Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

PARASITOLOGI VETERINER II

PEMERIKSAAN FESES BABI MENGGUNAKAN UJI KUALITATIF

YUSTINA PETRONELA

1509010027

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu - ilmu yang berada dalam kedokteran hewan telah menunjukkan
kemajuannya dalam rangka meningkatkan kualitas hewan termasuk dalam
kesehatannya. Salah satu ilmu yang dipelajari dalam kedokteran hewan ini
adalah Parasitologi Veteriner. Ilmu ini membahas tentang segala macam
infeksi parasit dalam tubuh hewan. Penyakit parasit pada hewan merupakan
penyakit yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak dan umumnya tidak
menimbulkan kematian, tetapi bersifat menahun yang dapat mengakibatkan
kekurusan, lemah dan turunnya daya produksi (Levine dan Norman, 2001).
Penyakit parasit yang muncul pada hewan sebagian besar terjadi karena
berbagai macam perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitar, seperti
pencemaran air, cuaca yang tidak mendukung yang menyebabkan infeksi
parasit cepat terjadi pada hewan. Salah satu penyakit parasit yang umum
adalah Helminthiasis atau cacingan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pemeriksaan perlu untuk dilakukan
agar dapat mengetahui jenis parasit yang menginfeksi hewan dan cara
penanganannya terhadap hal terebut. Pemeriksaan yang dilakukan kali ini
meliputi pemeriksaan feses dengan pendekatan kualitatif yaitu pemeriksaan
natif dan fecal flotation (pengapungan).

1.2 Tujuan
1. Mengetahui infeksi parasit.
2. Mengetahui pemeriksaan feses dengan menggunakan metode pemeriksaan
natif, metode apung, dan sedimentasi.
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi :
 Spesimen tinja
 Applicator stick/lidi
 Objek glass + cover glass
 Mikroskop
 Air
 Larutan gula jenuh

2.2 Prosedur kerja


1. Pemeriksaan natif
a. Mengambil tinja beberapa mg dengan menggunakan lidi dan letakkan
di atas gelas objek.
b. Menambahkan 1 tetes air pada spesimen tinja lalu aduk menggunakan
lidi.
c. Spesemen tinja ditutup dengan cover glass lalu diamati di mikroskop.
2. Fecal flotation (Pengapungan)
a. Feses diambil sebanyak sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam
gelas ukur yang berisi larutan gula jenuh kemudian diaduk sampai
larut
b. Feses yang sudah larut kemudian disaring menggunakan penyaring.
c. Hasil saringan dituangkan ke dalam tabung reaksi samapai cembung
pada bagian permukaan tabung reaksi
d. Diamkan selama 5-10 menit kemudian ditutup dengancover glass dan
segera diangkat
e. Cover glass diletakan diatas objek glass dengan cairan berada diantara
objek glass dan cover glass.
f. Diamati di bawah mikroskop
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

No Metode pemeriksaan Hasil Pemeriksaan


1 Pemeriksaan natif Tidak ditemukan telur cacing (-)
2 Fecal flotation (pengapungan) Tidak ditemukan telur cacing (-)

3.2 Pembahasan
Pemeriksaan feses (tinja) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium
yang telah lama dikenal untuk membantu menegakkan diagnosis suatu
penyakit. Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
telur cacing ataupun larva infektif. Pemeriksaan ini juga dimaksudkan untuk
mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa
fesesnya (Gandahusada.dkk, 2000). Meskipun saat ini telah berkembang
berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern, dalam beberapa kasus
pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh
pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang
memerlukan pemeriksaan feses, cara pengumpulan sampel yang benar serta
pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan
diagnosis. Berdasarkan gejala klinis dan dari pemeriksaan umum dan khusus.
Dilakukan juga pemeriksaan feses dan pemeriksaan darah untuk mendukung
hasil diagnosis.
Pemeriksaan feses terdiri dari pemeriksaan mikrokopik dan makroskopik.
Pemeriksaan mikrokopis terdiri dari dua pemeriksaan yaitu pemeriksaan
kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti pemeriksaan natif (direct slide), pemeriksaan dengan
metode apung, modifikasi merthiolat iodine formaldehyde, metode selotip,
metode konsentrasi, teknik sediaan tebal, dan metode sedimentasi formol
ether (ritchie). Pemeriksaan kuantitatif dikenal dengan dua metode yaitu
metode stoll dan meto kato katz (Rusmatini, 2009). Metode pemeriksaan
kualitatif yang digunakan pada praktikum ini adalah pemeriksaan natif (direct
slide) dan pemeriksaan dengan metode apung.
1. Metode Pemeriksaan Kualitatif.
a. Pemeriksaan natif (direct slide).
Metode pemeriksaan ini sangat baik digunakan untuk infeksi berat,
tetapi pada infeksi ringan telur-telur cacing sulit ditemukan. Metode ini
memiliki kelebihan yaitu mudah dan cepat dalam pemeriksaan telur
cacing semua spesies, biaya yang diperlukan sedikit, dan peralatan
yang digunakan sedikit.
b. Pemeriksaan dengan Metode Apung.
Prinsip kerja dari metode ini berat jenis (BJ) terlu-telur yang lebih
ringan daripada BJ larutan yang digunakan sehingga telur-telur
terapung dipermukaan dan digunakan untuk memisahkan partikel-
partikel besar yang ada dalam tinja. Pemeriksaan dengan metode ini
menggunakan larutan gula jenuh atau larutan garam jenuh atau larutan
NaCl jenuh yang didasarkan atas berat jenis telur sehingga telur akan
mengapung dan mudah diamati (Tierney, 2002). Kelebihan dari
metode ini adalah dapat digunakan untuk infeksi ringan dan berat, telur
dapat terihat jelas. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah
penggunaan feses banyak dan memerlukan waktu yang lama, perlu
ketelitian tinggi agar telur dipermukaan larutan tidak turun lagi.

Pemeriksaan feses babi yang dilakukan pada praktikum ini mendapatkan


hasil tidak ditemukan adanya telur cacing dalam feses babi (negatif). Hal ini
berarti bahwa babi tersebut tidak sedang terinfeksi parasit ataupun mungkin
faktor infeksi baru pada tahap awal sehingga telur belum jelas kelihatan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 Pemeriksaan feses (tinja) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang


telah lama dikenal untuk membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit.
 Pemeriksaan feses terdiri dari pemeriksaan mikrokopik dan makroskopik.
 Pemeriksaan mikrokopis terdiri dari dua pemeriksaan yaitu pemeriksaan
kualitatif dan kuantitatif.
 Metode pemeriksaan kualitatif yang digunakan pada praktikum ini adalah
pemeriksaan natif (direct slide) dan pemeriksaan dengan metode apung.
 Pemeriksaan kuantitatif dikenal dengan dua metode yaitu metode stoll dan
meto kato katz (Rusmatini, 2009).
 Pemeriksaan feses babi yang dilakukan pada praktikum ini mendapatkan
hasil tidak ditemukan adanya telur cacing dalam feses babi (negatif). Hal
ini berarti bahwa babi tersebut tidak sedang terinfeksi parasit ataupun
mungkin faktor infeksi baru pada tahap awal sehingga telur belum jelas
kelihatan.
DAFTAR PUSTAKA

Gandahusada, S.W. Pribadi dan D.I. Heryy. 2000. Parasitologi Kedokteran.


Fakultas kedokteran UI, Jakarta.
Rusmatini, T., 2009. Teknik Pemeriksaan Cacing Parasitik. Dalam: D.
Natadisastra & R. Agoes, eds. Parasitologi kedokteran: ditinjau dari organ
tubuh yang diserang. Jakarta: EGC.
Tierney, L.M., McPhee, M.A. & Papadakis, 2002. Current Medical Diagnosis and
Treatment. New York: Mc Graw Hill Company.

Anda mungkin juga menyukai