Dalam bahasa latin, komunikasi berarti communis (membuat kebersamaan atau
membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih) (Stuart 1983 dalam Nurudin 2016:8). Pada dasarnya, untuk membuat seseorang mengerti maka diperlukan komunikasi verbal karena komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan antara si pemberi pesan dengan si penerima pesan. Namun demikian, ternyata kita masih berkomunikasi antara kedua belah pihak dengan menggunakan bahasa tubuh, semisal mengangguk, menggeleng, tersenyum dll. Banyak definisi komunikasi bersifat khas, mencerminkan paradigma atau perspektif yang digunakan alih-alih komunikasi tersebut dalam mendekati fenomena komunikasi. Paradigma ilmiah (objektif, mekanistik, positivistic) yang penelahaannya berorientasi pada efek komunikasi tampak dominan. Mengasumsikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab akibat yang mencerminkan pengirim pesan atau yang biasa disebut komunikator (yang aktif) untuk mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku komunikan atau penerima pesan yang pasif. Bernard Barelson dan Garry A. Stainer dalam Nurdin (2016:38) mendefinisikan komunikasi adalah proses transmisi gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan symbol, angka, gambar, grafis dll.
Indicator paling umum untuk mengklarisifikasikan komunikasi bedasarkan
konteksnya atau tingkatan nya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Salah satu pendekatan untuk membedakan konteks-konteks komunikasi adalah pendekatan situasional yang dikemukakan G.R Miller (2007:78) dalam Deddy Mulyana yaitu :
2.1.1 Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antar
orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal. Bentuk khusus dari komunikasi antar pribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang seperti antar dua teman dll. Ciri komunikasi diadik adalah pihak-pihak yang berkomunikasi dalam jarak dekat, pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan baik secara verbal maupun non-verbal. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab peserta komunikasi, kedekatan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon non-verbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif dan jarak fisik yang sangat dekat.
2.1.2 Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang bersama (adanya saling ketergantungan), mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut, meskipun setiap anggotan boleh jadi punya peran yang berbeda. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, teman-teman terdekat, kelompok diskusi dll. Dengan demikian komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil, jadi bersifat tatap muka. Umpan balik dari peserta komunikasi kelompok masih bias diidentifikasikan dan ditanggapi langsung oleh peserta lainnya. Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena itulah kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
2.1.3 Komunikasi Publik
Komunikasi public adalah komunikasi antar seorang pembicara dengan sejumlah
besar orang atau khalayak yang tidak bias dikenali satu per satu. Komunikasi demikian kerap kali disebut dengan pidato, ceramah atau kuliah umum. Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi kelompok besar untuk komunikasi ini. Komunikasi public biasanya berlangsung lebih formal atau lebih sulit dari komunikasi antarpribadi. Karena komunikasi public menuntut persiapan yang sangat matang agar isi pesan yang disampaikan berbobot dan dapat diterima khalayak ramai tanpa menyinggung suatu kelompok. Selain itu juga dibutuhkan kemampuan dan keberanian agar dapat menjadi pembicara di hadapan orang ramai. Daya Tarik pembicara juga menjadi factor penting yang akan menentukan efektivitas pesan selain keahlian dan kejujuran pembicara. Tidak seperti komunikasi antarpribadi yang melibatkan pihak-pihak yang sama-sama aktif, satu pihak komunikasi public yakni pendengar justru lebih pasif. Umpan balik yang diberikan juga terbatas, terutama umpan balik bersifat verbal. Sedangkan umpan balik non-verbal lebih jelas diberikan orang-orang yang duduk di jajaran depan, karena merekalah yang paling dekat posisinya dengan sang pembicara. Sesekali juga pembicara menerima umpan balik bersifat serempak, seperti tertawa atau tepuk tangan, ciri komunikasi public adalah lokasinya berada di tempat public.
Jurnal Manajemen Desember 2015, P: 83 - 94 Vol.6, No. 2 “Pengaruh Komunikasi Interpersonal
dan Kompetensi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Dinas Pertanian Kota Bogor” Halimah1, Masyhudzulhak Djamil2, Popy Novita Pasaribu2 1Alumni Mahasiswa Pascasarjana UIKA 2 Program Studi Manajemen Pascasarjana UIKA
JURNAL KONSEP – KONSEP KOMUNIKASI PEMBANGUNAN Drs. MUKTI SITOMPUL,
M.Si Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara