ saat bergerak
fisik untuk mengurangi 09.00 wib - P : luka post
(prosedur rasa nyeri op sc
operasi) misalnya - Q : nyeri
mendemonstrasika terasa tertusuk
n dan latih teknik - R : nyeri pada
relaksasi misalnya bagian sayatan
Tarik napas dalam - S : nyeri skala
2. menganjurkan skala 4
klien untuk - T : klien
istirahat yang mengeluh
cukup nyeri saat
3. Kolaborasi dalam bergerak
pemberian O : klien tidak
analgetik tampak meringis
A : Nyeri akut b.d
agen pencedera fisik
(prosedur operasi)
(masalah teratasi)
P : intervensi lanjutan
1. Menganjurkan
klien untuk
menarik napas
dalam saat terasa
nyeri
2. menganjurkan
klien untuk
istirahat yang
cukup
3. Kolaborasi dalam
pemberian
analgetik
(pronalges)
Gangguan 1. Mengajarkan 24 S : klien
mobilitas mobilisasi Novem mengatakan
fisik sederhana yang ber sudah dapat
berhubungan harus dilakukan 2020/ miring kiri dan
dengan nyeri misal duduk di 20.00 miring kanan
tempat tidur) wib tanpa bantuan
2. Mengajarkan suami, hanya
ambulasi sederhana saja saat duduk
misal berjalan dari ditempat tidur
tempat tidur ke dan berjalan ke
kamar mandi. kamar mandi
3. Melibatkan masih dibantu
keluarga untuk suami.
membantu pasien O:
dalam 1. Klien dapat
meningkatkan miring kiri
pergerakan. dan miring
kanan secara
mandiri
2. Klien tampak
dapat duduk
ditepi tempat
tidur secara
perlahan
dengan
bantuan
suami
3. Klien dapat
berjalan dari
tempat tidur
ke wc
A : Masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
Menyusui Edukasi menyusui : 24 S:
tidak efektif 1. Mengidentifika Novem 1. Klien
berhubungan si kesiapan dan ber mengatak
dengan kemampuan 2020/ an
ketidakadeku klien dalam 20.00 mengetah Mahasis
atan suplai menerima wib ui cara wa
ASI dan informasi dan
kurang 2. Memberikan posisi
informasi kesempatan pemberia
metode klien untuk n ASI
menyusui. bertanya dengan
3. Menganjurkan benar
keluarga untuk 2. Klien
memberi mengatak
dukungan an ASI
4. Menjelaskan mulai
manfaat keluar
menyusui bagi lebih
ibu dan bayi banyak
5. Mengajarkan dari
posisi kemarin
menyusui dan O:
perlekatan 1. Posisi
dengan benar menyusui
6. Mengjarkan klien
perawatan terlihat
payudara post sudah
partum. benar
7. Berikan pujian (Perlekat
terhadap an dada
perilaku ibu ibu dan
yang benar bayi baik
dan
putting
susu
masuk
dengan
sempurna
di mulut
bayi)
A : Masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
Resiko Pencegahan Infeksi 23 S :-
Infeksi : Novem O : TTV dalam
berhubungan 1. Memonitor ber batas normal
dengan Efek tanda dan 2020/ - Suhu 36,5 0
prosedur gejala infeksi 20.00 c
invasif 2. Menganjurkan wib - TD 100/ 70
konsumsi mmhg
makanan dan - Nadi 99
cairan - Kondisi
bernutrisi luka baik
(mengkonsums tidak ada
i telur, ikan, tanda-
daging, tahu tanda
dan tempe ) infeksi
untuk (rubor,
penyembuhan kalor, dolor
luka, makan dan tumor)
buah dan sayur A : Masalah
serta banyak teratasi sebagian
mengkonsumsi P : Lanjutkan
air putih. Intervensi
3. Kolaborasi 1. Observas
pemeberian i luka
metronidazole bekas
3x 1, operasi
cefodroxil 2x1 ada
dan ceftriaxon tidaknya
2 x1 gr tanda-
tanda
Perawatan luka
infeksi
1. Memonitor
(rubor,
karakteristik
kalor,
luka dan tanda-
dolor dan
tanda infeksi
tumor)
2. Mencuci
2. Pantau
tangan
tanda-
sebelum
tanda
membersihkan
vital
luka
3. Mengganti
pemban luka
dengan
perawatan
steril

Perawatan pasca
persalinan
1. Memonitor
tanda- tanda
vital
2. Memonitor
keadaan lochea

Tanggal : 25 November 2020


Nyeri akut 1. Menganjurkan klien 25 S : klien
b.d agen untuk menarik napas November mengatakan
pencedera dalam saat terasa nyeri 2020/ nyeri berkurang
fisik 2. menganjurkan klien 09.00 wib - P : luka
(prosedur untuk istirahat yang post op
operasi) cukup sc
3. Kolaborasi dalam - Q : nyeri
pemberian analgetik terasa
(pronalges) tertusuk
- R : nyeri
pada
bagian
sayatan
- S : nyeri
skala
ringan
(skala 2)
- T : klien
mengeluh
nyeri saat
bergerak
O : klien tidak
tampak meringis
A : Nyeri akut
b.d agen
pencedera fisik
(prosedur
operasi)
(masalah
teratasi)
P : hentikan
intervensi
Resiko Edukasi menyusui : 25 S :-
1. Mengidentifikasi
Infeksi. November O : TTV dalam
kesiapan dan
2020/ batas normal :
kemampuan klien
20.00 wib - Suhu 36,5o c
dalam menerima
- TD 100/ 70
informasi
mmhg
2. Memberikan
- Nadi 80
kesempatan klien untuk
- Kondisi luka
bertanya
baik dan
3. Menganjurkan keluarga
mengering tidak
untuk memberi
ada tanda- tanda
dukungan
infeksi (rubor,
4. Menjelaskan manfaat
kalor, dolor dan
menyusui bagi ibu dan
tumor)
bayi
A : Masalah
5. Mengajarkan posisi
teratasi sebagian
menyusui dan
perlekatan dengan benar P : Klien di
6. Mengjarkan perawatan pulangkan
payudara post partum. Beri edukasi
7. Berikan pujian terhadap pasien untuk
perilaku ibu yang benar selalu menjaga
kebersihan,
memakan telur,
daging tempe
dan tahu untuk
mempercepat
kesembuhan
luka.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TEKNIK MENYUSUI PADA NY.W POST SECTIO SAESAREA
DI RUANG RAWAT INAP KEBIDANAN RS BHAYANGKARA JAMBI

Pembimbing Akademik : 1. Dr Muthia Mutmainnah, M.Kep, Sp.Mat


2. Ns. Sri Mulyani, S.Kep., M.Kep
Pembimbing Lapangan : Widyaniarti, Amd. Keb

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Ukhvia Munawara G1B220001
Rina Mariani G1B220002
Devi Nopita Sari Manurung G1B220005
Ria Ramadani Wansyaputri G1B220006
Vera Feronica G1B220007
Meti Erianti G1B220008
Nelvi Putri G1B220009
Astri Rahma Yani G1B220011
Auradhia Nurusyifa G1B220013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Teknik Menyusui


Sasaran : Ny. W dan Tn. N
Tempat : Ruangan Rawat Inap Kebidanan Angso Duo V
RS. Bhayangkara Jambi
Hari/ Tanggal : Senin, 23 November 2020
Pukul : 16.00 WIB – 16.15 WIB
Lama Waktu : 15 Menit
Penyuluh : Astri Rahma Yani dan Rina Mariani (Kelompok II Stase
Maternitas Mahasiswi Profesi Ners Universitas Jambi)
A. Latar Belakang
Menyusui merupakan hak setiap ibu setelah melahirkan /nifas, tidak
terkecuali pada ibu yang bekerja maka agar terlaksananya pemberian ASI
dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai menyusui serta bagaimana
teknik menyusui yang benar.
Memberikan ASI berarti memberikan zat-zat yang bernilai gizi tinggi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak,
memberikan kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan
emosional antara ibu dan bayinya. Selain itu bagi bayi ASI merupakan
makanan paling sempurna dimana kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal serta ASI mengandung unsur
yang dapat melindungi dan meningkatkan kesehatan bayi.
Negara Indonesia, Afrika Selatan, Nigeria, dan Tunesia, dilaporkan
mengalami penurunan dalam angka keberhasilannya. Intervensi dari promosi
kesehatan untuk menyusui menunjukkan efektivitasnya di beberapa negara.
Kamboja, yang pada tahun 2000 hanya 11,7% ibu yang berhasil menyusui
lebih dari enam bulan, dengan intervensi promosi kesehatan untuk menyusui
menunjukkan kenaikan sampai 74% pada tahun 2010. (WHO, 2014).
Dalam memningkatkan keberhasilan pemberian ASI perlu adanya laktasi
dengan mengajarkan ibu bagaimana cara menyusui yang benar, langkah-
langkah dalam menyusui serta pengamatan teknik menyusui. Tetapi tidak
semua ibu mengetahui bagaimana laktasi karena dipengaruhi oleh
pengetahuan dan sikap. Hal ini dapat dilihat di Indonesia presentase
pemberian ASI eksklusif masih jauh dari harapan maka bisa mengancam
upaya pemerintah untuk menekan tingkat kematian bayi (Rofiuddin. 2012).
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Untuk mencapai
keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik
menyusui yang benar. Indikator dalam proses menyusui yang efektif meliputi
posisi ibu dan bayi yang benar (body position), perlekatan bayi yang tepat
(latch), keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking). (Wawan,
2011).
Sikap ibu dalam keberhasilan pemberian ASI dipengaruhi oleh
pengalaman pribadi, pengetahuan dan pengaruh budaya ibu serta pengaruh
orang lain yang dianggap penting. Sikap yang banyak mempengaruhi terjadi
pada ibu saat menyusui mulai dari ASI tidak keluar dengan lancar, puting
payudara luka, hingga bayi rewel karena belum bisa menyusu dengan benar.
Hal ini juga dapat terjadi pada ibu multi para yang sudah lama tidak menyusui
bayinya yang merasa khawatir bahwa ASI-nya tidak cukup untuk bayinya,
padahal tidak ada masalah sama sekali dengan ASI-nya (Bahiyatun, 2009).
Menurut WHO dan UNICEF (2013) menyatakan bahwa menyusui
merupakan penyelamat hidup anak yang paling murah dan efektif dalam
sejarah kesehatan manusia. WHO juga menyebutkan bahwa ASI eksklusif
minimal diberikan selama enam bulan ibu tanpa ada pemberian cairan/asupan
lain selain ASI.
B. Tujuan Intruksional Umum(TUK)
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta mengerti tentang cara menyusui
yang baik dan benar
C. Tujuan Intruksional Khusus(TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian tekhnik menyusui yang benar
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
3. Cara menyusui yang benar
4. Manfaat pemberian ASI
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media dan Alat
Leaflet
G. Pengorganisasian
Moderator : Astri Rahmayani
Penyuluh : Astri Rahmayani
Fasilitator : Rina Mariani
Observer : Rina Mariani
Rincian tugas :
a. Moderator
1) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
4) Menyebutkan materi yang akan diberikan
5) Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu
penyuluhan (kontrak waktu)
6) Mengatur waktu penyuluhan
b. Penyuluh
1) Mengenali pengetahuan pasien dan keluarga tentang teknik
menyusui
2) Menjelaskan materi tentang teknik menyusui
3) Menjawab pertanyaan pasien dan keluarga pasien
c. Fasilitator
1) Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan
2) Memotivasi pasien dan keluarga pasien untuk mengajukan
pertanyaan saat moderator memberikan kesempatan bertanya
3) Membantu penyuluh menjawab pertanyaan dari pasien dan
keluarga pasien
d. Observer
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan penyuluhan
2) Mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien dan keluarga
pasien selama kegiatan penyuluhan berlangsung.
3) Memberikan penjelasan kepada tim tentang evaluasi kegiatan
penyuluhan
H. Setting Tempat

Keterangan :

: Tempat Tidur : Bayi Ny. W

: Ny. W : Moderator dan Penyuluh

: Tn. N : Fasilitator dan Observer


I. Kegiatan Penyuluhan
No. Tahapan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Media
Masyarakat
1. Pendahuluan a. Memberi salam a. Menjawab
( 3 menit ) b. Memperkenalkan diri salam
c. Menjelaskan tujuan b. Memperhatikan
penyuluhan c. Memperhatikan

2. Penyajian a. Menggali pengetahuan Memperhatikan Leaflet


Materi pasien dan keluarga pasien
(8 menit) tentang teknik menyusui
b. Memberikan inforcement
positif
c. Menjelaskan tentang
pengertian teknik
menyusui, faktor-faktor
yang mempengaruhi
pemberian ASI, cara
menyusui yang benar dan
manfaat ASI
3. Penutup a. Memberi kesempatan a. Bertanya
( 4 menit) kepada pasien dan keluarga b. Memperhatikan
pasien untuk menanyakan c. Memperhatikan
hal- hal yang belum jelas. penjelasan
b. Menjawab pertanyaan d. Menjawab
pasien dan keluarga pasien pertanyaan
penyuluhan e. Memperhatikan
c. Menyimpulkan materi yang f. Menjawab
telah disampaikan salam
d. Mengajukan pertanyaan
kepada pasien dan keluarga
pasien penyuluhan
e. Memberikan reinforcement
positif
f. Memberi salam dan
mengucapkan terima kasih

J. Evaluasi Pembelajaran
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan Media dan Alat
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan yang
digunakan dalam penyuluhan yaitu :
 Leaflet
b. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk leaflet
c. Kontrak
Dalam kegiatan promosi kesehatan telah dilakukan kontrak
mengenai waktu, dan tempat pada tanggal 23 November 2020 pukul
14.00 wib.
2. Evaluasi Proses
Sasaran kegiatan promosi kesehatan teknik menyusui mampu mengikuti
jalannya kegiatan dengan baik dan penuh antusias. Selama kegiatan
promosi kesehatan berlangsung, sasaran aktif mengikuti kegiatan dan
apabila ada yang belum dimengerti, sasaran memberi pertanyaan 
kepada mahasiswa dan mahasiswapun mampu menjawab pertanyaan
peserta. Mahasiswa melakukan komunikasi dua arah untuk saling
mengenal dan menjelaskan tujuan penyuluhan, sehingga sasaran tidak
meninggalkan tempat diadakannya kegiatan saat acara berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
Pasien dan keluarga pasien mampu menyatakan perasaannya setelah
mengikuti kegiatan promosi kesehatan
MATERI PENYULUHAN
A. Teknik Menyusui yang Benar
1. Pengertian
ASI (air susu ibu) adalah air susu yang dihasilkan oleh ibu dan
mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi untukkebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI EKSLUSIF adalah bayi
hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula,
air jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, buburnasi dan tim, selama 6
bulan.
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan asi kepada
bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (suradi
dan hesti, 2004, p.1)
2. Manfaat ASI
a. Manfaat ASI bagi bayi
1) Sebagai nutrisi lengkap.
2) Meningkatkan daya tahan tubuh.
3) Meningkatkan kecerdasan mental dan emosional yang stabil
serta spiritual yang matang diikuti perkembangan sosial yang
baik.
4) Mudah dicerna dan diserap.
5) Gigi, langit-langit dan rahang tumbuh secara sempurna.
6) Memiliki komposisi lemak, karbohidrat, kalori, protein dan
Vitamin.
7) Perlindungan penyakit infeksi melipitiotitis media akut, daire
dan saluran pernafasan.
8) Perlindungan alergi karena dalam ASI mengandung antibodi.
9) Memberikan rangsang intelegensi dan saraf.
10) Meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal

b. Manfaat ASI bagi ibu


1) Terjalin kasih sayang.
2) Membantu menunda kehamilan (KB alami).
3) Mempercepat pemulihan kesehatan.
4) Mengurangi risiko perdarahan dan kanker payudara.
5) Lebih ekonomis dan hemat.
6) Mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler.
7) Secara sikologi memberikan kepercayaan diri.
8) Memiliki efek perilaku ibu sebagai ikatan ibu dan bayi
9) Memberikan kepuasan ibu karena kebutuhan bayi dapat
dipenuhi.
3. Dukungan Ibu Dan Bayi Saat Menyusui
a. Faktor perubahan sosial budaya dan Ibu bekerja.
Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan
adanya emansipasi wanita dalam hal segala bidang kerja dan
kebutuhan yang semakin meningkat, sehingga ketersediaan menyusui
untuk bayinya berkurang.
b. Meniru teman.
Meniru teman, tetangga atau orang yang sangat berpengaruh
dengan memberrikan susu botol kepada bayinya. Bahkan ada
yang berpandangan bahwa susu botol sangat cocok untuk bayi.
c. Tetangga dan orang terkemuka yang memberikan susu formula.
d. Merasa ketinggalan zaman.
e. Cuti melahirkan hanya tiga bulan.
f. Tempat kerja sayang ibu yaitu tempat (tempat untuk memompa
ASI/menyusui )
g. Kurang/ salah informasi
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama
baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah
susu formula bila merasa ASI kurang. Petugas kesehatan masih
banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan
kehamilan atau saat memulangkan bayinya.
h. Faktor Fisik Ibu
Alasan yang cukup sering bagi ibu untuk menyusui adalah
karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama. Tetapi sebenarnya
jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan berhenti menyusui.
Dari jauh lebih berbahaya untuk mulai memberi bayi makanan
buatan daripada membiarkan bayi menyusu dari ibunya yang sakit.
4. Cara Menyusui Yang Benar
a. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (DepKes RI, 2005, p.31)
1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai
2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala
3) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah
payudara
4) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
5) Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam
satu garis dengan leher dan lengan bayi
6) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara
menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
b. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (DepKes RI, 2005, pp.26-32)
1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain
menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara
dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting),
dibelakang areola (kalang payudara)
2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek)
dengan cara menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut
puting susu.
3) Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya
lebar dan lidah ke bawah
4) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara
menekan bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala
5) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan-
hadapan dengan hidung bayi
6) Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit
mulut bayi
7) Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut
bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-
langit yang keras (palatum durum) dan langit- langit
lunak (palatum molle
8) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan
gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus
lactiferous yang terletak dibawah kalang payudara
9) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan
hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas.
Hal itu tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari
payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk
mengelus-elus bayi
12) Cara Menyendawakan Bayi
a) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan
perlahan-lahan diusap punggung belakang sampai
bersendawa
b) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau
tengkurap. Udara akan keluar dengan sendirinya
13) Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat
bayi menginginkan (on demand)
c. Lama dan Frekuensi Menyusui (Purwanti, 2004, p.51)
1) Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan
menyusui bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan.
2) ASI dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.
3) ayi yang sehat akan menyusu dan mengogongkan payudara
selama 5-7 menit.
d. Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar (DepKes RI, 2005,
pp.32-33)
1) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
2) Dagu bayi menempel pada payudara ibu
3) Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar
payudara (payudara bagian bawah)
4) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan
bayi
5) Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka
6) Sebagian besar areola tidak tampak
7) Bayi menghisap dalam dan perlahan
8) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
9) Terkadang terdengar suara bayi menelan
10) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet
e. Tanda bahwa Bayi Mendapatkan ASI dalam Jumlah Cukup
(Rahmawati dan Proverawati, 2010, p.41)
1) Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
2) Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu
pertama (100-200 gr setiap minggu)
3) Puting dan payudara tidak luka atau nyeri
4) Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8
kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari
5) Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya
bayi dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3
jam sekali setiap harinya.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes, Ri .2013. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional


Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari
Pertamakehidupan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia
Musdalifah Dkk. Buku Pedoman Pemberdayaan Ibu Menyusui Pada Program Asi
Eksklusif. Yogyakarta. 2017
Roesli, 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Riksani, Ria. 2012. Keajaiban Asi. Jakarta: Dunia Sehat.
PENGERTIAN
TEKNIK MENYUSI DENGAN Tanda bayi mendapat ASI cukup
BENAR ASI (air susu ibu) adalah air susu yang
dihasilkan oleh ibu dan mengandung semua zat
gizi yang diperlukan oleh bayi untukkebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
ASI EKSLUSIF adalah bayi hanya diberi ASI
saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, madu, air teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat bubur susu, biskuit,
buburnasi dan tim, selama 6 bulan.

MANFAAT ASI

 Sebagai nutrisi lengkap.


 Meningkatkan daya tahan tubuh.
 Meningkatkan kecerdasan mental
dan emosional sosial yang baik.
 Mudah dicerna dan diserap.
 Encegah kehamilan
 Dekatkan bayi ke payudara ibu dengan
Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi cara menekan bahu belakang bayi bukan
Cara menyendawakan bayi
kepala
 Ibu duduk atau berbaring dengan santai
 Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi
 Pegang bayi pada belakang
dan berhadapan- hadapan dengan hidung Bayi
Letakkan bayi tegak
akan terlihat lurus bersandar
puas setelah menyusu
bahunya, PRAKTEK
tidak KEPERAWATAN
pada dasar kepala
bayi pada bahu ibu dan perlahan-lahan
 Bayi terlihat sehat dan berat badannya
KOMUNITAS IV
 Rapatkan dada bayi dengan dada ibu
 Kemudian masukkan puting susu ibu diusap
naik punggung
setelah 2 minggubelakang sampai
pertama (100-200
 Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
menelusuri langit- langit mulut bayi grbersendawa
setiap minggu)
 Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan
OLEH : KELOMPOK 2  Usahakan sebagian payudara masuk ke Puting
Kalaudan
bayi tertidur,tidak
payudara baringkan miring
luka atau nyeri
berada satu garis dengan leher dan lengan bayi.
mulut bayi, sehingga puting susu berada ke kanan
 Setelah atau tengkurap.
beberapa Udara akan
hari menyusu, bayi
 Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu cara
diantara pertemuan langit- langit keluar
akan dengan
buang sendirinya
air kecil 6-8 kali sehari dan
menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
 Lidah bayi akan menekan dinding bawah buang air besar berwarna kuning 2 kali
payudara dengan gerakan memerah sehari
Posisi mulut dan putting ibu sehingga ASI akan keluar .
BUNDA, ASI EKSKLUSIF
PROGRAM STUDI PROFESI NERS  Setelah bayi menyusu atau menghisap
 Payudara UNIVERSITAS JAMBI
dipegang dengan ibu jari diatas jari yang payudara dengan baik, payudara tidak perlu
LEBIH BAIK !!!
2020(bentuk C) atau dengan
lain menopang dibawah dipegang atau disangga lagi
menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari  Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada
tengah (bentuk gunting payudara dengan hidung bayi dengan
 Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut maksud untuk memudahkan bayi bernafas.
dengan cara menyentuh puting susu. Hal itu tidak perlu karena hidung bayi telah
 Tunggu sampai bayi bereaksi dengan dijauhkan dari payudara dengan cara
membuka mulutnya lebar dan lidah ke bawah menekan pantat bayi dengan lengan ibu

Anda mungkin juga menyukai