PARASITOLOGI VETERINER II
YUSTINA PETRONELA
1509010027
KUPANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui infeksi parasit.
2. Mengetahui pemeriksaan feses dengan menggunakan metode pemeriksaan
natif, metode apung, dan sedimentasi.
BAB II
METODOLOGI
3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
Pemeriksaan feses (tinja) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium
yang telah lama dikenal untuk membantu menegakkan diagnosis suatu
penyakit. Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
telur cacing ataupun larva infektif. Pemeriksaan ini juga dimaksudkan untuk
mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa
fesesnya (Gandahusada.dkk, 2000). Meskipun saat ini telah berkembang
berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern, dalam beberapa kasus
pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh
pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang
memerlukan pemeriksaan feses, cara pengumpulan sampel yang benar serta
pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan
diagnosis. Berdasarkan gejala klinis dan dari pemeriksaan umum dan khusus.
Dilakukan juga pemeriksaan feses dan pemeriksaan darah untuk mendukung
hasil diagnosis.
Pemeriksaan feses terdiri dari pemeriksaan mikrokopik dan makroskopik.
Pemeriksaan mikrokopis terdiri dari dua pemeriksaan yaitu pemeriksaan
kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti pemeriksaan natif (direct slide), pemeriksaan dengan
metode apung, modifikasi merthiolat iodine formaldehyde, metode selotip,
metode konsentrasi, teknik sediaan tebal, dan metode sedimentasi formol
ether (ritchie). Pemeriksaan kuantitatif dikenal dengan dua metode yaitu
metode stoll dan meto kato katz (Rusmatini, 2009). Metode pemeriksaan
kualitatif yang digunakan pada praktikum ini adalah pemeriksaan natif (direct
slide) dan pemeriksaan dengan metode apung.
1. Metode Pemeriksaan Kualitatif.
a. Pemeriksaan natif (direct slide).
Metode pemeriksaan ini sangat baik digunakan untuk infeksi berat,
tetapi pada infeksi ringan telur-telur cacing sulit ditemukan. Metode ini
memiliki kelebihan yaitu mudah dan cepat dalam pemeriksaan telur
cacing semua spesies, biaya yang diperlukan sedikit, dan peralatan
yang digunakan sedikit.
b. Pemeriksaan dengan Metode Apung.
Prinsip kerja dari metode ini berat jenis (BJ) terlu-telur yang lebih
ringan daripada BJ larutan yang digunakan sehingga telur-telur
terapung dipermukaan dan digunakan untuk memisahkan partikel-
partikel besar yang ada dalam tinja. Pemeriksaan dengan metode ini
menggunakan larutan gula jenuh atau larutan garam jenuh atau larutan
NaCl jenuh yang didasarkan atas berat jenis telur sehingga telur akan
mengapung dan mudah diamati (Tierney, 2002). Kelebihan dari
metode ini adalah dapat digunakan untuk infeksi ringan dan berat, telur
dapat terihat jelas. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah
penggunaan feses banyak dan memerlukan waktu yang lama, perlu
ketelitian tinggi agar telur dipermukaan larutan tidak turun lagi.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan