Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

APPENDISITIS
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Di Susun Oleh:
VICTOR DHAPO DANGO
P2002063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR APPENDISITIS

1. Definisi Appendisitis

Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai

cacing ( apendiks ). Usus buntu sebenarnya adalah sekum(caecum). Infeksi ini

bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah

segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. ( Wim de Jong et

al, 2010). Apendisitis merupakan inflamasi akut pada apendisitis verniformis

dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.

(Brunner&Suddarth, 2014 dalam Srirahayu, 2018).

Usus buntu atau apendis merupakan bagian usus yang terletak dalam

pencernaan. Untuk fungsinya secara ilmiah belum diketahui secara pasti, namun

usus buntu ini terkadang banyak sekali sel-sel yang berfungsi untuk

mempertahankan atau imunitas tubuh. Dan bila bagian usus ini mengalami

infeksi akan sangat terasa sakit yang luar biasa bagi penderitanya (Saydam

Gozali, 2011 dalam Srirahayu, 2018).

Apendiks merupakan perluasan sekum yang rata-rata panjang adalah 10 cm.

Ujung apendiks dapat terletak di berbagai lokasi, terutama dibelakang sekum.

Apendiksitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi,

walaupun apendiksitis dapat terjadi setiap usia.

2. Anatomi dan fisiologi


Beberapa struktur organ pencernaan sebagai berikut menurut
(Drs.H.Syaifuddin, AMK,2011 dalam Srirahayu, 2018)
a. Mulut
Mulut (Oris) merupakan organ yang pertama kali dari saluran pencernaan
yang meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan antara
mulut dengan faring ,terdiri dari :
1) Vestibulum Oris : Bagian di antara bibir dari pipi di luar, gusi dan bibir
bagian dalam.Bagian atas bawah vestibulum dibatasi oleh lipatan
membrane mukosa bibir, pipi dan gusi.
2) Kavitas oris propia : Bagian di antara arkus alveolaris, gusi, dan gigi,
memiliki atap yang dibentuk oleh palantum durum (palatum keras )bagian
depan palantum mole (palantum lunak ) bagian belakang.

b. Gigi
1) Anatomi gigi
Gigi dan geraham terletak dalam alveolus dentalis dari tulang
maksiladan mandubula .Gigi mempunyai satu akar sedangkan geraham
mempunyai 2-3 akar.Akar gigi ditutupi oleh semen yang merupakan
bagian tebesar dari gigi yang dilapisi oleh email.
2) Fisiologi gigi
Menguyah makanan ,pemecahan partikel besar menjadi partikel kecil
yang dapat ditelan tampa menimbulkan tersedak.proses ini merupakan
proses mekanik pertama yang dialami makanan pada waktu lincinkan
,dan membasahi makanan yang kering dengan saliva serta mengaduk
makanan sampai rata.

c. Lidah
1) Anatomi lidah
lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat lintang
kasa dilengkapi dengang mukosa.
2) Fisiologi lidah
Lidah berperan dalam proses mekanisme pencernaan di mulut dengan
mengerakan makanan ke segala arah.
a) Pangkal lidah : Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup jalan
pernafasab pada waktu menelan supaya makanan tidak masuk ke jala
pernafasan .

b) panggal lidah : Fungsinya untuk mentukan rasa manis, pahit, asam dan
asin.
c) ujung lidah : Membatu membolakbalikan makanan, proses berbicara,
merasakan makan yang dimakan, dan membantu proses menelan.
d. Faring
1) Anatomi faring
Faring terbentang lurus antara basis kranii setinggi vertebrae servikalis
VI, kebawah setinggi tulang rawan krikoidea. Faring terbentuk dari
jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar).
2) Fisiologi faring
Merupakan orgzn yang menghubungkan rongga mulut kerongkongan
panjangya (kira –kira 12 cm).
e. Esofagus
1) Anatomi esophagus
Esofagus (kerongkongan ) merupakan saluran pencernaan setelah mulut
dan faring. Panjangya kira –kira 25 cm, Posisi vertikel dimulai dari
bagian tengah leher bawah faring sampai ujung bawah rongga dada di
belakang trakea.
2) Fisiologi esophagus
Esophagus merupakan struktur organ pencernaan setelah mulut yang
memiliki fungsi.

f. Lambung

1) Anatomi lambung

Lambung merupakan sebuah kantong muskel yang letaknya antara

esophagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen dibagian diagfragma


bagian depan pancreas dan limpa. Lambung merupakan saluran yang

dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltic terutama di daerah

epigaster.

2) Fisiologi lambung

a) Fungsi penampungan makanan yang masuk melalui esophagus,

menghancurkan makanan dan menghaluskan makanan dengan

gerakan peristaltic lambung dan getah lambung

b) Fungsi bakterisid : Oleh asam lambung

c) Membantu proses pembentukan eritosit: lambung menghasilkan zat

factor intrinsic bersama dengan factor ekstrinsik dari makana,

membentuk zat yang disebut anti –anemik yang berguna untuk

pertukaran eritrosit yang disempan dalam hati.

g. Usus Halus

Gambar2
.1UsusHalus(sumber: Yenicahyaningrum.wordpress.)
Usus halus merupakan bagian dari system pencernaan makanan yang
berpangkal pada pylorus dan berakir pada sekum.Panjangnya kira-kira 6 meter,
merupakan saluran pencernaan yang paling panjang dari tempat proses
pencernaan dan absorsip pencernaan. Bentuk dan susunanya berupaka lipatan
melingkar,Makanan dalam intestinum minor dapat masuk karena adanya
gerakan yang memberikan permukaan yang lebih halus.

1) Fisiologi usus halus


Usus halus dan kelenjarnya merupakan bagian yang sangat pentig dari
saluran pencernaan karena disini terjadinya proses pencernaan yang
terbesar dan penyerapan lebih kurang 85% dari seluruh absorpsi, fungsi
usus halus :

a) menyekresikan cairan usus :untuk menyempurnakan pengolahan zat


makanan di usus halus.
b) menerima cairan empedu dan pangreas melalui duktus kholedukus
dan duktus pankreatikus.
c) mencerna makanan: Getah usus dan pangkreas mengandung enzim
pengubah protein menjadi asam amino, karbohidrat menjadi glukosa,
lemak menjadi asam lemak gliserol.
d) Mengabsobsi air garam dan vitamin, protein dalam bentuk asam
amino, karbohidrat dalam bentuk monoksida. Makanan tersebut
dikumpulkan dalam vena-vena halus lalu dikumpulkan dalam vena
besar bermuara ke dalam vena porta langsung.
h. Usus Besar

Gambar 2.2 Usus Besar (sumber: Yenicahyaningrum.wordpress.)

Usus besar merupakan saluran pencernaan merupakan usus berpenampang


luas atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira 1,5 -1,7 meter dan
penampangan 5-5 cm. Lanjutan usus halus yang tersusun seperti huruf U
terbalik mengililinggi usus halus terbentang dari valvula ilosekalis sampai
ke anus.
1) Fisiologi usus besar
a) Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa membentuk
massa yang lembek yang disebut feses.
b) menyimpan bahan feses.
c) tempat tinggal bakteri koli.
i. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa latin:caecus ,”buta”) dalam isitilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian
kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptile.

j. Umbai Caciang (Appendiks)


Appendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini
disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Appendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan bentuk nanah dalam rongga abdomen
atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).

k. Rektum atau anus


Sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar dan berakir di anus.
Organ ini berfungsi sebagai penyimpanan sementara fases. Biasanya rectum
ini kosong karena tinja disimpan ditempat yang lebih tinggi yaitu pada kolon
sehingga pada kolon penuh maka dari itu terjadinya BAB. Anus merupakan
lubang diujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh dan sebagian lainnya dari
usus (Syaifudin, 2011).
l. Anatomi dan Fisiologi Apendiks

Gambar 2.3 Apendiks (yayanakhya.Wordpress.com)

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira- kira 10 cm


(4 inci), lebar 0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada sekum tepat dibawah
katup ileosekal. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu : taenia anterior,medial
dan posterior. Secara klinis, apendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu
daerah 1/3tengah garis yang menghubungkan spina iliaka anterior superior
kanan dengan pusat. Lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar
dibagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut,
lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. Persarafan
parasimpatis pada apendiks berasal dari cabang nervus vagus yang
mengikuti arteri mesentrika superior dan arteri apendikularis, sedangkan
persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri
viseral pada apendisitis bermula disekitar umbilikus.

1) Fisiologi Apendiks

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya


dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Lendir
dalam apendiks bersifat basa mengandung amilase dan musin.
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated
Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk
apendiks ialah IgA. Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai
perlindungan terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks
tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfa
disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya disaluran cerna
dan diseluruh tubuh. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri
secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif
dan lumennya cenderung kecil, maka apendiks cenderung menjadi
tersumbat dan terutama rentan terhadapinfeksi ( Sjamsuhidayat, 2005).

3. Klasifikasi

Sedangkan menurut Sjamsuhidayat dan De (2005), apendisitis diklasifikasikan

menjadi 2 yaitu :

a. Apendisitis akut

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang

mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun

tidak disertai rangsangan peritoneum lokal. Gejala apendisitis akut nyeri

samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral didaerah

epigastrium disekitar umbilicus. Keluhan ini sering disertai mual dan

kadang muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam

nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam

dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatic setempat.

b. Apendisitis kronis

Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya

riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik

apendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik

apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan


parsial maupun total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama

dimukosa dan adanya sel inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik.

Insiden apendisitis kronik antara 1-5%.

4. Etiologi

Penyebab appendicitis adalah adanya obstruksi pada lumen appendikeal oleh

apendikolit, hyperplasia folikel limfoid submukosa, fekalit (material garam

kalsium, debris fekal ) atau parasit (Katz, 2009). Apendisitis penyebabnya

paling umum adalah inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga

abdomen. Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu

yang bersamaan dalam hidup mereka: pria lebih sering dipengaruhi wanita, dan

remaja lebih sering dari pada dewasa. Diantara beberapa faktor diatas, maka

yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyebab

appendisitis adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia

jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi

bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces

manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia

Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada

peradangan usus buntu (Anonim,2008). Adapun penyebab lain terhadap

apendisitis yaitu :

a. Sumbatan lumen
b. Kostipasi (kebiasaan memakan yang rendah serat) tinja yang keras.
c. Hyperplasia jaringan limfoid
5. Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis menurut Lippicott williams &wilkins (2011)

Nyeri periumbilikal atau epigastik kolik yang tergeneralisasi maupun setempat.

Pada kasus apendisitis dapat diketahui melalui beberapa tanda nyeri antara lain :

Rovsing’s sign, Psoas sign dan Jump sign.

a. Apendiksitis

1) Nyeri samar-samar

2) Terkadang terasa mual dan muntah

3) Anoreksia.

4) Disertai demam dengan suhu 37,5-38,5˚C

5) Diare

6) Konstipasi

7) Nilai leukosit meningkat dari rentang normal.

b. Apendiksitis perforasi

1) Nyeri yang dirasakan di ulu hati, kemudian berpindah diperut kanan

bawah lalu nyeri dirasakan diseluruh bagian perut. Nyeri dirasakan terus-

menerus dan tidak menjalar, nyeri semakin memberat.

2) Mual dan muntah sampai keluar lender

3) Nafsu makan menurun

4) Konstipasi BAB

5) Tidak ada flaktus

6) Pada auskultasi, bising usus normal atau meningkat pada awal apendisitis
dan bising melemah jika sudah terjadi perforasi.
7) Demam dengan suhu 37,5-38,5˚C

8) Temuan hasil USG Abdomen berupa cairan yang berada disekitar

appendiks menjadi sebuah tanda sonographik penting.

9) Respirasi retraktif.

10) Rasa perih yang semakin menjadi.

11) Spasma abdominal semakin parah.

12) Rasa perih yang berbalik (menunjukan adanya inflamasi peritoneal).

6. Patofisiologi disertai Web of caution


Appendiks terimflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa dank eras dan fases), tumor, atau
benda asing. Proses imflamasi meninggkatkan intraluminal, menimbulkan nyeri
abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa
jamterlokalisasi di kuadrat kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks
yang terimflamasi menjadi pus. Setelah dilihat penyebab dari appediksitis
adalah adanya obstruksi pada lumen appendikeal oleh apendikolit, hyperplasia
folikel limfoid submukosa, fekalit (material garam kalsium, debris fekal ) atau
parasit (Katz ,2009 ).

Kondisi obtruksi akan meningkat kan tekanan intraluminal dan peningkatan

perkembangan bakteri. Hal lain akan terjadi peningkatan kogesif dan penuruna

pada perfusi pada dinding apendiks yang berkelanjutan pada nekrosis dan

imflamasi, maka permukaan eksudat terjadi pada permukaan serosa apendiks

(santacroce,2009). Dengan selanjutnya proses obtruksi, bakteri akan

berproliferasi dan meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrate

pada mukosa dinding apendiks yang disebut dengan apendisitis mukosa, dengan

manifestasi ketidak nyamanan abdomen.


Sebenarnya tubuh manusia juga melakukan usaha pertahanan untuk membtasi

proses peradangan ini dengan cara menutupi apendiks dengan omentum dan

usus halus sehingga terbentuk massa periapendikular yang secara salah dikenal

dengan istilah infiltrate apendiks berlanjut kondisi apendiks akan meningkat

risiko terjadinya perforasi dan pembentukan massa periapendikular. perforasi

dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu

memberikan respon imflamasi berbentuk periotenum atau terjadi pada

peritonitis. (Tzanakis, 2005).

7. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium

Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak dengan

appendicitis akuta. Jumlah leukosit pada penderita appendicitis berkisar

antara 12.000 - 18.000/mm3. Peningkatan persentase jumlah neutrofil (shift

to the left) dengan jumlah normal leukosit menunjang diagnosis klinis

appendicitis. Jumlah leukosit yang normal jarang ditemukan pada pasien

dengan appendicitis.

b. Pemeriksaan Urinalisis

Membantu untuk membedakan appendicitis dengan pyelonephritis atau batu

ginjal. Meskipun demikian, hematuria ringan dan pyuria dapat terjadi jika

inflamasi appendiks terjadi di dekat ureter.

c. Ultrasonografi Abdomen (USG)

Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan untuk

menunjang diagnosis pada kebanyakan pasien dengan gejala appendicitis.


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sensitifitas USG lebih dari 85%

dan spesifitasnya lebih dari 90%. Gambaran USG yang merupakan kriteria

diagnosis appendicitis acuta adalah appendix dengan diameter

anteroposterior 7 mm atau lebih, didapatkan suatu appendicolith, adanya

cairan atau massa periappendix. False positif dapat muncul dikarenakan

infeksi sekunder appendix sebagai hasil dari salphingitis atau inflammatory

bowel disease. False negatif juga dapat muncul karena letak appendix yang

retrocaecal atau rongga usus yang terisi banyak udara yang menghalangi

appendiks.

d. CT-Scan

CT scan merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis

appendicitis akut jika diagnosisnya tidak jelas.sensitifitas dan spesifisitasnya

kira-kira 95-98%. Pasien- pasien yang obesitas, presentasi klinis tidak jelas,

dan curiga adanya abscess, maka CT-scan dapat digunakan sebagai pilihan

test diagnostik. Diagnosis appendicitis dengan CT-scan ditegakkan jika

appendix dilatasi lebih dari 5-7 mm pada diameternya. Dinding pada

appendix yang terinfeksi akan mengeci.

8. Penatalaksaan

a. Keperawatan

1) Lakukan observasi TTV klien .

2) Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.

3) Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama
pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH PSIK STIKES WIYATA
HUSADA SAMARINDA

Nama mahasiswa : Victor Dhapo Dango


Tempat praktek : RS. AWS
Tanggal : 12 januari 2021

I. Identitas diri klien


Nama : Tn. P Suku : flores
Umur : 49 th Pendidikan : SMP
Jemis kelamin :laki-laki Pekerjaan :Swasta
Alamat :jln AWS gang 2, RT Lama :-
20, bekerja
Tanggal masuk RS: 12 januari 2021
Status perkawinan : Menikah Tanggal Pengkajian : 13 januari
2021
Agama: Khatolik Sumber Informasi : istri klien

II. Riwayat penyakit


1. Keluhan utama saat masuk RS:
Klien masuk ke IGD pada tanggal 12 januari 2021 hari selasa pukul 15:30
Wib,dengan alasan masuk perut sakit pada bagian kanan bawah sejak 5 hari yang
lalu, sebelumnya pasien berobat ke puskesmas lalu setelah memakan obat dari
puskesmas pasien merasa mual dan muntah. Klien mengatakan pusing dan
lemas,pasien juga mengatakan tidak pernah BAB selama 5 hari setelah itu pasien
juga merasakan perutnya padat dan sakit.

2. Riwayat penyakit sekarang:

Saat dilakukan pengkajian pada 13 januari 2021 pukul 12.00 wib klien mengatakan
nyeri pada bagian kanan bawah perut pasien karena akibat appendiks, klien
merasakan pusing, klien juga mengatakan susah bergerak karena insisi pebedahan,
Skala nyeri 5 dengan penilaian PQRST
3. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan dahulunya pernah mengalami penyakit magh tetapi hanya berobat di
puskesmas saja, kebiasaan klien suka memakan yang pedas –pedas, sebelumnya pasen tidak
pernah mengalami penyakit yang sama seperti sekarang, tetapi pasien sebulan ini babnya sangat
sulit dan sering kesakitan. Klien tidak pernah mengalami operasi pada bagian abdomen atau
bagian tubuh lainya.

Genogram:

4. Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah dilakukan:
 Appendisitis
III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien)
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang
penyakit/perawatan

 Pasien mengira hanya nyeri dan sakit perut biasa


2. Pola
nutrisi/metabolic
Program diit RS:

 Tidak dilakukan diet


Intake makanan:
 Sebelum sakit Frekuensi makan / hari Pasien makan 3 kali sehari
 Saat sakit sulit untuk makamn terkadang mula dan muntah
Intake cairan:
 Sebelum sakit klien mengatakan bisa menghabiskan 2 botol air mineral yang berisi 1 liter.
 Sesudah sakit klien hanya bisa mengkonsumsi air 3-5 gelas/hari.
3. Pola eliminasi
a. Buang air besar
Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit

Frekuensi 1x dalam 3 hari 1x sehari

Warna Kecoklatan kuning

Bau Khas Khas

Kesulitan Padat Lembek

b. Buang air kecil

Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit

Frekuensi 5-6 x/hari 4-5 x/hari

Warna Kuning pucat Putih bening

Bau pesing pesing

Konsistensi Cair Cair

Kesulitan Tidak ada kesuitan Tidak ada


kesulitan
4. Pola aktifitas dan latihan:

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total Oksigenasi:

 Klien tidak menggunakan otot bantu pernapasan dan tidak mengalami gangguan
pernapasan
5. Pola tidur dan istirahat
(lama tidur, gangguan tidur, perawasan saat bangun tidur)
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Jumlah jam tidur - -
siang
Jumlah jam tidur 6 ─ 8 jam 5 jam
malam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Sering terbangun
Perasaan waktu Nyaman Masih ngantuk dan
bangun lemas

6. Pola persepsual
(penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi):
 Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Pola persepsi diri

(pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri)


 Harapan pasien setelah menjalani perawatan yaitu pasien ingin segera sembuh dan dapat
beraktivitas normal kembali.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
(fertilitas, libido, menstuasi, kontrasepsi, dll.)

 Tidak dilakukan pemeriksaan

9. Pola peran hubungan

(komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan):


 Pasien berkomunikasi dengan baik
 Pasien paling dekat dengan semua anggota keluarga sehingga jika pasien memiliki
maslah pasien akan menceritakan kepada anggota keluarga

10. Pola managemen koping-stess


(perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini):
 Pasien selalu bermusyawarah dengan keluarga jika ada masalah yang hadapi dalam keluarga

11. Sistem nilai dan keyakinan


(pandangan klien tentang agama, kegiatan keagamaan, dll)
 Pasien tidak dapat melakukan kegiatan seperti biasanya, dan tidak dapat melaksanakan
ibadah seperti biasa semnjak pasien sakit

IV. Pemeriksaan fisik


(cephalocaudal) yang meliputi : Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan
Auskultasi keluhan yang dirasakan saat ini

 Klien mengatakan nyeri disekitar area abdomen

TD: 120/70 mm/H P:20 x/m N:90x/m S: 37.4oC


BB/TB: 70kg/ 170
Kepala:
 Rambut

Inspeksi : Klien memiliki rambut berminyak, berbentuk agak ikal, kusam, terlihat agak

kotor, terlihat ada ketombe.

Palpasi : Klien tidak ada teraba benjolan, maupun luka jahitan.

Mata dan Telinga (Penglihatan dan pendengaran)

a. Penglihatan

 Berkurang  Ganda  Kabur  Buta/ gelap

 Tidak mengalami gangguan penglihaa

Visus : 6/6 dioptri


b.
: sklera klien normal berwarna putih tidak mengalami
Sklera ikterik sklera ikterik (perubahan warna pada sklera) (tidak)
Konjungtiva : (anemis/ tidak anemis)
: klien mengatakan tidak ada nyeri pada bagianintensitas :
Nyeri daerah mata (tidak) tidak nyeri
Kornea : jernih/keruh/berbintik
: klien tidak menggunakan alat bantu seperti lensa
Alat bantu kontak/kaca mata

Pendengaran

 Normal  Berdengung  Berkurang  Alat bantu  Tuli


 Pendengaran klien normal

 Inspeksi : Telinga klien terlihat simetris kiri dan kanan, tidak terlihat luka lecet, ada
sedikit serumen di dalam telinga pasien, tidak ada terlihat lecet dan pendarahan.

 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada terlihat pembengkakan.

Keluhan lain:
 Tidak ada keluhan
Hidung:

 Inspeksi :Hidung klien terlihat bersih, tidak ada pembekakan, tidak ada luka lecet,
terlihat tidak terpasang NGT.

 Palpasi : Hidung klien tidak ada nyeri tekan .


Mulut/Gigi/Lidah:
 Mulut : Tidak ada sariawan atau lesih
 Gigi : Tidak ada pendarahan gigi, karang gigi tidak ada klien rutin memeriksakan
karang gigi, gigi klien terlihat rapi
 Lidah : Pengecapan klien baik, klien dapat merasakan manis, asam, asin.

Leher :

 Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka atau jahitan .

 Palpasi : Tidak ada pembengkakan pada leher pasien, tidak ada teraba kelenjar getah

bening, dan vena jugularis.

Respiratori

a. Dada :
......
 Inspeksi: Dada klien terlihat simetris kiri dan kanan, pengerakan dada
......
normal, frekuensi nafas 22x/i, tidak ada terliahat bekas luka......atau

lecet.
.......
 Palpasi : Tidak ada pembengkakan pada sekitar dada, pergerakan
......
dada sama ketika klien mengucapkan 7777, getaran dinding ......
dada
......
sama.

 Perkusi : Terdengar bunyi sonor pada kedua lapang paru.


a. Batuk : klien sedang tidak batuk
Karakteristik
AuskultrasiSputum
:Bunyi nafas vesikuler /normal, whezing(- ), rhonki(-).
Tipe pernapasan :

 Perut  Dada  Biot


 Kussmaul  Cynestokes 
Lainnya

Frekuensi nafas : x/mnt


Penggunaan otot-otot asesori: (ya/tidak), Napas Cuping
Hidung: .....................................
Fremitus:............................................................................................................................
........................
...........................................................................................................................................
...........................
Sianosis : (ya/ tidak)
 Keluhan Lain:
 Tidak ada keluhan lain
Kardiovaskular:
Riwayat Hipertensi: Tidak ada Masalah jantung: Tidak ada
Demam Rematik: Tidak ada
Bunyi Jantung: Frekuensi:. Irama
Kualitas Murmur
Palpitasi
 Nyeri dada, Intensitas :
 Pusing  Cianosis
 Capillary refill :

 Riwayat Keluhan lainnya


..............................................................................................................................................
...............................
...............................................................................................................................................
...............................
 Edema, lokasi : grade :
 Hematoma, lokasi :
.............................................................................................................................................
...............................
..............................................................................................................................................
...............................
Neurologis
Rasa ingin pingsan/ pusing:
......................................................................................................................
Sakit Kepla: Lokasi nyeri ......................................................................
Frekuensi...................................

 GCS : Eye =3 Verbal =5 Motorik =6


 Pupil : pupil klien isokor kanan/kiri
(2/2)
 Reflek cahaya :
 Sinistra : +/- cepat/lambat
 Dextra : +/- cepat/lambat
 Bicara :
 Pelo
 Komunikatif  Aphasia 
.....................................................................................................................................
............................
......................................................................................................................................
............................
......................................................................................................................................
............................
 Keluhan lain :
 Kesemutan  Bingung  Tremor  Gelisah  Kejang
.....................................................................................................................................
............................
......................................................................................................................................
............................
 Koordinasi ekastemitas
 Normal  Paralisis, Lokasi :  Plegia, Lokasi :
 Keluhan lain:
........................................................................................................................................................
...........
.........................................................................................................................................................
...........
.........................................................................................................................................................
...........
.........................................................................................................................................................
...........
Integumen
 Warna kulit
 Kemerahan  Pucat  Sianosis  Jaundice  Normal
............................................................................................................................................................
............
............................................................................................................................................................
............
............................................................................................................................................................
............
 Kelembaban :
 Lembab  Kering
 Turgor : elastis / tidak elastic
 > 2 detik  <2
detik Keluhan lain :
Abdomen
Nyeri Tekan: Nyeri tekan pada bagian abdomen kanan bawah bekas operasi.

Lunak/keras: lunak

Massa: ukuran/ Lingkar Perut:


Bising usus: Di dengar kan dengan stetoskop bising usus klien 9x/i.

Asites :
Keluhan lain:
Muskuloskeletal

 Nyeri otot/tulang, lokasi : intensitas :

 Kaku sendi, lokasi :

 Bengkak sendi, lokasi :

 Fraktur (terbuka/tertutup), lokasi :

 Alat bantu, jelaskan :

 Pergerakan terbatas, jelaskan :

 Keluhan lain, jelaskan :

Seksualitas

Aktif melakukan hubungan seksual: Tidak ada

Penggunaan alat kontrasepsi: Tidak ada

Masalah/kesulitan seksual: Tidak ada


Perubahan terakhir dalam frekuensi:Tidak ada
Wanita:
Usia Menarche :…………… lamanya siklus:……………..durasi:………………..
Periode menstruasi terakhir:……………………..Menopouse:……………………

Melakukan pemeriksaan payudara sendiri:


PAP smear terakhir:

Pria

Rabas penis :Tidak dilakukan pemeriksaan

Gangguan prostat: Tidak ada ganggua prostat

Sirkumsisi :Tidak dilakukan pemeriksaan

Vasektomi:Tidak dilakukan pemeriksaan


Impoten : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ejakulasi dini:Tidak ada
V. Program terapi:
 Tidak ada program terapi

Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium


(dimulai saat anda mengambil sebagai kasus kelolaan,
cantumkan tanggal pemeriksaan, dan kesimpulan hasilnya)

 Pemeriksaan darah lengkap


Samarinda,............2019
Perawat

(.................................

)
VI. Analisa Data

No Data Penunjang Kemungkinan Masala


Penyebab h
1. Data Subjektif : Obstuksi apendiks Nyeri akut
1. Klien mengatakan nyeri
pada bagian abdomen
kanan bawah Edema
2. Klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk
3. Klien mengatakan nyeri Bakteri menembus
saat bergerak dinding apendiks
4. Klien mengatakan tidak
nyaman saat nyeri
5. Klien mengatakan pusing Appendisitis
saat nyeri

Nyeri

Data Objektif :
1. Klien nampak meringis
kesakitan saat bergerak
2. Klien nampak memegang
abdomen yang sakit disertai
menutup mata rapat-rapat
dan menggigit bibir bawah
saat nyeri

2 Data Subjektif : Faktor infeksi Nausea


.
Klien mengatakan terkadang mual
dan muntah Masuk dan
Berkembangnya Bakteri
dalam Usus

Data Objektif :
1. Klien nampak pucat Mual dan muntah
2. Klien Nampak lemas
1. Data subjektif : Berpengaruh terhadap konstipasi
otot abdomen
Klien mengatakan tidak pernah
BAB 5 sejak hari
Kurangnya nafsu makan

Data Objektif :
1. Klien nampak memegang Jumlah serat berkurang
abdomen yang sakit disertai
menutup mata rapat-rapat
dan menggigit bibir bawah Konstipasi penumpikan
saat nyeri feses pada usus besar

2.

VII. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d agen pencedara fisik ( mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan
2. Nausea b.d iritasi lambung
3. Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan serat
RENCANA
KEPERAWATAN

DIAGNOSA
N TUJUAN (NOC)/ (SLKI) INTERVENSI (NIC)/ (SIKI)
KEPERAWATAN
O
/MASALAH
KOLABORASI
Nyeri akut b.d agen pencedara Tingkat nyeri 1. Manajemen Nyeri
1 fisik ( mis. Abses, amputasi,
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola
terbakar, terpotong, mengangkat Kriteria hasil
berat prosedur operasi, trauma, 1. Keluhan nyeri [4] pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
latihan fisik berlebihan 2. Meringis [4]
dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan
Gejala dan tanda mayor onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat dan konstan.
Subjektif Skala
1. Mengeluh nyeri 1. Meningkat
2. Cukup meningkat
Observasi
Objektif 3. Sedang
1. Tampak meringis 4. Cukup menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
5. Menurun
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. identifikasi nyeri non verbal
4. Identifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri

Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis, TENS, hipnotis,
akuprestur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain.

2. Nausea b.d Iritasi lambung Kontrol mual/muntah Manajemen muntah


Defines: mengidentifikasic dan mencegah dan
Gejala tanda dan mayor Kriteria hasil mengelola reflex pengeluaran isi lambung
1. Kemampuan mengenali gejala
Subjektif [4]
1. Merasa ingin muntah 2. Kemampuan mengenali Observasi
penyebab/pemicu
3. Kemampuan melakukan 1. Identifikasi karakteristik muntah ( mis.
tindakan untuk mengontrol Warna, konsistensi, adanya darah, waktu,
mual dan muntah [4]
frekuensi dan durasi)
2. Periksa volume muntah
Skala
1. Menurun 3. Identifikasi factor penyebab muntah (mis.
2. Cukup menurun Pengobatan dan prosedur)
3. Sedang
4. Cukup meningkat 4. Monitor efek manajemen muntah secara
5. Meningkat menyeluruh

Terapeutik

1. Kurangi atau keadaan penyebab muntah


(mis. Bau tak sedah, suara, dan stimulasi
visual yang tidak menyenangkan)

3. Konstipasi b.d ketidakcukupan Eliminasi fekal Manajemen eliminasi fekal


asupan serat
Kriteria hasil Definisi: mengidentifikasi dan mengelola gangguan
Gejala dan tanda mayor a. Kontrol pengeluaran feses [4] pola eliminasi fekal

Subjektif Skala
1. Pengeluaran fese 1. Menurun Observasi
lama dan sulit 2. Cukup menurun 1. Identifikasi masalah usus dan obat
3. Sedang pencahar
Objektif 4. Cukup meningkat 2. Monitor buang air besar (mis. Warna,
1. Feses keras 5. Meningkat frekuensi, konsistensi, volume)

b. Keluhan defekasi lama dan Terapeutik


sulit [4] 1. Berikan air hangat setelah makan
2. Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
3. Sediakan makanan tinggi serat
Skala
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
4. Hipertemia b.d proses penyakit Termoregulasi Manajemen hipertemia
(mis. Infeksi, kanker)
Kriteria hasil Definisi: mengidentifikasi dan mengelola
Gejala tanda mayor 1. Suhu tubuh [4] peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
2. Suhu kulit [4] termoregulasi.
Objektif
1. Suhu tubuh diatas Observasi
normal Skala 1. Identifikasi penyebab hiipertermia (mis.
1. Memburuk Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
2. Cukup memburuk penggunaan inkubator)
3. Sedang 2. Monitor suhu tubu
4. Cukup membaik 3. Monitor komplikasi akibat hipertemia
5. Membaik
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Selimut hipotermi atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
4. Hindari pemberian antiseptik dan aspirin

16
Panduan Penyusunan Laporan & Penilaian Kinerja
FORMAT ANALISA KETERAMPILAN

PSIK STIKES WHS

ANALISIS KETERAMPILAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

HANA TRIAYU GASPAR NIM


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES WHS
DI RSU Dr. Abdul Wahad Sjahranie Samarinda
LAPORAN ANALISIS TINDAKAN

KEPERAWATAN

(KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH)

Nama Mahasiswa : Victor dhapo Tanggal:


dango
NIM : P2002063 Tempat :

1. Tindakan keperawatan
yang dilakukan
Nama Pasien Tn.P
Appendisitis
: Diagnosa Medis 13 januari 2021
: Tanggal
Tindakan :
2. Diagnosa keperawatan Nyeri akut b.d agen pencedara fisik ( mis. Abses,
amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan

3. Tujuan tindakan 1. Memperlancar sirkulasi darah


2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
4. Memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada
klien
5. Memperlancar pengeluaran eksudat
6. Merangsang peristaltik usus
4. Prinsip-prinsip tindakan Bersih
dan rasional Rasional: Kegiatan untuk meredahkan rasa nyeri
dengan prinsip bersih
5. Bahaya-bahaya yang a. Aspirasi (Penejelasan/ hasil analisis)
mungkin terjadi akibat b. Mual muntah
tindakan tersebut dan cara c. Kelebihan cairan
pencegahan d. Alergi
e. Iritasi, peradangan, infeksi, ulkus dan abses.

6. Hasil yang didapat dan makna Tidak terdapat residu saat dilakukan pengecekan, hal ini
terjadi akibat pasien telah dipuasakan untuk tes
diagnostik, bising usus (+), makanan masuk dengan
lancar tanpa
adanya aspirasi, mual muntah dan tidak ada respon alergi.
7. Identifikasi tindakan a. Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan atau
keperawatan lainnya yang suara yang hiperaktif
dapat dilakukan untuk b. Dan lainnya

mengatasi
masalah/diagnosa tersebut.
8. Evaluasi diri tentang Praktikan dapat memberikan nutrisi enteral dengan
pelaksanaan tindakan memperhatikan prinsip – prinsip, serta mengobservasi
tersebut bahaya yang kemungkinan terjadi akibat pemberian
nutrisi
enteral.

Point 6 & 7 disesuikan dengan Kondisi (diutamakan saat luring)

REFERENSI:

Repository Poltekkes Kemenkes Palembang,

accessedJanuary5,2021, https://repository.poltekkespalembang.ac.id/items/show/599.
Nama Mahasiswa : Victor dhapo Tanggal:
dango
NIM : P2002063 Tempat :

1. Tindakan keperawatan
yang dilakukan
Nama Pasien Tn.P
Appendisitis
: Diagnosa Medis 13 januari 2021
: Tanggal
Tindakan :
2. Diagnosa keperawatan Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (mis. Stres,
keengganan untuk makan )

3. Tujuan tindakan 1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang


mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak,
dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara
adekuat melalui oral
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa
3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
4. Memberikan jalan masuk untuk pemebrian obat-
obatan kedalam tubuh
5. Memonitor tekanan vena sentral (CVP)
6. Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan
ketika diistirahatkan.
4. Prinsip-prinsip tindakan Bersih
dan rasional

5. Bahaya-bahaya yang 1. Infiltrasi (ektravasasi)


mungkin terjadi akibat 2. Trombophlebitis
tindakan tersebut dan cara 3. Bakteremia
pencegahan 4. Emboli udara perdarahan
5. Trombosis
6. Imbalance elektrolite
7. hematom, dll
6. Hasil yang didapat dan makna Tidak terdapat residu saat dilakukan pengecekan, hal ini
terjadi akibat pasien telah dipuasakan untuk tes
diagnostik, bising usus (+), makanan masuk dengan
lancar tanpa
adanya aspirasi, mual muntah dan tidak ada respon alergi.
7. Identifikasi tindakan c. Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan atau
keperawatan lainnya yang suara yang hiperaktif
dapat dilakukan untuk d. Dan lainnya

mengatasi
masalah/diagnosa tersebut.
8. Evaluasi diri tentang Praktikan dapat memberikan nutrisi enteral dengan
pelaksanaan tindakan memperhatikan prinsip – prinsip, serta mengobservasi
tersebut bahaya yang kemungkinan terjadi akibat pemberian
nutrisi
enteral.
Referensi:
Nama Mahasiswa : Victor dhapo Tanggal:
dango
NIM : P2002063 Tempat :

1. Tindakan keperawatan
yang dilakukan
Nama Pasien Tn.P
Appendisitis
: Diagnosa Medis 13 januari 2021
: Tanggal
Tindakan :
2. Diagnosa keperawatan Hipertemia b.d proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)

3. Tujuan tindakan 1. Memperlancar sirkulasi darah


2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
4. Memberi rasa hangat, nyaman dan tenang
pada klien
5. Memperlancar pengeluaran eksudat
6. Merangsang peristaltik usus
4. Prinsip-prinsip tindakan Bersih
dan rasional Rasional: Kegiatan untuk meredahkan rasa nyeri
dengan prinsip bersih
5. Bahaya-bahaya yang f. Aspirasi (Penejelasan/ hasil analisis)
mungkin terjadi akibat g. Mual muntah
tindakan tersebut dan cara h. Kelebihan cairan
pencegahan i. Alergi
j. Iritasi, peradangan, infeksi, ulkus dan abses.

6. Hasil yang didapat dan makna Tidak terdapat residu saat dilakukan pengecekan, hal ini
terjadi akibat pasien telah dipuasakan untuk tes
diagnostik, bising usus (+), makanan masuk dengan
lancar tanpa
adanya aspirasi, mual muntah dan tidak ada respon alergi.
7. Identifikasi tindakan e. Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan atau
keperawatan lainnya yang suara yang hiperaktif
dapat dilakukan untuk f. Dan lainnya

mengatasi
masalah/diagnosa tersebut.
8. Evaluasi diri tentang Praktikan dapat memberikan nutrisi enteral dengan
pelaksanaan tindakan memperhatikan prinsip – prinsip, serta mengobservasi
tersebut bahaya yang kemungkinan terjadi akibat pemberian
nutrisi
enteral.

Anda mungkin juga menyukai