Anda di halaman 1dari 14

Ringkasan Luka Bakar

-wilu dan lita-

Definisi
Luka Bakar (combutio), adalah trauma pada kulit dan jaringan di bawahnya yang disebabkan
oleh cairan panas, api, radiasi panas, kontak langsung dengan benda panas, bahan kimia,
listrik, atau radiasi elektromagnetik.

Karakteristik : jaringan nekrotik morbiditas dan mortalitas tinggi

Etiologi
- Panas api, air panas, sengatan sinar matahari, udara panas
- radiasi
- listrik dan petir
- kimia  asam kuat/basa kuat (Sodium hidroksida,silver nitrate, asam sulfur, asam
nitrat, asam hidroflorik  kerusakan tulang)
- laser

Beratnya luka bergantung pada : dalam, luas, dan letak luka serta umur dan keadaan
kesehatan penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis.

Epidemiologi
Bisa bersifat fatal
- tercatat 1,25 juta luka bakar dalam 1 tahun
- 45.000 dirawat di RS dalam 1 tahun
- 4500 meninggal dalam 1 tahun (3750 dari kebakaran rumah)

Tipe Luka Bakar


- Thermal
- Skin injury
- Inhalation injury
- Kimia
- Skin injury
- Inhalation injury
- Mucous membrane injury
- Listrik
- Lightning (petir)
- Radiasi

Derajat Luka Bakar

Klasifikasi klasifikasi
kedalaman luka bakar bentuk klinis
baru tradisional
Superficial Erythema( kemerahan ),
Derajat 1 Lapisan Epidermis
thickness Rasa sakit seperti tersengat,
Blisters ( Gelembung
Partial
Epidermis Superficial (Lapisan cairan ), Cairan bening
thickness — Derajat 2
papillary) dermis ketika gelembung dipecah,
superficial
dan rasa sakit nyeri
Sampai pada lapisan berwarna
Partial Deep putih, Tidak terlalu sakit
thickness — (reticular) seperti superficial derajat 2.
deep dermis sulit dibedakan dari full
thickness
Berat, adanya eschar seperti
Dermis dan struktuir tubuh
Derajat 3 kulit yang melelh, cairan
Full thickness dibawah dermis Fascia,
atau 4 berwarna , tidak didapatkan
Tulang, or Otot
sensasi rasa sakit

Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :

a. Superficial thickness burn (derajat I)


 Kerusakan terbatas pada superfisial epidermis.
 Kulit kering,
 hiperemik memberikan efloresensi berupa eritema,
 Pada awalnya terasa nyeri dan kemudian gatal akibat stimulasi reseptor sensoris.
Ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
 Biasanya akan sembuh dengan spontan tanpa meninggalkan jaringan parut
 SEMBUH 5-7 HARI
 Luka bakar akibat terjemur matahari merupakan contoh dari tipe ini.

b. Luka bakar derajat II


 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi akut
disertai proses eksudasi
 Dijumpai bula (blister)
 Licin, mengkilap
 Pink sampai berwarna merah
 Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi di atas
permukaan kulit normal
 Nyeri karena ujung2 saraf sensorik tersensitisasi.

Diedakan menjadi 2:

1. Partial thickness superficial (derajat II dangkal/ IIa)


- Mengenai bagian superficial dari dermis
- Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh
- Penyembuhan spontan selama 10-14 hari.
2. Partial thickness — deep (derajat II dalam/IIb)
- Mengenai hampir seluruh bagian dermis
- Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian masih utuh
- Sembuh spontan 3-4 minggu atau 1 bulan
c. LUka bakar derajat III/ Luka Bakar Ketebalan Penuh (Full Thickness Burn).
 Mengenai seluruh ketebalan dermis dan epidermis serta lapisan yang lebih dalam.
 Apendises kulit seperti folikel rambut , kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan.
 Tidak dijumpai bula
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Kering, letaknya lebih rendah
dibandingkan kulit sekitar sekitar akibat koagulasi protein pada lapis epidermis
dan dermis (eskar)
 Tak ada nyeri, bahkan hilang sensasi karena ujung2 serabut saraf sensorik
mengalami kerusakan/kematian.
 Mungkin terdapat perdarahan minor
 Jika terdapat nyeri mungkin karena bercampur dengan derjat 2 uji tusuk jarum
 Buku luka bakarPenyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi
spontan b aik dari dasar luka,tepi luka,maupun apendises kulit
 HO dr muchtar tdk bs sembuh dan harus transplantasi

Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain :

1. Keluasan luka bakar


2. Kedalaman luka bakar
3. Umur pasien
4. Agen penyebab
5. Fraktur atau luka-luka lain yang menyertai
6. Penyakit yang dialami terdahulu, seperti : diabetes, jantung, ginjal, dan lain-lain.
7. Obesitas
8. Adanya trauma inhalasi.

Berdasarkan Keparahan Luka Bakar :

a. Cedera Luka Bakar Minor


Cedera luka minor adalah cedera ketebalan partial yang kurang dari 15% LPTT (luas
permukaan tubuh total) pada orang dewasa dan 10% LPTT pada anak, atau cedera
ketebalan penuh kurang dari 2% LPTT.
b. Cedera Luka Bakar Sedang
Tidak terkomplikasi adalah cedera ketebalan partial dengan 15%-25% dari LPTT pada
orang dewasa atau 10% sampai 20% LPTT pada anak-anak atau cedera pada ketebaoan
penuh kurang dari 10% LPTT yang tidak berhubungan dengan komplikasi.
c. Cedera Luka Mayor
Cedera ketebalan partial lebih dari 25% LPTT pada orang dewasa / 20% LPTT pada anak-
anak. Cedera ketebalan penuh 10% LPTT / lebih. Luka bakar yang mengenai tangan,
wajah, mata, telinga, kaki dan perineum, cedera inhalasi, cedera listrik, luka bakar yang
berkaitan dengan cedera lain, misalnya : cedera jaringan lunak, fraktur / trauma lain.

Luas Luka Bakar

a. Rule of nine
Digunakan sebagai alat untuk memperkirakan ukuran luka bakar yang cepat. Dasar
dari perhitungan ini adalah dengan membagi tubuh kedalam bagian anatomi yang
setiap bagian mencerminkan luas 9% dari LPT / kelipatan dari 9%.

Kepala = 9%
Dada = 9%
Abdomen = 9%
Punggung atas = 9%
Punggung bawah = 9%
Tangan kanan = 9%
Tangan kiri =9
Tungkai
- Kanan :
Seluruh tungkai bag depan = 9%
Seluruh tungkai bag belakang = 9%
- Kiri:
Seluruh tungkai bag depan = 9%
Seluruh tungkai bagian belakang = 9%
Kelamin = 1%
Total tubuh = 100%

- Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak
jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Dikenal rumus 10 untuk
bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak.

- Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%,
ekstremitas atas kanan dan kiri masing2 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri
masing2 15%.

b. Diagram bagan lund dan browder

Biasanya digunakan untuk menentukan keluasan luka bakar yang terjadi pada anak-
anak dan bayi diamana dalam bagian ini kelompok usia yang berbeda mempunyai
keluasan yang berbeda.
c. Palm rule

menggunakan telapak tangan penderita sebagai pengukur luas luka bakar. Satu
telapak tangan dihitung 1%.

Usia klien mempengaruhi keparahan dan keberhasilan dalam perawatan luka bakar. Angka
kematian tejadi lebih tinggi jika luka bakar terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari 4
tahun, terutama mereka dalam kelompok usia 0-1 tahun dan klien yang berusia 65 tahun.

Lokasi Luka Bakar

Luka bakar pada kepala, leher, dan dada seringkali mempunyai kaitan dengan komplikan
abrasi pulmonal, luka bakar yang mengenai wajah sering menyebabkan abrasi kornea, luka
bakar pada telinga membuat mudah terserang kondritis aurikular dan rentan terhadap infeksi
serta kehilangan jaringan lebih lanjut. Luka bakar pada tangan dan persendian sering
membutuhkan terapi fisik dan okupasi yang lama dan memberikan dampak kehilangan
pekerjaan. Luka bakar pada daerah perineal membuat mudah terserang infeksi akibat
autokontaminasi oleh urine dan feces. Luka bakar sirkum ferensial ekstremitas dapat
menyebabkan efek seperti penebalan pembuluh darah dan mengarah pada gangguan vaskular
distal.
Zona kerusakan jaringan (Jackson’s thermal wound theory)
1. Zona koagulasi, zona nekrosis
- Daerah yang langsung alami kerusakan (koagulasi protein)akibat cedera termis,
hampir dapat dipastikan jaringan ini mengalami nekrosis.
- Membran cell ruptur, clotted blood dan trombosis.

2. Zona stasis
- Di luar/sekitar zona zona koagulasi
- Kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakn trombosit dan leukosit, sehingga
terjadi gangguan perfusi (no flow fenomena)
- Perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal.
- Terjadi 12-24 jam pasca cedera dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan
3. Zona hiperemi
- Di luar zona statis
- Mengalami vasodilatasi tanpa melibatkan reaksi seluler
- Dapat alami penyembuhan sponta, atau berubah jadi zona kedua bahkan pertama.

Patofisiologi

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang
terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut
rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan
menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka
bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat 3.

- Luas < 20%  masih bisa dikompensasi oleh tubuh


- Luas > 20%  syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin,
berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, & produksi urin brkurang.
- Kebakaran ruang tertutup  kerusakan mukosa jalan napas, udem laring  hambatan jalan
napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap
akibat jelaga.
- Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda
keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan yang
berat terjadi koma. Bila > 60% Hb terikat CO  meninggal.

Pada saat luka bakar, sebagian sel darah merah dihancurkan dan sebagian lainnya
mengalami kerusakan sehingga terjadi anemia. Kendati terjadi keadaan ini, nilai hematokrit
pasien dapat meninggi akibat kehilangan plasma. Kehilangan darah selama prosedur
pembedahan, perawatan luka dan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa serta tindakan
hemodialisis lebih lanjut turut menyebabkan anemia. Transfusi darah diperlukan secara
periodik untuk mempertahankan kadar hemaglobin, yang mencakup penurunan jumlah
trombosit (trombositopenia) dan masa pembekuan serta waktu protrombin yang memanjang
juga ditemukan pada luka bakar.

Pembagian fase pada luka bakar:


1. Fase akut
2. Fase subakut
3. Fase Resolusi (late)

Fase Akut/emergent/recucitative

 Terjadi dari onset sampai 5 hari atau lebih tapi biasanya terjadi 24-48 jam.
 Dimulai dari kehilangan cairan dan formasi edema dan berlanjut sampai motorisasi cairan
dan dimulainya dieresis

Komplikasi yang terjadi pada fase ini adalah:


Respiratory System
 Mudah terjadi 2 tipe injury:
1. Jalan napas atas terbakar obstruksi jalan napas
2. Inhalasi injury dapat muncul 24 jam kemudian – perhatikan respiratory distress:
peningkatan agitasi atau perubahan pada karakter respirasi.
 Masalah yang ada sebelumnya (missal COPD) lebih mudah terkena infeksi respirasi
 Pneumonia komplikasi yang umum terjadi pada major burn
 Cairan overload pulmonary edema
 Dapat terjadi ards
 Chest X-ray diambil dalam 24 jam (false negative 92%)
 Respiratory compromise sekunder dari eschar yang mengelilingi torax menyebabkan
gangguan ekspansi rongga thorax pada proses respirasi

Cardiovascular system
 Aritmia, hipovolemic shock
 Fluid shift:
o Cedera termis inflamasi akut sel2 endotel edem + pembesaran jarak interseluler
 perubahan tek hidrostatik dan onkotik di ruang intravaskuler ekstravasai air,
natrium, plasma protein (terutama albumin)  ruang interstitial dan jaringan lain
gangguan perfusi dan metabolisme seluler (syok jaringan)
o Cairan keluar ke ruang ketiga di mana tak ada cairan  exudat dan blister/bula.
o Hasil dari penurunan volume dan deplesi karena fluid shift = edema, penurunan tek
darah, dan peingkatan nadi
o Terjadi pada 12 jam pertama dan bias berlanjut 24-36 jam
o Diteukan ketidak seimbangan cairan, elektrolit, asam basa, hperkalemi, hiponatremi
dan hemokonsentrasi.
 Syok hipovolemik
- Terjadi ketika deficit vol intravaskuler vol inadekuat utk isi ruang intravaskuler dan
proses transportasi oksigen ke jaringan syok
- Luka bakar terdapat direct loss cairan karena evaporasi.

ggn perfusi ggn metabolisme intraseluler metabolisme anaerob peningkatan produksi


dan penimbunan asam laktat asidosis

ggn perfusi sulit pertahankan kelangsungan hidup sel iskemi jaringan nekrosis
Renal system

Komplikasi paling sering pada fase akut ini adalah atn. Disebabkan hipovolemic, penurunan
blood flow, menyebabkan renal iskemia. Jika terus berlanjut dapat sebabkan akut renal failure

SUB AKUT
 Kompensasi inflamasi dapat memicu penyembuhan
 Awalnya kardiak output turun lalu normal lagi  depresi kontraksi
 Disfungsi cns = ok hipovolemi, co exposure
 Disfungsi pulmoner= karena syok, inhalasi injury, kerusakan kapiler difus
 Dapat terjadi penyulit berupa SIRS (systemic inflammatory respon syndrome) dan MODS
(multi organ dysfunction syndrome) dan sepsis
 Anemia
 Resiko tinggi gastric ”stress” ulcer
 Early, mild hepatic dysfunction

SIRS

- Hipertermia (> 38oc)/hipotermia (< 360c)


- Takikardi (> 90x/mnt)
- Takipne (rr: >20 x/mnt/PaCo2) < 32 mmhg
- Leukositosis (>12000), leukopeni (<4000) atau netrofil >10% in immature form

(2 hari atau lebih)

Anemia

- Awalnya karena kecenderungan hemolitic


- Selanjutnya karena depresi eritropoietin dan ongoing acute phase iron sequestration
- Perdarahan banyak atau iatrogenic karena management cairan

Late (resolution) Phase


 Berlangsung sejak penutupan luka sampai maturasi jaringan
 Penyulit: parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain karena kerapuhan jaringan atau
struktur tertentu akibat inflamasi hebat

Manifestasi Klinik

1. Kerusakan jaringan, nekrosis jaringan potensial

2. Disfungsi selular misalnya : pembengkakan sel.

3. Metabolisme anaerobik

4. Asidosis metabolik
5. Penurunan aliran darah

6. Resiko ileus

7. Penurunan aliran darah ginjal ; resiko gagal ginjal akut.

Komplikasi Luka Bakar

1. Hipertrofi Jaringan Parut

Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien
dengan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan tindakan
tertentu.

2. Kontraktur

Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan
menimbulkan gangguan fungsi pergerakan.

Pemeriksaan Diagnostik
Anamnesis
- riwayat trauma/terpapar panas
- Riwayat terkurng dalam ruang tertutu

Pemeriksaan Fisik
Survey primer
- tanda2 cedera inhalasi
- eskar melingkar pada rongga torax dengan tanda2 distress pernapasan
- tanda syok
Survei sekunder
- lokasi luka bakar
- luas dan kedalaman luka

Pemeriksaan Penunjang
Tidak perlu. Hanya untuk memjelas masalah yang ada.

1. Pemeriksaan SDP : leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada
sisi luka dan respons inflamasi terhadap cedera.

2. Pemeriksaan GDA : dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi penurunan PaO2 /
peningkatan PaCO2 mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida. Asidosis dapat
terjadi sehubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan kehilangan mekanisme
kompensasi pernapasan.

3. Elektrolit serum

4. Pemeriksaan EKG : mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya cedera inhalasi.

5. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.
6. Foto rongent dada : dapat tampak normal pada pasca luka bakar dini meskipun dengan
cederah inhalasi, namun cedera inhalasi yang sesungguhnya akan ada saat progresif
tanpa foto dada (SDPD).

7. Natrium urine random : lebih besar dari 20 mEg/L mengidentifikasikan kelebihan


resusitasi cairan, kurang dari 10 mEg/L menduga ketidak adekuatan resusitasi cairan.

8. Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan ini terstisal /


gangguan pompa natium.

9. Glukosa serum : peninggian menunjukkan respon stress.

10. Albumin serum : rasio albumin / globulin mungkin terbaloik sehubungan dengan
kehilangan protein pada edema cairan

Diagnosa

Diagnosa yang mungkin muncul :

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma, kerusakan permukaan kulit


karena destruksi lapisan kulit (parsial / luka bakar dalam).

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan kerusakan kulit / jaringan, pembentukan


edema.

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / tak nyaman, penurunan


kekuatan dan tahanantubuh.

4. Perubahan / disfungsi neurovaskuler perifer, perfusi jaringan berhubungan dengan


penurunan / interupsi aliran darah anterial / vena.

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute


abnormal.

6. Infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidakadekuat.

7. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik.

8. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial.

9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan dan nyeri.

10. Ketakutan berhubungan dengan krisis situasi, perawatan dirumah sakit / prosedur
isolasi.

11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan berhubungan


dengan kurang terpajan / mengingat.
Penatalaksanaan

Prinsip terapi :

- Pada luka bakar ringan  mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah
infeksi dan memberi kesempatan sisa2 sel epitel untuk berproliferasi dan menutup
permukaan luka.
- Luka bakar berat  penanganan spt luka ringan + resusitasi segera bila syok.
- Dugaan keracunan CO  diberikan oksigen murni
- Perawatan lokal  mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka.
- Diberi pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid, analgesik bila kesakitan.

1. Perawatan Ditempat Kejadian

Diantaranya :

a. Mematikan api
b. Mendinginkan luka bakar
c. Melepaskan benda penghalang
d. Menutup luka bakar
e. Mengirigasi luka bakar kimia
f. Terapi yang dilakukan / ditujukan kepada penciptaan saluran nafas yang lapang dan
pemberian oksigen yang sudah dilembabkan.

2. Perawatan Medis Darurat

a. Pengkajian terhadap luka bakar dan dalamnya luka bakar diselesaikan.


b. Pembuatan foto-foto luka bakar dilakukan pada saat pertama dan secara berkala
disepanjang penanganan luka bakar.
c. Penggunaan sprai dan selimut yang steril atau bebas dari kuman.
d. Penggunaan kateter urine dan faal ginjal yang lebih akurat.

3. Perawatan Kehilangan Cairan dan Syok

Dengan melakukan penggantian cairan tujuannya :

Volume total dan kecepatan pemberian cairan infus diukur berdasarkan respons
pasien luka bakar, sehingga tekanan sistolik yang melebihi 100 mmHg, frekuensi nadi
kurang dari 110 / menit dan haluaran urine sebanyak 30 hingga 50 ml/jam

Cara evans :

1. luas luka dalam persen x BB dalam kg menjadi ml NaCl per 24 jam


2. luas luka dalam persen x BB dalam kg menjadi ml plasma per 24jam

Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat udem.

2. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan diberikan 2000cc


glukosa 5% per 24 jam.
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Penderita mula2 dipuasakan dan Mulai
diberikan minum setelah fungsi usus kmbali normal. Kalau diuresis pada hari ketiga
memuaskan dan dapat minum tanpa kesulitan, infus dapat dikurangi/dihentikan.

Baxter (Parkland formula)

% luka bakar x BB x 4 ml

Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam. Haari pertama terutama diberikan elektrolit, yaitu larutan ringer laktat
karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama.

Ho dr muchtar:

24 jam kedua: 0,5 cc x bbx % luka bakar plasma(ffp) + dextrose 5% dalam water
solution

Brooke formula

24 jam pertama: 0,5 x kg bb x % luka bakar colloid

1,5 ml x kgbb x % luka bakar larutan saline (elektrolit)

2000 ml dextrose 5% in water solution

(1/2 diberikan 8 jam pertama, sisa ½nya diberikan 16 jam kedua)\

24 jam kedua : 0,25 ml x kg bb x % luas luka bakar colloid

0,75 ml x kgbb x % luas luka bakar normal saline + 2000 ml glukosa

Pediatric resuscitation protocols

Shriners burn institute (cincinnati)

4ml x kgbb x % luas burn + 1500 ml/ m2 luas permukaan tubuh

- 8 jam pertama = rl solution dengan 50 meq sodium bicarbonate per liter


- 8 jam kedua = rl solution + 12,5 gr of 25 % albumin solution liter

Galvestone shriners hospital

(5000 ml x m2 luas permukaan tubuh yang terbakar) + (2000 ml x m2 luas permukaan


tubuh) menggunakan ringer laktat + 12,5 g 25 % albumin per liter + d5w jika
diperlukan untuk hipoglikemia.
Pertimbangan terapi cairan untuk:

- > 10 % derajat 3
- > 15 % derajat 2

- >30 – 50 % derajat 1 bersamaan dengan derajat 2

Pre Hospital

Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal ini
akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu,
segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera
padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk
memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin,
segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matika sumber listrik dan bawa
orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka
bakar. Janga membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat
menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi.
Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik :
Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis

Hospital

Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek
Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.

1. Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang
Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah:
riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan
sputum yang hitam. Pemberian 100% oksigenindikasi baca ho dr muchtar!!!
2. Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk
bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain
yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax,
dan fraktur costae
3. Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran
plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan
Formula Baxter.

Indikasi rawat inap (ho dr muchtar):

1. Derajat 2 > 15% untuk dewasa dan > 10% untuk anak2
2. Derajat 2 atau derajat 3 di wajah, tangan, kaki dan perineum
3. Derajat 3 > 2% utk dewasa dan setiap derajat 3 untuk anak2
4. Luka bakar dengan trauma visceral, fraktur dan masalah jalan napas.
Indikasi rawat inap (wom de jong)
1. Penderita syok atau terancam syok
- Anak: >10%
- Dewasa: >15%
2. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat
- Wajah, mata
- Tangan dan kaki
- perineum
3. Terancam udem laring
- Terhirup asap atau udara hangat

Analgesia
- Morphine sulfat
Terapi luka bakar
- Jangan pecahkan bula
- Tutup dengan pembalut steril
- Obat2an:
Obat karakteristik
Silver sulfadiazine painless
Cukup hingga buruk menetrasi eschar
Tdk ada efek metabolic
Broad antibacterial spectrum

Mafenide asetat Painful


Menetrasi eschar dengan baik
Carbonic anhidrase inhibitor
Broad spectrum antibakterial

0,5 % silver nitrate painless


Menetrasi eschar dengan buruk
Broad-spektrum antibakterial dan antifungal
Antibiotic cream painless
(gentamicin) menetrasi eschar dengan baik
Little efek pada gram (+)
Perkembangan resisten yang cepat
Systemic toxicity
Povidone iodine painful
Failure on gram (-) control
High serum iodine control
Prognosis
Penangan dan prognosis ditentukan oleh:
- Derajat luka bakar
- Luas permulaan
- Daerah
- Usia
- Keadaan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai