Case Base Discussion - Robby Gunawan
Case Base Discussion - Robby Gunawan
DISUSUN OLEH :
Robby Gunawan
30101607731
PEMBIMBING :
dr. Ni Luh Putu Widhyasti , Sp.M
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
ODS NORMO TENSION GLAUCOMA
Oleh:
Robby Gunawan
30101607731
Dosen Pembimbing,
2
BAB 1
STATUS PASIEN
Keluhan Utama : pusing kepala sebelah kiri dan mata merasa “cekot-cekot”
3
Riwayat operasi mata : + (operasi katarak OD)
Riwayat Keluarga
OD OS
1. VISUS
Tajam penglihatan 6/12 6/20
2. BULBUS OCULI
Eksoftalmus (-) (-)
Endoftalmus (-) (-)
Strabismus (-) (-)
Gerak bola mata Nomal Normal
4
SUPRA SILIA
Hitam, distribusi Hitam, distribusi
merata, tidak rontok, merata, tidak rontok,
sekret (-), Simetris. sekret (-), simetris.
3. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Massa (-) (-)
Dapat menutup mata (+) (+)
4. KONJUNGTIVA PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Anemi (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Kemosis (-) (-)
5. KONJUNGTIVA BULBI
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan (-) (-)
subkonjungtiva
Papil (-) (-)
Cobble stone (-) (-)
6. SKLERA
Warna Hiperemis Hiperemis
Ikterik (-) (-)
5
7. KORNEA
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Sesibilitas Baik Baik
Ulkus (-) (-)
Corpus alienum (-) (-)
Infiltrate (-) (-)
Perforasi (-) (-)
8. BILIK MATA DEPAN
Kejernihan Jernih Jernih
Kedalaman Dalam Dalam
Hifema (-) (-)
Hipopion (-) (-)
9. IRIS
Warna Coklat Coklat
Kripte (+) (+)
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia (-) (-)
PUPIL
Letak Sentral Sentral
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran ± 3 mm ± 3 mm
Reflek cahaya (+) (+)
LENSA
Kejernihan IOL,Pseudofakia Tampak kekeruhan
pada lensa
CORPUS VITREUS
6
Ekskavasio Glaukomatosa - -
Medialisasi - -
CDR - -
AVG Thickness rnfl - -
FUNDUS REFLEKS
Cemerlang (+) (+)
TEKANAN INTRA OKULAR
N (+)
SISTEM LAKRIMASI
Epifora (-) (-)
Lakrimasi (-) (-)
TES KONFRONTASI
Menyempit Menyempit
7
1.6. DIAGNOSIS KERJA
Oculus Sinister Primary Open Angle Glaukoma
1.7. TERAPI
- Oral : Glauseta 10 tablet 3x1 sehari
Neurosanbe 10 tablet 1x1 sehari
Proneuron 10 tablet 1x1 sehari
1.8. EDUKASI
- Memberitahukan kepada pasien untuk memakai obat tetes mata dan
meminum obat secara teratur.
- Memberitahukan kepada pasien untuk kontol ke dokter secara teratur.
- Menjelaskan bahwa kerusakan pada syaraf mata akibat glaucoma bersidat
irreversible, tidak mungkin kembali seperti semula.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan yang dilakukan hanya
untuk mencegah memburuknya kondisi bukan untuk menyembuhkan.
- Memeberitahukan untuk pelaksanaan definitive pada keluhann pasien
akan dilakukan treabekulotomi
1.9. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : ad malam
Quo ad kosmetikam : Ad bonam
1.10. KOMPLIKASI
Pada oculus sinister dapat berkembang menjadi Glaukoma Absolut dimana
terjadi kebutaan total.
1.11. RUJUKAN
Dalam kasus dilakukan rujukan ke Rumah Sakit dr.Sardjito,Yogyakarta
untuk dilaksanakan prosedur trabekulektomi.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Anatomi
Bilik mata depan merupakan struktur penting dalam hubungannya
dengan pengaturan tekanan intraokuler. Hal ini disebabkan karena
pengaliran cairan aquos harus melalui bilik mata depan terlebih
dahulu sebelum memasuki kanal Schlemm.
Bagian mata yang penting dalam glaucoma adalah sudut filtrasi.
Sudut filtrasi ini berada dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian
yang dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari membrane
descement dan membrane bowman, lalu ke posterior 0,75 mm,
kemudian ke dalam mengalilingi kanal schlem dan trabekula sampai
ke COA. Limbus terdiri dari dua lapisan epitel dan stroma. Epitelnya
dua kali lebih tebal dari epitel kornea. Di dalam stroma terdapat serat
– serat saraf dan cabang akhir dari a. Siliaris anterior.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera dan
kornea, disini ditemukan sklera pur yang membentuk cincin
melingkar 360 derajat dan merupakan batas belakang sudut filtrasi,
serta tempat insersi otot siliar longitudinal. Pada sudut filtrasi
terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan
membrane descement dank anal schlemm yang menanpung cairan
mata keluar ke salurannya.
Kanal schlem merupakan kapiler yang dimodifikasi mengelilingi
kornea. Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel. Pada dinding sebelah
dalam terdapat lubang – lubang sebesar 2 U, sehingga terdapat
hubungan langsung antara trabekula dank anal schlem. Dari kanal
schlem, keluar saluran kolektor, 20 – 30 buah, yang menuju ke
pleksus vena di dalam jaringan sklera dan episkelera dan vena siliaris
anterior di badan siliar.
9
2.2. Fisiologi Humor Aquos
10
lewati ruang anterior ke dalam kanalis Schlemm. Dan pada akhirnya
berakhir pada vena akuos dan vena episklera.
11
Di seluruh dunia, kebutaan menempati urutan ketiga sebagai
ancaman yang menakutkan setelah kanker dan penyakit jantung koroner
(Pertiwi; Friyeko, 2010). Di Amerika Serikat, kira-kira 2 juta orang pada
usia 40 tahun dan yang lebih tua mengidap glaukoma, sebanyak 120.000
adalah buta disebabkan penyakit ini. Banyaknya Orang Amerika yang
terserang glaukoma diperkirakan akan meningkatkan sekitar 3.3 juta pada
tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300.000 kasus glaukoma yang baru
dan kira-kira 5400 orang-orangmenderita kebutaan. Glaukoma akut (sudut
tertutup) merupakan 10-15% kasus padaorang Kaukasia. Persentase ini
lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada orang Burmadan Vietnam di
Asia Tenggara. Glaukoma pada orang kulit hitam, lima belas kali lebih
menyebabkan kebutaan dibandingkan orang kulit putih (Vaughan, 2007;
AHAF, 2010).
Diketahui bahwa angka kebutaan di Indonesia menduduki
peringkat pertama untuk kawasan Asia Tenggara. Menurut Badan
Kesehatan Dunia (WHO), angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5%
atau sekitar 3 juta orang. Persentase itu melampaui negara Asia lainnya
seperti Bangladesh dengan 1%, India 0,7% dan Thailand 0,3% ( Pertiwi;
Friyeko, 2010). Menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan
Pendengaran tahun 1993-1996, kebutaan tersebut disebabkan oleh katarak
(0,78%), glaukoma (0,2%), kelainan refraksi (0,14%) dan penyakit lain
yang berhubungan dengan usia lanjut (0,38%)
Hasil Penelitian RS. Cipto Mangunkusomo, Jakarta tahun 1998-
1999 di dapatkan data:
1. Glaukoma Primer Sudut terbuka : 94 orang
2. Glaukoma Primer Sudut tertutup : 121 orang
3. Glaukoma Juvenil dan Infantil : 21 orang
4. Glaukoma Sekunder : 81 orang ( Pertiwi; Friyeko, 2010)
12
Tekanan intraokulera/bola mata di atas 21 mmHg berisiko tinggi
terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola
mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik.
2. Umur
Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia.
Terdapat 2% dari populasi 40 tahun yang terkena glaukoma
3. Riwayat glaukoma dalam keluarga
Glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita galukoma
mempunyai risiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Risiko
terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan
anak-anak.
4. Obat-obatan
Pemakaian steroid secara rutin, misalnya pemakaian tetes mata yang
mengandung steroid yang tidak terkontrol dapat menginduksi
terjdinya glaukoma
5. Riwayat trauma pada mata
6. Riwayat penyakit lain
- Riwayat penyakit Diabetes, Hipertensi
2.5. Patogenesis Glaukoma
Setiap hari mata memproduksi sekitar 1 sdt humor aquos yang
menyuplai makanan dan oksigen untuk kornea dan lensa dan membawa
produk sisa keluar dari mata melalui anyaman trabekulum ke Canalis
Schlemm ( Pertiwi; Friyeko S, 2010).
Pada keadaan normal tekanan intraokular ditentukan oleh derajat
produksi cairanmata oleh epitel badan siliar dan hambatan pengeluaran
cairan mata dari bola mata. Padaglaukoma tekanan intraokular berperan
penting oleh karena itu dinamika tekanannya diperlukan sekali. Dinamika
ini saling berhubungan antara tekanan, tegangan dan regangan ( Pertiwi;
Friyeko S, 2010).
13
1.Tekanan
Tekanan hidrostatik akan mengenai dinding struktur (pada mata
berupa dinding korneosklera). Hal ini akan menyebabkan rusaknya
neuron apabila penekan pada sklera tidak benar.
2.Tegangan
Tegangan mempunyai hubungan antara tekanan dan kekebalan.
Tegangan yang rendah dan ketebalan yang relatif besar dibandingkan
faktor yang sama pada papiloptik ketimbang sklera. Mata yang
tekanan intraokularnya berangsur-angsur naik dapat mengalami
robekan dibawah otot rektus lateral.
3.Regangan
Regangan dapat mengakibatkan kerusakan dan mengakibatkan nyeri.
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi
aquoeus humor oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya
aliran keluar aquoeus humor melalui sudut bilik mata depan juga
tergantung pada keadaan sudut bilik mata depan, keadaan jalinan
trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan vena
episklera ( Pertiwi; Friyeko S, 2010).
Tekanan intraokuler dianggap normal bila kurang daripada 20
mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi. Pada tekanan
lebih tinggi dari 20 mmHg yang juga disebut hipertensi oculi dapat
dicurigai adanya glaukoma. Bila tekanan lebih dari 25mmHg pasien
menderita glaukoma (tonometer Schiotz ). (Vaughan, 2007) (Ames et
al, 2006).
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma
adalah atrofi sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan
serat saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di
saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga menjadi atrofi, dan prosesus
siliaris memperlihatkan degenerasi hialin (Vaughan, 2007).
Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan
optikus diduga disebabkan oleh gangguan pendarahan pada papil yang
menyebabkan degenerasi berkas serabut saraf pada papil saraf optik
14
(gangguan terjadi pada cabang-cabang sirkulus Zinn-Haller), diduga
gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan intraokuler.
Tekanan intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf
optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada
bola mata. Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih kuat daripada
bagian tengah sehingga terjadi cekungan pada papil saraf
optik.Serabut atau sel syaraf ini sangat tipis dengan diameter kira-kira
1/20.000 inci. Bila tekanan bola mata naik serabut syaraf ini akan
tertekan dan rusak serta mati. Kematian sel tersebut akan
mengakibatkan hilangnya penglihatan yang permanen (Vaughan,
2007; Ames et al, 2006).
15
Gambar 2.2 Aliran Humor Aquos (Oktariana, 2009)
Keterangan gambar:
Normal dan abnormal aliran humor aquos :
a. Aliran normal melalui anyaman trabekula (panah besar) dan rute
uveasklera (panah kecil) dan anatomi yang berhubungan. Kebanyakan aliran
humor aquos melewati anyaman trabekula. Setiap rute dialirkan ke sirkulasi
vena mata.
b. Pada glaukoma sudut terbuka, aliran humor aquos melalui rute ini
terhalang.
c. Pada glakuoma sudut tertutup, posisi abnormal iris sehingga memblok
aliran humor aquos melewati sudut bilik mata depan (iridocorneal)
16
proteolisis di mana protein-protein yang dilepaskan akan mennyumbat
trabekular meshwork. Pada keadaan tersebut glaukoma yang terjadi
adalah glaukoma sekunder dengan sudut terbuka. Glaukoma sekunder
juga dapat terjadi pada penggunaan tetes mata steroid jangka waktu lama,
dislokasi lensa, pasca trauma, pasca operasi, dam seclutio pupil pasca
uveitis. Terakhir yakni glaukoma kongenital yakni glaukoma yang
ditemukan pada usia baru lahir sampai awal kanak-kanak. Dapat terjadi
akibat gangguan pertumbuhan struktur pada COA dan aniridia (Ilyas,
2011; Vaughan, 2007; Wong, 2001).
Glaukoma absolut yakni semua glaukoma dengan visus persepsi
cahaya negatif. Dapat terjadi pada semua jenis glaukoma (primer-
sekunder-kongenital dan sudut mata terbuka ataupun tertutup). Glaukoma
akut dapat menyebabkan Glaukoma absolut terjadi akibat kerusakan papil
nervus II tahap lanjut, kerusakan lapisan serat syaraf retina serta
gangguan vaskularisasi pada serat-serat syaraf tersebut (Ilyas, 2011;
Vaughan, 2007; Wong, 2001).
17
2. Peningkatan TIO yang dapat diukur dengan tonometri Schiotz,
aplanasi Goldmann dan Non Contact Tonometry (NCT).
Peningkatan TIO pada glaukoma yang disebabkan kortikosteroid
biasanya terjadi secara perlahan-lahan.
3. Perubahan pada diskus saraf optik, dibagi menjadi early
glaukomatous dan advanced glaucomatous changes.
a. Early glaucomatous changes ditandai dengan :
Perubahan cup menjadi lebih oval dibagian vertikal akibat
adanya kerusakan pada jaringan saraf dibagian kutub
inferior dan superior.
Asimetri dari cup (cekungan ) papil saraf optik.
Cup yang besar (normal 0,3-0,4)
Perdarahan disekitar papil saraf optik.
Diskus tampak lebih pucat.
Atrofi dari papil saraf optik.
18
Pulsasi dari arteriol retina mungkin tampak saat TIO sangat
tinggi dan patognomonik untuk glaukoma.
Lamellar dot sign
19
Merupakan akhir dari semua glaukoma yang terbengkalai sampai buta
total. Dengan timbulnya serangan yang tanpa pengobatan adekuat
keadaan menjadi buruk sampai buta, perjalanan penyakitnya berupa
serangan yang hilang timbul. Pada stadium ini tidak terdapat tanda-tanda
kongesti. Kornea menjadi keruh oleh penyebaran sel pigmen iris pada
endotel, pupil sangat lebar pada penyinaran, iris atrofi, COA dangkal pada
funduskopi terdapat penggaungan dan atrofi papil saraf optik
- Glaukoma Primer sudut tertutup
Terjadi apabila ada kenaikan tekanan bola mata yang mendadak oleh akar
iris sehingga menghalangi keluarnya humor aqueus melalui trabekula.
Gejala yang timbul yaitu penurunan ketajaman penghlihatan tiba-tiba
disertai tanda kongesti yaitu mata merah dan kelopak mata bengkak.
- Hipertensi okular
Pasien dengan hipertensi okular memperlihatkan peningkatan tekanan
intraokular secara significan dalam beberapa tahun tanpa memperlihatkan
tanda-tanda adanya kerusakan nervus optik ataupun gangguan lapangan
pandang. Diagnosis ini secara umum ditegakkan jika didapatkan kenaikan
TIO di atas 21 mmHg sesuai dengan rata-rata TIO dalam populasi.
Beberapa dari pasien ini akan menunjukan peningkatan tekanan
intraokular tanpa lesi glaukoma, tetapi beberapi dari mereka akan
menderita glaukoma sudut terbuka.
- Glaukoma Bertekanan tinggi
Suatu keadaan dimana didapatkan penggaungan dari saraf optik disertai
kelainan lapang pandang tetatpi tekanan bola matanya tidak tinggi. Hal ini
karena outflow facility yang rendah
- Glaukoma Steroid
Glaukoma yang terjadi karena pemakaian steroid dalam jangka waktu
lama akibat terjadinya penurunan outflow facility dari humor aqueus
sehingga cairan bilik mata sukar melewati trabekula sehingga tekanan
bola mata meninggi.
2.9. Diagnosis
20
Diagnosis glaukoma sudut terbuka primer ditegakkan apabila
ditemukan kelainan-kelainan glaukomatosa pada diskus optikus dan
lapangan pandang disertai peningkatan TIO, sudut kamera anterior terbuka
dan tampak normal, dan tidak terdapat faktor penyebab yang dapat
meningkatkan tekanan intraokuler.1 Penegakan diagnosis dapat dilakukan
dengan cara.8
1. Mengukur peningkatan TIO dengan menggunakan tonometri Schiotz,
Aplanasi goldman, dan NCT.
21
Gambar 8. Sistem Shaffer untuk grading dari glaucoma (dikutip dari kepustakaan
6).
Gambar 10. A. Batas diskus optikus menjadi tegas dan lebih pucat disertai
pelebaran dari cup nervus optikus (tanda dari suatu atrofi papil) B.
Pembuluh darah menjorok kedalam cup (bayonet shaped kink) (dikutip
dari kepustakaan 8).
22
Gambar 11. Early glaukoma. Mata panah menunjukkan adanya defek
lapangan pandang. (dikutip dari kepustakaan 8).
23
d. Inhibitor karbonat anhidrase sistemik yang paling sering digunakan
adalah acetazolamide, tetapi terdapat alternatif yaitu diklorfenamid
dan metazolamid yang digunakan pada glaukoma kronis ketika
terapi topikal sudah tidak memadai dan pada glaukoma akut
dimana tekanan intraokular yang sangat tinggi perlu segera
dikontrol. Obat-obat ini mampu menekan produksi humor aqueous
sebesar 40-60%. Acetazolamide dapat diberikan per oral dalam
dosis 125-250 mg sampai empat kali sehari atau sebagai Diamox
Sequels 500 mg sekali atau dua kali sehari, atau dapat diberikan
secara intravena (500 mg). Inhibitor karbonat anhidrase
menimbulkan efek samping mayor yang membatasi penggunaan
obat-obat ini untuk erapi jangka panjang (Vaughan, 2007).
2. Fasilitasi aliran keluar humor aqueous
a. Analog prostaglandin merupakan obat–obat lini pertama atau
tambahan yang efektif. Semua analog prostaglandin dapat
menimbulkan hiperemia konjungtiva, hiperpigmentasi kulit
preorbita, pertumbuhan bulu mata, dan penggelapan iris yang
permanen (Vaughan, 2007). Obat ini juga sudah jarang
dihubungkan dengan reaktivasi uveitis dan herpes keratitis serta
dapat menyebabkan edema macula pada individu dengan
predisposisi (Vaughan, 2007).
b. Obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar humor
aqueous humour dengan bekerja pada trabekular meshwork melalui
kontraksi otot siliaris. Pilocarpine jarang digunakan sejak
ditemukannya analog prostaglandin, tapi dapat bermanfaat pada
sejumlah pasien. Obat–obat parasimpatomimetik menimbulkan
miosis disertai penglihatan suram, terutama pada pasien katarak,
dan spasme akomodatif yang mungkin menganggu pada pasien usia
muda. Ablasio retina merupakan tindakan yang jarang tapi serius
(Vaughan, 2007).
c. Epinefrin 0,25-2% diteteskan sekali atau dua kali sehari dapat
meningkatkan aliran keluar humor aqueous humor dan sedikit
24
banyak disertai penurunan pembentukan humor aqueous humor.
Terdapat sejumlah efek samping okular eksternal termasuk refleks
vasodilatasi konjungtiva, endapan adrenokrom, konjungtivitis
folikularis dan reaksi alergi. Efek samping intraokular yang dapat
terjadi adalah edema macula sistoid pada afakik dan vasokonstriksi
saraf optik. Dipivefrin adalah suatu prodrug epinefrin yang
dimetabolisasi di intraokular menjadi bentuk aktifnya. Epineferin
dan dipivefrin jangan digunakan untuk mata dengan sudut kamera
anterior sempit (Vaughan, 2007).
3. Penurunan volume vitreus
a. Obat–obat hiperosmotik darah menyebabkan menjadi hipertonik
sehingga air tertarik keluar dari vitreus dan menyebabkan penciutan
vitreus. Selain itu juga terjadi penurunan produksi humor aqueous.
Penurunan volume vitreus bermanfaat dalam pengobatan glaukoma
sudut tertutup akut dan glaukoma maligna yang menyebabkan
pergeseran lensa kristalina ke anterior (disebabkan oleh perubahan
volume vitreus atau koroid) dan menimbulkan penutupan sudut
(Vaughan, 2007).
b. Glycerin (glycerol) oral 1 ml/kgBB dalam suatu larutan 50% dingin
dicampur dengan jus lemon adalah obat yang paling sering
digunakan, tapi harus berhati–hati bila digunakan pada pengidap
diabetes. Pilihan lain adalah isosorbide oral dan urea intravena atau
manitol intravena (Vaughan, 2007).
4. Miotik, midriatik, dan siklopegik
Konstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan
glaukoma sudut tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada
iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam pengobatan sudut akibat
iris bombe karena sinekia posterior (Vaughan, 2007).
Apabila penutupan sudut disebabkan oleh pergeseran lensa
ke anterior, siklopegik (siklopentolat dan atropin). Dapat digunakan
untuk melemaskan otot siliaris sehingga mengencangkan apparatus
25
zonularis dalam usaha untuk menarik lensa ke belakang (Vaughan,
2007).
2.10.2. Terapi Bedah dan Laser
1. Iridektomi dan iridotomi perifer
Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk komunikasi
langsung antara kamera anterior dan posterior sehingga beda tekanan
antara keduanya menghilang. Hal ini dapat dicapai dengan laser
neodinium: YAG atau argon (iridotomi perifer) atau dengan tindakan
bedah iridektomi perifer (Vaughan, 2007).
2. Trabekuloplasti laser
Penggunaan laser (biasanya argon) untuk menimbulkan luka bakar
melalui suatu goniolensa ke jalinan trabekular dapat mempermudah
aliran keluar humor akueous karena efek luka bakar tersebut pada
jalinan trabekular dan kanalis Schlemm serta terjadinya proses-proses
selular yang meningkatkan fungsi jaringan trabekular. Teknik ini
dapat diterapkan bagi bermacam-macam bentuk glaukoma sudut
terbuka, dan hasilnya bervariasi bergantung pada penyebab yang
mendasari. Penurunan tekanan biasanya memungkinkan pengurangan
terapi medis dan penundaan tindakan bedah glaukoma. Pengobatan
dapat diulang (Vaughan, 2007).
3. Bedah drainase glaucoma
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme
drainase normal, sehingga terbentuk akses langsung humor aqueous
dari kamera anterior ke jaringan subkonjungtiva atau orbita, dapat
dibuat dengan trabekulotomi atau insersi selang drainase.
Trabekulotomi telah menggantikan tindakan-tindakan drainase full
thickness misal sklerotomi bibir posterior, sklerostomi termal, trefin)
(Vaughan, 2007).
Penanaman suatu selang silikon untuk membentuk saluran keluar
permanen bagi humor aqueous adalah tindakan alternative untuk mata
yang tidak membaik dengan trabekulektomi atau kecil
kemungkinannya bereaksi dengan trabekulektomi. Sklerostomi adalah
26
suatu tindakan baru yang menjanjikan sebagai alternatif bagi
trabekulektomi (Vaughan, 2007).
Goniotomi adalah suatu teknik yang bermanfaat untuk mengobati
glaukoma kongenital primer yang tampaknya terjadi sumbatan
drainase humor aqueous di bagian dalam jalinan trabekular (Vaughan,
2007).
4. Tindakan siklodestruktif
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi alasan untuk
mempertimbangkan tindakan dekstruksi korpus siliaris dengan laser
atau bedah untuk mengontrol tekanan intraocular. Krioterapi,
diatermi, ultrasonografi frekuensi tinggi, dan yang paling mutahir,
terapi laser neodinium: YAG thermal mode, dapat diaplikasikan ke
permukaan mata tepat di sebelah posterior limbus untukmenimbulkan
kerusakan korpus siliaris di bawahnya. Juga sedang diciptakan energi
laser argon yang diberikan secara transpupilar dan transvitreal
langsung ke prosessus siliaris. Semua teknik siklodekstruktif tersebut
dapat menyebabkan ftisis dan harus dicadangkan sebagai terapi bagi
glaukoma yang sulit diatasi (Vaughan, 2007).
27
DAFTAR PUSTAKA
Watsky MA, Olsen TW., Cornea and Sclera, In: Duane’s Clinical Ophthalmology,
(two volume, chapter four), (CD-ROOM). Lippincott Williams & Wilkins.
USA : 2003
28