Definisi
Luka Bakar (combutio), adalah trauma pada kulit dan jaringan di bawahnya yang disebabkan
oleh cairan panas, api, radiasi panas, kontak langsung dengan benda panas, bahan kimia,
listrik, atau radiasi elektromagnetik.
Etiologi
- Panas api, air panas, sengatan sinar matahari, udara panas
- radiasi
- listrik dan petir
- kimia asam kuat/basa kuat (Sodium hidroksida,silver nitrate, asam sulfur, asam
nitrat, asam hidroflorik kerusakan tulang)
- laser
Beratnya luka bergantung pada : dalam, luas, dan letak luka serta umur dan keadaan
kesehatan penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis.
Epidemiologi
Bisa bersifat fatal
- tercatat 1,25 juta luka bakar dalam 1 tahun
- 45.000 dirawat di RS dalam 1 tahun
- 4500 meninggal dalam 1 tahun (3750 dari kebakaran rumah)
Klasifikasi klasifikasi
kedalaman luka bakar bentuk klinis
baru tradisional
Superficial Erythema( kemerahan ),
Derajat 1 Lapisan Epidermis
thickness Rasa sakit seperti tersengat,
Blisters ( Gelembung
Partial
Epidermis Superficial (Lapisan cairan ), Cairan bening
thickness — Derajat 2
papillary) dermis ketika gelembung dipecah,
superficial
dan rasa sakit nyeri
Sampai pada lapisan berwarna
Partial Deep putih, Tidak terlalu sakit
thickness — (reticular) seperti superficial derajat 2.
deep dermis sulit dibedakan dari full
thickness
Berat, adanya eschar seperti
Dermis dan struktuir tubuh
Derajat 3 kulit yang melelh, cairan
Full thickness dibawah dermis Fascia,
atau 4 berwarna , tidak didapatkan
Tulang, or Otot
sensasi rasa sakit
Diedakan menjadi 2:
a. Rule of nine
Digunakan sebagai alat untuk memperkirakan ukuran luka bakar yang cepat. Dasar
dari perhitungan ini adalah dengan membagi tubuh kedalam bagian anatomi yang
setiap bagian mencerminkan luas 9% dari LPT / kelipatan dari 9%.
Kepala = 9%
Dada = 9%
Abdomen = 9%
Punggung atas = 9%
Punggung bawah = 9%
Tangan kanan = 9%
Tangan kiri =9
Tungkai
- Kanan :
Seluruh tungkai bag depan = 9%
Seluruh tungkai bag belakang = 9%
- Kiri:
Seluruh tungkai bag depan = 9%
Seluruh tungkai bagian belakang = 9%
Kelamin = 1%
Total tubuh = 100%
- Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak
jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Dikenal rumus 10 untuk
bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak.
- Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%,
ekstremitas atas kanan dan kiri masing2 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri
masing2 15%.
Biasanya digunakan untuk menentukan keluasan luka bakar yang terjadi pada anak-
anak dan bayi diamana dalam bagian ini kelompok usia yang berbeda mempunyai
keluasan yang berbeda.
c. Palm rule
menggunakan telapak tangan penderita sebagai pengukur luas luka bakar. Satu
telapak tangan dihitung 1%.
Usia klien mempengaruhi keparahan dan keberhasilan dalam perawatan luka bakar. Angka
kematian tejadi lebih tinggi jika luka bakar terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari 4
tahun, terutama mereka dalam kelompok usia 0-1 tahun dan klien yang berusia 65 tahun.
Luka bakar pada kepala, leher, dan dada seringkali mempunyai kaitan dengan komplikan
abrasi pulmonal, luka bakar yang mengenai wajah sering menyebabkan abrasi kornea, luka
bakar pada telinga membuat mudah terserang kondritis aurikular dan rentan terhadap infeksi
serta kehilangan jaringan lebih lanjut. Luka bakar pada tangan dan persendian sering
membutuhkan terapi fisik dan okupasi yang lama dan memberikan dampak kehilangan
pekerjaan. Luka bakar pada daerah perineal membuat mudah terserang infeksi akibat
autokontaminasi oleh urine dan feces. Luka bakar sirkum ferensial ekstremitas dapat
menyebabkan efek seperti penebalan pembuluh darah dan mengarah pada gangguan vaskular
distal.
Zona kerusakan jaringan (Jackson’s thermal wound theory)
1. Zona koagulasi, zona nekrosis
- Daerah yang langsung alami kerusakan (koagulasi protein)akibat cedera termis,
hampir dapat dipastikan jaringan ini mengalami nekrosis.
- Membran cell ruptur, clotted blood dan trombosis.
2. Zona stasis
- Di luar/sekitar zona zona koagulasi
- Kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakn trombosit dan leukosit, sehingga
terjadi gangguan perfusi (no flow fenomena)
- Perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal.
- Terjadi 12-24 jam pasca cedera dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan
3. Zona hiperemi
- Di luar zona statis
- Mengalami vasodilatasi tanpa melibatkan reaksi seluler
- Dapat alami penyembuhan sponta, atau berubah jadi zona kedua bahkan pertama.
Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang
terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut
rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan
menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka
bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat 3.
Pada saat luka bakar, sebagian sel darah merah dihancurkan dan sebagian lainnya
mengalami kerusakan sehingga terjadi anemia. Kendati terjadi keadaan ini, nilai hematokrit
pasien dapat meninggi akibat kehilangan plasma. Kehilangan darah selama prosedur
pembedahan, perawatan luka dan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa serta tindakan
hemodialisis lebih lanjut turut menyebabkan anemia. Transfusi darah diperlukan secara
periodik untuk mempertahankan kadar hemaglobin, yang mencakup penurunan jumlah
trombosit (trombositopenia) dan masa pembekuan serta waktu protrombin yang memanjang
juga ditemukan pada luka bakar.
Fase Akut/emergent/recucitative
Terjadi dari onset sampai 5 hari atau lebih tapi biasanya terjadi 24-48 jam.
Dimulai dari kehilangan cairan dan formasi edema dan berlanjut sampai motorisasi cairan
dan dimulainya dieresis
Cardiovascular system
Aritmia, hipovolemic shock
Fluid shift:
o Cedera termis inflamasi akut sel2 endotel edem + pembesaran jarak interseluler
perubahan tek hidrostatik dan onkotik di ruang intravaskuler ekstravasai air,
natrium, plasma protein (terutama albumin) ruang interstitial dan jaringan lain
gangguan perfusi dan metabolisme seluler (syok jaringan)
o Cairan keluar ke ruang ketiga di mana tak ada cairan exudat dan blister/bula.
o Hasil dari penurunan volume dan deplesi karena fluid shift = edema, penurunan tek
darah, dan peingkatan nadi
o Terjadi pada 12 jam pertama dan bias berlanjut 24-36 jam
o Diteukan ketidak seimbangan cairan, elektrolit, asam basa, hperkalemi, hiponatremi
dan hemokonsentrasi.
Syok hipovolemik
- Terjadi ketika deficit vol intravaskuler vol inadekuat utk isi ruang intravaskuler dan
proses transportasi oksigen ke jaringan syok
- Luka bakar terdapat direct loss cairan karena evaporasi.
ggn perfusi sulit pertahankan kelangsungan hidup sel iskemi jaringan nekrosis
Renal system
Komplikasi paling sering pada fase akut ini adalah atn. Disebabkan hipovolemic, penurunan
blood flow, menyebabkan renal iskemia. Jika terus berlanjut dapat sebabkan akut renal failure
SUB AKUT
Kompensasi inflamasi dapat memicu penyembuhan
Awalnya kardiak output turun lalu normal lagi depresi kontraksi
Disfungsi cns = ok hipovolemi, co exposure
Disfungsi pulmoner= karena syok, inhalasi injury, kerusakan kapiler difus
Dapat terjadi penyulit berupa SIRS (systemic inflammatory respon syndrome) dan MODS
(multi organ dysfunction syndrome) dan sepsis
Anemia
Resiko tinggi gastric ”stress” ulcer
Early, mild hepatic dysfunction
SIRS
Anemia
Manifestasi Klinik
3. Metabolisme anaerobik
4. Asidosis metabolik
5. Penurunan aliran darah
6. Resiko ileus
Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien
dengan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan tindakan
tertentu.
2. Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan
menimbulkan gangguan fungsi pergerakan.
Pemeriksaan Diagnostik
Anamnesis
- riwayat trauma/terpapar panas
- Riwayat terkurng dalam ruang tertutu
Pemeriksaan Fisik
Survey primer
- tanda2 cedera inhalasi
- eskar melingkar pada rongga torax dengan tanda2 distress pernapasan
- tanda syok
Survei sekunder
- lokasi luka bakar
- luas dan kedalaman luka
Pemeriksaan Penunjang
Tidak perlu. Hanya untuk memjelas masalah yang ada.
1. Pemeriksaan SDP : leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada
sisi luka dan respons inflamasi terhadap cedera.
2. Pemeriksaan GDA : dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi penurunan PaO2 /
peningkatan PaCO2 mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida. Asidosis dapat
terjadi sehubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan kehilangan mekanisme
kompensasi pernapasan.
3. Elektrolit serum
5. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.
6. Foto rongent dada : dapat tampak normal pada pasca luka bakar dini meskipun dengan
cederah inhalasi, namun cedera inhalasi yang sesungguhnya akan ada saat progresif
tanpa foto dada (SDPD).
10. Albumin serum : rasio albumin / globulin mungkin terbaloik sehubungan dengan
kehilangan protein pada edema cairan
Diagnosa
7. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan dan nyeri.
10. Ketakutan berhubungan dengan krisis situasi, perawatan dirumah sakit / prosedur
isolasi.
Prinsip terapi :
- Pada luka bakar ringan mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah
infeksi dan memberi kesempatan sisa2 sel epitel untuk berproliferasi dan menutup
permukaan luka.
- Luka bakar berat penanganan spt luka ringan + resusitasi segera bila syok.
- Dugaan keracunan CO diberikan oksigen murni
- Perawatan lokal mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka.
- Diberi pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid, analgesik bila kesakitan.
Diantaranya :
a. Mematikan api
b. Mendinginkan luka bakar
c. Melepaskan benda penghalang
d. Menutup luka bakar
e. Mengirigasi luka bakar kimia
f. Terapi yang dilakukan / ditujukan kepada penciptaan saluran nafas yang lapang dan
pemberian oksigen yang sudah dilembabkan.
Volume total dan kecepatan pemberian cairan infus diukur berdasarkan respons
pasien luka bakar, sehingga tekanan sistolik yang melebihi 100 mmHg, frekuensi nadi
kurang dari 110 / menit dan haluaran urine sebanyak 30 hingga 50 ml/jam
Cara evans :
% luka bakar x BB x 4 ml
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam. Haari pertama terutama diberikan elektrolit, yaitu larutan ringer laktat
karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama.
Ho dr muchtar:
24 jam kedua: 0,5 cc x bbx % luka bakar plasma(ffp) + dextrose 5% dalam water
solution
Brooke formula
- > 10 % derajat 3
- > 15 % derajat 2
Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal ini
akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu,
segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera
padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk
memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin,
segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matika sumber listrik dan bawa
orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka
bakar. Janga membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat
menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi.
Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik :
Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis
Hospital
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek
Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
1. Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang
Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah:
riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan
sputum yang hitam. Pemberian 100% oksigenindikasi baca ho dr muchtar!!!
2. Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk
bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain
yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax,
dan fraktur costae
3. Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran
plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan
Formula Baxter.
1. Derajat 2 > 15% untuk dewasa dan > 10% untuk anak2
2. Derajat 2 atau derajat 3 di wajah, tangan, kaki dan perineum
3. Derajat 3 > 2% utk dewasa dan setiap derajat 3 untuk anak2
4. Luka bakar dengan trauma visceral, fraktur dan masalah jalan napas.
Indikasi rawat inap (wom de jong)
1. Penderita syok atau terancam syok
- Anak: >10%
- Dewasa: >15%
2. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat
- Wajah, mata
- Tangan dan kaki
- perineum
3. Terancam udem laring
- Terhirup asap atau udara hangat
Analgesia
- Morphine sulfat
Terapi luka bakar
- Jangan pecahkan bula
- Tutup dengan pembalut steril
- Obat2an:
Obat karakteristik
Silver sulfadiazine painless
Cukup hingga buruk menetrasi eschar
Tdk ada efek metabolic
Broad antibacterial spectrum