Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 1 BUANO SELATAN

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUANO SELATAN

DI BUAT OLEH

MAXMILLIAN METEKOHY
NPM: 1490120033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunitas merupakan kelompok sosial yang ditentukan oleh keterikatan terhadap
nilai-nilai umum dan kepentingan, saling berinteraksi dengan yang lain, fungsi–fungsi
dalam struktur sosial memperlihatkan dan menciptakan norma–norma dan nilai–nilai.
Keperawatan komunitas adalah perpaduan antara praktek keperawatan dan praktek
kesehatan masyarakat, penekanan pada peningkatan dan pemeliharaan kesehatan pada
seluruh penduduk. Pemberdayaan masyarakat adalah merupakan upaya memfasilitasi
agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat sesuai situasi, kondisi dan
kebutuhan setempat. Pemberdayaan masyarakat atau suatu komunitas perlu dilakukan
untuk meningkatkan tingkat kesehatan secara mandiri dan optimal.
Salah satu cara yang dapat dilakukan mahasiswa dalam menciptakan
pemberdayaan masyarakat dilingkungan sekolah antara lain melalui program Unit
Kesehatan Sekolah (UKS). UKS memiliki beberapa ruang lingkup, salah satunya adalah
penyelenggaraan pendidikian kesehatan yang dapat dilakukan melalui promosi kesehatan
meliputi pengetahuan tentang dasar-dasar hidup sehat, sikap tanggap terhadap persoalan
kesehatan, latihan atau demonstrasi cara hidup sehat dan penanaman kebiasaan hidup
sehat dan upaya peningkatan daya tangkap terhadap pengaruh buruk dari luar. Kegiatan
pemberdayaan anak usia sekolah ini menggunakan beberapa pendekatan yaitu
pendekatan proses keperawatan (pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi), dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
Kegiatan pemberdayaan anak usia sekolah ini dilaksanakan di SDN 1 Buano
Selatan,Desa Buano Selatan,Kec.Huamual Belakang ,Kab.SBB. Dalam melaksanakan
kegiatan pemberdayaan anak usia sekolah ini, mahasiswa akan melibatkan seluruh
potensi yang ada di sekolahan.

2
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat kesehatan komunitas siswa SDN 1 Buano Selatan,Desa Buano
Selatan,Kec.Huamual Belakang ,Kab.SBB kelas 1-5?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui tingkat kesehatan komunitas SDN 1 Buano Selatan,Desa
Buano Selatan,Kec.Huamual Belakang ,Kab.SBB kelas 1-5
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa
SDN 1 Buano Selatan kelas 1-5.
2. Mengetahui status gizi/nutrisi siswa SDN 1 Buano Selatan kelas 1-
5.
3. Mengetahui tentang penyakit dahulu dan keluhan yang dirasakan
saat ini pada SDN 1 Buano Selatan kelas 1-5.
4. Mengetahui tentang pemahaman kesehatan reproduksi dan perilaku
seksual pada siswa SDN 1 Buano Selatan kelas 4 dan 5.

1.4

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Komunitas


2.1.1 Definisi Anak Usia Sekolah
Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang
manusia dewasa nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan dalam penentuan
usia anak. Menurut UU No 20 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan WHO
yang dikatakan masuk usia anak adalah sebelum usia 18 tahun dan yang belum
menikah. American Academic of Pediatric tahun 1998 memberikan rekomendasi
yang lain tentang batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21
tahun. Batas usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan
psikososial, perkembangan anak, dan karakteristik kesehatannya. Usia anak
sekolah dibagi dalam usia prasekolah, usia sekolah, remaja, awal usia dewasa
hingga mencapai tahap proses perkembangan sudah lengkap. (Widodo, 2005
dalam Kumpulan Askep 2012).
Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah menengah Atas adalah suatu masa usia anak
yang sangat berbeda dengan usia dewasa. Di dalam periode ini didapatkan banyak
permasalahan kesehatan yang sangat menentukan kualitas anak di kemudian hari.
Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum, gangguan perkembangan,
gangguan perilaku dan gangguan belajar. Permasalahan kesehatan tersebut pada
umumnya akan menghambat pencapaian prestasi pada peserta didik di sekolah.
Sayangnya permasalahan tersebut kurang begitu diperhatikan baik oleh orang tua
atau para klinisi serta profesional kesehatan lainnya. Pada umumnya mereka
masih banyak memprioritaskan kesehatan anak balita. (Widodo, 2005 dalam
Kumpulan Askep 2012).
2.1.2 Tugas Orang Tua Dalam Perkembangan Anak Usia Sekolah
A. Menyediakan aktifitas untuk anak
Untuk membantu kreativitas :
a. Menyediakan perlengkapan sekolah.

4
b. Mengikutsertakan anak pada ekstrakulikuler, les, kursus,
dengan pengarahan/bimbingan orang tua.
c. Memberikan sarana bermain yang sesuai usia.
d. Memberikan bimbingan rohani baik didalam maupun diluar
rumah.
B. Mempersiapkan biaya, Anak sudah sekolah membutuhkan biaya
yang cukup besar anggaran rumah tangga membengkak perlu
pengaturan rumah tangga yang baik.
C. Kerjasama untuk penyelesaian kerja anak diajarkan untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya (baik tugas sekolah maupun tugas
rumah). Penting untuk menumbuhkan kemandirian dan
kedisiplinan anak.
D. Memperhatikan kepuasan anggota keluarga dan pasangan,
Keharmonisan keluarga harus terjalin dengan baik, saling mengerti
dan perhatian, menghargai kepentingan orang lain dan belajar
untuk dapat mengenal orang lain.
E. Sistem komunikasi komunitas
a. Diterapkan komunitas yang terbuka.
b. Anak diberi kesempatan untuk berbicara mengungkapkan
pendapatnya penting untuk menumbuhkan rasa percaya
diri, sehingga anak tidak takut untuk bergabung dan dengan
masyarakat.
F. Mensosialisasikan anak meningkatkan prestasi sekolah memupuk
hubungan sebaya. Membina hubungan anak dengan teman akan
meningkatkan pola adaptasi anak terhadap lingkugan barunya.
G. Memelihara hubungan perkawinan yang memuaskan karena
perkawinan dapat menimbulkan konflik-konflik yang dapat
menurunkan keharmonisan. Meningkatkan komunikasi yang
terbuka dan saling mendukung dalam hubungan suami istri.
H. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, Harus
mengecek kesehatan anak secara berkala misalnya: fungsi

5
pengliharan, pendengaran kemampuan berbicara. Tujuannya untuk
mengantisipasi akibat/keadaan yang mungkin terjadi (Anonim,
2010)
2.1.3 Tugas dan Fungsi Guru dalam Perkembangan Anak Usia Sekolah
 Guru sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu,
guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung
jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Oleh karena itu tugas guru dapat
disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab
pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar
tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
 Guru sebagai Emansipator
Guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap
insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak”
stagnasi kebudayaan. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator
ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami
berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya
diri.
 Guru sebagai Pembimbing
Sebagai pembimbing , guru memerlukan kompetensi yang tinggi
untuk melaksanakan empat hal berikut. Pertama, guru harus
merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak
dicapai. Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan
kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus
terlibat secara psikologis. Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.
Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.

6
 Guru sebagai Pengelola Pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran.
Selain itu, guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan
keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya
tidak ketinggalan jaman.
 Guru sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara
bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya
peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang
memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya
 Guru sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan
menunjukkan proses kreatifitas tersebut, yang  ditandai oleh adanya
kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak
dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan
sesuatu. Oleh karena itu, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara
yang lebih baik dalam melayani peserta didik. Kreativitas menunjukkan
bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang
telah dikerjakan sebelumnya.
2.1.4 Cara mencapai tugas perkembangan :
a. Anak diberi motivasi untuk belajar, memperhatikan kebutuhan
sosial anak.
b. Meningkatkan komunikasi yang terbuka dan mendukung hubungan
suami istri, rekreasi orang tua saja.
c. Mengajarkan dan membiasakan cara hidup sehat.
d. Memberikan tempat aktivitas yang nyaman.(Anonim, 2010)
2.1.5 Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Usia Sekolah
A. Health Promoting School
Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk
menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu

7
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan
utama (a) penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,(b) pemeliharaan dan
pelayanan di sekolah, dan (c) upaya pendidikan yang berkesinambungan.
Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS. Strategi
Promosi Kesehatan WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan
di sekolah yaitu:
a. Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat
ditentukan oleh dukungan dari berbagai pihak yang terkait dengan
kepentingan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan masyarakat
sekolah. Guna mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak
terkait tersebut perlu dilakukan upaya-upaya advokasi untuk menyadarkan
akan arti penting program kesehatan sekolah. Advokasi lebih ditujukan
kepada berbagai pihak yang akan menentukan kebijakan program,
termasuk kebijakan yang terkait dana untuk kegiatan
b. Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat bermanfaat
bagi jalannya program promosi kesehatan sekolah. Dalam ker]asama ini
berbagai pihak dapat saling bela]ar dan berbagi pengalaman tentang
keberhasilan dan kekurangan program, tentang cara menggunakan
berbagai sumber daya yang ada, serta memaksimalkan investasi dalam
pemanfaatan untuk melakukan promosi kesehatan.
c. Penguatan kapasitas
Kemampuan ker]a dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah
harus dapat dilaksanakan secara optimal. Untuk itu berbagai sektor terkait
harus diyakini dapat memberikan dukungan untuk memperkuat program
promosi kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor ini dapat terkait
dalam rangka penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi program promosi kesehatan sekolah

8
d. Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM
maupun usaha swasta akan sangat mendukung pelaksanaan program
promosi kesehatan sekolah. Disamping itu, dengan kemitraan akan dapat
mendorong mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan di sekolah.
e. Penelitian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan
dan penilaian program promosi kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian
merupakan akses untuk masuk dalam mengembangkan promosi kesehatan
di sekolah baik secara nasional maupun regional, disamping untuk
melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa sekolah.
B. Peran Dokter Kecil
Pentingnya pengetahuan akan gizi yang baik, cara hidup bersih dan sehat
dapat disosialisasikan melalui keberadaan dokter kecil. Dokter kecil merupakan
siswa yang aktif dalam menangani masalah kesehatan di sekolah, khususnya di
tingkat sekolah dasar. Siswa yang menjadi dokter kecil pun merupakan siswa
yang berprestasi secara akademik. Mereka ini merupakan penggerak kesehatan di
lingkungan sekolah. Peran dokter kecil yang merupakan ujung tombak program
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam memperhatikan kesehatan anak sekolah.
Dokter kecil membuat anak sekolah jadi sadar sehat. Mulai dari piramida
makanan hingga perlunya memperhatikan kebersihan makanan ketika jajan dan
perilaku hidup sehat yang menunjang kesehatan diri. Bukan hanya itu, para dokter
kecil ini juga menjalani penyuluhan ke temannya untuk selalu selalu menerapkan
hidup bersih dan sehat melalui hal kecil, seperti cuci tangan dan gosok gigi yang
baik dan benar. Karena kesadaran arti pentingnya kesehatan harus ditanamkan
sejak kecil, dokter kecil di tingkat sekolah dasar pun akan direvitalisasi yang
nantinya bisa menjadi pahlawan kesehatan Indonesia yang menjadi teladan dan
member contoh tentang perilaku hidup bersih dan sehat kepada teman-temannya
yang lain di lingkungan sekolah.
Menurut penggiat program dokter kecil, dr Handrawan Nadesul, yang
pada tahun 1981 membentuk ratusan kader dokter kecil dari siswa SD yang

9
berprestasi ini menuturkan, peran dokter kecil mempunyai dampak yang cukup
besar dalam menggerakkan upaya kesehatan yang meliputi urgensi gizi seimbang
dan perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini. Para dokter kecil ini bukan berarti
berperan sebagai dokter, namun lebih tepatnya sebagai promotor untuk
menggerakkan teman-temannya untuk mengetahui makanan yang baik dan zat
gizi yang dikandungnya serta mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang serta
hidup bersih dan sehat dengan rajin mencuci tangan dan gosok gigi. Di samping
itu, peran dokter kecil diharapkan mampu membantu guru dan petugas kesehatan
di sekolah.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
2.2.1 Data inti
Anak usia sekolah adalah anak yang sedang menekuni proses pendidikan
mulai pada tingkat pra sekolah (TK), sekolah dasar hingga sekolah menengah
pertama dan menengah atas. Pada tahap ini masalah kesehatan sangat
berpengaruh pada kualitas tumbuh kembang anak di kemudian hari pada saat
dewasa. Gangguan kesehatan yang sering timbul pada usia sekolah adalah
gangguan kesehatan umum, gangguan perilaku, gangguan perkembangan
fisiologis hingga gangguan dalam belajar. Untuk mencegah atau mengurangi
potensi komplikasi dan permasalahan kesehatan anak, perlu dilakukan deteksi dini
gangguan kesehatan agar tidak berkembang menjadi masalah berat. Deteksi dini
bisa dilakukan dengan meningkatkan perhatian yang lebih besar terhadap usia
sekolah, sama halnya dengan perhatian ketika anak masih balita. Hal ini
dilakukan dengan harapan tercipta anak usia sekolah yang sehat, cerdas dan
berprestasi baik
2.2.2 Lingkungan fisik
a. Anak dan pembangunan lingkungan
Orang dewasa pada umumnya berpendapat bahwa pembangunan
yang cocok bagi dirinya, maka cocok pula bagi anak-anak, sehingga anak
dipandang tidak penting untuk didengarkan pendapat dan aspirasinya
dalam merencanakan dan menentukan arah pembangunan. Sesungguhnya
melalui wadah partisipasi anak, anak dapat diajak bekerjasama dalam

10
mengatasi persoalan-persoalan yang berhubungan dengan (pembangunan)
lingkungannya (Adams & Ingham, 1998:51). Pemerintah dapat
berkomunikasi dengan mereka, karena mereka mempunyai persepsi,
pandangan dan pengalaman mengenai lingkungan kota tempat mereka
tinggal, sehingga pemerintah dapat menemukan kebutuhan atau aspirasi
mereka.
b. Anak dan lingkungan tempat tinggal
Hal yang perlu dilakukan agar anak akrab dengan lingkungan
tempat tinggalnya antara lain adalah:
 Keluarga perlu melakukan penerapan kombinasi pola asuh
antara otoriter, bebas dan demokratis secara seimbang dan
konsisten, supaya kepercayaan diri anak tinggi.
 Rumah yang layak huni adalah rumah yang menjamin
keamanan, ketenangan dan kenyamanan penghuni.
c. Anak dan lingkungan masyarakat
Pada lingkungan masyarakat, diharapkan anak dapat lebih
menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat, untuk itu perlu
dilakukan adalah:
 Perlu ada inisiatif dan kemauan keras ketua RT dan RW
untuk menjalankan organisasi dengan membentuk
kegiatan-kegiatan yang berdampak langsung pada warga,
khususnya anak-anak, seperti kerja bakti.
 Menjaga sanitasi lingkungan, karena berdampak langsung
pada kesehatan lingkungan, terutama terhadap anak-anak
yang rentan terhadap berbagai resiko yang ditimbulkan
oleh lingkungan
d. Anak dan lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yang diharapkan anak adalah sebagai berikut:
 Mempunyai ruang WC yang menjadi salah satu fasilitas
yang penting di sekolah.

11
 Desain bangunan sekolah bertingkat perlu dilengkapi ruang
bermain bagi anak yang aman dan nyaman di setiap lantai.
 Waktu sekolah pagi dan petang dipertimbangkan untuk
diterapkan secara bergantian.
 Perlu menggunakan metode Cara Belajar Siswa Aktif.
 Penyusunan peraturan dan tata tertib sekolah, pimpinan
sekolah dan guru perlu mengikutsertakan murid-murid.
2.2.3 Pelayanan kesehatan
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan di Indonesia, yakni
Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan sejumlah misi, strategi, pokok-pokok
program serta program-programnya. Salah satu program yang dimaksud adalah
Program Usaha Kesehatan Sekolah. UU No. 23 tahun 1992 pasal 45 tentang
Kesehatan menyebutkan bahwa Usaha Kesehatan Sekolah wajib diselenggarakan
di sekolah. Promosi Kesehatan Sekolah bertujuan agar murid-murid tersebut
bertindak sebagai agen perubahan bagi orangtua mereka, saudara-saudara,
tetangga dan kawan-kawan mereka. Program promosi kesehatan di sekolah harus
diintegrasikan ke dalam program usaha kesehatan sekolah, melalui koordinasi
dengan Tim Pembina UKS di tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pusat.
2.2.4 Ekonomi
Krisis moneter dan ekonomi yang terjadi di Indonesia yang
berkepanjangan dan masih berlangsung hingga kini, jelas berdampak negative
terhadap kesehatan dan gizi penduduk. Dampak ini lebih nyata pada ibu hamil
dan anak-anak, tidak terkecuali anak usia sekolah dasar (SD) yang merupakan
kelompok pendudukyang paling rentan terhadap gangguan gizi dan pelayanan
kesehatan, ekonomi yang berkepanjangan ini memicu penurunan daya beli
masyarakat dan kalangan hasil produksi pertanian, sehingga makanan yang
dikonsumsi penduduk terutama mereka dikelas bawah miskin akan menurun dari
segi kuantitas dan kualitas.
2.2.5 Keamanan dan transportasi
Pemerintah kota agar menyediakan layanan transportasi yang
mempertimbangkan kebutuhan anak. Selain itu pemerintah kota dalam membuat

12
kebijakan mengenai transportasi umum, menurut Jill Swart Kruger dan Louise
Chawla (Kruger, 2002) perlu:
a. Memperkenalkan jarak, jenis dan ukuran transportasi umum.
b. Mempertimbangkan pembuatan tiket tunggal untuk semua jenis
transportasi umum.
c. Mempertimbangkan penggunaan bus khusus pada hari minggu dan libur
untuk anak dan keluarganya ke tempat rekreasi.
2.2.6 Politik dan pemerintah
Pada lingkungan masyarakat, diharapkan anak dapat lebih menyesuaikan
diri dengan lingkungan masyarakat.
2.2.7 Komunikasi
Hasil survei Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) 5
menunjukkan bahwa acara televisi untuk anak-anak cenderung mengalami
peningkatan. Hasil survei ini menunjukkan bahwa alasan yang utama para
reponden (anak-anak) untuk menonton televisi adalah hiburan (72%) dan jenis
acara yang sering ditonton termasuk infotainmen (gosip, telenovela, sinetron).
Televisi adalah seperti pisau yang dapat bermanfaat untuk kebaikan atau bisa
berbahaya jika penggunaannya tidak terkendali. Oleh karena itu kuasa negatif
televisi ini perlu dikurangi atau dialihkan ke hal-hal yang mendidik dan
membangun.
2.2.8 Pendidikan
Selain program pembangunan fisik, program pendidikan kesehatan tentang
hubungan antara air, jamban, perilaku dan kesehatan juga menjadi kegiatan yang
penting dalam program kesehatan sekolah. Di antaranya adalah hubungan antara
air-kondisi sanitasi dan penyakit; bagaimana sarana sanitasi dapat melindungi
kesehatan kita; bagaimana penyakit dapat timbul dari kondisi sanitasi dan perilaku
yang buruk; Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun; Pencegahan Penyakit
Kecacingan; dan monitoring kualitas air. Materi-materi pembelajaran bagi siswa
dilaksanakan secara partisipatif menggunakan metode PHAST. Guru-guru sebagai
tenaga pengajar akan di beri pelatihan terlebih dahulu oleh Dinas Kesehatan
setempat dan Tim Fasilitator Masyarakat, khususnya TFM bidang kesehatan.

13
2.2.9 Rekreasi
Menurut Hendricks (Hendricks: 2002) perencanaan taman bermain yang
ramah terhadap anak harus mempertimbangkan hasil konsultasi dengan anak,
seperti bagaimana mereka menggunakan ruang dan apa yang mereka ingin
lakukan, sehingga dalam proses pengembangannya tidak perlu melakukan
pengekangan terhadap anak. Proses konsultasi dengan anak harus dilakukan
dengan baik seperti yang dilakukan terhadap orang dewasa.

14
BAB 3
HASIL PENGKAJIAN

3.1 Gambaran Umum Sekolah


3.1.1 Sejarah
SDN 1 Buano Selatan merupakan salah satu sekolah dasar negeri
yang berada diwilayah kerja KAB SBB. Berdasarkan SK Izin Operasional
pada tanggal 01 Januari 1982, , SDN 1 Buano Selatan mendapatkan SK
Pendirian dibawah naungan Dinas Pendidikan Kab.SBB
3.1.2 Lokasi Sekolah
Nama Sekolah : SDN 1 Buano Selatan
NPSP : 20540191
Jenjang Pendidikan : SD
Status Sekolah : Negeri
Alamat Sekolah : Desa Buano Selatan
RT/RW :
Kode Pos :
Kelurahan : Buano Selatan
Kecamatan : Kec. Huamual Belakang
Kabupaten/Kota : Seram Bagian Barat
Provinsi : Maluku
Negara : Indonesia

3.1.3 Data Sekolah


Luas Tanah (m2) : 1437
Sumber Listik : PLN
Daya Listrik (watt) : 1300
Jumlah Kelas : 8 (delapan)
Jenis lantai sekolah : Keramik
Tipe Bangunan : Permanen
Sumber Air : Sumber pompa

15
3.1.4 Data Demografi
Jumlah Responden yang Dikaji (Data Umum) : 149 siswa
Distribusi 3.1 Berdasarkan Jenis Kelamin
SDN 1 Buano Selatan
Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin
No Indikator Jumlah Nilai
(%)
1 Laki-laki 79 53,1
2 Perempuan 70 46,9
Laki-laki
47% Total 149 100 Perempuan
53%

Berdasarkan hasil pengkajian dari jumlah 149 siswa yang dikaji didapatkan data bahwa
siswa yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 79 siswa dimana apabila dipresentasekan
berjumlah 53,1 % dan siswa yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 70 atau sekitar
46,5%.

16
Distribusi 3.2 Berdasarkan Umur
SDN 1 Buano Selatan
Distribusi Berdasarkan Umur
No Indikator 3% Jumla Nilai
h (%)
1 < 7 tahun 5 3,3 < 7 tahun
7-9 tahun
2 7-9 tahun 68 45,7 10-12 tahun
51%
3 10-12 tahun 76 46% 51 >12 tahun
4 > 12 tahun 0 0
Total 149 100

Berdasarkan hasil pengkajian dari jumlah 149 siswa yang dikaji didapatkan data bahwa
siswa yang berumur kurang dari 7 tahun berjumlah 5 siswa atau sekitar 3,3%, berumur 7-
9 tahun berjumlah 68 siswa atau sekitar 45,7% dari 100% dan berumur 10-12 tahun
berjumlah 76 tau sekitar 51%.

Distribusi 3.3 Berdasarkan Keluhan Saat Ini


SDN 1 Buano Selatan
Distribusi Berdasarkan Keluhan Saat Ini
No Indikator Jumlah Nilai (%)
1 ISPA 86 57,7
ISPA
2 37% Demam 6 4Demam
3 Diare 2 1,3Diare
Tidak Ada
58%
4 Tidak Ada 55 37Keluhan
Keluhan
Total
1% 149 100
4%

Berdasarkan hasil pengkajian dari jumlah 149 siswa yang dikaji didapatkan data bahwa
mayoritas siswa yang dikaji mengalami ISPA saat ini dengan jumlah 86 siswa atau
berkisar 57,7%. Selain itu siswa juga ada yang pernah mengalami Demam 6 siswa (4%),
Diare 2 siswa (21,3%), dan 55 siswa (37%) mengatakan tidak ada keluhan saat ini.

17
Distribusi 3.4 Berdasarkan Riwayat Penyakit
SDN 1 Buano Selatan
No Indikator Jumlah
Distribusi Berdasarkan Riwayat Penyakit

30% ISPA
Tiphus
DBD
Tidak Ingat
63%
3% 4%

Nilai (%)
1 ISPA 94 63,1
2 Tiphus 6 4
3 DBD 4 2,7
4 Tidak Ingat 45 30,2
Total 149 100

Berdasarkan hasil pengkajian dari jumlah 149 siswa yang dikaji didapatkan data bahwa
mayoritas siswa yang dikaji pernah mengalami penyakit ISPA dengan jumlah 94 siswa
atau berkisar 63,1%. Selain itu siswa juga ada yang pernah mengalami Tiphus 6 siswa
(4%), DBD 4 siswa (2,7%), dan 45 siswa (30,2%) tidak mengingat pernah sakit apa.

Distribusi 3.5 Berdasarkan Status Gizi


SDN 1 Buano Selatan
Distribusi Berdasarkan Status Gizi
No Indikator Jumlah Nilai (%)
7%
1 Kurus 12% 18 12,1
2 Normal 121 Kurus
81,2
Normal
3 Gemuk 10 6,7
Gemuk

18
81%
Total 149 100

Berdasarkan hasil pengkajian dari jumlah 149 siswa yang dikaji didapatkan data bahwa
status gizi pada siswa yang dikaji mayoritas dalam batas normal sekitar 121 siswa
(81,2%) , adapula siswa yang masuk dalam kategori kurus dengan jumlah 18 siswa atau
sekitar 12,1% dan gemuk sekitar 10 siswa (6,7%).

Distribusi 3.6 Berdasarkan Kebiasaan Cuci Tangan


SDN 1 Buano Selatan
No Indikator Jumlah
Distribusi Berdasarkan Cuci Tangan
3%

Selalu
Jarang
45% Tidak Pernah
52%

Nilai (%)
1 Selalu 78 52,3
2 Jarang 67 45
3 Tidak Pernah 4 2,7
Total 149 100

Berdasarkan hasil pengkajian dari jumlah 149 siswa yang dikaji didapatkan data bahwa
78 siswa atau sekitar 52,3% mengatakan selalu melakukan cuci tangan, 67 siswa (45%)
mengatakan jarang melakukan cuci tangan dan 4 siswa (2,7%) tidak pernah cuci tangan.

19
Distribusi 3.7 Berdasarkan Konsumsi Makanan/Jajanan
SDN 1 Buano Selatan
Distribusi Berdasarkan Konsumsi
No Makanan/Jajanan
Indikator Jumlah Nilai (%)
1 Jajanan Rumah 46 30,9
2 Jajanan31% 103 Jajanan 69,1
Rumah
Jajanan Warung
Warung
Total 149 100
69%

Berdasarkan hasil pengkajian dari jumlah 149 siswa yang dikaji didapatkan data bahwa
mayoritas siswa mengatakan konsumsi jajanan di warung dengan jumlah 103 siswa atau
69,15 dan 46 siswa atau 30,9% sisanya mengatakan mengkonsumsi makanan dari rumah
dalam bentuk bekal.

Distribusi 3.8 Berdasarkan Pemahaman Kesehatan Reproduksi


SDN 1 Buano Selatan
Jumlah yang Dikaji : 73 siswa
No Indikator Jumlah
Distribusi Berdasarkan Pemahaman
Kesehatan Reproduksi

23%
Kurang Paham
Paham

77%

Nilai (%)
1 Kurang Paham 56 76,7
2 Paham 17 23,3

20
Total 73 100

Berdasarkan hasil pengkajian dari jumlah 73 siswa yang dikaji didapatkan data bahwa
mayoritas siswa kurang paham mengenai kesehatan reproduksi dan Perilaku seksual
dengan jumlah kurang paham adalah 56 siswa atau sekitar 76,7% dan siswa paham
berjumlah 17 orang dari 73 siswa atau sekitar 23,3%.

Distribusi 3.9 Berdasarkan Pengalaman Pendidikan Seksual


SDN 1 Buano Selatan
Jumlah yang Dikaji : 73 siswa
No Indikator Jumlah
Distribusi Berdasarkan Pengalaman
Pendidikan Seksual

Pernah
32%
Tidak Pernah

69%

Nilai (%)
1 Pernah 23 31,5
2 Tidak Pernah 50 68,5
Total 73 100

Berdasarkan hasil pengkajian dari jumlah 73 siswa yang dikaji didapatkan data bahwa
mayoritas siswa belum pernah mendapatkan pengalaman pendidikan seksual atau
kesehatan reproduksi. Dari 73 siswa terdapat 23 siswa atau sekitar 31,5% pernah
mendapatkan pendidikan seksual dini dan 50 siswa (68,5%) mengatakan belum pernah
mendapatkan pendidikan seksual dini.

21
22
BAB 4
PEMBAHASAN
FORMAT ANALISA DATA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Nama komunitas : SDN 1 Buano Selatan
Nama masalah : Resiko masalah perilaku seksual
Faktor-faktor yang Korelasi dengan masalah
Data Fokus
berhubungan (Rasional)
Kurang Pengetahuan tentang Kurang optimalnya pendidikan  Dari jumlah responden 73
perilaku seksual seksual dini di sekolah dan siswa didapatkan data 77%
keterbatasan informasi hampir tidak tahu tentang
kesehatan reproduksi.
 Dari jumlah responden 73
siswa didapatkan data 69%
tidak pernah mendapatkan
pendidikan seksual dini
 Dari hasil pengisian kuisoner
tentang kesehatan reproduksi
ada banyak siswa yang
memilih jawaban tidak atau
Tidak tahu tentang kesehatan
reproduksi. Ada pula yang
hanya asal menjawab Ya
atau tahu tetapi tidak
dijelaskan seberapa
tahu/paham siswa tersebut
mengenai kespro

23
Nama komunitas : SDN 1 Buano Selatan
Nama masalah : Kesiapan meningkatkan management kesehatan diri
Faktor-faktor yang Korelasi dengan masalah
Data Fokus
berhubungan (Rasional)
Kurang optimalnya budaya  Dari jumlah responden
perilaku hidup bersih dan 149 didapatkan 52%
sehat di sekolah. siswa selalu melakukan
cuci tangan, 45% jarang
cuci tangan dan 3% tidak
pernah cuci tangan.
 Didapatkan distribusi
berdasarkan
mengkonsumsi jajanan
sehat di kantin sekolah:
69% siswa suka
mengkonsumsi jajan
warung, dan 31% siswa
mengkonsumsi jajanan
rumah
 Dari hasil observasi yang
dilakukan, didapatkan
bahwa ada sarana tempat
untuk cuci tangan
disetiap sudut kelas
meskipun tidak ada sabun
pada tempat tersebut.
 Pada saat jam istirahat
kebanyakan siswa tidak
mencuci tangan dan
beranggapan tidak perlu
cuci tangan karena sudah
pakai sendok/garpu
 Saat jam istirahat sholat
siswapun jarang mencuci
tangan dengan sabun,
siswa beranggapan sudah
cuci tangan dengan air
bersih sudah cukup.

24
Nama komunitas : SDN 1 Buano Selatan
Nama masalah : Resiko terjadinya penyakit
Faktor-faktor yang Korelasi dengan masalah
Data Fokus
berhubungan (Rasional)
Kurangnya kemampuan Kurang optimalnya  Didapatkan data keluhan
dalam pencegahan dini pencegahan dini terhadap siswa saat ini 58 % siswa
suatu penyakit mengalami ISPA, 1%
Diare, 4% dan 47% tidak
ada keluahn
 Distribusi berdasarkan
riwayat penyakit
didapatkan data 63%
pernah ISPA, 3% pernah
DBD, 4% pernah Typus
dan 30% tidak ingat
dengan penyakitnya.
 Dari hasil pengamatan
saat pengkajian banyak
siswa yang mengalami
batuk disertai pilek tanpa
menggunakan alat
pelindung diri seperti
masker atau yang lain.
 Didapatkan juga ada
siswa yang sedang batuk
pilek memberikan
minumannya ke
temannya yang tidak
sakit dengan alasan
temannya minta.

25
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
1 Resiko masalah perilaku seksual berhubungan dengan Kurang Pengetahuan
tentang perilaku seksual
2 Kesiapan meningkatkan management kesehatan diri
3 Resiko terjadinya penyakit berhubungan dengan Kurangnya kemampuan dalam
pencegahan dini

FORMAT MENYUSUN SKALA PRIORITAS


Kemungkinan
Perhatian Poin Tingkat Nilai
Diagnosa Keperawatan/Kriteria untuk
masyarakat prevalensi bahaya Total
dikelola
Resiko terjadinya penyakit
berhubungan dengan Kurangnya
4 2 4 3 96
kemampuan dalam pencegahan
dini
Resiko masalah perilaku seksual
berhubungan dengan Kurang
4 3 4 4 192
Pengetahuan tentang perilaku
seksual
Kesiapan meningkatkan
4 3 2 3 72
management kesehatan diri
Keterangan :
1. Rentang skor : 1 - 4
2. Skor yang diperoleh dikalikan kekanan :skor perhatian masyarakat x skor poin
prevalensi x skor tingkat bahaya x score kemungkinan untuk di kelola = Nilai total
3. Prioritas masalah berdasarkan urutan perolehan skor

26
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Nama komunitas : SDN 1 Buano Selatan
Nama masalah : Resiko masalah perilaku seksual
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
Resiko masalah Setelah dilakukan tindakan  Prevensi Primer
perilaku seksual keperawatan siswa di SDN 1 1. Pendidikan
berhubungan Buano Selatan lebih paham dan Kesehatan
dengan Kurang mengetahui tentang kesehatan tentang kesehatan
Pengetahuan reproduksi dan pendidikan reproduksi
tentang perilaku seksual dengan kriteria hasil:
seksual  Prevensi Primer
1. Pengetahuan :
kesehatan reproduksi

Nama komunitas : SDN 1 Buano Selatan


Nama masalah : Resiko terjadinya penyakit
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
Resiko terjadinya Setelah dilakukan tindakan  Prevensi Primer
penyakit keperawatan diharapkan siswa 1. Pendidikan
berhubungan dapat mempertahankan Kesehatan :
dengan Kurangnya kesehatannya dengan kriteria pencegahan dini
kemampuan dalam hasil: ISPA
pencegahan dini  Prevensi Primer
1. Pengetahuan :
kesehatan

27
Nama komunitas : SDN 1 Buano Selatan
Nama masalah : Kesiapan meningkatkan management kesehatan diri
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
Kesiapan Setelah dilakukan tindakan  Prevensi Primer
meningkatkan keperawatan diharapkan perilaku 1. Pendidikan
management hidup bersih dan sehat siswa di SDN Kesehatan :
kesehatan diri 1 Buano Selatan dapat terwujud kesehatan diri
secara optimal dengan kriteria hasil: 2. Demonstrasi cuci
 Prevensi Primer tangan
1. Pengetahuan : 3. Pelatihan kader
kesehatan diri UKS dan Dokter
2. Terbentuknya kader Kecil
UKS dan dokter kecil
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NAMA KOMUNITAS : SDN 1 BUANO SELATAN


No Hari Tempat & Respon
Waktu Implementasi
Dx Tanggal Sasaran Komunitas
1 Kamis, 25 07.00-08.00 Pendidikan Kelas 5  Partisipan
dan feb 2021 Kesehatan (Perempua sangat
3 1. Memberikan n) antusias dan
Pendidikan partisipatif
Kesehatan saat
tentang diberikan
Kesehatan penjelsan
Reproduksi tentang
2. Mendemosnt Kesehatan
rasi Cuci Reproduksi
Tangan dan Cuci
Tangan
 Ada
beberapa
siswa yang
masih
cenderung
malu saat
diberikan
penjelasan
07.00-08.00 Pendidikan Kelas 4  Partisipan
Kesehatan (Laki- sangat
1. Memberikan Laki) antusias dan
Pendidikan partisipatif
Kesehatan saat
tentang diberikan
Kesehatan penjelsan

29
Reproduksi tentang
2. Mendemosnt Kesehatan
rasi Cuci Reproduksi
Tangan dan Cuci
Tangan
2 Kamis, 25 08.00-09.00 Pendidikan Kelas 2  Partisipan
dan feb 2021 Kesehatan sangat
3 1. Memberikan antusias dan
Pendidikan partisipatif
Kesehatan saat
tentang ISPA diberikan
2. Mendemosnt penjelsan
rasi Cuci tentang
Tangan ISPA dan
Cuci
Tangan
 Siswa
sangat
antusias saat
dipraktekan
cara cuci
tangan yang
baik dan
benar dan
dapat
menyebutka
n kapan
waktu cuci
tangan.

2 Jumat,26 07.00-08.00 Pendidikan Kelas 3  Partisipan


dan feb 2021 Kesehatan sangat

30
3 1. Memberikan antusias dan
Pendidikan partisipatif
Kesehatan saat
tentang ISPA diberikan
2. Mendemosnt penjelsan
rasi Cuci tentang
Tangan ISPA dan
Cuci
Tangan
 Siswa
sangat
antusias saat
dipraktekan
cara cuci
tangan yang
baik dan
benar dan
dapat
menyebutka
n kapan
waktu cuci
tangan.

3 Jumat,26 09.00-10.30 Pelatihan Dokter 12 siswa  Peserta


feb 2021 Kecil Tempat : antusias saat
1. Memberikan UKS diberikan
penjelasan materi
tentang UKS pelatihan
dan Dokter  Ada
Kecil beberapa
2. Memberikan peserta yang
Penjelsan masih

31
tentang kurang aktif
Jajanan saat
Sehat diberikan
3. Memberikan umpan balik
penjelasan saat
tentang pelatihan
Kesehatan
Gigi
2 Sabtu 27 07.00-08.00 Pendidikan Kelas 1 A  Partisipan
dan feb 2021 Kesehatan dan 1 B sangat
3 1. Memberikan antusias dan
Pendidikan partisipatif
Kesehatan saat
tentang ISPA diberikan
2. Mendemosnt penjelsan
rasi Cuci tentang
Tangan ISPA dan
Cuci
Tangan
 Siswa
sangat
antusias saat
dipraktekan
cara cuci
tangan yang
baik dan
benar dan
dapat
menyebutka
n kapan
waktu cuci

32
tangan.

3 Sabtu 27 09.00-10.30 Pelatihan Dokter 12 siswa  Peserta


feb 2021 Kecil Tempat : antusias saat
1. Memerikan UKS diberikan
penjelasan materi
tentang pelatihan
macam-  Peserta
macam mulai aktif
penyakit dan dan
penanganana bertanya
nya tentang
2. Mendemonst materi yang
rasikan cara belum jelas
sikat gigi  Peserta juga
yang benar dapat
3. Membentuk menjawab
Dokter Kecil pertanyaan
dan Kader yang
UKS diberikan
oleh
pemateri

33
EVALUASI KEPERAWATAN

No. Dx Kep. Komunitas Hari/Tanggal Evaluasi


1 dan 3 Kamis, 25 feb 2021 1. Pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi,
dan cara mencuci
tangan 6 langkah
mengalami
peningkatan dari
23,3% menjadi 89%
setelah diberikan
pendidikan kesehatan.
2. Saat sesi tanya jawab
para siswa sudah bisa
menjawab soal dari
pemateri
3. Ketika melakukan
penerapan cuci tangan
6 langkah sudah
sekitar 90 % siswa
melakukan dengan
benar

2 dan 3 Kamis, 25 feb 2021 1. Sebesar 60% siswa di


kelas 2 telah mampu
menjawab soal yang
diberikan. Dan sisanya
masih malu-malu
untuk menjawab serta
ada yang masih fokus
terhadap hal lain saat
diberikan penkes
2. 83% siswa kelas 2
sudah mampu
melakukan cuci
tangan 6 langkah
dengan benar
2 dan 3 Jumat,26 feb 2021 1. Setelah dilakukan
pendidikan kesehatan
mengenai ISPA di
kelas 3, 85% anak
mampu menjawab
soal diakhir sesi
2. 90% siswa mampu
menerapkan 6
langkah cuci tangan
dengan benar setelah
diberikan pendidikan
kesehatan mengenai
cuci tangan.
3. Sudah 94% anak-
anak membawa
minuman sehta
seperti susu dan air
putih. Sedangkan 6%
masih membawa
minuman siap saji
seperti minuman
rasa-rasa.
4. Hanya sebesar 33,3%
peserta dokter kecil
yang aktif mengikuti

35
pembelajaran dan
yang mampu
menjawab
pertanyaan. Sisanya
masih malu-malu
untuk menjawab.
Namun seluruh
peserta dokter kecil
antusias mengikuti
kegiatan ini
2 dan 3 Jumat,26 feb 2021 1. Setelah dilakukan
pendidikan kesehatan
tentang ISPA pada
kelas 1, 75% sudah
mampu menjawab di
akhir sesi
2. Namun hanya 60%
yang mapu memcuci
tangan menggunakan
6 langkah dengan
benar
3 Sabtu 27 feb 2021 1. Seluruh peserta
dokter kecil telah
aktif dalam kegiatan
2. 90% sudah mampu
menjawab pertayaan
dengan benar, dan 10
persen perlu
bimbingan lagi
3. 100% sudah mampu
melakukan cuci
tangan 6 langkah dan

36
gosok gigi dengan
benar
4. Peserta juga mampu
mendemontrasikan
ulang cara
pertolongan pertama
pada luka.

37
DAFTAR PUSTAKA

Anggreni, D., Notobroto, H. B., & Hargono, R. (2017). Hubungan Peran Pengasuhan
Orang tua dengan Tindakan Pencegahan Seksual pada Anak. Hospital Majapahit
Vol.9 No.1 Februari 2017.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2013). Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012 Kesehatan reproduksi Remaja. Jakarta:Kementrian
Kesehatan.

Dahlan, M. S. (2013). Satistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta: Selemba
Medika.

Dianawati, A. (2003). Pendidikan Seks untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.

Efendi, F., & Mukhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai