Anda di halaman 1dari 18

Nama : Zahid Murteza Pasha

NIM : 1913016092

Kelas : S1 Farmasi Umum A 2019

RESUME MATERI

FARMAKOLOGI SAINS II

Obat-Obat Sistem Syaraf dan Kesehatan Jiwa

1. Obat-obat nyeri
1.1. Nyeri
Nyeri dapat diartikan sebagain perasaan sensoris serta emosional yang tidak
nyaman dan berkaitan dengan kerusakan pada jaringan. Nyeri dapat
diklasifikasikan menjadi 5 kelompok, yaitu :
a. Akun yang ringan, sedang ataupun berat
b. Kronik
c. Superficial
d. Somatic
e. Visceral (Nyeri dalam)

1.2. Golongan Obat


1.2.1. Non narcotic analgesic
Non narcotic analgesic adalah obat yang memiliki sifat tidak adiktif dan
kurang kuat jika dibanding dengan narcotic analgesic. Non narcotic
analgesic juga disebut dengan analgetik perifer karena mengakibatkan
terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri tepi. Obat-obatan ini dipakai
untuk mengobati nyeri dengan tingkat ringan hingga sedang dan dapat
dibeli dengan bebas. Obat jenis ini efektif jika dipakai untuk meredakan
nyeri akibat sakit kepala, dismenore, inflamasi, abrasi minor, nyeri otot
serta arthritisyang ringan atau sedang. Kebanyakan analgesik dapat
menurunkan suhu tubuh yang meningkat, sehingga obat jenis ini
mempunyai efek antipiretik juga. Beberapa analgesik seperti aspirin juga
memiliki efek antiinflamasi serta antikoagulan. Beberapa contoh dari obat
golongan ini adalah aspirin, salisifat, asetaminofen, NSAID, dll. Obat-
obatan ini memiliki kegunaan klinis seperti analgesik dan antipiretik serta
antiinflamasi.
Cara kerja obat-obatan non narcotic analgesic adalah coxib
menginhibisi pembentukan COX-1. TNF-∝ mengikat TNF yang
merupakan sitokin dominan yang berperan dalam respon inflamasi. Dan
yang terakhir, cara kerja dari salisilat dan NSAID yang merupakan
inhibitor prostaglandin akan menginhibisi COX-1 dan 2 yang akan
mengakibatkan rasa sakit serta respon inflamasi.
Obat kelas non narcotic analgesik memiliki beberapa efek samping
diantaranya adalah efek GI karena dapat menginhibisi sekresi
protaglandin yang berakibatkan pada inhibisi agregasi platelet. Lalu, obat-
obatan ini juga dapat menyebabkan gagal ginjal serta mengakibatkan
hepatotoksisitas pada hati.

1.2.2. Narcotic analgesic


Narcotic analgesic biasa disebut opioida. Obat kelas ini adalah obat yang
memiliki daya kerja yang meniru opioid endogen dan memperpanjang
aktivitas dari reseptor opioid. Obat ini bekerja pada reseptor opioid khas
pada sistem saraf pusat yang mengakibatkan respon nyeri dan emosional
berkurang. Ada 4 jenis dari reseptor opioid, diantaranya adalah :
a. μ (Mu): merupakan analgesic selektif endorphin, agonis morfin
pendudukannya dapat mengakibatkan euforia, depresi napas, miosis,
penurunan motilitas saluran cerna.
b. κ (kappa): merupakan analgesic selektif dinorfin, spinal, agonis
pentazosin, pendudukannya mengakibatkan adiksi, sedasi, miosis,
depresi dan napas lebih ringan dibanding agonis μ.
c. δ (delta):merupakan selektif enkefalin, analgesia pada sum-sum
tulang belakang yang mempengaruhi efek emosi.
d. σ (sigma): pendudukannya berefek pada psikotomimetik dandisforia
dan dapat memicu halusinasi.

Beberapa contoh dari obat-obatan narkotik ini adalah morfin,


hydromorphine, oxymorphine, mependine, sulfentanil, dll. Obat narkotik
analgesik ini memiliki kegunaan klinis sebagai analgesik dan ada juga
yang berefek antitusif. Mekanisme kerja dari narkotik bukan hanya
menkena rangsang nyeri, tetapi juga menekan pernafasan serta batuk
dengan berkerja pada sistem pernafasan dan medula. Opium endogen
mengakibatkan tubuh mensekresikan peptida untuk memperbaiki tubuh
secara otomatis. Sedangkan opium evogen terdiri atas agonist, antagonist
dan juga mixed opium. Narkotik memiliki efek samping seperti analgesia,
miosis, euphoria, depresi pada sistem respirasi, adiksi, bradikardia, dan
sedatif.

1.2.3. Tramadol
Tramadol adalah obat yang memiliki kegunaan klinisseperti
meringankan sakit yang ringan hingga sedang, biasanya digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri setelah persalinan. Dosen yang disarankan
untuk penggunaan tramadol ini adalah 50-100 mg/4-6 jam, atau 400
mg/hari. Cara kerja dari tramadol adalah tramadol merupakan agonis
reseptor μ lemah, inhibisi dari NE dan serotonin yang merangsang
reseptor α2 adrenergic. Efek samping dari pengunaan tramadol adalah
mual, konstipasi, mulut kering, sakit kepala, sedatif, kejang dan
diaphoresis.

1.2.4. Capsaicin

Capsaicin adalah zat yang terdapat pada cabe merah. Kegunaan dari
capsaicin ini adalah sebagai penginhibisi reseptor rasa sakit, serta distropi
refleks simpatik. Cara kerja dari capsaicin adalah substansi P yang
dilepaskan oleh capsaicin akan memperpanjang jalur rasa sakit akibat
adanya vasodilatasi. Efek samping yang diakibatkan oleh capsaicin adalah
timbulnya rasa terbakar atau pedih, erithema, serta lecet pada kulit.

2. Obat-obatan depresi
2.1. Depresi
Depresi merupakan gangguan jiwa yang paling umum didunia yang
penderitanya mencapai 340 juta. Teori monoamin menunjukanpenyebab
depresi adalah terganggunya keseimbangan antara neurotransmitter pada otak.
Dan juga depresi adapt diakibatkan oleh kekurangan serotonin atau
noradrenalin. Beberapa jenis dari depresi adalah :
a. Depresi situasional : depresi yang diakibatkan oleh peristiwa sedih
yang berat atau traumatik
b. Holidays blue : depresi yang terjadi disaat berlibur, sedang
merayakan momen sedih atau mengenang perisitwa masa lalu yang
pahit.
c. Depresi endogenois : merupakan depresi tanpa penyebab yang
muncuk secara tiba-tiba.
d. Depresi psikotik : penderitanya akan mengalami delusi atau
halusinasi
e. Depresi vegetatif : adalah depresi yang membuat penderitanya
cenderung menarik diri dari hal-hal sosial
f. Depresi agitatif : depresi yang mengakibatkan penderitanya merasa
gelisah, cemas dan tidak bisa diam
g. Depresi distrimik : depresi ini memiliki hubungan dengan
perubahan kepribadian. Penderitanya akan tampak lusuh, muram,
pesimis dan tidak suka bercanda. Dia akan bersifat introvert dan
pikirannya akan dipenuhi dengan pikiran negatif

2.2. Obat-obatan antidepresiva


2.2.1. Antidepresan generasi pertama dan kedua
Antidepresan bekerja dengan cara meenghambat reuptake dari serotonin
dan noradrenalin di ujung saraf otak yang akan memperpanjang masa
waktu tersedianya neurotransmitter tersebut. Selain itu ada juga
antidperesan yang mempengaruhi reseptor postsinapsis.
Contoh dari antidepresan generasi pertama adalah amitriptilin,
doksepin, dosulepin, imipramine, desipramine dan klomipramin. Dosis-
dosis dari obat tersebut diantaranya adalah imipramine digunakan pada
depresi oral 3 dd 25 mg garam HCL. Jika perlu dinaikan cukup sampai
300mg/hari. Untuk gangguan panik 10-25 mg/hari. Untuk enuresis anak
5-8 tahun : 20-30 mg/hari dan untuk nyeri kronis 25-150 mg/hari.
Dessipramin digunakan secara oral 3-4 dd dengan dosis 25-50 mg/hari.
Klomipramin yang digunakan untuk depresi dan OCD adalah 2-3 dd 25
mg/hari, maksimal 250 mg/hari. Amitriplin adalah senyawa yang
memiliki efek antihistamin, antikolinergis dan juga sedatif kuat yang biasa
digunakan untuk pasien yang agresif. Dosis yang digunakan untuk depresi
adalah 3 dd 25 mg garam HCL atau 50-100 mg, maksimalnya adalah 150-
300 mg. untuk nyeri kronis 25-75 mg, untuk prevensi migrain 25-150 mg.
doksepin adalah derivat yang memiliki atom O dalam cincin trisiklisnya.
Dosisnya adalah 75-150 mg garam HCL atau 3dd 25-50 mg. dosulepin
bekerja dengan menghambat reuptake NA dan serotonin dan memiliki
khasiat antihistamin serta antikolinergis yang kuat. Dosisnya adalah 3 dd
mg garam HCL atau 75 mg, maksimalnya 225 mg/hari (lansia 75 mg/hari).
Maprotilin memiliki dosis 1-3 dd 25 mg garam HCL atau 25-75 mg(lansia
25 mg/hari). Mianserin meiliki dosis awal 1dd 30-40mg garam HCL yang
dikonsumsi saat malam hari, bila perlu dinaikan hingga 90 mg/hari. Dan
yang terakhir adalah mirtazapin yang memiliki dosis wawal 15 mg dan
dosis maksimal 45 mg/hari.
Sedangkan, untuk dosis dari antidepresan generasi kedua yang pertama
adalah dosis floxetin yang menghambat serotonin secara spesifik. Efek
sampingnya adalah mual, nyeri pada kepala dan nervositas. Dosis yng
digunakan untuk depresi dan OCD adalah oral 20 mg/hari. Sertralin
memiliki efek samping seperti gangguan lambung-usus dan gangian
ejakulasi. Paroxetin yang digunakan untuk depresi memiliki dosis aawal
1 dd 20 mg dan dinaikan hingga 50 mg/haro (lansia 40 mg/hari).
Citalopram yang digunakan untuk gangguan 1 dd 10/20 mg/hari hingga
40/60 mg/hari.

2.2.2. MAO-blocker
Fenelzin, trancycypromin, trytofan, oksitriptan dan pridoksin adalah
contoh dari MAO-blocker. Obat ini bekerja dengan cara menghambat
enzin monoamin-oksidase yang terdapat dalam dua bentuk, MAO-A dan
MAO-B. efek dari obat ini bersifat irreversible dan hanya digunakan bila
obat yang lain tidak ampuh. Moclobeminda berkhasiat sebagai
penghambat MAO-B ecara reversible. Efek sampingnya adalah gangguan
tidur,, mual, nyeri kepala dan pusing. Dosis awalnya adalah 300.mg.
triptofan adalah obat yang memiliki efek antidepresif dan sedatif. Efek
sampingnya adalah mual serta muntah. Dosis yang digunakan untuk
mengatasi depresi adalah 0,5-1 gram/hari. Piridoksin memiliki efek
samping berupa gangguang lambung dan usus. Dosis yang digunakan
untuk mengatasi depresi adalah 1 dd 100-200 mg dan untuk PMS 1 dd 50-
100mg. dan yang terakhir adalah tingtur hyperici yang diolaah dari daun,
batang dan bunga dari tumbuh Hypericum perforatum yang terdapat di
eropa. Obat ini memiliki efek antidepresan dan analgesik yang bekerja
dengan cara menghambat MAO-A secara reversible. Efek samingnya
adalah meningkatkan kepekaan terhadap sinar matahari. Dan dosis yang
digunakan adalah 2 dd 250 mg dalam bentuk ekstrak atau 3 dd 20 tetes
tingtur, dan efeknya baru akan keluar setelah 10-14 hari.

2.2.3. Golongan lainnya


Garam lithium adalah mood stabilizers dengan khasiat berupa
antimania dan antidepresif yang sedikit. Efek sampingnya adalah
mengakibatkan gangguang pada lambung dan usus, kehausan, mulut
kering, polyuria, otot lemah dan tremor halus pada tangan. Dosis yang
digunakan untuk mania akut adalah secara oral 1 dd selama 27 hari dan
1 dd 800-2200m mg.

3. Obat-obat GAD (Generalized Anxiety Disorder)


3.1. GAD
GAD adalah kekhawatiran yang berlebihan dan memiliki sifat pervasif
yang disertai dengan berbagai simtom somatik yang akan menyebabkan
gangguan signifikan dalam kehidupan bersosial.
3.2. Obat-obat GAD
3.2.1. Antidepresan trisklik

3.2.2. SSRI
Contoh dari obat SSRI adalah sitalopram, esitalopram, fluoksetin,
fluvoksamin, paroksetin dan sertalin. Cara kerja dari obat jenis ini adalah
dengan enghambat reuptake serotonin secara selektif. Dosis alprazolam
yang digunakan untuk depresi mayor adalah 10mg/hari, maksimalnya
20mg/hari dengan lama penggunaan 2-4 minggu. Untuk fluoksetin, jika
digunakan untuk depresi 20mg/hari, bulimia nervosa 60mg/hari, obsesif
kompulsif 20 hingga 60mg/haro. Untuk fluvoksamin, 100-300mg/hari.
Untuk paroksetin, 20-50mg/hari. Dan untuk sitalopram, jika digunakan
untuk 20-60mg.

3.2.3. Benzodiazepin
Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas asam gamma-
aminobutirat atau GABA. GABA adalah senyawa komunikasi anat sel
saraf yang dapat mengurangi aktivitas otak. Aktivitas otak yang
berlebihan dapat menyebabkan kecemasan. Contohnya adalah
alprazolam, lorazepam, midazolam dan diazepam. Dosis untuk
alprazolam adalah 0,25-0,5mg sebanyak 3 kali sehari. Dosis ditingkatkan
menjadi 3-4 kali sehari dengan dosis maksimum 4mg jika perlu.
Lorazepam memiliki dosis sebanyak 2-4 mg sehari yang digunakan
sebelum operasi. Midazolam digunakan dalam bentuk injeksi intravena
sebanyak 2mg dan ditingkatkan 0,5-1mg setelah 2 menit. Diazepam
digunakan secara oral sebanyak 5 mg sebelum pembedahan atau 10-20mg
dalam bentuk injeksi intravena.
4. Obat-obat sakit kepala dan migrain
4.1. Definisi
Nyeri kepala adalah rasa tidak nyaman yang dialami didaerah kepala.
Nyeri kepala dibagi menjadi dua, primer yang bukan disebabkan oleh penyakit
lain dan sekunder yang merupakan nyeri akibat penyakit lain. Etilogi dari nyeri
kepala adalah :
a. Stress
b. Eye strain
c. Kelelahan
d. Kecemasan
e. Ketidakseimbangan neurotransmitter

Yang menjadi faktor resiko dari nyeri kepala adalah usia atau jenis kelamin,
tidak bisa relaks setelah stres dan gangguan tidur.

4.2. Jenis sakit kepala


4.2.1. Migren tanpa aura
Migren tanpa aura akan menghasilkan rasa berdenyut yang lokaksinya
unilateral ataupun bilateral, lama nyerinya bertahan selama 6-48 jam,
sporadik dan disertai gejala seperti mual, muntah, malaise, fotofobia dan
fonofobia
4.2.2. Migren dengan aura
Migren dengan aura memiliki gejala yang sama seperti migren tanpa
aura hanya saja disertai dengan adanya gangguan pengelihatan dengan
munculnya cahaya tajam
4.2.3. Klaster

Menimbulkan rasa menjemukan yang tajam, terdapat di unilateral,


rasa bertahan hingga 5-120 menit dan menimbulkan gejala seperti
kemerahan pada wajah, hidung tersumbat dan mata berair
4.2.4. Tipe tegang
Menimbulkan rasa seperti ditekan yang tajam, berlokasikan bilateral,
rasa nyeri akan terus menerus muncul dan akan mengakibatkan depresi
4.2.5. Neuralgia trigeminus
Menimbulkan rasa ditusuk, nyeri bertahan dengan waktu yang singkat,
yaitu hanya selama 15-60 detik dan berlokasikan di nervus V
4.2.6. Sinus
Menimnulkan rasa nyeri yang tumpul maupun tajam, berlokasikan
diatas sinus, memiliki rasa nyeri yang lama dan konstan dan merupakan
gejala lain dari rinore

4.3. Terapi

Terapi dibagi menjadi dua berdasarkan jangka waktunya, singkat dan


panjang. Terapi dengan jangka waktu singkat hanya untuk mengi=hilangkan
gejala serta mencegah serangan untuk kembali. Sedangkan terapi jangka
panjang memiliki fungsi untuk mengurangi frekuensi dan keparahan nyeri,
memperbaiki kualitas hidup dan mencegah serangan berikutnya.

4.4. Obat terapi


4.4.1. Obat terapi abortif
a. Analgesik ringan : aspirin atau paracetamol
b. NSAID :naproksen, ibuprofen dan ketorolak
c. Golongan triptan : sumatripan
d. Ergotamin
e. Metoklopramid
f. Krotikosteroid
g. Analgesik opiat : butorphanol
4.4.2. Obat terapi profilaksis
a. Betablocker : atenolol, metoprolol, propanolol dan nadolol
b. Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin, doksepin dan
notriptilin
c. Metisergid
d. Asam/NA Valporat
e. NSAID
f. Verapamil
g. Topiramat

5. Obat-obat kejang-demam
5.1. Definisi
Kejang demam adalah kejang yang terjadi oleh kenaikan suhu tubuh
yang disebabkan proses ekstrakranium. Kejang demam dapat terjadi akibat
proses intrakranial ataupun ekstrakranial. Kejang diklasifikasikan menjadi
dua, kejang sederhana yang terjadi dengan waktu yang singkat dan tidak
berulang dalam sehari. Dan kejang demam kompleks yang dapat berulang
hingga dua kali dalam satu hari.

5.2. Terapi
Terapi yang dapat dilakukan disaat kejang adalah :
a. Diazepam supp 0,5-0,7/mg/kgBB/kali
b. Diazepam IV 0,2-0,5mg/kgBB
c. Fenitonin per IV 15mg/kgBB
d. Pentobarbital 50mg IM dan ventilator B/P
6. Obat-obat insomnia
6.1. Insomnia
Insomnia adalah keluhan dalam kesulitan untuk tidur yang berlangsung selama
satu bulan dan akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Jenis dari insomnia itu
sendiri adalah tidak dapat tidur, terbangunketika tidur dan tidur yang gelisah.
Penyebab dari terjadinya insomnia diantaranya adalah :
a. Stress
b. Konsumsi kafein
c. Perubahan lingkungan
d. Depresi atau kecemasan
e. Kondisi mendis

Hal yang menjadi faktor resiko dari insomnia adalah :

a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Gangguan mental
d. Stress
e. Jet lag

Dan gejala dari gangguan insomnia diantaranya :

a. Sulit tidur
b. Sulit mempertahankan tidur atau terus terbangun
c. Aktivitas sehari-hari terganggu
d. Tidur yang gelisah
e. Lelah fisik dan mental
f. Depresi
g. Cemas
6.2. Penatalaksanaan
Hal yang bisa dilakukan untuk mengatur gaya hidup dan pengobatan yang
dapat dilakukan di rumah adalah :
a. Mengatur jadwal tidur
b. Tidak berada di tempat tidur ketika sedang tidak tidur
c. Tidak memaksakan diri untuk tidur
d. Membatasi tidur siang
e. Relaksasi

6.3. Relaksasi
Hal yang bisa dilakukan untuk merelaksasikan diri diantaranya adalah :
a. Mencari suasana lingkungan yang nyaman
b. Merelakskan otot tubuh secara sadar
c. Memusatkan diri pada perangkat mental selama 10-20 menit
d. Bersikap pasif terhadap pikiran yang bergejolak
e. Mengatur nafas

6.4. Pengobatan
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia adalah
dengan cara mengonsumsi antidepresan
Epilepsi

1. Definisi
Epilepsi adalah salah satu contoh gangguan pada saraf kronik dimana
terjadinya kejang yang bersifat reccurent. Kejang itu sendiri adalah manifestasi
klinik oleh aktivitas neuron cortical yang berlebihan pada korteks serebral yang
ditandai oleh adanya perubahan aktifitas elektrik saat dilakukan pemeriksaan
EEG. Manifestasi klinik tersebut bervariasi tergantung daerah otak yang terlibat

2. Epidemiologi
Setiap tahunnya bisa terjadi sekitar 125.000 kasus epilepsi baru di amerika
serikat dan 30% terjadi pada pasien dengan usia kurang dari 18 tahun. Estimasi
jumlah kasus sulit untuk dihitung karena ada penderita yang memiliki epilepsi
tanpa serangan

3. Etiologi
a. Gangguan dari pelepasan neuron
b. Birth trauma
c. Cedera kepala
d. Tumor otak
e. Penyakit cerebrovaskular
f. Genetik
g. Idiopatik

4. Patofisiologi
Kejang diakibatkan oleh adanya ketidakseimbangan antara pengaruh
inhibisi dan eksitalori oleh otak yang terjadi akibat kurangnya transmisi
inhibitori serta peningkatan aksi eksitatori. Pasien baru bisa didiagnosa epilepsi
jika mengalami serangan yang berulang, dan untuk mengidentifikasi jenis
epilepsinya, dapat digunakan berbagai alat seperti :
a. EEG
b. CT-scan
c. MRI

5. Klasifikasi
Kejang dapat dibagi menjadi :
a. Kejang umum : jika aktivasi terjadi di kedua hemisfere otak secara
bersamaan
b. Kejang parsial : jika dimulai di daerah otak yang tertentu

Kejang umum juga terbagi-bagi, yaitu :

a. Tonic-clonic convulsion
b. Abscence attacks
c. Myoclonic seizure
d. Atonic seizure

Dan, pembagian kejang parsial diantaranya adalah :

a. Simple partial seizure


b. Complex partial seizure

6. Obat epilepsi
6.1. Fenitonin
Mekanisme : menghambat voltage-gated sodium channel sehingga
mengurangi bangkitan kejang
RP : oral
Efek samping : ataksia serta pengelihatan yang kabur
Dosis : 10-15 mg/kgBB intravena dengan kecepatan 25-50 mg/menit dan
100mg selama 6-8jam setelah itu

6.2. Sodium valproat


Mekanisme : pertama, menghambat voltage-gated sodium channel dan
meningkatkan muatan GABA
Rp : Oral dan intravena
Indikasi : semua jenis epilepsi
Efek samping : gangguang pencernaan dan hepatotoksisitas
Dosis :10-15mg/kgBB per hari dan dapat ditingkatkan hingga 5-10mg/kgBB
perh hari. Dosis maksimal 60 mg/kgBB perh hari

6.3. Karbamazepin
MEKANISME : Menyebabkan penghambatan pada voltage-gated sodium
channel
Rp : Oral dan rektal
Indikasi : semua jenis epilepsi, kecuali bangkitan absens serta nyeri neuralgia
Efek samping : ataksia, nystagmus, vertigo dan sedatif
Dosis : dosis awal sebanyak 200 mg oral dua kali atau 100 mg oral 4 kali sehari.
Lalu dosis lanjutan sebanyak 800-1200 mg/hari. Dosis maksimalnya 1200
mg/hari.

6.4. Etosuksimid
MEKANISME : menghambat aliran kalsium dengan ambang rangsang rendah
Rp : Oral
Indikasi : obat pilihan untuk bangkitan absens sederhana dan sangat baik
ditoleransi untuk anak-anak
Efek samping : gangguan pencernaan, sedasi, ruam pada kulit
Dosis : Untuk anak usia 3-6 tahun, dosisnya adalah 250 mg per hari. Dan untuk
anak usia 6 tahun ke atas serta orang dewasa, dosisnya adalah 500 mg/hari atau
2 kapsul setiap minum

6.5. Vigabatrin
MEKANISME : menghambat GABA secara ireversibel
Rp : Oral
Indikasi : diindikasikan pada epilepsi yg tidak dapat dikontrol secara
memuaskan oleh obat lain
Efek samping : pusing, mengantuk dan depresi
Dosis : dosis awal 1gram/hari, dosis tunggal atau terbagi 2, lalu dinaikkan
sebesar 500 mg sesuai respons. Dosis lazim 2-4 gram/hari sampai di atas 4
gram/hari

6.6. Lamotrigine
MEKANISME : menghambat saluran sodium dan menghambat pelepasan
asam amino eksitatori
Rp : Oral
Indikasi : monoterapi dan terapi tambahan bangkitan parsial dan bangkitan
tonik-tonik klonik umum dan nyeri neuralgia
Efek samping : ruam, demam dan malaise
Dosis : Dosis awal: 25 mg/hari, selama 2 minggu. Lalu 50 mg/hari, selama 2
minggu

6.7. Gabapentin
MEKANISME: bekerja seperti GABA pada SSP, meskipun tidak tampak
memiliki aksi GABA. Efek antiepileptic melibatkan hambatan saluran kalsium
bergerbang tegangan
Rp : Oral
Indikasi : sebagai terapi tambahan untuk epilepsi parsial
Efek samping : mengantuk, pusing dan ataksia
Dosis : Dosis awal: 300 mg oral pada hari pertama, 300 mg oral 2 kali sehari
pada hari kedua, lalu 300 mg oral 3 kali sehari pada hari ketiga. Dosis dapat
ditambah 300 mg.

6.8. Barbiturat
mekanisme : menyebabkan potensiasi arus klorida melalui saluran kompleks
GABAA/Cl
Rp : Oral dan intravena
Indikasi : digunakan dalam segala bentuk epilepsi, termasuk status epileptikus
Efek samping : sedasi dan depresi
Dosis :dosis awal 125 mg/hari, dinaikkan 125 mg tiap 3 hari sampai 500
mg/hari dalam 2 dosis, lalu dinaikkan 250 mg tiap 3 hari sampai maksimal 1,5
g/hari,

6.9. Benzodiazepin
mekanisme : menyebabkan potensiasi arus klorida melalui GABA/kompleks
saluran Cl
Rp : Oral dan intravena
Indikasi :digunakan untuk bangkitan tonik-klonik dan parsial. Lorazepam dan
diazepam efektif untuk pengelolaan status epileptikus
Efek samping : sedasi

Anda mungkin juga menyukai