McDonald’s INDONESIA
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Mengkaji aspek hukum dan etika bisnis pada McDonald’s Indonesia yang akan
dikaitkan dengan ketujuh topik hukum etika bisnis; Perseroan terbatas, aspek hukum
bisnis, sistem hukum bisnis, perikatan dan perjanjian, sengketa bisnis, dan HAKI.
TINJAUAN PUSTAKA
Hukum bisnis merupakan suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tata
cara pelaksanaan kegiatan bisnis, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan
produksi atau pertukaran barang dan/atau jasa demi mendapatkan keuntungan dengan
resiko tertentu (Djoyo 2019). Atau hukum bisnis dapat pula diartikan sebagai
serangkaian aturan dan larangan yang menjadi pedoman perusahaan secara
keseluruhan dalam bertindak, sehingga perusahaan menjadi lebih terarah, berdaya
saing, dan berkinerja yang baik (Tambunan & Tambunan 2019). Dalam hukum bisnis,
terdapat istilah subjek dan objek hukum. Menurut Saliman (2005), subjek hukum
merupakan sesuatu yang menurut hukum dapat memiliki hak dan kewajiban yang
memiliki kewenangan untuk bertindak.
Subjek hukum terbagi lagi menjadi dua yaitu : manusia/orang pribadi
(natuurelijke persoon) yang sehat secara rohani, badan hukum (rechts person).
Sedangkan, objek hukum adalah segala sesuatu yang bisa berguna bagi subjek hukum
dan dapat menjadi pokok suatu hubungan hukum dan dilakukan oleh subjek hukum,
biasanya berupa benda atau hak yang dimiliki atau dikuasai oleh subjek hukum. Benda
yang dimaksud dalam pengertian tersebut dijelaskan lebih detail dalam Pasal 503
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang menyebutkan bahwa
benda dibedakan menjadi dua, yaitu Benda berwujud (Tanah, rumah, kendaraan, dan
sebagainya) dan benda tidak berwujud (hak cipta, hak paten, merek, dan sebagainya.
Dan benda juga dibagi lagi menjadi dua berdasarkan Pasal 504 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUH Perdata) yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak.
Setelah memahami arti hukum bisnis, perlu diketahui dua aspek pokok dalam
hukum bisnis. Saliman (2005), membagi aspek hukum menjadi dua, yaitu :
1. Aspek kontrak (perjanjian), yang menjadi sumber hukum utama, dimana masing-
masing pihak terikat untuk patuh kepada kontrak yang telah disepakati
sebelumnya.
2. Aspek kebebasan berkontrak, dimana para pihak bebas untuk membuat dan
menentukan isi dari kontrak yang telah disepakati.
Adapun beberapa hal yang perlu dipahami ketika mendalami ilmu tentang
hukum dan etika bisnis adalah sebagai berikut; pengertian mengenai perseroan terbatas,
aspek-aspek hukum bisnis, cara penyelesaian sengketa bisnis, sistem hukum dan
hukum bisnis, hak kekayaan intelektual, hukum perikatan dan hukum perjanjian, serta
hukum ketenagakerjaan (IR). Secara detail, pembahasan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan ilmu hukum tersebut adalah sebagai berikut :
A. Perseroan Terbatas
Perseroan terbatas adalah salah satu jenis badan usaha yang dilindungi oleh
hukum dengan modal yang terdiri dari saham. Seseorang dikatakan sebagai
pemilik PT apabila memiliki bagian saham sebesar dari jumlah yang
ditanamkannya (Tambunan & Tambunan 2019). Sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 yang membahas mengenai Perseroan Terbatas (PT),
dikatakan bahwa perusahaan berjenis Perseroan Terbatas adalah suatu badan usaha
yang berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian dan
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham atau disebut juga dengan persekutuan modal.
Dalam menjalankan perusahaan berjenis Perseroan Terbatas, modal saham
yang dimiliki bisa dijual kepada pihak lain. Hal ini berarti sangat memungkinkan
terjadi perubahan organisasi atau kepemilikan perusahaan tanpa harus
membubarkan dan mendirikan perusahaan kembali. Selain itu, oleh karena
dibentuk berdasarkan kesepakatan, maka bisa dipastikan bahwa PT didirikan oleh
minimal 2 (dua) orang. Pembuatan perjanjian ini harus diketahui oleh notaris dan
dibuatkan aktanya untuk mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM
sebelum resmi menjadi perusahaan berjenis PT.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas atau
UUPT mengklasifikasikan perusahaan PT ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu:
1) Perseroan Terbatas Tertutup
Salah satu ciri khas perusahaan PT tertutup adalah para pemegang
saham yang hanya berasal dari kalangan tertentu atau orang-orang yang
sudah saling mengenal sebelumnya, seperti misalnya dalam perusahaan
keluarga
2) Perseroan Terbatas Publik
Pasal 1 ayat 8 UUPT menyebutkan bahwa Perseroan Publik adalah
jenis perseroan yang telah memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan
modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturannya. Sementara itu, Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995 mengenai Pasar Modal atau UUPM Pasal 1
ayau 22 menyebutkan, sebuah perusahaan dikatakan perseroan publik apabila
saham telah dimiliki oleh sedikitnya 300 orang dengan jumlah modal yang
disetorkan minimal sebesar Rp3 juta.
3) Perseroan Terbatas (PT) Terbuka (Tbk.)
Disebutkan dalam Pasal 1 ayat 7 UUPT, bahwa PT Terbuka
melakukan penawaran saham secara terbuka. Tidak hanya itu, PT jenis ini
juga harus mampu memenuhi segala persyaratan yang dibutuhkan untuk PT
Publik, dengan melakukan penawaran pada Bursa Efek alias menjual saham
kepada masyarakat.
Dalam sistem bisnis, saham dapat juga diartikan sebagai modal untuk
mendirikan dan menjalankan perseroan terbatas secara keseluruhan. Modal yang
digunakan untuk mendirikan perusahaan tersebut diatur dengan ketentuan yang
memiliki standar tertentu. Adapun ketentuan modal dan saham perseroan terbatas
adalah sebagai berikut :
a. Ketentuan Modal
1. Modal dasar (MD) PT yang terdiri dari keseluruhan saham
2. MD PT minimal sebesar Rp 50.000.000,-
3. Modal yang disetorkan minimal 25% dari MD kecuali ditentukan lain
untuk kegiatan usaha tertentu
4. Modal ditempatkan harus dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah
dari pemegang saham
5. Penyetoran dapat dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya
6. Penambahan modal perseroan dapat dilakukan berdasarkan hasil Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS)
b. Ketentuan Saham
1. Saham persoroan dikeluarkan atas nama pemiliknya
2. Nilai saham harus dalam mata uang rupiah
3. Pemegang saham berhak: dicatat, menghadiri dan mengeluarkan suara
dalam RUPS, menerima deviden, menerika sisa kekayaan hasil likuidasi
4. Klasifikasi (karakteristik) saham dapat lebih dari satu
1. Leasing
Istilah leasing berasal dari bahasa Inggris, yaitu lease yang berarti
sewa menyewa. Istilah lain yang digunakan untuk menerjemahkan leasing
maupun lease ke dalam bahasa Indonesia adalah sewa guna usaha. Menurut
Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia No. KEP-122/ MK/ IV/ 2/ 1974, No. 32/ M/
SK/ 2/ 1974, No. 30/ Kpb/I/ 1974 tentang perizinan usaha leasing, Leasing
dapat diartikan sebagai kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan
untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran
secara berkala disertai dengan hak pilih (opsi) dari perusahaan tersebut untuk
membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 1169/KMK.01/ 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha
(Leasing), Leasing merupakan suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi
(finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
untuk dipergunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala.
Tujuan dari leasing adalah memperoleh hak untuk memakai benda
milik orang lain, yang disebabkan oleh pertimbangan ekonomis, yakni
memperoleh hak untuk memakai suatu benda tanpa sekaligus memperoleh
hak milik atas benda tersebut, atau memperoleh hak untuk memakai suatu
benda tersebut sekaligus memperoleh hak milik atas benda tersebut (Salim
2010). Menurut Fuady (2014), adapun pihak-pihak yang terkait dalam
Kontrak Leasing adalah sebagai berikut :
1) lessor
Pihak yang memberikan pembiayaan dengan cara leasing kepada
pihak yang membutuhkannya. lessor bisa saja perusahaan yang
bersifat multifinance, atau khusus pada leasing saja.
2) lessee
Pihak yang memerlukan barang modal, barang modal mana dibiayai
oleh lessor dan diperuntukkan kepada lessee.
3) Supplier
Pihak yang menyediakan barang modal yang menjadi objek leasing,
barang modal mana dibayar oleh lessor kepada supplier untuk
keperluan lessee.
2. franchise
Kata franchise berasal dari bahasa prancis affranchir yang artinya to
free (membebaskan). Dengan istilah franchise di dalamnya terkandung
seseorang memberikan kebebasan dari ikatan yang menghalangi kepada
orang lain untuk menggunakan atau membuat atau menjual sesuatu (Basarah
dan Mufidin 2008). Sedangkan menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 16
Tahun 1997 tentang tata cara pelaksanaan pendaftaran waralaba, waralaba
(franchise) adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk
memanfaatkan dan/atau mengggunakan hak atas kekayaan intelektual atau
penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut dalam rangka
penyediaan dan/atau penjualan barang atau jasa.
Waralaba (franchise) dapat diartikan sebagai kontrak perjanjian
pemakaian nama, merk dagang, dan logo perusahaan tertentu dari pemberi
waralaba (franchisor) yang didalamnya dicantumkan ikhtisar peraturan
pengoperasiannya oleh perusahaan yang menggunakan (franchise), jasa yang
disediakan oleh pemberi waralaba (franchisor), dan persyaratan keuangan
(Susilowati 2013). Pada intinya waralaba itu adalah sebuah sistem
pendistribusian barang ataupun jasa konsumen untuk menggunakan merek
dagang, dan sistem yang harus diterapkan oleh pemberi waralaba. Pada
dasarnya franchise adalah sebuah perjanjian mengenai metode
pendistribusian barang dan jasa kepada konsumen.
3. Asuransi
Kata asuransi diambil dari bahasa inggris (Insurance) yaitu
pertanggungan. Jadi asuransi ini merupakan suatu kesepakatan antara dua
pihak atau lebih untuk memberikan jaminan akan suatu hal yang dijanjikan
akibat sesuatu yang tidak bisa diramalkan (Muslehuddin 1999). Secara
sederhana, asuransi ini dapat diartikan seperti menyediakan payung sebelum
hujan. Selanjutnya, setelah membaca pengertian asuransi, dua pihak yang
kalian baca di atas yakni pihak penanggung dan pihak tertanggung. Pihak
penanggung ialah badan yang menanggung asuransi dari pihak tertanggung.
Sedangkan, pihak tertanggung adalah pihak yang mengasuransikan dirinya ke
pihak penanggung. Kemudian, selama kesepakatan asurani ini berlangsung,
akan ada persyaratan yang disebut “Premi”. Premi ini adalah suatu biaya
yang dikeluarkan oleh pihak tertanggung sebagai persyaratan kepada badan
penanggung.
Menurut Prawoto A (1995), ada beberapa 3 jenis asuransi yang
dijalankan oleh suatu perusahaan asuransi, yakni Asuransi Kerugian,
Asuransi Jiwa, dan Reasuransi. Asuransi Kerugian adalah perusahaan yang
menanggung kerusakan, kerugian, menurunnya suatu kegunaan dari suatu hal,
tanggung jawab hukum atas dasar rugi kepada pihak ketiga, yang timbul dari
suatu peristiwa yang terjadi. Kemudian, Asuransi Jiwa adalah perusahaan
yang menanggung resiko antara hidup atau matinya suatu jiwa yang
diasuransikan. Yang ketiga yakni Reasuransi yakni perusahaan yang
memberikan pertanggungan terhadap suatu perusahaan asuransi lainnya.
4. Perbankan
Menurut Abdurrachman (1991), perbankan (banking) merupakan
kegiatan yang menjual-belikan mata uang, surat efek, dan instrument yang
dapat diperdagangkan. Sedangkan menurut Simorangkir (1998), perbankan
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh badan usaha Lembaga keuangan
yang bertujuan memberikatan kredit atau jasa-jasa. Adapun pemberian kredit
dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang
dipercayakan oleh pihak ketiga. Di dalam dunia perbankan, terdapat istilah
dasar yaitu kreditur dan debitur, pengertian debitur/debitor adalah pihak
yang memberikan dana/pinjaman, sedangkan kreditur/kreditor adalah pihak
yang memiliki pinjaman dalam konteks ini adalah pinjaman ataupun
simpanan dana terhadap bank (Abdurrachman 1991).
Perikatan adalah suatu hubungan hukum terkait harta benda antara dua
orang yang mewajibkan salah satu pihak untuk memenuhi tuntutan kepada pihak
lainnya yang memiliki hak tersebut. Sedangkan perjanjian merupakan suatu
peristiwa dimana suatu pihak berjanji kepada pihak lainnya untuk melaksanakan
suatu hal (Subekti 1990). Dari perjanjian itulah akan muncul perikatan, meskipun
adapula perikatan yang muncul tanpa diawali dengan perjanjian, seperti adanya
peraturan Undang-undang yang mewajibkan masyarakatnya untuk mematuhi
aturan yang telah dibuat. Menurut Soimin (2013), perjanjian menganut sistem
terbuka. Artinya macam-macam hak atas benda adalah terbatas dan aturan-aturan
yang mengenai hak-hak atas benda itu bersifat memaksa, sedangkan hukum
perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban
umum dan kesusilaan. Sistem terbuka yang mengandung asas kebebasan
membuat perjanjian, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata lazimnya
disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1).
Menurut Subekti (1990), perjanjian terdiri dari tujuh asas, dimana
diantaranya yaitu :
1) Asas sistem terbuka : hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-
luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja,
asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan.
2) Asas konsensualisme : suatu perjanjian lahir pada detik tercapainya
kesepakatan atau persetujuan antara kedua belah pihak mengenai hal-hal yang
pokok dari apa yang menjadi objek perjanjian.
3) Asas personalitas : setiap perjanjian dibuat untuk para pihak yang membuat
perjanjian itu sendiri, kecuali adanya derden beding atau perjanjian untuk
pihak ketiga (Pasal 1317 KUHPerdata), seperti asuransi bea siswa
4) Asas itikad baik : suatu perjanjian yang dibuat haruslah dilaksanakan dengan
mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan yang berarti bahwa
perjanjian itu harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan
salah satu pihak.
5) Asas Pacta Sunt Servanda : (Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata), semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi
mereka yang membuatnya, asal memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian
(Pasal 1320 KUHPerdata). Asas ini merupakan dasar bagi istilah “kebebasan
berkontrak”.
6) Asas force majeur : Asas ini memberikan kebebasan bagi debitur atau salah
satu pihak dari segala kewajibannya untuk membayar ganti rugi akibat tidak
terlaksananya perjanjian karena suatu sebab yang memaksa seperti kebakaran,
kebanjiran, huru-hara, bencana alam dll.
7) Asas Exceptio non Adiempleti Contractus : pembelaan bagi debitur untuk
dibebaskan dari kewajibannya membayar ganti rugi akibat tidak dipenuhinya
perjanjian, dengan alasan bahwa krediturpun telah melakukan suatu kelalaian.
Biasanya berlaku dalam perjanjian timbal balik.
Sedangkan ganti rugi yang dapat dituntut karena disebabkan oleh wan
prestasi adalah:
1. Kosten, yaitu kerugian yang berupa biaya-biaya kongkrit yang telah
dikeluarkan
2. Schaden, yaitu kerugian yang sungguh-sungguh menimpa harta bendanya
3. Interessen, yaitu keuntungan yang akan diperolehnya seandainya pihak
debitur tidak lalai
E. Hubungan Industrial
Menurut BPATP (2021), HKI atau HAKI yakni Hak Kekayaan Intelektual
merupakan hak yang timbul untuk hasil pikir otak yang menghasilkan suatu
produk atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya HKI adalah hak
untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek
yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena
kemampua intelektual manusia. Secara garis besar HKI dibagi dalam 2 (dua)
bagian, yaitu : Hak cipta (copyright) dan Hak kekayaan industri (industrial
propertyrights) yang mencakup paten ( patent ), desain industri (industrial design),
merek ( trademark ), desain tata letak sirkuit terpadu ( layout design of integrated
circuit ), rahasia dagang ( trade secret), penanggulangan praktik persaingan
curang ( repression of unfair competition), dan perlindungan Varietas Tanaman
( plant variety protection).
Menurut Margono (2003), Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta
atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau
memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada dasarnya, hak cipta
lahir secara otomatis pada saat karya diciptakan. Namun, untuk memperkuat bukti
kepemilikan atas hak cipta, pekerja kreatif atau pencipta karya sebaiknya
melindungi hasil ciptaannya dengan mengajukan permohonan pencatatan ciptaan
ke Menteri Hukum dan HAM.
Setelah permohonan diajukan, ciptaan akan diperiksa dan dicatatkan
dalam daftar umum ciptaan yang dapat diakses masyarakat umum. setiap hasil
karyanya dari risiko penyalahgunaan oleh pihak lain. Sebab bisa saja pelanggaran
tersebut menghalangi hak-hak ekonomi pihak yang terlibat dalam kelahiran
sebuah karya. Sehingga apabila suatu saat terjadi pelanggaran yang merugikan
pencipta, hak cipta yang telah dicatatkan tersebut dapat digunakan sebagai bukti
di persidangan. Sedangkan Hak kekayaan industri adalah hak yang mengatur
segala sesuatu milik perindustrian, terutama yang mengatur perlindungan hukum
(Putra, 2018).
Hak kekayaan industri sangat penting untuk didaftarkan oleh perusahaan-
perusahaan karena hal ini sangat berguna untuk melindungi kegiatan industri
perusahaan dari hal-hal yang sifatnya menghancurkan seperti plagiatisme. Dengan
di legalkan suatu industri dengan produk yang dihasilkan dengan begitu industri
lain tidak bisa semudahnya untuk membuat produk yang sejenis/ benar-benar
mirip dengan mudah. Dalam hak kekayaan industri salah satunya meliputi hak
paten dan hak merek.
Hak paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya ataumemberikan persetujuan kepada pihak
lain untuk melaksanakan (Hartini, 2005). Adapun invensi adalah ide inventor
yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di
bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses atau penyempurnaan dan
pengembangan produk atau proses. Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2001 tentang Paten, paten diberikan untuk jangka waktu selama 20
tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka itu tidak dapat
diperpanjang. Sedangkan untuk paten sederhana diberikan jangka waktu 10 tahun,
terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu tersebut tidak dapat
diperpanjang.
Paten diberikan berdasarkan permohonan dan setiap permohonan hanya
dapat diajukan untuk satu invensi atau beberapa invensi yang merupakan satu
kesatuan invensi. Dengan demikian, permohonan paten diajukan dengan
membayar biaya kepada Direktorat Jendral Hak Paten Departemen Kehakiman
dan HAM. Namun, permohonan dapat diubah dari paten menjadi paten sederhana.
Sedangkan hak merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
pemilik Merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan
sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk
menggunakannya (Putra 2018).
PEMBAHASAN
Menurut SM. Amin, Hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri dari
norma dan sanksi-sanksi. Tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam
pergaulan manusia, sehingga keamanan dapat terpelihara. Sedangkan hukum
bisnis dapat diartikan sebagai hukum positif yang mengatur hak dan kewajiban
yang timbul dari berbagai perikatan dan aktivitas bisnis, yang berfungsi sebagai
informasi dan pengatur yang berguna bagi praktisi bisnis untuk memahami hak
dan kewajibannya dalam praktik bisnis yang dijamin oleh kepastian hukum.
Dalam hal ini, PT RNF atau yang biasa dikenal sebagai pemegang hak
merk McDonald’s di Indonesia merupakan subjek badan hukum, sedangkan
Objek hukumnya adalah HAKI Brand McDonald’s beserta aset-asetnya. Sebagai
perusahaan yang memiliki banyak stakeholder, PT RNF mengatur semua kegiatan
kerjasama bisnis dalam hukum bisnis yang dibuat dalam bentuk kontrak
kerjasama, dimana pihak yang terikat dalam kontrak tersebut harus tunduk kepada
perjanijan yang disepakatinya. Kontrak kerjasama yang dibuat oleh PT RNF
untuk stakeholdernya biasanya ditentukan bersama agar dapat mengikat namun
tidak memberatkan satu sama lain.
Berbeda dari usaha bisnis waralaba lainnya, McDonald’s Indonesia
merupakan usaha bisnis waralaba yang kepemilikan bisnisnya untuk wilayah
Indonesia dipegang oleh satu pemilik perusahaan (satu kepemilikan saham), yaitu
dibawah naungan PT RNF dalam Sosro Group. Sehingga, kerjasama dengan
stakeholder yang dilakukan oleh PT RNF adalah kerjasama/kontrak dengan
McDonald’s International Corp. dan juga supplier-supplier yang menyuplai segala
kebutuhan dalam mendukung proses jalannya bisnis waralaba ini, diantaranya
seperti : food material & beverage, paper & packaging, serta equipments. Dari
berbagai kerjasama tersebut akan muncul beberapa kontrak kerjasama yang isinya
tentu telah disepakati bersama, sehinga keseluruhan aturan yang tertera dalam
kontrak perjanjian kerjasama yang telah disepakati itulah disebut juga hukum
positif yang berlaku pada kerjasama PT RNF dan stakeholdernya secara
menyeluruh.
Perikatan adalah suatu hubungan hukum terkait harta benda antara dua
orang yang mewajibkan salah satu pihak untuk memenuhi tuntutan kepada pihak
lainnya yang memiliki hak tersebut. Sedangkan perjanjian merupakan suatu
peristiwa dimana suatu pihak berjanji kepada pihak lainnya untuk melaksanakan
suatu hal. Dari perjanjian itulah akan muncul perikatan. Dalam prosesnya,
perjanjian sendiri dapat dinyatakan batal. Pembatalan perjanjian dan pembatalan
perjanjian demi hukum terjadi apabila kesepakatan perjanjian tersebut
mengandung unsur paksaan, penipuan, dan kekeliruan.
Pada studi kasus pada PT RNF sendiri tentu terdapat banyak sekali
perjanjian dalam menjalankan bisnisnya sebagai usaha bisnis jenis waralaba.
Perjanjian yang paling utama tentunya adalah perjanjian antara PT RNF dan
pemilik waralaba itu sendiri yaitu McDonald’s International Corp. dimana
perjanjian ini tentu telah memenuhi ketujuh asas yang menjadi syarat sebuah
perjanjian dikatakan sah. Dalam hal ini, PT RNF selaku master franchise telah
terikat dalam pejanjian yang dilakukannya dengan McDonald’s International Corp.
Dalam perjanjian waralaba, aturan-aturan dari perjanjian tersebut ditentukan oleh
franchisor dimana setiap franchisor memiliki suatu standar perjanjian tertentu
yang harus dipatuhi oleh franchisee. Perjanjian tersebut disusun oleh para ahli
hukum yang telah ditunjuk oleh para franchisor, yang artinya perjanjian pasti
telah mempertimbangkan asas-asas perjanjian yang berlaku.
Sebuah contoh pemenuhan asas perjanjian dalam perjanjian waralaba yaitu
sebagian besar isi perjanjian yang menguntungkan pihak franchisor atau minimal
tidak merugikan dan melindungi franchisor tersebut, sedangkan disisi pemegang
waralaba (franchisee), keuntungan pihak franchisee adalah dapat menikmati
kekayaan intelektual yang dimiliki pemilik waralaba, baik dalam rangka
penyediaan atau penjualan barang dan jasa maupun penggunaan brand sehingga
mendapatkan keuntungan dari penjualan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
perjanjian tersebut memenuhi asas personalitas dimana perjanjian dibuat oleh para
pihak yang terlibat dalam perjanjian itu sendiri, selain itu juga memenuhi asas
konsensualitas dimana kedua pihak sepakat atas isi perjanjian dan keuntungan
setiap pihak yang telah tertulis dalam perjanjian tersebut. Dan tentunya juga
memenuhi asas Itikad baik dan asas sistem terbuka karena perjanjian tersebut
dibuat dan disepakati tanpa adanya paksaan.
Contoh lainnya seperti perjanjian antara McDonald’s dengan vendor-
vendor equipment, dimana tidak semua equipment didalam kitchen Restaurant
McDonald’s dibeli, tetapi terdapat juga equipment yang disewa dengan
melibatkan vendor (third party). Dalam hal ini, apabila terjadi force majeur tentu
akan ada kesepakatan dalam perjanjian antara vendor dengan PT RNF sebagai
debitur terkait ganti rugi akibat bencana yang tidak pasti seperti kebakaran, banjir,
dan lain sebagainya. Dan hal tersebut berkaitan erat dengan asas Force Majeur
dan asas Exceptio non Adiempleti Contractus.
McDonald’s merupakan restoran fast food terbesar di dunia yang hingga saat
ini telah memiliki ribuan restoran yang tersebar di lebih dari 100 negara. Hak merk
McDonald’s di Indonesia saat ini dimiliki oleh PT. Rekso Nasional Food (PT RNF).
PT RNF merupakan perseroan terbatas yang kepemilikan sahamnya dipegang oleh
Sosro Group. Aspek hukum yang berlaku pada PT RNF adalah Waralaba (franchise),
dimana PT RNF saat ini merupakan master franchise dari merk McDonald’s di
Indonesia. Dalam perjanjian waralaba, aturan-aturan dari perjanjian tersebut
ditentukan oleh McDonald’s pusat selaku franchisor, yang memiliki suatu standar
perjanjian tertentu yang harus dipatuhi oleh PT RNF selaku franchisee. Dengan
adanya perjanjian ini, PT RNF terikat dan harus tunduk terhadap perjanjian dengan
McDonald’s pusat, disamping itu keuntungan PT RNF adalah dapat menikmati
kekayaan intelektual yang dimiliki oleh McDonald’s.
DAFTAR PUSTAKA