APPENDISITIS AKUT
Pembimbing :
dr. Riza Monica
Objektif Presentsi
Deskripsi Ny. D 48 th dengan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari SMRS
Tujuan
Pasien datang ke IGD RS DKT Bengkulu dengan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari yang
lalu. Nyeri diawali disekitar ulu hati kemudian menjalar ke kanan bawah dan semakin
memberat sejak 6 jam SMRS. Nyeri bertambah saat pasien batuk atau kaki ditekuk. Pasien
juga mengeluh mual dan muntah >5x sejak kemarin. Muntah berisi makanan dan air. Pasien
tidak nafsu makan (+). Pasien belum buang angin dan BAB sejak kemarin. Demam (-), sesak
(-), batuk (-). BAK pasien normal, keluhan BAK (-), riwayat BAK berpasir (-), darah (-).
Riw. Batuk (-), pilek (-), sesak (-), nyeri menelan (-), HT (-), DM (-), alergi obat (-). Pasien
terakhir menstruasi 3 hari yang lalu.
2. Riwayat Pengobatan :
- Pasien tidak memiliki riwayat konsumsi obat rutin sebelumnya.
1. Andersson RE, Hugander A, Thulin AJ: Diagnostic accuracy and perforation rate in appendicitis:
association with age and sex of the patient and with appendicectomy rate. Eur J Surg 1992, 158:37-
41.
2. Aschraff, K.W., Pediatric Surgery, 3 th Edition, WB Saunders Company, Philadelpia-NewYork-
London-Tokyo, 2000: p. 406-21.
3. Berger D.H., Jaffe B.M. 2006. The appendix. In F. Charles Brunicardi: Schwartz Manual Surgery.
8th ed. New York: McGraw-Hill. p.784-99. Bickley L.S. 2004. Assessing possible appendicitis. In
Lynn S.
4. Bickley., Peter G. Szilagyi., Barbara Bates: Guide to Physical Examination and History Taking. 8th
ed. Lippincott Williams & Wilkins. p.347-8.
5. Robbins and Cotran : Pathologic Basic of Disease , 8th ed Philadelpia : by Saunders, an imprint of
Elsevier Inc , 2004
6. Schwartz SI : Appendix, in Principles of Surgery, 8th ed. New York : Mc Graw Hill Inc, 2009 :
1307-30
7. Sjamsuhidayat, R , Wim de Jong : Apendiks Vermiformis , Buku Ajar Ilmu Bedah , Ed 2 , EGC ,
2005 : 639 – 35.2
8. Tsuji M, Puri P, Reen DJ: Characterisation of the local inflammatory response in appendicitis. J
Pediatr Gastroenterol Nutr 2003, 16:43-48
9. Ulrich Sack, Birgit Biereder, Tino Elouahidi : Diagnostic value of blood inflammatory markers for
detection of acute appendicitis in children, BMC Surgery 2006, 6:15
V.C. Cappendijk, FW J Hazebroek : The Impact of Diagnostic delay on the course of Acute
Appendicitis
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis Appendisitis Akut
2. Penatalaksanaan Appendisitis Akut
3. Edukasi tentang penyebab, faktor resiko, dan penatalaksanaan yang tepat
Subyektif
± 1 hari sebelum masuk rumah sakit:
penderita mengeluh nyeri perut kanan bawah
Awalnya nyeri di ulu hati dan berpindah keperut kanan bawah, memberat 6 jam SMRS
Pasien mengeluh mual dan muntah >5x, dan tidak nafsu makan
Nyeri bertambah saat batuk atau kaki ditekuk
Obyektif
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Suhu : 36,7ºC
Frekuensi nadi : 90x/m, regular, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 20x/m, regular, tipe torakoabdominal
Tekanan darah : 120/80mmHg
BB : 60 kg
TB : 155 cm
Status Gizi : Normoweight
Pemeriksaan Abdomen
Anterior
Inspeksi Datar, simetris, venektasi (-), caput medusa (-), scar (-),
massa/tumor (-)
Pemeriksaan Penunjang :
Laboraturium
Hb : 13,5 gr/dl
Ht : 38 %
Leukosit : 12.100 mm3
Trombosit : 247.000 sel/mm3
GDS : 117 mg/dl
Diff. Count : 0/0/4/88/6/2
RDT Covid: Non Reaktif
Skor
Migrasi nyeri dari abdomen sentral ke fossa 1
iliaka kanan
Anoreksia 1
Mual atau Muntah 1
Nyeri di fossa iliaka kanan 2
Nyeri lepas 1
Peningkatan temperatur (>37,5oC) -
Peningkatan jumlah leukosit ≥ 10 x 109/L 2
Neutrofilia dari ≥ 75% 1
Pada kasus didapatkan skor Alvarado pasien sebesar 9 yang menandakan bahwa
kemunkinan besar pasien mengalami appendisitis.
Pemeriksaan laboratorium rutin sangat membantu dalam mendiagnosis apendisitis akut,
terutama untuk mengesampingkan diagnosis lain. Pemeriksaan laboratorium yang rutin
dilakukan adalah jumlah leukosit darah. Jumlah leukosit darah biasanya meningkat pada kasus
apendisitis. Hitung jumlah leukosit darah merupakan pemeriksaan yang mudah dilakukan dan
memiliki standar pemeriksaan terbaik. Pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih
pada kasus dengan komplikasi berupa perforasi. Penelitian yang dilakukan oleh Guraya SY
menyatakan bahwa peningkatan jumlah leukosit darah yang tinggi merupakan indikator yang
dapat menentukan derajat keparahan apendisitis. Tetapi, penyakit inflamasi pelvik terutama pada
wanita akan memberikan gambaran laboratorium yang terkadang sulit dibedakan dengan
apendisitis akut. Terjadinya apendisitis akut dan adanya perubahan dinding apendiks
vermiformis secara signifikan berhubungan dengan meningkatnya jumlah leukosit darah.
Temuan ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah leukosit berhubungan dengan peradangan
mural dari apendiks vermiformis, yang merupakan tanda khas pada apendisitis secara dini.
Beberapa penulis menekankan bahwa leukosit darah polimorfik merupakan fitur penting
dalam mendiagnosis apendisitis akut. Leukositosis ringan, mulai dari 10.000 - 18.000 sel/mm 3,
biasanya terdapat pada pasien apendisitis akut. Namun, peningkatan jumlah leukosit darah
berbeda pada setiap pasien apendisitis. Beberapa pustaka lain menyebutkan bahwa leukosit darah
yang meningkat >12.000 sel/mm3 pada sekitar tiga-perempat dari pasien dengan apendisitis akut.
Apabila jumlah leukosit darah meningkat >18.000 sel/mm3 menyebabkan kemungkinan
terjadinya komplikasi berupa perforasi. Pada kasus pemeriksaan laboratorium didapatkan
adanyang penginkatan leukosit disertai dengan adanya shift to the left pada pemeriksaan hitung
jenis.
Pasien pada kasus juga dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen yang menunjukkan
tidak adanya kelainan. Pada foto polos abdomen, meskipun sering digunakan sebagai bagian dari
pemeriksaan umum pada pasien dengan abdomen akut, jarang membantu dalam mendiagnosis
apendisitis akut. Pasien dengan apendisitis akut, sering terdapat gambaran gas usus abnormal
yang non spesifik. Meskipun demikian, pemeriksaan foto polos ini dilakuakn untuk
menyingkirkan diagnosis banding seperti adanya batu saluran kemih. Diagnosis diferensial lain
seperti KET juga dapat disingkirkan karena pasien baru selesai menstruasi 3 hari sebelum masuk
RS dan pada pemeriksaan plano test pasien didapatkan hasil ngetaif.
Pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan
cairan IV diberikan serta pasien diminta untuk membatasi aktivitas fisik sampai pembedahan
dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Pada kasus, analgetik belum
diberikan karena pasien akan dirujuk dan akan dilakukan assessment ulang oleh dokter spesialis
bedah di rumah sakit rujukan. Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan
sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah
anestesi umum umum atau spinal, secara terbuka ataupun dengan cara laparoskopi yang
merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Bila apendiktomi terbuka, insisi Mc.Burney
banyak dipilih oleh para ahli bedah.
Planning:
Diagnosis : Appendisitis Akut
Terapi Non Medikamentosa
Tirah baring
Observasi TTV dan KU Pasien
Puasa
Rontgen Foto Polos Abdomen
Rencana Apendiktomi
Konsul Anastesi
Medikamentosa
1. IVFD RL xx gtt/menit
2. Inj. Omeperazole 20mg/24 jam i.v
3. Inj. Ceftriaxone 1 g/12 jam i.v Skin test
4. Inj. Ketorolac 3x1 ampl iv
Pendidikan :
Karena Appendisitis akut merupakan salah satu kasus gawat abdomen yang berarti memelurkan
tindakan operasi bedah segera maka diperlukan pemeriksaan yang teliti untuk menegakkan
diagnosis apendisitis akut, pasien dan keluarga harus dijelaskn secara detail tentang penyakit dan
rencana penatalaksanaan definitive berupa tindakan operasi atau bedah.
Konsultasi : -
Rujukan : -
Kontrol : Kontrol ulang 3 hari post pulang dari rawat inap.