Anda di halaman 1dari 10

Margin: Atas 3cm dan bawah 2 cm Margin: Kanan dan kiri 2,5 cm

NOTE
Setiap Penulis wajib mengisi Copyright Transfer Form yang bisa di
download disini. Petunjuk upload bisa dibaca disini.

Karakterisasi Pengeringan Bawang Merah Menggunakan Tray Dryer

Characterization of Drying Shallots Using Tray Dryer

Rintis Manfaati 1*), Hibah Baskoro 1), Muhammad Muhlis Rifai 1)


1
Politeknik Negeri Bandung, D3 Teknik Kimia, Indonesia
*Email:rintis.manfaati@polban.ac.id

Received: DD/MM/YY; Revised: DD/MM/YY; Accepted: DD/MM/YY

Abstrak
Peningkatan produksi bawang merah (allium cepa l.) setiap tahun, menyebabkan stok bawang
merah melimpah sehingga harga bawang merah akan turun. Produk olahan bawang merah bertujuan
untuk memperpanjang daya simpan dan meningkatkan nilai tambah. Salah satu metode pengolahan
dan pengawetan bawang merah adalah melalui pengeringan menggunakan Tray Dryer. Pengeringan
bawang merah harus menghasilkan produk sesuai standar bahan kering , namun kadar nutrisinya
tetap dipertahankan. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari karakteristik proses pengeringan
bawang merah melalui beberapa tinjauan yaitu kadar air bawang merah setelah pengeringan, laju
pengeringan konstan (Rc), kadar air bebas kritis (Xc) , parameter pengeringan (k) dan profil kurva
laju pengeringan menurun serta nilai difusivitas rata-rata.Pada penelitian ini bawang merah dengan
kadar air awal 82,5%, diiris tipis dengan ukuran 1-2 mm, suhu pengeringan divariasikan pada
rentang 50-70oC , waktu pengeringan 6 jam dan laju udara pengeringan 2,0 m/s. Analisis yang
dilakukan terhadap produk adalah kadar air menggunakan metode Gravimetri. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa suhu optimum pengeringan bawang merah menggunakan Tray Dryer adalah
70oC dengan kadar air bawang merah setelah pengeringan adalah 8,3896%, nilai Rc yaitu 1,2968
kg/jam.m2, nilai Xc yaitu 2,3044 kg air/kg bahan kering dan nilai k adalah 0,0173 menit -1. Profil
kurva laju pengeringan menurun menunjukkan bahwa perpindahan air terikat dalam bawang merah
terjadi secara difusi dengan nilai difusivitas rata-rata (D L) adalah 1,5556.10-10 m2/detik.

Kata kunci: bawang merah, kadar air, laju pengeringan, Tray Dryer.
Abstract
The increase in production of shallots (allium cepa l.) Every year, causes the stock of shallots to be
abundant so that the price of shallots will decrease. The processed shallot product aims to extend
shelf life and increase added value. One method of processing and preserving shallots is drying using
a Tray Dryer. Drying shallots must produce a product according to dry matter standards, but the
nutritional content is maintained. The purpose of this study was to study the characteristics of the
shallot drying process through several reviews, namely the moisture content of shallots after drying,
constant drying rate (Rc), critical free water content (Xc), drying parameter (k), profile curve of
drying in the Falling-Rate Period and the average diffusivity (D L). In this study, shallots with an
initial moisture content of 82.5%, thinly sliced into 1-2 mm sizes, varied drying temperatures in the
range of 50-70oC, drying time of 6 hours and drying air rate of 2.0 m/s. The analysis carried out on
the product is moisture content using the Gravimetric method. The results showed that the optimum
temperature for drying shallots using a Tray Dryer was 70 oC with the moisture content of shallots
after drying was 8.3896%, the Rc value was 1.2968 kg / hour.m 2, the Xc value was 2.3044 kg of
water / kg of material. Dry and the k value was 0,0173 minute -1.Profile curve of drying in the Falling-
Rate Period shows that the transfer of bound water in shallots occurs diffusion where the average
diffusivity (DL) is
1,5556.10-10 m2/s.

Keywords: shallots, moisture content, drying rate, Tray Dryer.

Vol.. No..Hal..-... 2018 | 1


Tipe file harus .doc
Margin: Atas 3cm dan bawah 2 cm Margin: Kanan dan kiri 2,5 cm

Vol.. No..Hal..-... 2018 | 2


PENDAHULUAN pengawetan bawang merah adalah melalui
Total produksi nasional bawang pengeringan menggunakan Tray
merah pada tahun 2018 mencapai 1,503 Dryer..Proses pengeringan menggunakan
juta ton. Produksi bawang merah nasional Tray Dryer termasuk dalam jenis
tahun 2018 tumbuh sebesar 2,26 persen pengeringan langsung, dimana media
dibandingkan tahun 2017. Enam propinsi pengering (udara panas) berkontak
penghasil bawang merah utama adalah langsung dengan bahan yang akan
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara dikeringkan.
Barat, Jawa Barat, Sumatera Barat dan Bahan yang akan dikeringkan harus
Sulawesi Selatan (Adhiwibowo & berbentuk lembaran yang dihamparkan
Ramadhanty, 2018). Peningkatan produksi diatas tray agar produk mengering secara
bawang merah setiap tahun, menyebabkan merata. Proses pengeringan melibatkan dua
stok bawang merah melimpah sehingga proses perpindahan yaitu perpindahan
harga bawang merah akan turun. panas yang terjadi dari media pengering ke
Bawang merah digunakan sebagai bahan yang akan dikeringkan, dan
penyedap masakan di beberapa negara. perpindahan massa yang terjadi dari bahan
Bawang merah memiliki kandungan yang akan dikeringkan ke media
bahan-bahan kimia yang bermanfaat pengering. Proses pengeringan dimulai saat
seperti serat alami, berbagai vitamin, asam udara panas yang mengalir melintasi
organik, senyawa-senyawa phenolic dan permukaan lembaran padatan. Perpindahan
antioksidan (Mitra dkk.,2012). Setiap 100 panas terjadi secara konduksi melalui tray
gram bawang merah mengandung 84,18 yang panas atau secara radiasi melalui
gram air, 0,93 gram serat dan 2,43 gram permukaan bahan yang dipanaskan (Misha
protein (Rodrigues dkk.,2003). dkk.,2013). Udara panas yang mengalir
Pengeringan bawang merah sampai akan melepaskan sebagian panasnya
kadar air kurang dari 10 % akan mencegah sehingga terjadi proses
pertumbuhan mikroorganisme sehingga penguapan/perpindahan massa air dari
dapat memperpanjang umur penyimpanan bahan yang dikeringkan ke udara tersebut
dan meningkatkan nilai tambah.dari sampai mencapai kondisi kesetimbangan.
produk tersebut.. Saat ini pengeringan Proses penguapan air dari bahan meliputi 5
bawang merah secara konveksi, dengan tahap, yaitu: (1) pelepasan ikatan dari air
memanfaatkan panas matahari banyak ke bahan; (2) difusi air dan uap air ke
dilakukan. Pengeringan dengan cara ini permukaan bahan; (3) perubahan fase
dapat menghemat biaya untuk energi menjadi uap air; (4) transfer uap air dari
pengeringan namun membutuhkan waktu permukaan bahan ke udara sekitarnya; dan
yang lama dan tergantung pada kondisi (5) perpindahan uap air ke udara.
cuaca. Pada musim hujan, kandungan uap Pengeringan bawang merah
air/kelembaban cukup tinggi maka proses menggunakan Tray Dryer harus
pengeringan menggunakan sinar matahari menghasilkan produk sesuai standar bahan
tidak menghasilkan proses pengeringan kering, namun kadar nutrisinya tetap
yang sempurna karena adanya karakter dipertahankan. Pengeringan bawang merah
sorption isotherm (Sasongko dkk., 2020). pada suhu tinggi dapat mengurangi
Salah satu metode pengolahan dan kandungan vitamin C, merubah warna dan
mengurangi kandungan nutrisi lain (Mota berlangsung selama kecepatan air yang
dkk.,2010). Penelitian pengeringan dipasok ke permukaan sama dengan
menggunakan Tray Dryer ataupun kecepatan air tersebut teruapkan. Periode
peralatan pengeringan lain seperti fluidized pengeringan konstan dipengaruhi oleh
drying untuk bawang merah dan produk berbagai variabel yaitu kecepatan alir
pangan lain seperti parsley, kopi, jagung udara pengering, kelembabab udara
dan padi selalu dilakukan pada suhu pengering, suhu udara pengering dan
pengeringan kurang dari 70oC (Sasongko ketebahan bahan yang dikeringkan
dkk., 2020; Hancioglu dkk.,2010; Pradana (Geankoplis, 1993).
dkk., 2019; Djaeni & Perdanianti, 2019; Kadar air bebas kritis (Xc) adalah
Djaeni dkk., 2011: Santoso dkk.,2018; titik saat tidak ada lagi air yang mencukupi
Nugraha S dkk.,2011; Djaeni dkk., 2013). untuk membentuk lapisan/ air secara
Setiap bahan padat yang kontinyu. Seluruh permukaan padatan
dikeringkan memiliki karakteristik tidak terbasahi dan area yang terbasahi
pengeringan yang berbeda-beda. akan berkurang secara terus menerus,
Karakteristik pengeringan ini adalah kadar sehingga akhirnya seluruh permukaan
air produk setelah pengeringan, laju menjadi kering (Geankoplis, 1993).
pengeringan konstan (Rc) dan kadar air Periode kecepatan pengeringan
bebas kritis (Xc). Rc adalah kecepatan menurun terjadi jika seluruh permukaan
penguapan air dari padatan tiap satuan luas bahan telah mengering sempurna. Panas
padatan. Laju pengeringan berkaitan untuk penguapan ditransfer melalui
dengan proses pengeringan, pada proses padatan menuju zona penguapan. Uap air
pengeringan terdapat dua periode utama berpindah melalui padatan menuju aliran
yaitu, periode pengeringan dengan laju udara. Jumlah uap air yang dipindahkan
pengeringan konstan (Constant Rate pada periode ini relatif sedikit namun
Periode) dan periode pengeringan dengan memerlukan waktu yang panjang
laju pengeringan menurun (Falling Rate (Geankoplis, 1993).
Periode). Kedua periode ini dibatasi oleh Djaeni & Perdanianti (2019) telah
kadar air bebas kritis (Xc). (Geankoplis, melakukan penelititian pengeringan
1993). bawang merah yang lebih berkembang.
Pada periode pengeringan dengan Tray Dryer dioperasikan secara batch
laju konstan, permukaan padatan sangat dengan menggunakan udara panas yang
basah dan membentuk lapisan/ film air telah didehumidifikasi menggunakan tiga
yang kontinyu pada permukaan bahan yang jenis dessicant yaitu karbon aktif, silika gel
dikeringkan. Air pada permukaan padatan dan zeolit. Dessicant digunakan untuk
tersebut merupakan air yang tidak terikat. menyerap uap air dalam udara pengering,
Permukaan yang kasar akan memberikan sehingga diharapkan dapat mengurangi
laju pengeringan lebih tinggi dibandingkan energi untuk pengeringan dan
dengan permukaan yang rata. Pada padatan mempersingkat waktu pengeringan. Tiga
yang berpori, sebagian besar air yang model Kinetika Pengeringan Lapis Tipis
diuapkan pada periode laju pengeringan digunakan, sehingga dihasilkan parameter
konstan disuplai dari bagian dalam pengeringan k (menit-1). Kelemahan
padatan. Periode pengeringan ini terus penggunaan dessicant dalam proses
pengeringan adalah diperlukan energi yang o
pada suhu 105 C selama 3 jam sehingga
cukup tinggi untuk meregenerasi dessicant seluruh air yang terdapat dalam bahan
yang jenuh. Untuk melepaskan 1 kg air menguap yang ditandai dengan massa
dari dessicant zeolit tipe 13X yang jenuh bahan yang konstan.
dibutuhkan energi sebanyak 3200 kJ
(Djaeni dkk., 2013).
Penelitian pengeringan bawang
merah tanpa mengaplikasikan dessicant
masih tetap terbuka untuk dilakukan, agar
proses pengeringan dapat dipahami lebih
mendalam melalui karakteristik
pengeringan lain yaitu kadar air bawang
merah setelah pengeringan, laju Gambar 1. Skema Tray Dryer
pengeringan konstan (Rc), kadar air bebas
kritis (Xc), parameter pengeringan (k), Laju pengeringan dapat diperoleh
dan profil kurva laju pengeringan dengan persamaan berikut:
menurun serta nilai difusivitas rata-rata
(DL). R= (1)

R = laju pengeringan (kg/jam.m2)


METODE PENELITIAN
Ls = berat kering bahan pada tray (kg)
Perlakuan awal terhadap bawang
A = luas permukaan saat pengeringan (m2)
merah adalah pengupasan dan pengirisan
(Geankoplis, 1993).
dengan ketebalan 1-2 mm. Bawang merah
Kurva pengeringan dapat pula
yang telah diiris disusun dalam tray
disajikan dalam bentuk rasio kadar air
berlubang yang memiliki luas 20x20 cm.
bahan terhadap waktu pengeringan.
Laju alir udara pengering adalah 2,0 m/s
Parameter kinetika (k) dapat diperoleh
dan waktu pengeringan adalah 6 jam. Suhu
melalui Persaman kinetika Pengeringan
pengeringan divariasikan pada rentang 50-
Newton sebagai berikut :
70oC. Pengambilan data berupa massa
MR = exp(-kt)…………………………(2)
bawang merah dilakukan setiap 10 menit,
MR = Mt/Mo…………………………..(3)
Alat yang digunakan adalah Tray
Dryer Electronica Veneta yang dilengkapi
Mt = kadar air saat waktu pengeringan t
pemanas berdaya 2,7 kW, tray,
Mo = kadar air awal
anemometer, termometer bola basah dan
k = parameter pengeringan (menit-1)
bola kering, cawan pijar, stop watch, oven,
(Lewis T, 1921)
tang penjepit, neraca analitik, desikator,
perajang bawang merah (slicer) dan wadah Nilai difusivitas rata-rata diperoleh
kedap udara. Skema Tray Dryer yang dengan menggunakan persamaan berikut :
digunakan disajikan pada Gambar 1.
Analisis kadar air dilakukan
menggunakan metode gravimetri. (4)
Prosedur analisis ini adalah dengan
mengeringkan bawang merah dalam oven DL = difusivitas rata-rata (m2/detik)
t = waktu pengeringan (detik) terdehumidifikasi (Djaeni & Perdanianti,
2
x1 = tebal irisan bahan (m) 2019)
(Geankoplis, 1993).
Laju Pengeringan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kurva laju pengeringan
Kadar Air Bawang Merah menunjukkan karakteristik pengeringan
Pengaruh suhu terhadap kadar air untuk setiap bahan pada kondisi suhu,
bawang merah setelah proses pengeringan kecepatan alir udara pengering, dan
disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. tekanan yang spesifik (Traub, 2002).
menunjukkan bahwa semakin besar suhu Kurva pengeringan untuk rentang suhu
pengeringan yang digunakan dalam proses pengeringan 50-70oC disajikan pada Gambar
pengeringan maka semakin rendah kadar 3 sampai dengan Gambar 8. Kadar air bebas
air produk yang dihasilkan. Pada suhu kritis (Xc), laju pengeringan konstan (Rc)
pengeringan 50-65oC kadar air produk dan parameter pengeringan (k) pada
yang dihasilkan masih di atas 10%. berbagai suhu pengeringan disajikan pada
Tabel 1.

Gambar 2. Kadar Air Bawang Merah setelah


Pengeringan pada Berbagai Suhu Pengeringan

Gambar 3. Laju Pengeringan (R) terhadap


Produk dengan kadar air terendah
Kadar Air Bebas (X) pada Suhu Pengeringan
diperoleh pada suhu 70oC yaitu 8,3896%.
50oC
Semakin tinggi suhu udara pengeringan
akan menghasilkan driving force yang
yang besar sehingga meningkatkan
perpindahan air dari padatan ke udara
pengering. Kadar air produk bisa
diturunkan lebih rendah dengan cara
meningkatkan suhu pengeringan, namun
dikhawatirkan akan merusak kandungan
nutrisi dalam bawang merah.
Alternatif lain untuk meningkatkan
Gambar 4. Laju Pengeringan (R) terhadap
driving force adalah dengan
Kadar Air Bebas (X) pada Suhu Pengeringan
mengaplikasikan dessicant seperti karbon
55oC
aktif, silika gel dan zeolit adsorben
sehingga dihasilkan udara pengering yang
Gambar 5. Laju Pengeringan (R) terhadap
Kadar Air Bebas (X) pada Suhu Pengeringan
60oC
Gambar 8. Rasio Kadar Air bahan (MR)
terhadap Waktun Pengeringan pada Berbagai
Suhu Pengeringan

Tabel 1. Kadar Air Bebas Kritis (Xc), Laju


Pengeringan Konstan (Rc) dan Parameter
Pengeringan (k)
Suhu Xc (kg air/kg Rc k
(oC) bahan kering) (kg/jam.m2) (menit-1)
Gambar 6. Laju Pengeringan (R) terhadap 50 1,6773 0,6726 0,0104
55 1,5152 0,8100 0,0158
Kadar Air Bebas (X) pada Suhu Pengeringan
60 1,6945 0,9178 0,0167
65oC. 65 1,0719 1,1092 0,0229
70 2,3044 1,2968 0,0173

Pada proses pengeringan, air yang


teruapkan terdiri dari air tidak terikat dan
air terikat. Laju pengeringan tertinggi
terjadi pada periode pengeringan konstan.
Pada periode pengeringan konstan yang
teruapkan adalah air yang tidak terikat
yang membentuk lapisan/film air kontinyu
dipermukaan bahan.
Gambar 7. Laju Pengeringan (R) terhadap
Kadar Air Bebas (X) pada Suhu Pengeringan Suhu udara pengering sangat
70oC berpengaruh terhadap kecepatan pengeringan,
semakin tinggi suhu pengeringan, semakin
tinggi pula nilai laju pengeringan konstan
(Rc). Tabel 1 menunjukkan bahwa laju
pengeringan konstan tertinggi diperoleh
pada suhu 70oC yaitu 1,2968 kg/jam.m2.
Jika jumlah air tidak terikat pada setiap
bahan yang dikeringkan adalah sama,
maka dengan laju pengeringan lebih tinggi perpindahan uap air, apakah perpindahan
waktu pengeringan dapat dipersingkat. secara difusi atau melalui kapiler. Difusi
Waktu pengeringan yang lebih singkat uap air terjadi karena adanya perbedaan
akan menguntungkan secara ekonomis. konsentrasi uap air antara bagian dalam
dan bagian permukaan padatan.
Tabel.1 menunjukkan bahwa kadar Perpindahan uap air secara difusi biasanya
air bebas kritis (Xc) untuk suhu terjadi pada padatan yang tidak berpori
pengeringan 50-60oC tidak menunjukkan seperti pasta, sabun, gelatin, lem,
perbedaan yang berarti, yaitu berada pada tepung,kayu, kulit, kertas , tekstil dan
rentang 1,5152-1,6945 kg air/kg bahan berbagai bahan pangan. Perpindahan uap
kering Driving force pada suhu air melalui kapiler terjadi karena pada saat
pengeringan 50-60oC tidak cukup untuk air diuapkan akan terbentuk meniskus pada
menarik air tidak terikat yang ada di bagian setiap pori. Meniskus menghasilkan
dalam padatan bawang merah untuk keluar tegangan permukaan air menyebabkan
ke permukaan dan menguapkannya, terbentuknya capillary forces yang
sehingga menghasilkan Xc yang relatif merupakan driving force berpindahnya air
sama. Peningkatan cukup berarti terjadi melalui pori-pori ke permukaan.
pada suhu pengeringan 70oC yaitu sebesar Perpindahan uap air melalui kapiler terjadi
2,3044 kg air/kg bahan kering. Pada suhu pada padatan berpori dan berbentuk
ini air tidak terikat yang terdapat di bagian granular seperti tanah liat, pasir, tanah,
dalam padatan akan ditarik dan teruapkan pigmen dan mineral (Geankoplis, 1993).
dengan sempurna sehingga air yang
tertinggal dalam padatan selama periode Gambar 5, 6 dan 7 menunjukkan
pengeringan konstan adalah air yang bahwa suhu pengeringan yang lebih
terikat saja. Air yang terikat ini akan tinggi yaitu 60-70oC menghasilkan kurva
laju pengeringan menurun yang lebih
diuapkan selama periode laju pengeringan
stabil dibandingkan dengan suhu
menurun. pengeringan yang lebih rendah 50 dan
55oC (Gambar 3 dan 4). Profil kurva laju
Tabel 1 menunjukkan bahwa
pengeringan menurun bawang merah
parameter pengeringan (k) yang diperoleh menunjukkan bahwa berpindahnya uap
dari persamaan Newton untuk suhu air terjadi secara difusi dengan nilai
pengeringan 70oC adalah 0.0173 menit-1. difusivitas rata-rata (DL) adalah
Nilai k ini lebih kecil dibandingkan dengan 1,5556.1010m2/detik. Periode laju
nilai k yang diperoleh pada pengeringan pengeringan menurun berlangsung
bawang merah suhu 70oC dengan mendekati linear hingga kadar air dalam
bahan sama dengan kadar air
mengaplikasikan dessicant zeolit pada
kesetimbangan.
Tray Dryer yaitu 0,0374015 menit-1
(Djaeni & Perdanianti, 2019). Hal tersebut
menunjukkan bahwa pengaplikasian KESIMPULAN
dessicant akan meningkatkan kinerja dari Hasil penelitian menunjukkan
Tray Dryer. bahwa suhu optimum pengeringan
bawang merah menggunakan Tray dryer
Profil kurva laju pengeringan adalah 70oC dengan kadar air bawang
menurun dapat menunjukkan pola merah setelah proses pengeringan
8,3896%, nilai laju pengeringan konstan Zeolite. Int.Journal of Renewable
(Rc) 1,2968 kg/jam.m2, kadar air bebas Energy Development (IJRED) 2 [2]
kritis (Xc) 2,3044 kg air/kg bahan kering ISSN: 2252-4940. Hal 81-86.
dan parameter pengeringan (k) 0.0173
menit-1. Profil kurva laju pengeringan
Geankoplis, C.J. (1993). Transport
menurun bawang merah menunjukkan
Process and Unit Operations.
bahwa berpindahnya uap air terikat pada
Edition 3rd. Prentice-Hall
bawang merah terjadi secara difusi
International, Inc.
dengan nilai difusivitas rata-rata (DL)
adalah 1,5556.10-10 m2/detik.
Hancioglu, E, A.Hepbasli, F. Icier,
Z.Erbay, N. Colak .(2010).
DAFTAR RUJUKAN Performance Investigation of Drying
of Parsley in a Tray Dryer System.
Adhiwibowo, K , A. Ramadhanty. (2018). Int.J.Exergy, Vol.7, No.2,2010.
Distribusi Perdagangan Komoditas Hal.193-210.
Bawang Merah Indonesia. BPS Lewis W. The Rate of Drying of Solid
RI/BPS-Statistics Indonesia. ISBN : Materials. Journal Ind.Eng.Chem.
978-602-438-318-3 No. Publikasi : 65(1): 427-431
06130.2007. Katalog: 8201018.
Penertbit CV. NASIONAL INDAH. Mc.Cabe, Warren L. (2002). Unit
https://www.bps.go.id Operation of Chemical Engineering.
Edition 4th. Mc. Grow Hill
Djaeni, M., A.Agusniar, D.Setyani, International Book Co : Singapore.
Hargono. (2011). Pengeringan
Jagung dengan Metode Mixed Mitra, J, S.L. Shrivastava, P.S. Rao (2012).
Adsorption Drying Menggunakan Onion Dehydration: a review.
Zeolite pada Unggun Terfluidisasi. Journal Food Sci. Technol., 49, Hal.
Prosiding Seminar Nasional Sains 267-277.
dan Teknologi ke-2 . Fakultas Teknik
Universitas Wahid Hasyim Misha, R, S. Mat, M.H. Ruslan, K.
Semarang. Sopian, E. Saleh.Review on a Tray
(2013) Dryer System for Agricultural
Djaeni, M., A.M Perdanianti. (2019).The Products.World Applied Sciences
Study Explores the Effect of Onion Journal 22 (3). Hal. 424-433.ISSN
(allium cepa l.) Drying using Hot Air 1818-4952.DOI : 10-5829/idosi.wasj.
Dehumidified by Activated Carbon, 2013.22.03.343.
Silica Gel and Zeolit. The 3rd
International Conference of Mota, C.L, C. Luciano, A.Dias, M.J.
Chemical and Material Engineering. Barroca, R.P.F (2010). Guine. Food
IOP Conf.Series : Journal of Physiscs and Bioproducts Processing
:Conf. Series 1295 (2019) 012025. Convective Drying of Onion: Kinetic
DOI:10.1088/1742-6596/1295/1/012 and Nutritional Evaluation. Food
015. Bioprod. Process., 8 (2010), Hal.
115-123.
Djaeni M, S.B. Sasongko, A.J.B van
Boxtel.(2013).Enhacement of Energy Nugraha, S., Resa S.A., Yulianingsih.
efficiency and Food Product Quality (2011). Pelayuan dan Pengeringan
Using Adsorption Dryer with Bawang Merah Menggunakan
Instore Drying untuk
Mempertahankan Mutu dan
Mengurangi Tingkat Kerusakan.
Jurnal Pasca Panen 8 (2). Hal.72-81.

Pradana, G.B.,K.B.Prabowo, R.P Hastuti,


M.Djaeni, A. Prasetyaningrum.
(2019). Seaweed Dryng Process
Using Tray Dryer with Dehumidified
Air System to Increase Efficiency of
Energy and Quality Product.
Internasional Conference on Food
Science & Technology.Earth and
Enviromental Science 292
(2019).012070. doi : 10.1088/1755-
1315/292/1/012070.

Rodrigues A., Fogliano V., Graziani G.,


Mendes, S., Vale, A. and 
Goncalves, C. (2003). Nutrition
Value of Onion Regional Varieties
in Northwest
Portugal, EJEAFChe  2(4): 519-524.

Santoso, D.,Djunaedi Muhidong,


Mursalim. (2018). Model Matematis
Pengeringan Lapisan Tipis Biji Kopi
Arabika (Coffeae arabica) dan Biji
Kopi Robusta (Coffeae cannephora).
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas
Vol.22, No.1 Maret, ISSN 1410-
1020, EISSN 2579-4019.

Sasongko, S.B.,H. Hadiyanto, M. Djaeni,


Arninda M.H. (2020). Effect of
Drying Temperature and Relative
Humidity on the Quality of Dried
Onion Slice. Heliyon, Vol 6, Issue7,
July,e04338.
https://doi.org/10.1016/j.helyyon.202
0.e04338.

Traub, Darren A. (2002). The Drying


Curve Part 1. https://www.process-
heating.com/articles/86586-the-
drying-curve-part-1 (diakses pada 12
Juli 2019).

Anda mungkin juga menyukai