Anda di halaman 1dari 30

LUKA BAKAR

Definisi Luka Bakar


 Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber seperti api, air, panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. (Moenadjat, 2001)
 Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan
jaringan yang lebih dalam (Musliha, 2010)
 Luka bakar adalah luka yang timbul akibat kulit terpajan ke suhu
tinggi, syok listrik, atau bahan kimia. Luka bakar diklasifikasikan
berdasarkan kedalaman dan luas daerah yang terbakar. (Elizabeth,
2000)

Etiologi Luka Bakar


Luka bakar disebabkan karena tranfer energi panas dari sebuah
sumber energi ke tubuh, dan panas yang diakibatkan menyebabkan
kerusakan jaringan. Penyebab luka bakar dapat bermacam-macam yaitu:
1. Api (kontak langsung dengan api)
2. Panas (cairan panas, uap panas). Pada situasi tertentu seperti
kebakaran rumah, ledakan mobil, atau seperti timbulnya awan panas
gunung berapi tidak hanya mengakibatkan luka bakar saja, tetapi juga
gangguan inhalasi karena telah menghirup udara panas dan/atau
keracunan karbon monoksida (CO) sehingga menimbulkan kematian.
3. Bahan kimia (terkena bahan atau zat korosif, seperti alkohol 70%,
larutan H2SO4, dan lain-lain.)
4. Aliran listrik (Bisa timbul dari sambaran petir atau aliran listrik. Luka
bakar listrik memiliki karakteristik yang unik, sebab sekalipun sumber
panas (listrik) berasal dari luar tubuh, kebakaran/kerusakan yang
parah justru terjadi di dalam tubuh.)
5. Radiasi.
Insiden Luka Bakar
Berdasarkan catatan Journal of Burn Care and Rehabilitation
edisi1992, diperkirakan ada 2,4 juta kasus luka bakar dalam setahun di
Amerika Serikat, dari jumlah tersebut ada 650.000 yang ditangani oleh
ahli medis dan 75.000 ditangani dirumah dan 12.000-nya berakhir dengan
kematian (Mer,2003). Data lain dari the National Institute for Burn
Medicine menyebutkan bahwa sebagian besar Klien luka bakar di
Amerika Serikat 2 (75%) disebabkan kelalaian korban. Penelitian di
Belanda menunjukan 70% kejadian luka bakar terjadi di lingkungan rumah
tangga, 25% di tempat industri, dan kira-kira 5% akibat kecelakaan lalu
lintas(Smeltzer & bare, 2000).
Menurut data MKI (Masyarakat Konsumen Indonesia) angka
kematian kasus luka bakar dari RSPAD Gatot Soebroto Jakarta mulai
Januari 1998 sampai dengan Desember 2003 berdasarkan distribusi usia
mengambarkan bahwa kasus anak dengan usia < 5 tahun menempati
tempat pertama dalam jumlah kasus luka bakar yang terjadi dengan
angka 24 kasus dan diikuti kasus pada usia produktif yaitu usia 21-50
tahun dengan angka 14 kasus. Penelitian menggunakan subyek penderita
luka bakar rawat inap di RSCM januari 1998 sampai mei 2001 dari 156
penderita terdapat angka mortalitas 27,6% penderita terbanyak berusia 19
tahun, laki-laki lebih banyak dari perempuan. Penyebab terkena
api(55,1%) dan terjadi di rumah(72,4%). Di temukan luka bakar derajat
II(76,9%) dengan luas terbanyak 27% (Srikats,2008).
Data yang diadapat di RSUD Kota Semarang mulai dari bulan
januari 2012 hingga akhir bulan juli 2013 tedapat sebanyak 6 kasus
luka.Kebanyakan kasus luka bakar terjadi di rumah ketika memasak atau
di kamar mandi karena air panas atau penggunaan alat elektronik yang
tidak sesuai. Luka bakar juga dapat terjadi di lingkungan industri. Anak-
anak dan lansia memiliki resiko tinggi terhadap cedera luka bakar. Kedua
kelompok ini memiliki kulit yang tipis dan rapuh, sehingga kontak dalam
waktu yang sebentar dengan sumber panas dapat mengakibatkan luka
bakar(Smeltzer & Bare, 2000).
Klasifikasi luka bakar
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan
perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman
luka, dan keseriusan luka, yakni :
1. Berdasarkan penyebab
- Luka bakar karena api
- Luka bakar karena air panas
- Luka bakar karena bahan kimia
- Luka bakar karena listrik
- Luka bakar karena radiasi
- Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
 Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
 Tampak merah dan kering seperti luka bakar matahari
 Tidak dijumpai bulae
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
 Dijumpai bulae.
 Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
 Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih
tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
 Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh. Penyembuhan terjadi spontan
dalam waktu 10-14 hari.
 Derajat II dalam (deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang
tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih
dalam. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea mengalami kerusakan. Tidak dijumpai bulae. Kulit
yang terbakar berwarna putih hingga merah, coklat atau hitam
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh
karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi
spontan dari dasar luka.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga
kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor
o Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa
dan lebih dari 20% pada anak-anak.
o Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
o Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki,
dan perineum.
o Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa
memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
o Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20%
pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki,
dan perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan
Griglak (1992) adalah :
- Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa
dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
- Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
- Luka tidak sirkumfer.
- Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

Faktor Resiko
Data yang berhasil dikumpulkan oleh Natinal Burn Information
Exchange menyatakan 75 % semua kasus injuri luka bakar, terjadi
didalam lingkungan rumah. Klien dengan usia lebih dari 70 tahun beresiko
tinggi untuk terjadinya luka bakar.
Berdasarkan jenis kelamin, wanita lebih sering terkena luka bakar
dari pada pria. Hal ini disebabkan akibat aktifitas wanita yangg beresiko
seperti memasak, menggunakan kompor yang tidak layak/aman, baju
yang sering digunakan wanita saat memasak yang mudah sekali terbakar
(karena menjuntai/bahan yang mudah tersambar api), menggunakan alat-
alat elektronik yang menghasilkan panas seperti dispenser, sterika,
colokan listrik, catokan rambut dsb.
Berdasarkan usia, usia yang rentan terkena luka bakar adalah
wanita dewasa dan anak-anak. Luka bakar tercatat sebagai penyebab
kematian no 11 di dunia pada anak usia 1-9 tahun dan peringkat ke-5
yang menyebabkan kecacatan pada anak. Angka kejadian luka bakar
pada anak juga dipengaruhi akibat kelalaian orang tua menjaga anaknya
dan akibat keterlambatan/kesalahan dalam penanganan sejak awal luka
bakar.
 
Berdasarkan status sosial ekonomi, warga yang tinggal di negara
berkembang dan miskin merupakan resiko yang tinggi mengalami luka
bakar.
Resiko lainnya :
- Pekerjaan yang berhubungan dengan api langsung
- Kemiskinan ( tinggal di area kepadatan penduduk yang tinggi dan
kurangnya fasilitas pencegahan )
- Gangguan kesehatan seperti epilepsi, gangguan saraf tepi,
gangguan fisik dan mental lainnya
- Penggunaan alkohol dan merokok
- Mudah terpapar dengan zat kimia kuat
- Penggunaan parafin untuk barang-barang rumah tangga
- Kurangnya standar keamanan listrik/gas di rumah dan POM bensin

Manifestasi klinis
Menurut Corwin &Elizabeth, J. (2009, Hal : 131) manifestasi klinis
pada klien dengan luka bakar ialah sebagai berikut.
- Luka bakar derajat pertama superfisial ditandai oleh kemerahan
dan nyeri. Dapat tibul lepuh setelah 24jam dan kemudian kulit
mungkin terkelupas.
- Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial superfisial ditandai oleh
terjadinyalepuh ( dalam beberapa  menit )dan nyeri hebat.
- Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial dalam ditandai oleh
lepuh, atau jaringan kering yang sangat tipis yang menutupi luka
yang kemudian terkelupas. Luka mungkin tidak nyeri.
- Luka bakar derajat ketiga ketebalan penuh tampak datar, tipis, dan
kering. Dapat ditemukan koagulasi pembuluh darah. Kulit mungin
tampak putih, merah atau hitam dan kasar.
- Luka bakar listrik mungkin mirip dengan luka bakar panas, atau
mungkin tampak sebagai daerah keperakan yang menjadi
gembung. Luka bakar listrik biasanya timbul dititik kontak listrik.
Kerusakan internal akibat luka bakar listrik mungkin jauh lebih
parah daripada luka yang tampak dibagian luar.

Luas luka bakar


Keparahan luka bakar ditentukan oleh Total Body Surface Area
(TBSA) yang meliputi :
1. Luka bakar > 20-25% TBSA membutuhkan IV cairan resusitasi
2. Luka bakar > 30-40% TBSA dapat berakibat fatal tanpa
pengobatan
3. Pada orang dewasa: "Rule of Nines" digunakan sebagai indikator
kasar persentase TBSA
Sedangkan Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan
9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
·         Kepala dan leher : 9%
·         Lengan masing-masing 9% : 18%
·         Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
·         Tungkai maisng-masing 18% : 36%
·         Genetalia/perineum : 1%
·         Total : 100

PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR

Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning,


chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri).
Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling,
baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan
a) Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan
pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan
untuk sampai pada fase cleaning.
b) Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan
menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia
(penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang
tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar
– Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap
memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri)
untuk luka yang terlokalisasi – Jangan pergunakan es karena es
menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga
justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia – Untuk
luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram
dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila
penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu
dari kulit baru disiram air yang mengalir.
c) Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk
mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati,
proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
d) Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka
yang lebih dalam dari superficial partial- thickness. Pemberian krim
silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali
pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat
alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan
bayi kurang dari 2 bulan
e) Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai
dengan derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup
dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan
setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas
yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan
berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat
penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.]
f) Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa
- Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
- Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi
bolus
- Morphine (IM-intramuskular) 0,2mg/kg
Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda
bahaya dari ABC (airway, breathing, Circulation)
a. Airway and breathing
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana
jelaga (black sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar,
bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan leher
membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas
ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang
adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang
lengkap.
b. Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas
luka bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan
intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila
kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan
merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi
kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi
sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi
perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh
darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila
hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka
volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang dan
mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu
fungsi organ-organ tubuh.
Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat,
NaCl 0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di
dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan luka
bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari
Parkland : 3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA + cairan rumatan
(maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10
kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB
untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x
%TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah
sisanya dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan
yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam.

Pertolongan pertama saat kejadian Luka Bakar menurut


Sjamsuhidayat (2010)
a. Luka bakar suhu atau thermal
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh,
misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar
dengan kain basah. Atau korban dengan cepat menjatuhkan diri dan
berguling-guling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas.
Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri, misalnya
dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menyelupkan diri ke
air dingin atau melepas baju yang tersiram air panas.
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah
merendam daerah luka bakar dalam air mengalir selama sekurang-
kurangnya lima belas menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya
mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan menghentikan
proses koagulasi protein sel dijaringan yang terpajan suhu tinggi yang
akan terlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga destruksi
tetap meluas.
b. Luka bakar kimia
Baju yang terkena zat kimia harus segera dilepas. Sikap yang sering
mengakibatkan keadaan lebih buruk adalah menganggap ringan luka
karena dari luar tampak sebagai kerusakan kulit yang hanya
kecoklatan, padahal daya rusak masih terus menembus kulit, kadang
sampai 72 jam.
Pada umumnya penanganan dilakukan dengan mengencerkan zat
kimia secara masif yaitu dengan mengguyur penderita dengan air
mengalir dan kalau perlu diusahakan membersihkan pelan-pelan
secara mekanis. Netralisasi dengan zat kimia lain merugikan karena
membuang waktu untuk mencarinya, dan panas yang timbul dari
reaksi kimianya dapat menambah kerusakan jaringan
Sebagai tindak lanjut, kalau perlu dilakukan resusitasi, perbaikan
keadaan umum, serta pemberian cairan dan elektrolit.
Pada kecelakaan akibat asam fluorida, pemberian calsium glukonat
10% dibawah jaringan yang terkena, bermanfaat mencegah ion fluor
menembus jaringan dan menyebabkan dekalsifikasi tulang. Ion fluor
akan terikat menjadi kalsium fluorida yang tidak larut. Jika ada  luka
dalam, mungkin diperlukan debridemen yang disusul skin grafting dan
rekonstruksi.
Pajanan zat kimia pada mata memerlukan tindakan darurat segera
berupa irigasi dengan air atau sebaiknya larutan garam 0,9% secara
terus menerus sampai penderita ditangani di rumah sakit.
c. Luka bakar arus listrik
Terlebih dahulu arus listrik harus diputus karena penderita
mengandung muatan listrik selama masih terhubung dengan sumber
arus. Kemudian kalau perlu, dilakukan resusitasi jantung paru. Cairan
parenteral harus diberikan dan umumnya diperlukan cairan yang lebih
banyak dari yang diperkirakan karena kerusakan sering jauh lebih
luas. Kadang luka bakar di kulit luar tampak ringan,  tetapi kerusakan
jaringan ternyata lebih dalam. Kalau banyak terjadi kerusakan otot,
urin akan berwarna gelap karena mengandung banyak mioglobin dan
resusitasi pasien ini mengharuskan pengeluaran urin 75-100ml per
jam. Selain itu, urin harus dirubah menjadi basa dengan natrium
bikarbonat intravena, yang menghalangi pengendapan mioglobulin.
Bila urin tidak segera bening atau pengeluaran urin tetap rendah,
walaupun sudah diberikan sejumlah besar cairan, maka harus
diberikan diuretik yang kuat bersama manitol. Pada penderita cedera
otot yang masif, dosis manitol (12,5 gram per dosis) mungkin
diperlukan selama 12-24 jam. Pasien yang gagal berespon terhadap
dosis diatas mungkin membutuhkan amputasi anggota gerak gawat
darurat atau pembersihan jaringan nonviabel.
Otot jantung, juga rentan trauma arus listrik. Elektrokardiogram (EKG)
harus dilakukan untuk mengetahui adanya kerusakan jantung dan
pemantauan jantung yang terus menerus dilakukan untuk
mendiagnosis dan merawat aritmia. Kerusakan neurologi juga sering
terjadi, terutama pada medulla spinalis, tetapi sulit dilihat, kecuali bila
dilakukan tes elektrofisiologi. Pengamatan cermat atas abdomen perlu
dilakukan pada tahap segera setelah cedera karena arus yang
melewati kavitas peritonealis dapat menyebabkan kerusakan saluran
pencernaan.
d. Luka bakar radiasi
Pada  kontaminasi lingkungan, penolong dapat terkena radiasi dari
kontaminan sehingga harus menggunakan pelindung. Prinsip
penolong penderita atau korban radiasi adalah memakai sarung
tangan, masker, baju pelindung, dan detektor sinar ionisasi. Sumber
kontaminasi harus dicari dan dihentikan, dan benda yang
terkontaminasi dibersihkan dengan air sabun, deterjen atau secara
mekanis disimpan dan dibuang di tempat aman.
Keseimbangan cairan dan elektrolit penderita perlu dipertahankan.
Selain itu, perlu dipikirkan kemungkinan adanya anemia, leukopenia,
trombositopenia, dan kerentanan terhadap infeksi. Sedapat mungkin
tidak digunakan obat-obatan yang menekan fungsi sumsum tulang.

SKIN GRAFT
Skin graft ( pencangkokan kulit ) merupakan tehnik untuk melepaskan
potongan kulit dari suplai darahnya sendiri dan kemudian
memindahkannya sebagai jaringan bebas ke lokasi yang jauh ( resipien ).
Skin graft adalah suatu tindakan atau tehnik memindahkan kulit yang
sehat dan menempelkan ke bagian kulit yang luka. Skin graft merupakan
pencangkokan lapisan epidermis kulit yang dapat dipindahkan secara
bebas. Kulit yang digunakan dapat berasal dari bagian mana saja dari
tubuh, namun lazimnya berasal dari daerah paha, pantat, punggung atau
perut. (yudini,2007)
TUJUAN
Tujuan dilakukan skin graft adalah :
- Tujuan umum :
Untuk memperbaiki kecacatan atau kelainan yang timbul akibat
kecelakaan.
- Tujuan Khusus
o Mempercepat penyembuhan luka
o Mencegah kontraktur
o Mengurangi lamanya perawatan
o Memperbaiki defek yang terjadi akibat eksisi tumor kulit
o Menutup daerah kulit yang terkelupas dan menutup luka dimana
kulit sekitarnya tidak cukup menutupinya
KLASIFIKASI SKIN GRAFT
- Berdasarkan letak
o Meshed skin graft
Skin graft pada daerah mata dan lubang
o Sheet skin graft
Skin graft pada daerah wajah , leher, tangan dan kaki
- Berdasarkan sumber donornya
o Autograft
Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang
diperoleh dari kulit pasien sendiri
o Allograft
Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang
diperoleh dari spesies yang sama
o Zenograft atau heterograft
Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang
diperoleh dari spesies yang lain / berbeda
- Berdasarkan ketebalannya
o Split thickness yaiu skin graft yang tipis, sedang atau tebal.
o Full thickness yaitu tergantung dari banyaknya dermis yang
ikut dalam spesimen.
PEMASANGAN GRAFT
Graft atau cangkokan diperoleh dengan berbagai unstrumen
seperti pisau tipis seperti silet ( rasa blades ), pisau graft kulit, dermatom
bertenaga listrik atau udara, atau drum dermatome. Cangkokan kulit
diperoleh dari lokasi donor atau “host” dan dipasangkan pada lokasi yang
dikehendaki yang disebut lokasi “resipien” atau “graft bed”.
Kulit yang digunakan untuk graft dapat berasal dari bagian bagian
tubuh yang lain , seperti punggung. Permukaan kulit dapat dioerluas
dengan membuat irisan yang bila direnggang akan membentuk jala,
sehingga luasnya mencapai 1,5 kali sampai 6-9 kali luas semula. Tehnik
cangkok jala ini disebut “mesh” dan biasanya digunakan pada skin loss
yang luas/parah.untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka
diperlukan beberapa pensyaratan antara lain, perdarahan pada daerah
resipien harus baik, tidak ada infeksi dan keadaan umum penderita.
Flap adalah cangkok jaringan kulit beserta jaringan lunak dibawahnya
yang diangkat dari tempat asalnya tetapi tetap mempunyai hubungan
perdarahan dengan tempat asal. Flap yang dipindahkan akan membentuk
perdarahan baru ditempat resipien.
Kriteria pemilihan lokasi donor yaitu harus dipertimbangkan :
 Mencapai kecocokan warna sedekat mungkin dengan
memperhatikan jumlah cangkokan kulit yang diperlukan
 Mencocokkan tekstur dan kualitas kulit untuk membawa
rambut.
c.Mendapatkan cangkokan kulit yang setebal mungkin tanpa
mengganggu kesembuhan luka pada lokasi donor.
 Mempertimbangkan efek kosmetik pada lokasi donor setelah
kesembuhan terjadi sehingga lokasi ini sebaiknya dipilih dari
tempat yang tersembunyi.
Agar cangkokan kulit dapat hidup dan efektif,beberapa persayaratannya :
 Lokasi resipien harus memiliki pasokan darah yang adekuat
sehingga fungsi fisiologi yang normal dapat berlangsung kembali.
 Cangkokan harus melekat rapat dengan dasar (bed) lokasi resipien
(untuk menghindari penumpukan darah atau cairan).
 Cankokan harus terfiksasi kuat (terimmobilisasi) sehingga
posisinya dipertahankan pada lokasi resipien.
 Daerah pencangkokan harus bebas dari infeksi.
Pada pemasangan di lokasi resipien,cangkokan kulit dapat
dijahitkan atau tidak pada lokasi tersebut.Cangkokan ini bisa dipotong dan
dibentangkan seperti jala agar menutupi suatu daerah yang lebar.Proses
revaskularisasi (pembentukan kembali pasokan darah) dan perlekatan
kembali cangkokan kulit pada dasar lokasi resipien.
Setelah cangkokan kulit terpasang pada tempatnya,cangkokan ini
dapat dibiarkan terbuka (pada daerah yang tidak mungkin diimmobilisai)
atau ditutup dengan kasa pembalut tipis atau pembalut tekan manurut
daerahnya.

Pemeriksaan Hasil lab :


Na : Kadar natrium dalam serum normalnya 135-145 mEq/l.
Interpretasi :
- Jika natrium tidak berada dikadar normal sistem regulasi cairan
tubuh tidak akan terkontrol dengan baik.
K : Kadar kalium normal dalam serum adalah 3,5 -5,0 mEq/l.
Interpretasi :
- Klorida penting keseimbangan asam-basa. Hipokloremia maupun
hiperkloremia biasanya terjadi akibat adanya gangguan
keseimbangan natrium.
Cl : kadar krolida normal dalam serum adalah 95-105 mEq/l.
Interpretasi :
- Klorida berperan dalam mempertahankan tekanan osmotik darah.
Albumin : 3,5-5,0 g/DL ; 52% sampai 68% dari protein total.
Interpretasi :
- Penurunan albumin serum akan mengakibatkan cairan dari
pembuluh vaskular keluar ke jaringan-jaringan, menyebabkan
edema.
Leukosit : Jumlah leukosit normal adalah 4000-10000/ mm³.
Interpretasi :
- Berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh dan kekebalan, yaitu
membunuh dan memakan mikroorganisme dan zat asing yang
masuk kedalam tubuh.

FASE PENYEMBUHAN LUKA


- Fase koagulasi: setelah luka terjadi, terjadi perdarahan pada
daerah luka yang diikuti dengan aktifasi kaskade pembekuan darah
sehingga terbentuk klot hematoma. Proses ini diikuti oleh proses
selanjutnya yaitu fase inflamasi.
- Fase inflamasi: Fase inflamasi mempunyai prioritas fungsional
yaitu menggalakkan hemostasis, menyingkirkan jaringan mati, dan
mencegah infeksi oleh bakteri patogen terutama bakteria. Pada
fase ini platelet yang membentuk klot hematom mengalami
degranulasi, melepaskan faktor pertumbuhan sepertyi platelete
derived growth factor(PDGF) dan transforming growth factor
ß(βTGF), granulocyte colony stimulating factor (G-CSF), C5a,
TNFα, IL-1 dan IL-8. Leukosit bermigrasi menuju daerah luka.
Terjadi deposit matriks fibrin yang mengawali proses penutupan
luka. Proses ini terjadi pada hari 2-4.
- Fase proliperatif : Fase proliperatif terjadi dari hari ke 4-21 setelah
trauma. Keratinosit disekitar luka mengalami perubahan fenotif.
Regresi hubungan desmosomal antara keratinosit pada membran
basal menyebabkan sel keratin bermigrasi kearah lateral.
Keratinosit bergerak melalui interaksi dengan matriks protein
ekstraselular (fibronectin,vitronectindan kolagen tipe I). Faktor
proangiogenik dilepaskan oleh makrofag, vascular endothelial
growth factor(VEGF) sehingga terjadi neovaskularisasi dan
pembentukan jaringan granulasi.
- Fase remodeling : Remodeling merupakan fase yang paling lama
pada proses penyembuhan luka,terjadi pada hari ke 21 hingga 1
tahun. Terjadi kontraksi luka, akibat pembentukan aktin
myofibroblas dengan aktin mikrofilamen yang memberikan
kekuatan kontraksi pada penyembuhan luka. Pada fase ini terjadi
juga remodeling kolagen. Kolagen tipe III digantikan kolagen tipe I
yang dimediasi matriks metalloproteinase yang disekresi makrofag,
fibroblas, dan sel endotel. Pada masa 3 minggu penyembuhan,
luka telah mendapatkan kembali 20% kekuatan jaringan normal .
(Hunt,2003; Mann ,dkk;2001, Ting,dkk;2008).

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:
- Pemeriksaan serum : hal ini dilakukan karena ada pada pasien
dengan luka bakar mengalami kehilangan volume
- Pemeriksaan elektrolit pada pasien dengan luka bakar mengalami
kehilangan volume cairan dan gangguan Na-K pump
- Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis
metabolisme dan kehilanga protein
- Faal hati dan ginjal
- CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang ke dalam cairan,
penuruan HCT dan RBC, trombositopenia lokal, leukositosis, RBC
yang rusak
- Elektolit terjadi penurunan calsium dan serum, peningkatan alkali
phospate
- Serum albumin : total protein menurun, hiponatremia
- Radiologi : untuk mengetahui penumpukan cairan paru, inhalas
asap dan menunjukkan faktor yang mendasari
- ECG : untuk mengetahui adanya aritmia. (Dongoes, 2000)
- ASUHAN KEPERAWATAN

 Pengkajian
Klien
- Identitas Klien
Nama : Ny. Tuni
Usia : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status pernikahan : Menikah
- Status kesehatan saat ini
 Keluhan utama : mengeluh nyeri dan mual muntah
 Lama keluhan : 4 hari
 Kualitas keluhan : berat
 Faktor pencetus : tersiram air panas saat gas elpiji
meledak
 Faktor pemberat :
 Diagnosa medis : Combustio
- Riwayat kesehatan saat ini
Pasien Ny. Tuni dan An. Toni dirawat diruang karena tersiram air
panas saat gas elpiji meledak. Klien dirawat sudah hari ke 4 dan
direncanakan untuk perawatan luka. Ny. Tuni terlihat gelisah
mengeluh nyeri dan mual muntah. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan luka bakar pada bagian tubuh yaitu tangan, leher, dada
dan sebagian wajah serta kaki kanan, serta turgor kulit menurun.

Pemeriksaan fisik (TTV)


Keadaan normal Keadaan klien
TD : 100/60 mmHg – 140/90 TD : 100/60 mmHg
mmHg Nadi : 60 x/menit
Nadi : 60-100 x/menit Suhu : 38oC
Suhu :36oC – 37,5oC BB : 50 Kg
TB : 165 cm
Pemeriksaan laboratorium Urine pekat, warna kuning
(analisa elektrolit) kecoklatan
Na. : 135-145 mmol/l Na :128 mmol/l
K : 3,5 mmol/l – 5,0 mmol/l K : 3,0 mmol/l
Cl : 94 -111 mmol/l Cl :93 mmol/l
Leukosit : 5.000-10.000 103/ml Leukosit : 15.000 103/ml
Albumin : 37-52 g/l Albumin :2,9
Terapi
Perawatan luka
2. Analisa data
MASALAH
NO DATA PENUNJANG ETOLOGI KEPERAWATA
N
1. Do : Luka bakar Kekurangan
 Turgor kulit volume cairan
menurun Kerusakan kulit
 TD :100/60 mmHg
 Nadi : 60 x/m Turgor kulit

 Suhu : 380C menurun

 Urin pekat dengan


warna kuning Peningkatan

kecoklatan suhu tubuh


380C, TD :
 Na : 128 mmol/l
100/60 mmHg,
 K : 3,0 mmol/l
nadi :60 x/m
 Cl : 93 mmol/l

Penurunan
DS :
elektrolit
Ny. Tuni mengeluh mual dan
Na : 128 mmol/l
muntah
K : 3,0 mmol/l
Cl : 93 mmol/l

Cairan
intravaskuler
turun

Dehidrasi ringan

Perubahan
warna urin
menjadi pekat,
kuning
kecoklatan,
disertai dengan
mual muntah

Kekurangan
volume cairan

2. DO : Tersiram air Nyeri akut


Ny. Tuni tampak gelisah panas (Termis)
TD : 100/60 mmHg
Luka bakar
DS :
Ny. Tuni mengeluh nyeri Agens cedera
secara verbal (biologis)

Gelisah

Perubahan
tekanan darah
(TD : 100/60
mmHg)

Mengeluh nyeri
secara verbal
Nyeri akut
3. DO : Luka bakar Kerusakan
 Ny. Tuni mengeluh integritas kulit
luka bakar pada kerusakan kulit
tangan, leher, pada tangan,
dada, dan leher, dada, dan
sebagainya wajah sebagian wajah
serta kaki kanan serta kaki kanan
 turgor kulit
menurun terjadi
 perubahan status penurunan
cairan turgor kulit

DS : perubahan
gangguan sensasi status cairan
atau elektrolit

Gangguan
sensasi (nyeri
yang dikeluhkan)

kerusakan
integritas kulit
g) Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan
Nama : Ny. Tuni
No. reg : -
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TTD
MUNCUL
1 KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
BERHUBUNGAN DENGAN
KEHILANGAN CAIRAN AKTIF YANG
DITANDAI DENGAN : TURGOR
KULIT MENURUN, Ltd : 100/60
MmhG, NADI 60 X/M, SUHU 38O C,
urine pekat warna kuning kecoklatan,
penurunan elektrolit : Na 128 mmol/l,
k : 3,0 mmool/l , Cl : 93 mmol/l,
mengeluyh mual muntah

Kerusakan integritas kulit


berhubungan dengan perubahan
turgor kulit yang ditandai dengan
turgor kulit menurun, luka bakar pada
bagian tangan, leher, dada, dan
sebagian wajah serta kaki kanan.

Nyeri akut berhubungan dengan


agens cedera (biologis) ditandai
dengan TD :100/60 mmHg, tampak
gelisah, melaporkan nyeri secara
verbal

h) Rencana Asuhan Keperawatan


a. Diagnosa Keperawatan No. 1
Kekurangan volume cairan beehubungan dengan kehilangan cairan aktif
yang ditandai dengan turgor kulit menurun, TD : 100/60 mmHg, nadi 60
x/m, suhu 380C, urin pekat warna kuning kecoklatan, penurunan elektrolit
Na, K, Cl dan mengeluh mual muntah
b. Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam
kebutuhan volume cairan terpenuhi
c. Kriteria hasil : sesuai dengan indikator
NOC : Fluid Balance
NO INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 24 hour intake and output balance V
(seimbang antara masuk dan keluar)
2 Skin turgor V
(kembali seperti semula)
3 Serum elektrolit V
(peningkatan Na, K, Cl)
4 urine specific grafity V
(urin pekat menjadi lebih bening

NIC : fluid / electrolyte Management


- Memonitor untuk ketidak normalan tingkat elektrolit serum
- memperoleh spesimen laboratorium untuk pemantauan perubahan
cairan atau level elektrolit
- memberikan cairan yang sesuai
- mempromosikan oral intake (menyediakan minuman sesuai
dengan pilihan klien diletakkan pada tempat terjangkau)
- memonitor hasil laboratorium yang rtelevan untuk keseimbangan
cairan
- menjaga catatan yang akurat dari masuk dan keluar

Diagnosa Keperawatan No 2
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor kulit
yang ditandai dengan turgor kulit menurun, luka bakar pada bagian
tangan, leher, dada dan sebagian wajah serta kaki kanan
tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 x 24 jam
integritas kulit pasien membaik
kriteria hasil : dapat mencapai indikator yang diharapkan (dibawah)
NOC : Burn Healing
NO INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Percent of burn site healed V
(mengurangi awalnya 5 menjadi 3
2 Tissue granulation V
(mepercepat pertumbuhan jaringan
granula)
Keterangan :
1 : None
2: Limited
3 : moderate
4 : subtantial
5 : extensive

NIC : wound care : burns


- mengevaluasi luka seperti kedalaman, perluasan lokasi, nyeri,
agen penyebab, eksudat granulasi atau jaringan nekrotik,
epitelisasi dan tanda infeksi
- menginformasikan kepada pasien mengenai prosedur untuk
melanjutkan pembalutan luka
- melakukan debridement terhadap luka
- memberikan pengobatan topikal pada luka

Diagnosa keperawatan No. 3


Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis yang ditandai
dengan TD 100/60 mmHg, tampak gelisah, merasakan rasa nyeri secara
verbal
Tujuan :setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam rasa
nyeri dapat hilang
Kriteria hasil : dapat menvcapai indikator di bawah
NOC : Pain level

NO INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Reported pain V
(tidak melaporkan nyeri)
2 Restlessness V
(gelisah menjadi tidak gelisah)
Keterangan :
1: severe
2:subkutantial
3: moderate
4: mild
5: none
NIC : pain management
 menggali atau mencari tahu mengenai pengetahuan dan
kepercayaan pasien mengenai nyeri.
 Menyediakan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri,
lama , antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
 mengajari prinsip manajemen nyeri
 pembantu pasien dan keluarga menyediakan dukungan
 menganjurkan pasien untukj mendiskusikan mengenai perjalanan
nyeri
 menyediakan pengobatan analgesik
 mengimplementasikan dan menggunakan patient controlled
analgesic

Asuhan keperawatan
pengkajian
a. indentitas klien
 nama : An Toni
 Usia : 5 Tahun
 Jenis kelamin : laki-laki
 Status pernikahan : belum menikah
b. status kesehatan saat ini
 keluhan utama : merengek kesakitan
 lama keluhan :4 har
 kualitas keluhan : berat
 faktor pencetus :tersiram air panas saat gas elpiji meledak
 faktor pemberat :-
 diagnosa medis : combutio
c. Riwayat kesehatan saat ini
An toni yang dirawat di ruang luka bakar karena tersiram air panas saat
gas elpiji meledak, yang dimana saat kejadian dengan posisi di gendong
oleh ibunya. Saat dirawat menuju hari ke 4 dan direncanakan untuk
perawatan luka An toni merengek keskitan dan tampak mukosa bibir
kering. Pada pemeriksaan fisik An toni ditemuka luka bakar di kedua
tngan, dada, dan wajah serta pada siku tangan kiri ditemukan bula
d. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik (TTV)
keadaan normal Keadaan klien
tidak adanya bula adanya bula pada siku tangan kiri,
BB : 17 kg, TB : 120 Cm
Pemeriksaan laboratorium
Na : 135-145 mmol/l Na : 130 mmol/l
K : 3,5 mmol/l K : 2,8 mmol/l
Cl : 94-111 mmol/l Cl : 92 mmol/l
Leukosit : 5000-10000 -
Albumin : 37-52 g/l Albumin : 2,8
e. terapi : poerawatan luka
Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DO: Luka bakar Kekurangan
- membran mukosa kering volume cairan
(bibir) penurunan
-Na : 130 mmol/l elektrolit
-K : 2,8 mmol/l Na: 130 mmol/l
-Cl : 92 mmol/l K : 2,8 mmol/l
Cl : 92 mmol/l

Membran
mukosa bibir
kering

terjadi dehidrasi
isotonik
yang ringan

kekurangan
voiume cairan
2 DO : Luka bakar Kerusakan
- terdapat luka bakar di kedua integritas kulit
tangan, dada dan wajah terjadi kerusakan +nyeri akut
- terdapat bula pada siku kulit akibat luka
tangan kiri bakar pada
-penurunan albumin 2,8 tangan, dada,
DS : wajah, serta
klien merengek kesakitan terdapat bula
pada siku tangan
kiri

penurunan
albumin 2,8

merengek
kesakitan

kerusakan
integritas kulit
+nyeri akut
Daftar prioritas diagnosa keperawatan
Nama : An Toni
No reg : -
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TTD
MUNCUL
1 Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif yang ditandai
dengan membran mukosa bibir kering,
penurunan elektrolit yaitu : Na : 130 mmol/l, K :
2,8 mmol/l, Cl : 92 mmol/l

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


faktor mekanik yang disebabkan oleh luka
bakar ditandai dengn luka bakar pada kedua
tangan, dada, dan wajah serta albumin yang
menururn

nyeri akut berhubungan dengan agens cedera


ditandai dengan merengek kesakitan
DAFTAR PUSTAKA

Dumasari, Ramona. 2008. Skin Graft.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3401/1/08E008
94.pdf. Diakses tanggal 12 juni pukulk 15. 14

Effendi Christntie. 1999. Perawatan Luka Bakar. Jakarta: EGC hal.17

Hayati, Mardhiyah. 2013. “Askep Luka Bakar”. http://mardhiyah-hayati-


fkp12.web.unair.ac.id/artikel_detail-85147-Askep-ASKEP
%20Luka%20Bakar.html. Diakses tanggal 12 juni 2014 pukul
15.06 wib

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31719/4/Chapter%20II.pdf

Doengoes, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta :


EGC

Tansuri, Anas. 2009. Klien Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Jakarta:


EGC

Kurniati, Emi. 2010. Buku Saku Biologi dan Kimia SMP. Bandung : PT
Mizan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai