Disusun Oleh
MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS
KELOMPOK 1
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan penyertaanNya, sehingga penulisan laporan asuhan keperawatan ini
dapat selesai dengan tepat waktu. Laporan asuhan keperawatan ini berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Ny.R dengan Diagnosa Medis Soft Tissue Sacroma
di Ruang Dahlia RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.”.
Selama penulisan laporan Asuhan Keperawatan Ini, kelompok banyak
memperoleh masukan berupa pengalaman, petunjuk-petunjuk, pengetahuan
maupun ilmu yang sangat berharga dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga laporan asuhan keperawatan ini dapat
diselesaikan walaupun masih jauh dari sempurna
Kelompok menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan laporan ini. Oleh karena itu, kelompok berharap adanya masukan dari
berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.
Ketua kelompok
iii
DAFTAR ISI
HAL
iv
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 44
5.2 Saran ................................................................................................. 46
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
nyeri seringkali menunjukan tingkat kerusakan atau cidera yang dialami individu.
Selain cedera, nyeri juga dirasakan oleh individu yang melakukan operasi.
Operasi atau pembedahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pengobatan penyakit dengan jalan memotong, mengiris atau membuka bagian
tubuh yang sakit. Dalam penelitian ini operasi yang dilaksanakan adalah operasi
patah tulang dan tumor. Operasi patah tulang adalah tindakan pengobatan yang
berhubungan dengan pemeliharaan dan pemulihan sistem rangka dan tulang.
Sedangkan operasi tumor adalah tindakan pengobatan yang tujuan utamanya
adalah mengangkat pertumbuhan kanker abnormal yang menginfeksi tubuh. Pasca
operasi ada rasa nyeri yang seringkali ditimbulkan akibat jahitan atau tindakan
medis berkaitan dengan pemulihan / tindakan operasi tersebut. Tindakan medis
yang sering menimbulkan nyeri adalah pembedahan. Nyeri biasanya dirasakan
oleh pasien pasca operasi patah tulang, operasi kanker, operasi tumor, operasi
cesar, operasi usus buntu dan lain sebagainya. Pasien pasca operasi seringkali
dihadapkan pada permasalahan adanya proses peradangan akut dan nyeri yang
mengakibatkan keterbatasan gerak. Akibat dari nyeri pasca operasi pasien menjadi
immobil yang merupakan kontradiksi yang dapat mempengaruhi kondisi
seseorang. Setiap tindakan operasi atau pembedahan pasti akan menimbulkan rasa
nyeri yang berakibat memberikan rasa ketakutan pada pasien untuk dapat
bergerak atau mobilisasi yang dapat menurunkan kualitas hidup, bahkan nyeri
merupakan sumber frustasi (Potter dan Perry, 2016). Nyeri pasca operasi
dikelompokkan sebagai nyeri akut yang memiliki awitan yang cepat atau
mendadak dan berlangsung dalam waktu yang singkat. Nyeri juga dibagi menjadi
dua jenis yaitu nyeri akut dan nyeri kronis, menyebutkan bahwa nyeri kronis
adalah nyeri yang dirasakan di luar rentang waktu normal penyembuhan yang
berkaitan dengan sakit yang berlarut-larut atau simptom berat dari suatu kondisi
yang berulang dan berlangsung selama 3 bulan atau lebih.
Smeltzer dan Bare (2012) menjelaskan bahwa nyeri pasca oprasi muncul
disebabkan oleh rangsangan mekanik luka yang menyebabkan tubuh
menghasilkan mediator-mediator kimia nyeri.Menurut hasil penelitian Bannet dan
Tollison (2011) di Amerika Serikat sebagian besar penduduk yang mengalami
nyeri adalah mereka yang pernah melakukan operasi pada bagian tubuhnya, dan
3
kegiatan operasi itu merupakan salah satu penyebab utama timbulnya rasa nyeri.
Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa penderita nyeri mempunyai
kecenderungan melakukan tindakan percobaan bunuh diri dikarenakan tidak
tahannya mereka dengan rasa nyeri yang di derita. Pengekspresian rasa nyeri atau
respon terhadap rasa nyeri itu sendiri merupakan fenomena yang bersifat
kompleks dan melibatkan sensorik, perilaku atau motorik, emosi. Begitu impuls
rasa sakit diterima oleh otak, interpertasi rasa sakit itu sendiri dipengaruhi oleh
faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial yang saling berkaitan satu dan yang
lainnya. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di salah satu rumah
sakit bentuk ekspresi rasa nyeri yang ditunjukan oleh pasien seperti: mengeluh,
merintih, gelisah, berteriak dan menangis.
Respon nyeri jika dilihat dari faktor biologis mengaktifkan nociceptors.
Nociceptors merupakan serabut syaraf yang merangsang rasa sakit. Setelah
nociceptors dirangsang impuls rasa sakit dikirim ke otak sebagai peringatan
bahwa terjadi ancaman pada tubuh, rangsangan yang individu terima
mengaktifkan serabut saraf khusus untuk mengirim sinyal melalui jaringan syaraf
perifer melalui impuls sumsum tulang belakang ke otak, ketika impuls aferen
mencapai sumsum tulang belakang loop refleks terbentuk dalam saluran untuk
mengaktifkan otot-otot yang diperlukan untuk menggerakan anggota badan
menjauhi stimulus. Respon emosional yang muncul diekspresikan individu dalam
bentuk awal adalah individu berfikiran bahwa dirinya sakit dengan melihat bekas
luka atau bagian yang sakit, selanjutnya merasa bahwa dirinya benar-benar sakit
dan akhirnya memunculkan reaksi seperti menjerit dan menangis. Komponen
emosional terjadi saat individu meringis, membuat kepalan tangan atau bahkan
berfikir apa yang dilakukan oleh orang lain terhadap dirinya. Perbedaan jenis
kelamin juga mempengaruhi bagaimana individu tersebut mengekspresikan nyeri
yang dirasakan. Komponen lain selain emosional dalam pengekspresian rasa nyeri
juga bisa dilihat dari komponen budaya tetapi jika dilihat dari komponen ini
hampir terlalu kompleks untuk dijelaskan, namun persepsi terhadap rasa nyeri
sendiri dapat dikaitkan dengan etnis dan status sosial ekonomi, komponen budaya
dapat dilihat sebagai variabel yang berhubungan dengan lingkungan dimana
4
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
PATHWAY
Pre OP Post OP
Adanya imflasmasi
Menstimulasi respon
Anatomi kulit Tempat masuk
nyeri
abnormal mikroorganisme
Nyeri
Kurang pengetahuan Resiko infeksi
Cemas
2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam
waktu lama.
3) Proxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
sekali. Nyeri tersebut biasanya ± 10-15 menit, lalu menghilang,
kemudian timbul lagi.
2.2.4 Patofisiologi
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf
perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa rute saraf dan akhirnya samapai didalam massa berwarna abu – abu di
medula spinalis. Terdapat tesan nyeri dapat berinteraksi dengan inhibitor,
mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa
hambatan kekorteks cerebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks cerebral,
maka otak menginterprestasikan kualitas nyeri dan memproses informasi tentang
pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosoasi kebudayaan dalam upaya
mempersepsikan nyeri.
15
PHATWAY
trauma jaringan infeksi cidera
kerusakan sel
medula spinalis
sistem aktivitasi
Sistemaktivitasi retikular retikular Area grisea peraikueduktus
retikular
otak
persepsi nyeri
masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa
takut, cemas, usia, dan lain-lain.
2.2.6 Penatalaksanaan medis keperawatan
2.2.6.1 Non farmakologi
1) Relaksasi distraksi, mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu
Contoh : membaca buku, menonton tv , mendengarkan musik dan bermain
2) Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :Kompres
dingin, counteriritan, seperti plester hangat.
2.2.6.2 Farmakologi adalah obat:
1) Obat
2) Injeksi
2.2.7 Faktor Yang Mempengaruhi
1) Arti Nyeri.
Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti
nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,merusak, dan
lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi lingkungan dan pengalaman.
2) Persepsi Nyeri.
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektifdari seseorang
yang merasakan nyeri. Dikarenakan perawat tidak mampu merasakan
nyeri yang dialami oleh pasien.
3) Toleransi Nyeri.
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-
obatan, hipnotis, gerakan atau garakan, pengalihan perhatian,kepercayaan
yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi
antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,nyeri yang kunjung tidak
hilang, sakit, dan lain-lain.
4) Reaksi terhadap Nyeri.
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk responseseorang terhadap nyeri,
seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini
merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa
18
mengkaji perilaku klien yang menarik diri dari komunikasi, postur tubuh
kaku, klien mengeluh, ungkapan verbal ketidaknyamanan klien. Diagnosa
keperawatan harus berfokus pada sifat khusus nyeri untuk membantu perawat
mengidentifikasi jenis intervensi yang paling berguna untuk menghilangkan
nyeri dan meminimalkan efek intervensi itu pada gaya hidup dan fungsi
klien.
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 diagnosis yang muncul pada
kasus nyeri akut antara lain
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (mis., inflamasi,
iskemia, neoplasma);
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi (mis., terbakar,
bahan kimia iritan); dan
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis., abses,
amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebihan.
21
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres 21. Pemberian obat intravena
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri hangat/dingin, terapi bermain) 22. Pemberian obat topikal
berkurang. 1. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri 23. Pengaturan posisi
(mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 24. Perawatan amputasi
Penyebab: 2. Fasilitasi istirahat dan tidur 25. Perawatan kenyamanan
1. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, 3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam 26. Teknik distraksi
pemilihan strategi meredakan nyeri. 27. Teknik imajinasi Terbimbing
iskemia, neoplasma
2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, 28. Terapi Akupresur
bahan kimia iritan 29. Terapi akupuntur
3. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, 30. Terapi bantuan hewan
Subjektif:
1. Mengeluh nyeri
Objektif:
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada,
posisi menghindari nyeri)
1. Gelisah
2. Frekuensi nadi meningkat
23
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
Edukasi:
3. Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu.
Pemberian Analgesik: 2
Observasi:
Teraupetik:
Sumber: Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), Nurafif & Kusuma (2015).
26
2.3.4 Implementasi
27
28
Keterangan :
= Laki-laki
= perempuan = Tinggal Serumah
= pasien = Garis Keturunan
= Meninggal
6. Persyarafan (Brain) :
Nilai GCS E : 4( buka mata dengan rasangan panggilan ), V : 5 (ada suara
tanpa rangsangan apapun), M : 6 (normal ) Total Nilai GCS : normal (14),
kesadaran : composmenthis , Pupil : isokor tidak ada kelainan, reflex
cahaya kanan dan kiri positif.
Uji Syaraf Kranial :
1). Nervus kranial I (Olfaktori), Tidak di kaji
2). Nervus kranial II (Olfaktikus), Tidak di kaji
3). Nervus kranial III (Okulomotoris), Tidak di kaji
4). Nervus kranial IV (Troklear), Tidak di kaji
5). Nervus kranial V (Trigeminal), Tidak di kaji
6). Nervus kranial VI (Abdusen), Tidak di kaji
7). Nervus kranial VII (Fasial), Tidak di kaji
8). Nervus kranial VIII (Akustik), Tidak di kaji
9). Nervus kranial IX (Glasofaringeus), Tidak di kaji
10). Nervus kranial X (Vagus), Tidak di kaji
11). Nervus kranial XI (Aksesorius spinal), Tidak di kaji
12). Nervus kranial XII (hipoglarus), Tidak di kaji
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
7. Eliminasi Uri (Bladder): Produksi urine 1500 ml/ 5-6 kali per hari, warna
kuning jernih, bau pesing, tidak ada masalah/lancar,
Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan.
8. Eliminasi Alvi (Bowel): Bibir lembab, gigi lengkap, gusi tidak ada
peradangan, lidah tidak ada peradangan, mukosa tidak ada peradangan,
tonsil tidak ada pembesaran, BAB tidak diketahui, bising usus tidak dikaji.
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan masalah
9. Tulang-Otot-Integumen (Bone): Kemampuan pergerakan sendi bebas,
ukuran otot simetris, uji kekuatan otot ekstrimitas atas 5/5 dapat melawan
tahanan pemeriksaan dengan kekuatan maksimal ekstrimitas bawah 5/5,
tulang belakang normal. Terdapat bekas luka tindakan post operasi pada
pergelangan sebelah kiri pada bagian otot dengan skala nyeri sedang 3.
30
3.1.6 Sosial-Spiritual
1. Kemampuan berkomunikasi : Pasien mampu berkomunikasi secara
normal.
2. Bahasa sehari-hari : Indonesia/ Dayak
3. Hubungan dengan keluarga : Keluarga terlihat akrab dan merawat pasien.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain : Tidak bisa dikaji
pasien tidak sadar
5. Orang berarti/terdekat : Anak dan keluarga
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang: Keluarga pasien mengatakan
sebelum sakit pasien berkumpul dengan keluarga, saat sakit berbaring dan
bersantai dengan keluarga.
7. Kegiatan beribadah: Tidak dapat dilakukan
Hematokrit 38 % 37-48
Kelompok 1
35
Nyeri akut
36
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Hasil dari pengkajian riwayat kesehatan Ny.R mengeluh terasa nyeri pada
pergelangan tangan sebelah kiri. sehingga dilarikan ke RSUD dr doris Slyvanus
pada tanggal 11 November 2020. Hal ini sesuai teori nyeri kondisi berupa
perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri
berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya
Dari hasil pengkajian di dapatkan data umum Klien mengeluh terasa nyeri
pada pergelangan tangan sebelah kiri, kesadaran klien composmenthis dan tanda-
tanda vital pada tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 100 kali per menit, respirasi
19 kali per menit, suhu tubuh 37,1o C, Setelah dikaji dan ditangani oleh perawat
triase kemudian klien dikategorikan untuk masuk prioritas II (kuning). Setelah
tiba di triase kuning klien di beri tindakan pemasangan infus Nacl 0,9 %ditangan
sebelah kanan dengan kecepatan 20 tpm. Setelah dilakukan tindakan di IGD
pasien di pindahkan ke ruang Dahlia untuk mendapat perawatan lebih lanjut dan
pada tanggal 14 november 2020 pasien di lakukan tindakan pembedahan pada
40
41
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil pengkajian di dapatkan data umum Klien mengeluh terasa nyeri pada
pergelangan tangan sebelah kiri, kesadaran klien composmenthis dan tanda-tanda
vital pada tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 100 kali per menit, respirasi 19 kali
per menit, suhu tubuh 37,1o C, Setelah dikaji dan ditangani oleh perawat triase
kemudian klien dikategorikan untuk masuk prioritas II (kuning). Setelah tiba di
triase kuning klien di beri tindakan pemasangan infus Nacl 0,9 %ditangan sebelah
kanan dengan kecepatan 20 tpm. Setelah dilakukan tindakan di IGD pasien di
pindahkan ke ruang Dahlia untuk mendapat perawatan lebih lanjut dan pada
tanggal 14 november 2020 pasien di lakukan tindakan pembedahan pada
pergelangan tangan sebelah kiri. Berdasarkan masalah utama keperawatan yang
diangkat pada kasus ini nyeri akut di tandai dengan P: Klien mengeluh nyeri
Q: nyeri sperti di sayat-sayat R :pada pergelangan tangan sebelah kiri S: skala
nyeri 3 T : Nyeri timbul kurang lebih 2 menit.
Hasil dari pengkajian riwayat kesehatan Ny.R mengeluh terasa nyeri pada
pergelangan tangan sebelah kiri. sehingga dilarikan ke RSUD dr doris Slyvanus
pada tanggal 11 November 2020. Hal ini sesuai teori nyeri kondisi berupa
perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri
berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut teori ada 3 diagnosa
keperawatan yaitu: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (mis.,
inflamasi, iskemia, neoplasma); Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
kimiawi (mis., terbakar, bahan kimia iritan); dan Nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan Sedangkan diagnosa
keperawatan yang didapat pada kasus ada 1 diagnosa Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan
44
45
Mubarak, Iqbal. 2017. Buku ajar : Kebutuhan dasar manusia. EGC. Jakarta.