Anda di halaman 1dari 56

PROPOSAL SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R DENGAN DIAGNOSA MEDIS


SOFT TISSUE SACROMA DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. DORIS
SYLVANUS PALANGAKA RAYA

Disusun Oleh
MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS
KELOMPOK 1

1. Achmad Andi Supriadi 2020.01.14901.001


2. Alex Chandra 2020.01.14901.006
3. Berlie 2020.02.14901.002
4. Dhea Aurellia Pramesti 2020.01.14901.013
5. Erlina 2020.01.14901.017
6. Erpina Amanda 2020.01.14901.018
7. Hellen Ariescacae 2020.02.14901.010
8. Irmawatie Naftalina 2020.02.14901.011

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan ini disusun oleh :

Nama Kelompok : 1. Achmad Andi Supriadi


2. Alex Chandra
3. Berlie
4. Dhea Aurellia Pramesti
5. Erlina
6. Erpina Amanda
7. Hellen Ariescacae
8. Irmawati Naftalina

Program : Profesi Ners


Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Dengan Diagnosa Medis
Soft Tissue Sacroma di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.

Telah melaksanakan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktek Keperawatan Dasar Profesi pada Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Pembimbing Lahan, Pembimbing Akademik,

Ria Asihai, S.Kep.,Ners Dewi Apriliyanti, Ners., M.Kep

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Asuhan Keperawatan ini disusun oleh :

Nama : 1. Achmad Andi Supriadi


2. Alex Chandra
3. Berlie
4. Dhea Aurellia Pramesti
5. Erlina
6. Erpina Amanda
7. Hellen Ariescacae
8. Irmawati Naftalina

Program : Profesi Ners


Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Dengan Diagnosa Medis Soft
Tissue Sacroma di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya

Telah melaksanakan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktek Keperawatan Dasar Profesi pada Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Pembimbing Lahan, Pembimbing Akademik,

Ria Asihai, S.Kep.,Ners Dewi Apriliyanti, Ners., M.Kep

Mengetahui

Ketua Program Studi Ners,

Meilitha Carolina Ners., M.Kep

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan penyertaanNya, sehingga penulisan laporan asuhan keperawatan ini
dapat selesai dengan tepat waktu. Laporan asuhan keperawatan ini berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Ny.R dengan Diagnosa Medis Soft Tissue Sacroma
di Ruang Dahlia RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.”.
Selama penulisan laporan Asuhan Keperawatan Ini, kelompok banyak
memperoleh masukan berupa pengalaman, petunjuk-petunjuk, pengetahuan
maupun ilmu yang sangat berharga dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga laporan asuhan keperawatan ini dapat
diselesaikan walaupun masih jauh dari sempurna
Kelompok menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan laporan ini. Oleh karena itu, kelompok berharap adanya masukan dari
berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.

Palangka Raya, 20 November 2020

Ketua kelompok

iii
DAFTAR ISI
HAL

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................. ii
KATA PENGANTAR ....................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................ 4
1.4 Manfaat .......................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Penyakit ........................................................................... 6
2.1.1 Pengertian ..................................................................................... 6
2.1.2 Etiologi ......................................................................................... 7
2.1.3 Manisfestasi Klinis ....................................................................... 7
2.1.4 Patofisiologi ................................................................................. 9
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 10
2.1.6 Penatalaksanaan ......................................................................... 10
2.2 Konsep Dasar Kebutuhan Manusia .............................................. 11
2.2.1 pengertian Nyeri ......................................................................... 11
2.2.2 Penyebab Nyeri ......................................................................... 12
2.2.3 Klasifikasi ................................................................................. 13
2.2.4 Patofisiologi .............................................................................. 14
2.2.5 Manisfestasi Klinis .................................................................... 15
2.2.6 Penatalaksanaan Medis ............................................................. 17
2.2.7 Faktor Yang Mempengaruhi ..................................................... 17
2.3 Konsep Dasar Asuahan Keperawatan ......................................... 18
2.3.1 Pengkajian .................................................................................. 18
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................. 19
2.3.3 Intervensi Kerperawatan ........................................................... 21
2.3.4 Implementasi Keperawatan ....................................................... 26
2.3.5 Evaluasi ..................................................................................... 26

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian .................................................................................... 27
3.2 Diagnosa Keperaatan .................................................................. 35
3.3 Intervensi Keperawatan ................................................................ 37
3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................... 38
3.5 Evaluasi ............................................................................................
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian .................................................................................... 40
4.2 Diagnosa........................................................................................ 41
4.3 Intervensi ...................................................................................... 41
4.4 Implementasi ................................................................................ 42
4.5 Evaluasi ........................................................................................ 42

iv
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 44
5.2 Saran ................................................................................................. 46
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyeri atau rasa sakit merupakan respon yang paling dipahami oleh individu
ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman pribadi yang
diekspresikan secara berbeda oleh masing-masing individu dan nyeri termasuk
sensasi ketidaknyaman yang bersifat individual. Rasa sakit melekat pada sistem
syaraf manusia dan merupakan pengalaman individual yang berlangsung lama.
The International Associaton for The Study of Pain (2010) memberikan definisi
yang paling banyak dijadikan acuan yaitu berdasarkan faktor yang berkaitan
dengan waktu dan kesesuaian dengan penyakit. Nyeri merupakan sensasi yang
rumit, unik, dan universal. Dalam banyak literatur menyebutkan bahwa adanya
definisi nyeri yang berbeda-beda dan hal ini merefleksikan bahwa sifat nyeri yang
subjektif sehingga ada keragaman dalam cara memahami dan mengkategorikan
pengalaman manusia yang kompleks ini. Nyeri memiliki konstruk
multidimensional yaitu hubungan antara penyakit (sebagai pengalaman biologis)
dan rasa sakit (sebagai pengalaman ketidaknyamanan dan disfungsi) sehingga
sangat sulit untuk menguraikannya dengan jelas (Ospina dan Harstall, 2012).
Keluhan adanya rasa nyeri atau sakit sering kali merupakan alasan individu
untuk mendapatkan perawatan medis.Berdasarkan American Pain Society (APS)
50 juta warga Amerika lumpuh sebagian atau total karena nyeri, dan 45% dari
warga Amerika membutuhkan perawatan nyeri yang persisten seumur hidup
mereka. Kira-kira 50-80% pasien di rumah sakit mengalami nyeri disamping
keluhan lain yang menyebabkan pasien masuk rumah sakit (Ivan, 2013). Nyeri
lebih merupakan pengalaman psikologis dan bentuk dari distress manusia yang
paling umum, menetap dan seringkali berkontribusi terhadap penurunan kualitas
hidup (Hadjistravopoulos and Craigh, 2014).
Nyeri juga berfungsi sebagai salah satu mekanisme pertahanan tubuh
melalui peringatan ke otak mengenai adanya jaringan yang mungkin sedang
dalam keadaan bahaya. Nyeri sebenarnya merupakan salah satu signal bagi
individu mengenai adanya kerusakan dalam tubuh (Hadjam, 2011). Intensitas

1
2

nyeri seringkali menunjukan tingkat kerusakan atau cidera yang dialami individu.
Selain cedera, nyeri juga dirasakan oleh individu yang melakukan operasi.
Operasi atau pembedahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pengobatan penyakit dengan jalan memotong, mengiris atau membuka bagian
tubuh yang sakit. Dalam penelitian ini operasi yang dilaksanakan adalah operasi
patah tulang dan tumor. Operasi patah tulang adalah tindakan pengobatan yang
berhubungan dengan pemeliharaan dan pemulihan sistem rangka dan tulang.
Sedangkan operasi tumor adalah tindakan pengobatan yang tujuan utamanya
adalah mengangkat pertumbuhan kanker abnormal yang menginfeksi tubuh. Pasca
operasi ada rasa nyeri yang seringkali ditimbulkan akibat jahitan atau tindakan
medis berkaitan dengan pemulihan / tindakan operasi tersebut. Tindakan medis
yang sering menimbulkan nyeri adalah pembedahan. Nyeri biasanya dirasakan
oleh pasien pasca operasi patah tulang, operasi kanker, operasi tumor, operasi
cesar, operasi usus buntu dan lain sebagainya. Pasien pasca operasi seringkali
dihadapkan pada permasalahan adanya proses peradangan akut dan nyeri yang
mengakibatkan keterbatasan gerak. Akibat dari nyeri pasca operasi pasien menjadi
immobil yang merupakan kontradiksi yang dapat mempengaruhi kondisi
seseorang. Setiap tindakan operasi atau pembedahan pasti akan menimbulkan rasa
nyeri yang berakibat memberikan rasa ketakutan pada pasien untuk dapat
bergerak atau mobilisasi yang dapat menurunkan kualitas hidup, bahkan nyeri
merupakan sumber frustasi (Potter dan Perry, 2016). Nyeri pasca operasi
dikelompokkan sebagai nyeri akut yang memiliki awitan yang cepat atau
mendadak dan berlangsung dalam waktu yang singkat. Nyeri juga dibagi menjadi
dua jenis yaitu nyeri akut dan nyeri kronis, menyebutkan bahwa nyeri kronis
adalah nyeri yang dirasakan di luar rentang waktu normal penyembuhan yang
berkaitan dengan sakit yang berlarut-larut atau simptom berat dari suatu kondisi
yang berulang dan berlangsung selama 3 bulan atau lebih.
Smeltzer dan Bare (2012) menjelaskan bahwa nyeri pasca oprasi muncul
disebabkan oleh rangsangan mekanik luka yang menyebabkan tubuh
menghasilkan mediator-mediator kimia nyeri.Menurut hasil penelitian Bannet dan
Tollison (2011) di Amerika Serikat sebagian besar penduduk yang mengalami
nyeri adalah mereka yang pernah melakukan operasi pada bagian tubuhnya, dan
3

kegiatan operasi itu merupakan salah satu penyebab utama timbulnya rasa nyeri.
Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa penderita nyeri mempunyai
kecenderungan melakukan tindakan percobaan bunuh diri dikarenakan tidak
tahannya mereka dengan rasa nyeri yang di derita. Pengekspresian rasa nyeri atau
respon terhadap rasa nyeri itu sendiri merupakan fenomena yang bersifat
kompleks dan melibatkan sensorik, perilaku atau motorik, emosi. Begitu impuls
rasa sakit diterima oleh otak, interpertasi rasa sakit itu sendiri dipengaruhi oleh
faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial yang saling berkaitan satu dan yang
lainnya. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di salah satu rumah
sakit bentuk ekspresi rasa nyeri yang ditunjukan oleh pasien seperti: mengeluh,
merintih, gelisah, berteriak dan menangis.
Respon nyeri jika dilihat dari faktor biologis mengaktifkan nociceptors.
Nociceptors merupakan serabut syaraf yang merangsang rasa sakit. Setelah
nociceptors dirangsang impuls rasa sakit dikirim ke otak sebagai peringatan
bahwa terjadi ancaman pada tubuh, rangsangan yang individu terima
mengaktifkan serabut saraf khusus untuk mengirim sinyal melalui jaringan syaraf
perifer melalui impuls sumsum tulang belakang ke otak, ketika impuls aferen
mencapai sumsum tulang belakang loop refleks terbentuk dalam saluran untuk
mengaktifkan otot-otot yang diperlukan untuk menggerakan anggota badan
menjauhi stimulus. Respon emosional yang muncul diekspresikan individu dalam
bentuk awal adalah individu berfikiran bahwa dirinya sakit dengan melihat bekas
luka atau bagian yang sakit, selanjutnya merasa bahwa dirinya benar-benar sakit
dan akhirnya memunculkan reaksi seperti menjerit dan menangis. Komponen
emosional terjadi saat individu meringis, membuat kepalan tangan atau bahkan
berfikir apa yang dilakukan oleh orang lain terhadap dirinya. Perbedaan jenis
kelamin juga mempengaruhi bagaimana individu tersebut mengekspresikan nyeri
yang dirasakan. Komponen lain selain emosional dalam pengekspresian rasa nyeri
juga bisa dilihat dari komponen budaya tetapi jika dilihat dari komponen ini
hampir terlalu kompleks untuk dijelaskan, namun persepsi terhadap rasa nyeri
sendiri dapat dikaitkan dengan etnis dan status sosial ekonomi, komponen budaya
dapat dilihat sebagai variabel yang berhubungan dengan lingkungan dimana
4

seseorang dibesarkan dan bagaimana lingkungan memberikan respon terhadap


rasa sakit

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana asuhan keperawatan kebutuhan dasar manusia pada Ny. R
dengan Nyeri ?
2. Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan kebutuhan dasar manusia pada
Ny. R dengan Nyeri ?
3. Bagaimana diagnosa asuhan keperawatan kebutuhan dasar manusia pada
Ny. R dengan Nyeri ?
4. Bagaimana intervensi asuhan keperawatan kebutuhan dasar manusia pada
Ny. R dengan Nyeri ?
5. Bagaimana implementasi asuhan keperawatan kebutuhan dasar manusia
pada Ny. R dengan Nyeri ?
6. Bagaimana evaluasi asuhan keperawatan kebutuhan dasar manusia pada
Ny. R dengan Nyeri ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan
pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan
pada klien Ny. R dengan Nyeri di ruang Dahlia RSUD Dr. Doris Slyvanus
Palangka Raya
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan kebutuhan dasar manusia
pada Ny. R dengan Nyeri
2. Mengetahui dan memahami pengkajian asuhan keperawatan kebutuhan
dasar manusia pada Ny. R dengan Nyeri
3. Mengetahui dan memahami diagnosa asuhan keperawatan kebutuhan
dasar manusia pada Ny. R dengan Nyeri
4. Mengetahui dan memahami intervensi asuhan keperawatan kebutuhan
dasar manusia pada Ny. R dengan Nyeri
5

5. Mengetahui dan memahami Implementasi asuhan keperawatan kebutuhan


dasar manusia pada Ny. R dengan Nyeri
6. Mengetahui dan memahami Evaluasi asuhan keperawatan kebutuhan dasar
manusia pada Ny. R dengan Nyeri
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan khususnya penerapan
asuhan keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Desease (CKD).
1.4.2 Institusi Pendidikan
Menjadi masukan bagi institusi guna menambah literatur / referensi
untuk kelengkapan perkuliahan.
1.4.3 Klien dan keluarga
Menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakit Chronic Kidney Desease (CKD), terutama tentang cara pencegahan
dan penanggulangannya.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh,
tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan
oleh neoplasma (Sjamsuhidayat, 2010: 134). Soft Tissue Tumor (STT) adalah
benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan
nonneoplasma. Soft Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal,
progresif, dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti kanker (M.
Clevo.2012: 84).
Soft tissue tumor adalah suatu kelompok tumor yang biasanya
berasal dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggonta gerak,
badan atau Jadi kesimpulanya Soft tissue tumor adalah suatu benjolan
atau pembekakan yang di sebabkan oleh neoplasma dan non neoplasma yang
berasal dari jaringan ikat, dan di tandai sebagai massa di anggota gerak, badan
atau reptroperitoneum
2.1.2 Etiologi
2.1.2.1 Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang
abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.
2.1.2.2 Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi
yang mendorong tranformasi neoplastic.
2.1.2.3 Infeksi
Infeksi virus Epstein-bar dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkat kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
2.1.2.4 Trauma

6
7

Hubungan trauma dan soft tissue tumor nampaknya


kebetulan. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada
(Sjamsuhidajat, 2010). (M. Clevo.2012: 84).
2.1.3 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung di mana letak
tumor atau benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan
sakit yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor dan bisa
juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak
cepat membesar, bila di raba terasa lunak dan bila di gerakan relatif masih mudah
digerakan dari jaringan sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat yang
jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena
jaringan lunak relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar,
mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau
bengkak (M. Clevo, 2012)
2.1.4 Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak (soft tissue tumors)
adalah proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh, tidak termasuk visera, selaput otak, dan sistem
limforetikuler. Dapat timbul di tempat mana saja, meskipun kira-kira
40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di
ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher dan 30% di badan dan
retro peritoneum, parameter - parameter yang penting untuk menentukan
penatalaksanaan klinisnya adalah:
1. Ukuran makin besar massa tumor, makin buruk hasil akhirnya.
2. Klasifikasi histologi dan penentuan stadium (granding) yang akurat (terutama
di dasarkan pada derajat diferensiasinya), dan perkiraan laju pertumbuhan yang
didasarkan pada mitos dan perluasan nekrosis.
3. Staging
4. Lokasi tumor. Makin superfisial, prognosis makin baik (M. Clevo, 2012).
8

PATHWAY

Kondisi Genetik,Radiasi, Infeksi Dan Trauma

Terbentuk Benjolan Atau Tumor Di Bawah Kulit

SOFT TISSUE TUMOR (SST)

Pre OP Post OP

Adanya imflasmasi

Terputusnya kontinutas Adanya luka post


Perubahan fisik jariangan operasi

Menstimulasi respon
Anatomi kulit Tempat masuk
nyeri
abnormal mikroorganisme

Nyeri
Kurang pengetahuan Resiko infeksi

Cemas

Gambar 1.1 Soft Tissue Sacroma


(Sumber Data: Andri, 2015:8)
9

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang


2.1.5.1 Pemeriksaan X-Ray
X-ray untuk membantu pemhaman lebih lanjut tentang
tumor jaringan lunak, transparasi serta hubungannya dengan tulang yang
berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun
batas yang jelas tetapi melihat klasifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor
ganas jaringan lunak, situasi terjadi di sarkoma sinovial, rhambdomyosarcom, dan
lainnya. (Robert Priharjo, 2012).
2.1.5.2 Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema
perbatasan amplop dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk
membedakan antara jinak atau ganas. Tumor ganas jaringan lunak tubuh yang
agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti sarkoma otot lurik,
myosarcoma sinovial, sel tumor mendalami sitologi aspirasi akupunktur.
2.1.5.3 CT scan
CT scan memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spesial
karakter tumor jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa
tumor jaringan lunak dalam berapa tahun terakhir.
2.1.5.4 Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari x-ray dan
CT scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor
dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul,
memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang adalah untuk
mendasarkan pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
2.1.5.5 Pemeriksaaan histologi
1. Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat
dioptimalkan untuk situasi berikut:
1) Ulserasi tumor jaringan lunak, pap smear atau metode pengempulan untuk
mendapatkan sel,pemeriksaan mikroskopik.
2) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya untuk
10

mengambil spesimen segara harus dilakukan konsentrasi sedimentasi sentrifugal,


selanjutnya smear.
3) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor yang
mendalam yang ditunjukan untuk radioterapi atau kemoterapi, metastasis dan
lesi rekuren juga berlaku.
2. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat
didiagnosa, dilkukan forsep biopsi.
3. Memotong biopsi: metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
4. Biopsi Eksisi: berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama dengan
bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis (Robert Priharjo, 2012).
2.1.6 Penatalaksanaan
2.1.6.1 Penatalaksanaan Medik
1. Bedah
Mungkin cara ini sangat berisiko. Akan tetpi, para ahli bedah mencapai
angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan
untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
2. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat
kimia untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat
sekaranga, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan kanker
dirawat dengan cara kemoterapi ini.
3. Terapi radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber
dari radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupakan terapi tunggal. Tetapi
terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi bedah (Robert Prih
arjo, 2012).
11

2.1.6.2 Penatalaksanaan Keperawatan


1. Perhatikan kebersihan luka pada pasien.
2. Perawatn luka pada pasien.
3. Pemberian obat.
4. Amati ada atau tidak komplikasi atau potensial yang terjadi setelah dilakukan
operasi (Robert Priharjo, 2012)
2.2 Konsep Dasar Kebutuhan Manusia
2.2.1 Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala
atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul, 2012).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2010).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul
secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya
kerusakan. Serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat
yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi
kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional); awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat
diantisipasi atau di prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronisserangan yang tiba-
tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan (NANDA, 2012).
Penilaian Respon Intensitas Nyeri
2.2.1.1 Numeric Rating Scale
Dimana intensitas nyeri diukur dalam skala 10, dengan nilai menyatakan
tidak nyeri dan nilai 10 menyatakan nyeri yang amat sangat dan tidak
tertahankan lagi
12

Sumber: Ikawati & Anurogo (2018)


Gambar 2.1 Skala inrensitas nyeri 10 poin dengan keterangan kata
Skala pada numeric rating scale dan interprestasinya. intensitas nyeri pada skala
1-3 disebut nyeri ringan, 4-6 disebut nyeri sedang, dan 7-1- dikatakan nyeri berat.

2.2.1.2 Face Pain Rating Scale

Sumber: Ikawati & Anurogo (2018)


Gambar 2.2 Skala peringkat wajah. Face Pain Rating Scal
2.2.1.3 Visual Analog Scale (VAS)

Sumber: Ikawati & Anurogo (2018)


Gambar 2.3 Visual Analog Scale
Selain menentukan intensitas nyeri, perlu diidentifikasi juga onset,durasi,
karakteristik rasa nyerinya, seperti apakah nyerinya tajam, tumpul, berdenyut, dll.
Intensitas nyeri pada saat ada aktivitas tubuh juga sebaiknya dinilai, misalnya
pasien diminta menilai nyerinya ketika dia batuk, bernafas dalam- dalam, atau
berbaring.
2.2 Penyebab Nyeri
2.2.2.1 Faktor fisiologis
1. Efek opium yang diproduksi tubuh menghasilkan zat kimia yang berfungsi
sebagai regulator dalam beradaptasi terhadap nyeri.
2.2.2.2 Faktor psikososial
1. Kebudayaan
13

2. Lingkungan ; seseorang mempengaruhi persepsi dan respon sakit


3. Emosi : mempengaruhi persepsi sakit
4. Harapan ; adanya orang lain
5. Sistem nilai : individu berpengaruh terhadap persepsi dan respon nyeri
6. Pengalaman terdahulu : pengalaman terdahulu tentang rasa sakit
mempengaruhi persepsi rasa sakit.
7. Usia : usia sering mempengaruhi persepsi sakit individual
2.2.3 Klasifikasi
1. Nyeri akut
Selang waktunya lebih singkat dengan tanda – tanda klinis antara laina
berkeringat banyak, tekanan darah naik, nadi naik, pucat dan dengan respon
pasien, umunya menangis, teriak atau mengusap daerah yang nyeri.
3 Nyeri kronik
Mempunyai selang waktu yang lebik lama dan dapat berlangsung lebih dari
enam bulan.
4 Nyeri intensitasnya
1) nyeri berat ( 7 – 10 )
2) nyeri sedang ( 3 – 6 )
3) nyeri ringan ( 0 – 3 )
5 Nyeri berdasarkan tempatnya
1) Pheriperal pain, yakni nyeri yang terasa pada permukaan tubuh,misalnya
pada kulit, mukosa
2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih
dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
3) Refered pain, yakni nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh di daerah
yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem
saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus dan lain-lain.
6 Nyeri berdasarkan sifatnya
1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
14

2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam
waktu lama.
3) Proxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
sekali. Nyeri tersebut biasanya ± 10-15 menit, lalu menghilang,
kemudian timbul lagi.
2.2.4 Patofisiologi
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf
perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa rute saraf dan akhirnya samapai didalam massa berwarna abu – abu di
medula spinalis. Terdapat tesan nyeri dapat berinteraksi dengan inhibitor,
mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa
hambatan kekorteks cerebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks cerebral,
maka otak menginterprestasikan kualitas nyeri dan memproses informasi tentang
pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosoasi kebudayaan dalam upaya
mempersepsikan nyeri.
15

PHATWAY
trauma jaringan infeksi cidera

kerusakan sel

pelepasan mediator nyeri (histamine,


tradiksin prostagladin dll)
mera ngsang reseptor

di hantarkan serabut tipe A dan serabut tipe C

medula spinalis

sistem aktivitasi
Sistemaktivitasi retikular retikular Area grisea peraikueduktus

talamus hipotalamus dan sistem limbik Talamus

retikular
otak

persepsi nyeri

Nyeri Akut atau Nyeri Kronik

Sumber : Meida Ellia Puspita (2014)


16

2.2.5 Manifestasi klinis


2.2.5.1 Tanda dan gejala nyeri
1) Gangguam tidur
2) Posisi menghindari nyeri
3) Gerakan meng hindari nyeri
4) Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5) Perubahan nafsu makan
6) Tekanan darah meningkat
7) Pernafasan meningkat
8) Depresi
2.2.5.2 Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya adalah:
1) Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan,merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi lingkungan
dan pengalaman.
2) Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektifdari
seseorang yang merasakan nyeri. Dikarenakan perawat tidak mampu
merasakan nyeri yang dialami oleh pasien
3) Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang
dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang
dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-
obatan, hipnotis, gerakan atau garakan, pengalihan perhatian,kepercayaan
yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi
antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,nyeri yang kunjung tidak
hilang, sakit, dan lain-lain.
4) Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon
seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan
menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi
oleh beberapa faktor, seperi arti nyeri, tingkat perspepsi nyeri,pengalaman
17

masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa
takut, cemas, usia, dan lain-lain.
2.2.6 Penatalaksanaan medis keperawatan
2.2.6.1 Non farmakologi
1) Relaksasi distraksi, mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu
Contoh : membaca buku, menonton tv , mendengarkan musik dan bermain
2) Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :Kompres
dingin, counteriritan, seperti plester hangat.
2.2.6.2 Farmakologi adalah obat:
1) Obat
2) Injeksi
2.2.7 Faktor Yang Mempengaruhi
1) Arti Nyeri.
Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti
nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,merusak, dan
lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi lingkungan dan pengalaman.
2) Persepsi Nyeri.
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektifdari seseorang
yang merasakan nyeri. Dikarenakan perawat tidak mampu merasakan
nyeri yang dialami oleh pasien.
3) Toleransi Nyeri.
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-
obatan, hipnotis, gerakan atau garakan, pengalihan perhatian,kepercayaan
yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi
antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,nyeri yang kunjung tidak
hilang, sakit, dan lain-lain.
4) Reaksi terhadap Nyeri.
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk responseseorang terhadap nyeri,
seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini
merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa
18

faktor, seperi arti nyeri, tingkat perspepsi nyeri,pengalaman masa


lalu, nila i budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut,
cemas, usia, dan lain-lain.
2.3 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keeprawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk menegvaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam,
2014:17).
Menurut (Arif Muttaqin, 2011:171), pengkajian yang dapat dilakukan pada
pasien dengan colic abdomen adalah adalah sebagai berikut:
2.3.1.1 Keluhan utama
Keluhan utama yang di dapat biasanya bervariasi, biasanya pasien mengeluh nyeri
di bagian perut.
2.3.1.2 Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola napas,
kelemahan fisik,. Kaji sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk
mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatan apa.
2.3.1.3 Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit colic abdomen, infeksi saluran kemih, payah
jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik Benign Prostatic Hyperplasia, dan
prostatektomi.Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem
perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi
pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab.Penting untuk dikaji
mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
2.3.1.4 Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan, gangguan konsep diri (gambaran diri) dan gangguan peran
pada keluarga (self esteem).
19

2.3.1.5 Keadaan umum, penampilan cukup rapi, pasien tampak meringis


2.3.1.6 Pemeriksaan Fisik
Menurut (Muttaqin, 2012:171-172), pemeriksaan fisik pada pasien dengan colic
abdommen adalah sebagai berikut:
1) Perilaku non verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain ekspresi wajah,
gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll
2) Kualitas
3) Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri. Anjurkan
pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
4) Factor presipitasi
Beberapa factor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara lain lingkungan,
suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
5) Intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau dapat
menggunakan skala dari 0-10.
6) Waktu dan lama
Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama,
bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
7) Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : factor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/ intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/ frekuensi nyeri.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Penegakan diagnosa keperawatan yang akurat untuk klien yang
mengalami nyeri dilakukan berdasarkan pengumpulan dan analisis data
yang cermat. Seorang perawat jangan mendiagnosa klien mengalami nyeri
dengan sederhana hanya karena menyangka klien mengalami
ketidaknyamanan. Diagnosa yang akurat dibuat hanya setelah pengkajian
lengkap semua variabel. Dalam contoh diagnosa nyeri, perawat dapat
20

mengkaji perilaku klien yang menarik diri dari komunikasi, postur tubuh
kaku, klien mengeluh, ungkapan verbal ketidaknyamanan klien. Diagnosa
keperawatan harus berfokus pada sifat khusus nyeri untuk membantu perawat
mengidentifikasi jenis intervensi yang paling berguna untuk menghilangkan
nyeri dan meminimalkan efek intervensi itu pada gaya hidup dan fungsi
klien.
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 diagnosis yang muncul pada
kasus nyeri akut antara lain
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (mis., inflamasi,
iskemia, neoplasma);
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi (mis., terbakar,
bahan kimia iritan); dan
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis., abses,
amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebihan.
21

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Tabel 2.3 Intervensi keperawatan menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Diagnosa Intervensi Utama Intervensi Pendukung

Nyeri Akut berhubungan dengan agen Manajemen Nyeri: 1. Aromaterapi


2. Dukungan hipnosis diri
Pencedera fisik. Observasi : 3. Dukungan pengungkapan
Definisi: kebutuhan
1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi,
Pengalaman sensorik atau emosioal yang kualitas, intensitas nyeri 4. Edukasi efek samping obat
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual 2. Identifikasi skala nyeri 5. Edukasi manajemen nyeri
atau fungsional, dengan onset mendadak atau 3. Identifikasi respons nyeri non verbal 6. Edukasi proses penyakit
7. Edukasi teknik napas
lambat dan berintensitas ringan hingga berat 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
yang berlangsung kurang dari 3 bulan. memperingan nyeri 8. Kompres dingin
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang 9. Kompres panas
Tujuan: nyeri 10. Konsultasi
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon 11. Latihan pernapasan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 12. Manajemen efek samping obat
diharapkan nyeri klien berkurang dengan nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup 13. Manajemen kenyamanan
kriteria hasil sebagai berikut: lingkungan
8. Monitor keberhasilan terapi kompementer yang
sudah diberikan 14. Manajemen medikasi
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik 15. Manajemen sedasi
nyeri, mampu meng-gunakan teknik
16. Manajemen terapi radiasi
nonfarma-kologi untuk mengurangi nyeri,
Teraupetik: 17. Pemantauan nyeri
2. mencari bantuan)
18. Pemberian obat
1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk 19. Pemberian obat intravena
dengan menggunakan manajemen nyeri mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, 20. Pemberian obat oral
2. Mampu mengenali nyeri (skala, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
22

intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres 21. Pemberian obat intravena
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri hangat/dingin, terapi bermain) 22. Pemberian obat topikal
berkurang. 1. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri 23. Pengaturan posisi
(mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 24. Perawatan amputasi
Penyebab: 2. Fasilitasi istirahat dan tidur 25. Perawatan kenyamanan
1. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, 3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam 26. Teknik distraksi
pemilihan strategi meredakan nyeri. 27. Teknik imajinasi Terbimbing
iskemia, neoplasma
2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, 28. Terapi Akupresur
bahan kimia iritan 29. Terapi akupuntur
3. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, 30. Terapi bantuan hewan

terbakar, terpotong, mengangkat berat,

prosedur operasi, trauma, latihan fisik


berlebihan)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif:

1. Mengeluh nyeri

Objektif:

1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada,
posisi menghindari nyeri)
1. Gelisah
2. Frekuensi nadi meningkat
23

3. Sulit tidur Gejala dan


Tanda Minor Objektif:
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

Kondisi Klinis Terkait:

1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma

Edukasi:

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu


nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
2. - Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
24

3. Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu.

Pemberian Analgesik: 2

Observasi:

1. Identifikasi karakteristik nyeri


(mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi riwayat alergi obat
4. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
(mis. narkotika, non-narkotik, atau
NSASID) dengan tingkat keparahan nyeri
5. Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
6. Monitor efektifitas analgesik

Teraupetik:

1. Diskusikan jenis analgesik yang


disukai untuk mencapai analgesia optimal,
jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
3. Tetapkan target efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan respons pasien
25

4. Dokumentasikan respons terhadap


efek
5. analgesik dan efek yang tidak diinginkan

Sumber: Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), Nurafif & Kusuma (2015).
26

2.3.4 Implementasi

Lakukan, informasikan, dan tuliskan, adalah frase tindakan implementasi.


Melakukan asuhan keperawatan dengan dan untuk klien. Menginformasikan hasil
dengan cara berkomunikasi dengan klien dan anggota tim layanan kesehatan lain,
secara individual atau dalam konferensi perencanaan. Menuliskan informasi
dengan cara mendokumentasikannya sehingga penyedia layanan kesehatan
selanjutnya dapat melakukan tindakan dengan tujuan dan pemahaman. Selalu
ingat bahwa komunikasi dan dokumentasi yang adekuat akan memfasilitasi
kontinuitas asuhan (Rosdahl dan Kowalski, 2017)
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis,
perencanaan, dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah-langkah
dalam mengevaluasi asuhan keperawatan adalah, menganalisis respon klien,
mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan,
dan perencanaan untuk asuhan di masa depan.
Menurut Dinarti, dkk, (2013). Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subyektif, obyektif, assesment,
planning). Komponen SOAP yaitu S (subyektif) dimana perawat menemukan
keluhan klien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan. O (obyektif)
adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi klien secara
langsung dan dirasakan setelah selesai tindakan keperawatan. A (assesment)
adalah kesimpulan dari data subyektyif dan obyektif (biasanya ditulis dalam
bentuk masalah keperawatan), P (planning) adalah perencanaan keperawatan
yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau ditambah dengan rencana
kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal Dan Hari Pengkajian Senin, 16 November 2020

3.1. Pengkajian Keperawatan


3.1.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : sudah menikah
Alamat : Jl. Tjilik riwut
Tgl MRS : 11-11-2020
Diagnosa Medis : Soft Tissue Sacroma

Tanggal operasi : 14 November 2020

3.1.2. Riwayat kesehatan/Keperawatan


1. Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri pada bekas luka operasi pasien
mengatakan nyeri pada bekas luka operasi P:pasien mengatakan nyeri Q:
nyeri yang di rasakan seperti disayat- sayat R: pada pergelangan tangan
sebelah kiri S: nyeri sedang 3 T: nyeri timbul kurang lebih 2 menit
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Pada tanggal 11 november 2020 pasien
masuk dengan rencana operasi efektif dari poli bedah RSUD dr. Doris
Sylvanus., dan benjolan yang dirasakan pada tangan sebelah kiri sudah
hampir 6 bulan.Pasien masuk ke IGD pasien diberikan tindakan
pemasangan infus NaCl 0,9 % sebanyak 20 tpm setelah dilakukan
pemeriksaan kemudian pasien dianjurkan untuk dirawat diruang Dahlia
untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (Riwayat Penyakit dan Riwayat Operasi):
pasien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya

27
28

4. Riwayat Penyakit Keluarga: tidak ada riwayat penyakit keluarga

3.1.3. Genogram Keluarga

Keterangan :
= Laki-laki
= perempuan = Tinggal Serumah
= pasien = Garis Keturunan
= Meninggal

Bagan 2.1 Genogram keluarga

3.1.4 Pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum: Kesadaran composmenthis dan GCS E 4 V 5 M 6,
terbaring diatas tempat tidur terpasang stoper di tangan sebelah kanan.
2. Status Mental : Pasien dalam keadaan composmenthis
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
3. Tanda-Tanda Vital: Suhu 37.10C, nadi 100 x/mnt, pernapasan 19 x/mnt,
tekanan darah 120/80 mmHg,
4. Pernapasan (Breathing): Bentuk dada simetris, tidak ada kebiasaan
merokok, tidak terdapat sputum, tidak ada nyeri dada, sesak nafas, tipe
pernapasan dada , irama pernapasan teratur, suara nafas normal .
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
5. Cardiovaskuler (Bleeding): Pasien tidak mengalami nyeri dada , capillary
refill 2 detik. Ictus cordis tidak terlihat, suara jantung normal S1 dan S2
lub dup. Masalah keperawatan: Tidak ada masalab h keperawatan
29

6. Persyarafan (Brain) :
Nilai GCS E : 4( buka mata dengan rasangan panggilan ), V : 5 (ada suara
tanpa rangsangan apapun), M : 6 (normal ) Total Nilai GCS : normal (14),
kesadaran : composmenthis , Pupil : isokor tidak ada kelainan, reflex
cahaya kanan dan kiri positif.
Uji Syaraf Kranial :
1). Nervus kranial I (Olfaktori), Tidak di kaji
2). Nervus kranial II (Olfaktikus), Tidak di kaji
3). Nervus kranial III (Okulomotoris), Tidak di kaji
4). Nervus kranial IV (Troklear), Tidak di kaji
5). Nervus kranial V (Trigeminal), Tidak di kaji
6). Nervus kranial VI (Abdusen), Tidak di kaji
7). Nervus kranial VII (Fasial), Tidak di kaji
8). Nervus kranial VIII (Akustik), Tidak di kaji
9). Nervus kranial IX (Glasofaringeus), Tidak di kaji
10). Nervus kranial X (Vagus), Tidak di kaji
11). Nervus kranial XI (Aksesorius spinal), Tidak di kaji
12). Nervus kranial XII (hipoglarus), Tidak di kaji
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
7. Eliminasi Uri (Bladder): Produksi urine 1500 ml/ 5-6 kali per hari, warna
kuning jernih, bau pesing, tidak ada masalah/lancar,
Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan.
8. Eliminasi Alvi (Bowel): Bibir lembab, gigi lengkap, gusi tidak ada
peradangan, lidah tidak ada peradangan, mukosa tidak ada peradangan,
tonsil tidak ada pembesaran, BAB tidak diketahui, bising usus tidak dikaji.
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan masalah
9. Tulang-Otot-Integumen (Bone): Kemampuan pergerakan sendi bebas,
ukuran otot simetris, uji kekuatan otot ekstrimitas atas 5/5 dapat melawan
tahanan pemeriksaan dengan kekuatan maksimal ekstrimitas bawah 5/5,
tulang belakang normal. Terdapat bekas luka tindakan post operasi pada
pergelangan sebelah kiri pada bagian otot dengan skala nyeri sedang 3.
30

10. Kulit-Kuku-Rambut: Rambut tidak rontok,tidak ada perubahan pigmentasi


kulit, kulit pada pergelangan tangan sebelah kiri terdapat luka bekas
operasi, tekstur rambut halus dan, distribusi rambut tebal, bentuk kuku
simetris.
Masalah Keperawatan: Nyeri Akut
11. Sistem Penginderaan : normal
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan masalah.
12. Leher dan Kelenjar Limfe: Massa tidak, Jaringan Parut tidak, kelenjar
limfe tidak teraba, kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bebas.
13. Sistem Reproduksi: tidak dilakukan pengkajian.
Masalah keperawatan :tidak dilakukan pengkajian

3.1.5 Pola Fungsi Kesehatan


1. Persepsi Terhadap Kesehatan Penyakit: Keluarga pasien merasa cemas
dengan keadaan pasien dan terlihat merenung dan ingin pasien cepat
sembuh dan berharap cepat keluar dari rumah sakit, dan keluarga pasien
cukup ikhlas menerima sakit yang dideritanya
2. Nutrisi dan Metabolisme : TB: 152, BB sekarang: 50, BB Sebelum sakit:
58 kg , tidak ada kesukaran menelan, nafsu makan baik. Tidak ada
keluhan.
31

Tabel 3.1 Pola Makan pasien


Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekuensi/hari 3x1 hari 3x1 hari


Porsi 1 gelas ( 100 ml ) 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan Susu, nasi ,lauk dan Nasi, lauk, sayur
sayur
Jenis Minuman Air putih,susu Air putih
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 1500 cc/24 jam ± 1500 cc/24 jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawtan
3. Pola Istirahat dan Tidur: pola tidur pasien efektif ,
masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
1. Kognitif: Tidak di kaji
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambaran diri : pasien adalah seorang perempuan,pasien dapat menerima
penyakit yang dialaminya, pasien seorang ibu rumah tangga
6. Aktivitas Sehari-hari: pasien terbaring terlentang pergerakan tidak
terbatas, makan dan minum mandiri.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
7. Koping-Toleransi terhadap Stress: Keluarga pasien terlihat termenung dan
cemas.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan : Keluarga mengatakan tindakan medis dan tindakan
keperawatan tidak ada yang bertentangan dengan nilai-nilai keyakinan
klien. Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
32

3.1.6 Sosial-Spiritual
1. Kemampuan berkomunikasi : Pasien mampu berkomunikasi secara
normal.
2. Bahasa sehari-hari : Indonesia/ Dayak
3. Hubungan dengan keluarga : Keluarga terlihat akrab dan merawat pasien.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain : Tidak bisa dikaji
pasien tidak sadar
5. Orang berarti/terdekat : Anak dan keluarga
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang: Keluarga pasien mengatakan
sebelum sakit pasien berkumpul dengan keluarga, saat sakit berbaring dan
bersantai dengan keluarga.
7. Kegiatan beribadah: Tidak dapat dilakukan

2.1.7 Data Penunjang (radiologis, laboratorium, penunjang lainnya)


Tabel 3.2 Data Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Tanggal, 10 November 2020

Glukosa-sewaktu 106 mg/dl < 200

Ureum 19 mg/dl 21-53

Creatinin 0,55 mg/dl 0,7-1,5

SPGOT/AST 19 U/L < 31

SGPT/ALT 11 U/L < 32


33

Tabel 3.3 Pemeriksaan laboratorium


Hematologi
Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Tanggal, 10 November 2020

Hemoglobin 13,4 g% P : 11,5-16,0

Leukosit 10.430 /mm 4.500-11.000

Laju endapan darah 9 mm P < 15

Eosinofil 90 /mm 20-500

Basinofil 40 /mm 0-100

Neutrofil 6.780 /mm 5000-7000

Limposit 2.880 /mm 800-4.000

Monosit 640 /mm 120-1.200

Eritrosit 4,4 juta /mm 4-6

Trombosit 245.000 /mm 150.000-400.000

Hematokrit 38 % 37-48

Clotting time (CT) 5 menit 4-10

Bleeding time (BT) 2 menit 1-3


34

3.1.8 Penatalaksanaan Medis


Tanggal, 14 November 2020
Tabel 3.3 indikasi

Obat Dosis Rute Indikasi

Infus RL 1.500 ml IV Sodium adalah elektrolit dengan


fungsi untuk mengatur jumlah air
( 25 tpm)
dalam tubuh Anda. Sodium juga
24 jam memainkan peran pada bagian impuls
saraf dan kontraksi otot.

Ceftriaxone 2 x 1 gr IV Mengatasi berbagai infeksi bakteri

Keterolac 3 mg IV Untuk mengatasi nyeri atau


peradangan

Palangka Raya, 18 november 2020


Mahasiswa

Kelompok 1
35

3.2 Diagnosa Keperawatan


3.2.1 Analisis Data

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB

Trauma jaringan infeksi Nyeri akut


1. DS: P:pasien mengatakan cidera.operasi
nyeri
Q: nyeri yang di rasakan
seperti disayat- sayat Kerusakan sel
R: pada pergelangan
tangan sebelah kiri
S: nyeri sedang 3
T: nyeri timbul kurang Pelepasan mediator nyeri
lebih 2 menit
2.
DO : Kerusakan nesoseptor
1. Keadaan
composmenthis
2. Pasien tampak
meringis Medulla spinalis
3. Tampak terlihat
bekas operasi pasien
pada tangan sebelah kiri Sistem aktivasi retikular
4. Skala nyeri sedang 3
5. TTV :
Suhu 37.10C, Hipotalamus dan sistem
6. Nadi 100 x/mnt, limbik
Pernapasan 19 x/mnt,
Tekanan Darah 120/80 Persepsi nyeri
mmHg,

Nyeri akut
36

3.2.2 Prioritas Masalah


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik di tandai dengan
kesadaran pasien compomenthis, pasien tampak meringis, Tampak terlihat
bekas operasi pasien pada tangan sebelah kiri , Skala nyeri sedang Suhu
37.10C, nadi 100 x/mnt, pernapasan 19 x/mnt, tekanan darah 120/80
mmHg,
37

3.3 Rencana Keperawatan

Nama Pasien : Ny. R

Ruang Rawat : DAHLIA

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil ) Intervensi Rasional


Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi skala nyeri dan 1. Supaya kita dapat mengetahui
Nyeri akut berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 7 Jam tanda-tanda vital karakteristik nyeri yang pasien
agen pencederaan fisik diharapkan nyeri yang di rasakan 2. Kaji penyebab nyeri rasakan dan adanya perubahan
pasieb berkurang dengan kriteria 3. Ajarkan pasien teknik tanda-tanda vital
hasil : manajemen nyeri 2. Agar kita dapat mengetahui
1). Nyeri yang di rasakan 4. Berikan pendidikan kesehatan penyebab nyeri yang di rasakan
pasien berkurang tentang tarik napas dalam pasien
2). Pasien tidak tampak 5. Kolaborasi dengan dokter 3. Untuk menurunkan stimulasi
meringis dalam pemberian obat yang berlebihan dapat
3). Skala nyeri berkurang analgesik mengurangi nyeri
4). Vital Sign normal. 4. Apabila pasien merasa nyeri
5). GCS E 4 M5 V 6 maka pasien dapat
mencotohkan apa yang kita
ajarkan untuk mengurang nyeri
yang dirasakan
5. Untuk mengilangkan nyeri
38

3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda


Tanggal jam tangan dan
Nama
perawat
Rabu, 16 1. Mengakaji S : P : pasien mengatakan
november penyebab nyeri masih nyeri
2020 2. Mengobservasi Q : nyeri yang di
skala nyeri dan rasakan seperti disayat-
Jam : 15.00
tanda-tanda vital sayat
WIB 3. Mengajarkan R : nyeri pada bagian Kelompok 1
DX1 pasien teknik pergelangan tangan
. manajemen nyeri sebelah kiri
4. Memberikan S : skala nyeri 3
pendidikan T : nyeri timbul
kesehatan tentang kurang lebih 2 menit
tarik napas dalam O:
5. Berkolaborasi - Pasien tampak
dengan dokter meringis
dalam pemberian - Pasien tampak
obat analgesik gelisah
- Terdapat luka post
operasi pada
pergelangan tangan
sebelah kiri
- Pasien terpasang
stoper pada tangan
sebelah kanan
- TTV pasien
Suhu 37.10C,
Nadi 100 x/mnt,
Pernapasan 19
X/Mnt,
Tekanan Darah
120/80 mmHg,
- Keadaan
composmenthis
- GCS : E 4 V 5 M 6
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1,2,3,4 dan 5
39

Hari Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda


Tanggal jam tangan dan
Nama
perawat
Rabu, 17 1. Mengakaji S : P : pasien mengatakan
november penyebab nyeri nyeri berkurang
2020 2. Mengobservasi Q : nyeri yang di
skala nyeri dan rasakan seperti disayat-
Jam : 14.30
tanda-tanda vital sayat
WIB 3. Mengajarkan R : nyeri pada bagian Kelompok 1
DX1 pasien teknik pergelangan
. manajemen nyeri tangan sebelah
4. Memberikan kiri
pendidikan S : skala nyeri 1
kesehatan tentang T : nyeri timbul
tarik napas dalam kurang lebih 1 menit
5. Berkolaborasi O:
dengan dokter - Pasien tampak tidak
dalam pemberian meringis
obat analgesik - Pasien tampak tidak
gelisah
- Tampak terlihat luka
- tampak terlihat luka
bekas operasi pada
pergelangan tangan
sebelah kiri
- pasie terpasang
stoper pada tangan
sebelah kanan
- TTV pasien
Suhu 37.10C,
Nadi 100 x/mnt,
Pernapasan 19
X/Mnt,
Tekanan Darah
120/80 mmHg,
- Keadaan
composmenthis
- GCS : E 4 V 5 M 6
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hetikan
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap penting dari proses pemberian asuhan


keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian
yang akurat lengkap sesuai kenyataan dan kebenaran data sangat penting untuk
langkah selanjutnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai respons
individu (Muttaqin, 2008).
Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 november 2020 pukul 13.10 WIB,
atas nama Ny. R, berumur 32 tahun, jenis kelamin perempuan, suku dayak ,
beragama kristen protestan , pekerjaan swasta, alamat pelabuhan tangkiling,
dengan keluhan Klien mengeluh terasa nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri
setelah dilakukan pembedahan atau tindakan operasi pada tanggal 14 november
2020.

Hasil dari pengkajian riwayat kesehatan Ny.R mengeluh terasa nyeri pada
pergelangan tangan sebelah kiri. sehingga dilarikan ke RSUD dr doris Slyvanus
pada tanggal 11 November 2020. Hal ini sesuai teori nyeri kondisi berupa
perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri
berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya

Dari hasil pengkajian di dapatkan data umum Klien mengeluh terasa nyeri
pada pergelangan tangan sebelah kiri, kesadaran klien composmenthis dan tanda-
tanda vital pada tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 100 kali per menit, respirasi
19 kali per menit, suhu tubuh 37,1o C, Setelah dikaji dan ditangani oleh perawat
triase kemudian klien dikategorikan untuk masuk prioritas II (kuning). Setelah
tiba di triase kuning klien di beri tindakan pemasangan infus Nacl 0,9 %ditangan
sebelah kanan dengan kecepatan 20 tpm. Setelah dilakukan tindakan di IGD
pasien di pindahkan ke ruang Dahlia untuk mendapat perawatan lebih lanjut dan
pada tanggal 14 november 2020 pasien di lakukan tindakan pembedahan pada

40
41

pergelangan tangan sebelah kiri. Berdasarkan masalah utama keperawatan yang


diangkat pada kasus ini nyeri akut di tandai dengan P: Klien mengeluh nyeri
Q: nyeri sperti di sayat-sayat R :pada pergelangan tangan sebelah kiri S: skala
nyeri 3 T : Nyeri timbul kurang lebih 2 menit.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah sebuah label singkat yang menggambarkan
kondisi pasien yang diobservasi dilapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah-
masalah aktual ataupun potensial dengan menggunakan terminologi NANDA
(Wilkinson, 2006).
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut teori ada 3 diagnosa
keperawatan yaitu: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (mis.,
inflamasi, iskemia, neoplasma); Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
kimiawi (mis., terbakar, bahan kimia iritan); dan Nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan
Sedangkan diagnosa keperawatan yang didapat pada kasus ada 1 diagnosa
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan
4.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan
kepada pasien sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakan sehingga
kebutuhan pasien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam,
diharapkan nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria Hasil : Nyeri yang di rasakan
pasien berkurang, Pasien tidak tampak meringis , Skala nyeri berkurang , Vital
Sign normal dan GCS E 4 M5 V 6
Intervensi keperawatan yang dibuat oleh penulis sesuai dengan teori,
intervensi keperawatan yang penulis lakukan berdasarkan respons dan kebutuhan
klien, dalam teori dijelaskan bahwa intervensi keperawatan pada Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan:
Observasi skala nyeri dan tanda-tanda vital , Kaji penyebab nyeri
42

Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri , Berikan pendidikan kesehatan


tentang tarik napas dalam dan Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
analgesik
4.4 Implementasi Keperawatan
Lakukan, informasikan, dan tuliskan, adalah frase tindakan implementasi.
Melakukan asuhan keperawatan dengan dan untuk klien. Menginformasikan hasil
dengan cara berkomunikasi dengan klien dan anggota tim layanan kesehatan lain,
secara individual atau dalam konferensi perencanaan. Menuliskan informasi
dengan cara mendokumentasikannya sehingga penyedia layanan kesehatan
selanjutnya dapat melakukan tindakan dengan tujuan dan pemahaman. Selalu
ingat bahwa komunikasi dan dokumentasi yang adekuat akan memfasilitasi
kontinuitas asuhan (Rosdahl dan Kowalski, 2017)
Kelompok melakukan implementasi berdasarkan dari intervensi yang telah
disusun dan tidak semua dari intervensi tersebut dapat diimplementasikan
seluruhnya oleh penulis dalam tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan yang
telah dilakukan oleh penulis berdasarkan diagnosa keperawatan pertama Nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan:
Mengobservasi skala nyeri dan tanda-tanda vital , Mengkaji penyebab nyeri
Mengajarkan pasien teknik manajemen nyeri , Memberikan pendidikan kesehatan
tentang tarik napas dalam dan Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
analgesik
4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis,


perencanaan, dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah-langkah
dalam mengevaluasi asuhan keperawatan adalah, menganalisis respon klien,
mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan,
dan perencanaan untuk asuhan di masa depan. (Rosdahl dan Kowalski, 2017)
Hasil Evaluasi Rabu, 16 November 2020 Pukul 13 : 30 WIB dengan
metode SOAP untuk mengetahui dari keefektifan tindakan keperawatan yang
telah dilakukan dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria hasil yang telah
dibuat penulis yang hasilnya adalah subjektif : P : pasien mengeluh masih nyeri ,
43

Q : nyeri yang di rasakan seperti disayat- sayat, R : nyeri pada bagian


pergelangan tangan sebelah kiri S : skala nyeri dan T : nyeri timbul kurang
lebih 2 menit . Objektif Pasien tampak meringis , Pasien tampak gelisah , tampak
terlihat luka bekas operasi pada pergelangan tangan sebelah kiri , pasien terpasang
stoper pada tangan sebelah kanan, TTV pasien Suhu 37.10C, Nadi 100 x/mnt,
Pernapasan 19 X/Mnt, Tekanan Darah 120/80 mmHg, Keadaan composmenthis
dan GCS : E 4 V 5 M 6 Masalah belum teratasi dan lanjutkan Intervensi.
Hasil Evaluasi Rabu, 17 November 2020 Pukul 14 : 30 WIB dengan
metode SOAP untuk mengetahui dari keefektifan tindakan keperawatan yang
telah dilakukan dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria hasil yang telah
dibuat penulis yang hasilnya adalah subjektif : P : pasien mengatakan nyeri
berkurang , Q : nyeri yang di rasakan seperti disayat- sayat, R : nyeri pada bagian
pergelangan tangan sebelah kiri S : skala nyeri 1 dan T : nyeri timbul kurang
lebih 2 menit . Objektif Pasien tampak tidak meringis , Pasien tampak tidak
gelisah , tampak terlihat luka bekas operasi pada pergelangan tangan sebelah kiri ,
, pasien terpasang stoper pada tangan sebelah kanan, TTV pasien Suhu 37.10C,
Nadi 100 x/mnt, Pernapasan 19 X/Mnt, Tekanan Darah 120/80 mmHg, Keadaan
composmenthis dan GCS : E 4 V 5 M 6 Masalah teratasi dan Intervensi di
hetikan.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hasil pengkajian di dapatkan data umum Klien mengeluh terasa nyeri pada
pergelangan tangan sebelah kiri, kesadaran klien composmenthis dan tanda-tanda
vital pada tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 100 kali per menit, respirasi 19 kali
per menit, suhu tubuh 37,1o C, Setelah dikaji dan ditangani oleh perawat triase
kemudian klien dikategorikan untuk masuk prioritas II (kuning). Setelah tiba di
triase kuning klien di beri tindakan pemasangan infus Nacl 0,9 %ditangan sebelah
kanan dengan kecepatan 20 tpm. Setelah dilakukan tindakan di IGD pasien di
pindahkan ke ruang Dahlia untuk mendapat perawatan lebih lanjut dan pada
tanggal 14 november 2020 pasien di lakukan tindakan pembedahan pada
pergelangan tangan sebelah kiri. Berdasarkan masalah utama keperawatan yang
diangkat pada kasus ini nyeri akut di tandai dengan P: Klien mengeluh nyeri
Q: nyeri sperti di sayat-sayat R :pada pergelangan tangan sebelah kiri S: skala
nyeri 3 T : Nyeri timbul kurang lebih 2 menit.
Hasil dari pengkajian riwayat kesehatan Ny.R mengeluh terasa nyeri pada
pergelangan tangan sebelah kiri. sehingga dilarikan ke RSUD dr doris Slyvanus
pada tanggal 11 November 2020. Hal ini sesuai teori nyeri kondisi berupa
perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri
berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut teori ada 3 diagnosa
keperawatan yaitu: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (mis.,
inflamasi, iskemia, neoplasma); Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
kimiawi (mis., terbakar, bahan kimia iritan); dan Nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan Sedangkan diagnosa
keperawatan yang didapat pada kasus ada 1 diagnosa Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan

44
45

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam,


diharapkan nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria Hasil : Nyeri yang di rasakan
pasien berkurang, Pasien tidak tampak meringis , Skala nyeri berkurang , Vital
Sign normal dan GCS E 4 M5 V 6
Intervensi keperawatan yang dibuat oleh kelompok sesuai dengan teori,
intervensi keperawatan yang penulis lakukan berdasarkan respons dan kebutuhan
klien, dalam teori dijelaskan bahwa intervensi keperawatan pada Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan:
Observasi skala nyeri dan tanda-tanda vital , Kaji penyebab nyeri , Ajarkan pasien
teknik manajemen nyeri , Berikan pendidikan kesehatan tentang tarik napas
dalam dan Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesic.
Kelompok melakukan implementasi berdasarkan dari intervensi yang telah
disusun dan tidak semua dari intervensi tersebut dapat diimplementasikan
seluruhnya oleh penulis dalam tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan yang
telah dilakukan oleh penulis berdasarkan diagnosa keperawatan pertama Nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan:
Mengobservasi skala nyeri dan tanda-tanda vital , Mengkaji penyebab nyeri
Mengajarkan pasien teknik manajemen nyeri , Memberikan pendidikan kesehatan
tentang tarik napas dalam dan Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
analgesik.
Hasil Evaluasi Rabu, 17 November 2020 Pukul 14 : 30 WIB dengan
metode SOAP untuk mengetahui dari keefektifan tindakan keperawatan yang
telah dilakukan dengan memperhatikan pada tujuan, kriteria hasil yang telah
dibuat penulis yang hasilnya adalah subjektif : P : pasien mengatakan nyeri
berkurang , Q : nyeri yang di rasakan seperti disayat- sayat, R : nyeri pada bagian
pergelangan tangan sebelah kiri S : skala nyeri dan T : nyeri timbul kurang
lebih 2 menit . Objektif Pasien tampak tidak meringis , Pasien tampak tidak
gelisah , tampak terlihat luka bekas operasi pada pergelangan tangan sebelah kiri ,
, pasien terpasang stoper pada tangan sebelah kanan, TTV pasien Suhu 37.10C,
Nadi 100 x/mnt, Pernapasan 19 X/Mnt, Tekanan Darah 120/80 mmHg, Keadaan
46

composmenthis dan GCS : E 4 V 5 M 6 Masalah teratasi dan Intervensi di


hetikan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Perawat
Perawat mampu memberikan dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien khususnya pada klien dengan Nyeri,
serta mampu melakukan asuhaan keperawatan kepada Klien sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP).
5.2.2 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan dengan seoptimal
mungkin, mampu menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai
dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien khususnya pada klien dengan
Nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2016. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Salemba


Medika. Jakarta.

Judith M. Wilkinson. 2016. Diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC


dan kriteria hasil NOC. EGC. Jakarta.

Mubarak, Iqbal. 2017. Buku ajar : Kebutuhan dasar manusia. EGC. Jakarta.

M Clevo Rendy, margareth TH. (2012). Asuhan Keperawatan Medika


Bedah Penyakit Dalam Edisi 1, Nuha Medika: Yogyakarta

Nursalam (2014), manajemen keperawatan : aplikasi dalam praktik


keperawatan profesional (4th ed.) jakarta: salemba mdika.

Wartonah. 2015. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperwatan.


Salemba Medika. Jakarta.
LEMBAR KONSULTASI

N Hari/Tgl/ Catatan pembimbing Tanda Tangan


O Waktu
Mahasiswa Pembimbing

1. Jumat, 20 1. Revisi lp seminar


november 2. Revisi askep seminar
Kelompok
2020 3. Tambahkan teori penyakit
1
4. Daftar pustaka 10 tahun kea atas
5. Lampiran

2. 1. Askep seminar acc


Senin, 23
2. Lihat daftar pustaka Kelompok
november
3. Lihat pengetikan 1
2020
4.

Anda mungkin juga menyukai