Anda di halaman 1dari 13

Nama : Fajar Dwi Gusnadi

NIM : 40040219650109
D4 Rekayasa Perancangan Mekanik ( C ) 2019
Resume K3LL
TOPIK 1
KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA
A. Pengertian K3LL

K3LL merupakan singkatan dari kesehatan keselamatan kerja dan lindung lingkungan.
Dalam K3LL hal yang penting dipelajari adalah bagaimana cara agar seseorang dapat
menghindari segala macam kerugian yang diperolehnya dalam melakukan suatu aktivitas atau
pekerjaan. Ada beberapa terminologi dalam K3LL yang menjadi dasar utama kajian ilmu
tersebut yaitu, hazard, risk, incident, dan accident.

Hazard adalah segala macam hal baik benda maupun kondisi lingkungan tertentu yang
dapat menimbulkan suatu bahaya atau berpotensi memiliki bahaya. Risk atau dalam padanan
bahasa indonesianya berarti risiko adalah besarnya kemungkinan suatu bahaya dapat mengenai
suatu objek yang berada di sekitar hazard. Jika dibuat sebuah fungsi dari risk, maka variabel
yang terikat di dalamnya adalah konsekuensi (consequence) yang ditimbulkan dan besar
kemungkinan (probability) yang dapat membuat suatu bahaya dapat terjadi.
Kemudian incident adalah suatu kecelakaan yang tidak menimbulkan kerugian
sedangkan accident adalah suatu kecelakaan yang dapat memberikan kerugian. Kedua-duanya
merupakan kejadian yang tak terduga dan tiba-tiba terjadi pada saat melakukan kegiatan atau
aktivitas pekerjaan. Kerugian itu berasal dari hazard dengan risk yang melekat dan ada pada
potensi bahaya itu.

Undang-undang Dasar 1945 sebagai undang-undang tertinggi di Indonesia, telah


menjadi landasan hukum bagi peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang
lain. Hal ini bisa kita lihat dalam Pembukaan Undang-undang 1 tahun 1970 bagian “mengingat”
yang menyebutkan pasal 5, 20 dan 27 dari Undang-undang Dasar 1945.

B. Perlindungan Di Tempat Kerja

Menurut peraturan undang-undang Ketenagakerjaan, setiap pekerja/buruh berhak atas


perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (hukum keselamatan
kerja) meletakkan prinsip dasar pelaksanaan keselamatan kerja. Langkah-langkah yang perlu
dilakukan untuk mencegah kecelakaan dan ledakan; mengurangi kemungkinan kebakaran dan
cara penanggulangan kebakaran; dan langkah-langkah lainnya yang diatur sehubungan dengan
tempat kerja. Hukum juga memiliki aturan tentang pintu darurat; pertolongan pertama pada
kecelakaan, perlindungan dari polusi seperti gas, suara dan lain-lain; perlindungan dari penyakit
karena pekerjaan; dan aturan mengenai perlengkapan keselamatan bagi pekerja/buruh.Semua
kecelakaan kerja harus dilaporkan pada petugas yang ditunjuk oleh departemen tenaga kerja.
Hukum keselamatan kerja mengatur tentang daftar pekerjaan yang mengharuskan pemeriksaan
kesehatan pekerja/buruh sebelum bekerja. Pemeriksaan kesehatan rutin juga harus dilaksanakan.

Perusahaan dengan 100 pekerja/buruh atau lebih, yang memiliki resiko tinggi, harus
memiliki manajemen sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang memenuhi persyaratan.
Perwakilan pekerja/buruh harus setuju pada manajemen sistem keselamatan dan kesehatan
kerja; yang juga harus dijelaskan kepada semua pekerja/buruh, supplier, dan pelanggan.
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi harus mengawasi pelaksanaan dari sistem tersebut,
serta melakukan pemeriksaan dan evaluasi secara rutin.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja memberikan persyaratan khusus untuk
tempat kerja. Langkah-langkah pencegahan harus diambil untuk menghindari kebakaran,
kecelakaan, keracunan, infeksi penyakit karena pekerjaan, penyebaran debu, gas, uap panas
serta bau yang mengganggu. Kementerian Ketenagakerjaan telah mengeluarkan peraturan baru
mengenai kesehatan dan keselamatan tempat kerja yang meniadakan peraturan yang berlaku
sebelum peraturan tahun 1964. Peraturan baru ini memberikan pedoman baru untuk nilai
ambang batas kimia dan fisik, dan juga memberikan pedoman untuk kualitas udara dalam
ruangan untuk menciptakan tempat kerja yang layak.

Perusahaan harus menyediakan cahaya yang cukup, pengaturan suhu dan ventilasi,
kebersihan, penyimpanan dan pembuangan sampah rutin; Perusahaan harus dibangun secara
baik dan dibuat dari material yang tidak mudah terbakar; pengecatan dinding dan atap secara
rutin, minimal 5 tahun sekali; kamar mandi terpisah bagi laki-laki dan perempuan (setidaknya 1
kamar mandi untuk setiap 15 orang pekerja/buruh); pengaturan yang higienis bagi setiap
personil; makanan dan minuman; asrama bagi personil (bila memungkinkan); pengaturan posisi
kerja dan meja kerja; dan lampu darurat untuk malam hari di tempat kerja.Seorang
pekerja/buruh dapat meminta secara resmi pemutusan hubungan kerja pada lembaga yang
berwenang atas hubungan industrial (pengadilan hubungan industrial) bila
pengusaha/perusahaannya memerintahkan pekerja/buruh yang bersangkutan untuk melakukan
pekerjaan yang dapat membahayakan keselamatan, kesehatan atau bertentangan dengan
moralnya, dimana hal tersebut tidak pernah diberitahukan pada pekerja/buruh saat pembuatan
perjanjian kerja.

1.1 TUJUAN

• MENGERTI TUNTUTAN PELAKSANAAN K3


• PERAN PELAKSANAAN K3 DI PERUSAHAAN
• PENDEKATAN PELAKSANAAN K3 DI PERUSAHAAN
• STANDARD K3: SMK3 & OHSAS 18001

1.2 MENGAPA KITA HARUS MENGELOLA K3 (Kesehatan dan Kkeselamatan Kerja)

• TANGGUNG JAWAB MORAL


1. Visi Perusahaan
2. Corporate Philosophy
• TANGGUNG JAWAB HUKUM
1. UU No. 1 th 1970
2. Per. 05/Men/1996
• PERTIMBANGAN EKONOMIS
1. Meningkatkan Keuntungan
2. Perbaikan Citra perusahaan

1.3 KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN

1.4 KEWAJIBAN PENERAPAN SMK3

Untuk setiap tempat kerja yang:

1. memiliki seratus pekeerja atau lebih.


2. Mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan
produksi.
3. Dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan kerugian.

1.5 MODEL 5 PRINSIP PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMTAN DAN


KESEHATAN KERJA SESUAI PERMENAKER PER.05/MEN/96
TOPIK 2

SMK3
SISTEM MANAJEMEN K3

2.1 DASAR : PERMENAKER NO: PER.05/MEN/1996


DEFINISI SMK3 BAGIAN DARI SISTEM MANAJEMEN SCR KESELURUHAN
YANG MELIPUTI :
• STRUKTUR ORGANISASI
• PERENCANAAN
• TANGGUNGJAWAB
• PELAKSANAAN
• PROSES
• PROSEDUR
• SUMBERDAYA

2.2 TUJUAN

MENCIPTAKAN SUATU SISTEM K3 DI TEMPAT KERJA DNG MELIBATKAN


UNSUR MANAJEMEN, NAKER, KONDISI DAN LINGKUNGAN KERJA YANG
TERINTEGRASI DALAM RANGKA MENCEGAH DAN MENGURANGI KECELAKAAN
& PAK SERTA TERCIPTANYA TEMPAT KERJA YANG AMAN, EFISIEN &
PRODUKTIF.

2.3 KEWAJIBAN

• MENETAPKAN KEBIJAKAN K3 & MENJAMIN KOMITMEN SMK3

• RENCANA PEMENUHAN KEBIJAKAN, TUJUAN, SASARAN PENERAPAN K3

• MENERAPKAN KEBIJAKAN K3 SECARA EFEKTIF DGN MENGEMBANGKAN


KEMAMPUAN & MEKANISME PENDUKUNG.

• MENGUKUR, MEMANTAU & MENGEVALUASI KINERJA SERTA TINDAKAN


PERBAIKAN & PENCEGAHAN.

• MENINJAU SECARA TERATUR & MENINGKATKAN PELAKSANAAN SMK3

2.4 PROFIT PENERAPAN SMK3

• KEUNTUNGAN FINANSIAL

• EFISIENSI & PRODUKTIVITAS

• KEHANDALAN PROSES PRODUKSI

• DAMPAK PSIKOLOGIS MENINGKATKAN KEPERCAYAAN

2.5 PEDOMAN PENERAPAN SMK3

1. KOMITMEN DAN KEBIJAKAN

• KEPEMIMPINAN & KOMITMEN

• TINJAUAN AWAK K3

• KEBIJAKAN K3
2. PERENCANAAN

• PERENC, IDENTIFIKASI, PENILAIAN & PENGENDALIAN RISIKO

• PERATURAN PERUNDANGAN

• TUJUAN DAN SASARAN

• INDIKATOR KINERJA

• PERENC. AWAL & KEGIATAN YG SEDANG BERLANGSUNG

4. PENGUKURAN & EVALUASI

• INSPEKSI & PENGUJIAN

• AUDIT SMK3

• SURVAI

• TINDAKAN PERBAIKAN &PENCEGAHAN

5. TINJAUAN ULANG & PENINGKATAN OLEH MANAJEMEN

• EVALUASI PENERAPAN KEBIJAKAN K3

• TUJUAN, SASARAN, KINERJA K3

6. EVALUASI PENERAPAN SMK3

TOPIK 3
DASAR HUKUM UU NO 1 TAHUN 1970

3.1 SYARAT KESELAMATAN KERJA

• MENCEGAH & MENGURANGI KECELAKAAN


• MENCEGAH, MENGURANGI & MEMADAMKAN KEBAKARAN
• MENCEGAH & MENGURANGI BAHAYA PELEDAKAN
• MEMBERI KESEMPATAN / JALAN SELAMATKAN DIRI PD SAAT
KEBAKARAN/KEJADIAN BAHAYA
• MEMBERI PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN
• MEMBERI APD PADA PEKERJA

3.2 KONSEP DASAR PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA

SEBAB-SEBAB KECELAKAAN

LOSS CAUSATION MODEL


PENYEBAB LANGSUNG

• UNSAFE ACT
• UNSAFE CONDITION

MODERN SAFETY MANAGEMENT

• SUBSTANDARD PRACTICE
• SUBSTANDARD CONDITION

3.5 PENYEBAB DASAR

FAKTOR MANUSIA / PRIBADI

• KURANG KEMAMPUAN FISIK / MENTAL / PSIKOLOGI


• KURANG KETERAMPILAN / KEAHLIAN
• STRESS
• MOTIVASI TIDAK CUKUP / SALAH

FAKTOR KERJA / LINGKUNGAN

• TIDAK CUKUP KEPEMIMPINAN


• TIDAK CUKUP REKAYASA
• TIDAK CUKUP PERAWATAN
• TIDAK CUKUP STANDAR KERJA

TOPIK 4

OPTIMALISASI BUDAYA KESELAMATAN,


KESEHATAN KERJA, DAN LINDUNGAN
LINGKUNGAN

4.1 Kebijakan K3LL dan Pengamanan Perusahaan

Perusahaan mengacu pada Undang-Undang Nomor 13 tahun 2013 tentang


Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1973. Pada tahun 2016,Perusahaan telah
memiliki kebijakan K3LL dan Pengamanan Perusahaan yang komprehensif dan ditandatangani
oleh Direktur Utama. Kebijakan K3LL Perusahaan memuat komitmen Perusahaan untuk
menerapkan upaya pengelolaan risiko K3LL untuk mencegah terjadinya kecelakaan, kebakaran,
penyakit akibat kerja, pencemaran dan kerusakan lingkungan, serta memastikan kepatuhan
kepada peraturan dan persyaratan yang berlaku.

4.2 KOMITMEN K3LL dan Pengamanan Perusahaan

1. Melaksanakan kebijakan K3LL dan Pengamanan Perusahaan serta mematuhi perundangan


dan peraturan terkait K3LL dan Pengamanan
2. Memberikan prioritas pertama terhadap aspek K3LL dan Pengamanan di setiap wilayah
operasi Perusahaan Konsisten menerapkan dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan
pada Sistem Manajemen K3LL dan Sistem Manajemen Pengamanan Perusahaan.
3. Menjadikan kinerja K3LL dan Pengamanan sebagai salah satu kriteria penilaian dan
penghargaan terhadap seluruh pekerja dan mitra kerja
4. Mendorong setiap pekerja melaporkan semua potensi bahaya dan insiden terkait K3LL dan
Pengamanan di setiap wilayah operasi Perusahaan
5. Mengembangkan dan memelihara Budaya K3LL serta Pengamanan guna melaksanakan
pekerjaan secara benar, aman, dan berwawasan lingkungan
6. Memelihara citra Perusahaan dan hubungan harmonis dengan stakeholder dan shareholder
dengan menerapkan prinsip corporate social responsibility dan good corporate governance.
4.3 Struktur Organisasi K3LL Perusahaan

4.4 Sistem Manajemen K3LL

1. Sistem Manajemen terintegrasi (ISO 14001, OHSAS 18001, dan ISO 9001) untuk Area
Kamojang.
2. OHSAS 18001 untuk Sistem Manajemen K3 di Area Kamojang, Area Lahendong, dan Area
Ulubelu.
3. ISO 14001 untuk Sistem Manajemen Lingkungan di Area Lahendong dan Area Ulubelu.
4. Sistem Manajemen Pengamanan Perusahaan di Area Kamojang dan Area Lahendong.

TOPIK 5
Pengelolaan Lingkungan Kerja ( iklim, pencahayaan ) dan Pengukuran Lingkungan kerja

5.1 LINGKUNGAN KERJA

1. Diartikan sebagai sesuatu yang berada disekitar tenaga kerja yang dapat berpengaruh
2. Lestsari dan manusiawi adalah faktor pendorong bagi efisiensi kerja
3. Kondisi lingkaran kerja kurang baik akan menurunkan produktivitas kerja, sebab
terjadinya penyakit, pencemaran kerja, cacat dan bahkan kematian.

5.2 PENGELOLAHAN LINGKUNGAN KERJA


Pengelolahan merpakan sistem dan keselamatan keerja. Terdapat 5 komponen dalam sikls
pengelolahan lingkungan kerja :
1. Pengukuran dan pemantauan lingkungan kerja.
2. Penilaian apa arti dari ukuran/ standar lingkungan karja dan dampak kesehatan tenaga
kerja.
3. Menetapkan sasaran dalam proses pengelolahan.
4. Penyusunan rencana pengelolahan secara berkesinambungan.
5. Melaksanakan pengendalian lingkungan kerja dan tindakan lanjut hasil pengukuran dan
pemantauan.

5.3 FAKTOR LINGKUNGAN KERJA BEBAN TAMBAHAN BAGI TENAGA KERJA

1. Faktor fisik : kebisingan, pencahayaan, iklim kerja, getaran mekanik,


radiasi gelombang
2. Faktor kimia : gas, uap, debu, fume, kabut, asap,cairan, dan lainnya
3. Faktor biologis : berasal dari tumbuha/ binatang (virus, bakteri, jamur, serangga)
4. Faktor fisiolog : sikap dan cara kerja, jam kerja dan istirahat.
5. Faktor psikologi : hubungan kerja, suasana kerja/ pekerjaan yang monoton.

5.4 Alat- alat monitoring lingkngan kerja

5.5 MANFAAT PENGENALAN LINGKUNGAN KERJA

1. Secara kualitatif dapat mengetahui bahaya faktor lingkungan kerja dalam proses
kegiatan.
2. Dapat dilakukan pengukuran dengan cepat, mudah, dan tepat.
3. Membantu diagnosa sesuatu gejala/ kasus dalam hubungan pekerjaan.

5.6 PRINSIP DASAR PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA

1. Pengendalian secara mekanik


2. Pengendalian secara administatif
3. Pemakaian alat pelindng diri (APD)
TOPIK 6
Keselamatan kerja di bengkel

K3 mempunyai fungsi mencegah tenaga kerja mendapat kecelakaan ditempat merekea


kerja.Pertama kali k3 mendapat perhatian saat tahun 80 sesudah masehi yang berada di kota
Roma yang mengharuskan para pekerja tambang memakai alat keselamatan kerja.

Pada tahun 1950 mulai dibentuk jawatan pengawasan keselamatan kerja yang diselesaikan
oleh pemerintah Undang-undang keselamatan kerja nomer 1.

Hambatan dalam keselamatan kerja justru para pekerja yang tidak disiplin seperti tidak
memakai APD yang telah disediakan oleh pakbrik atau bengkel.Pekerja dalam melakukan
pekerjaan tanpa menggunakan APD akan mendapat peringatan oleh pengawas pekerjan. Namun
untuk sanksi tidak ada yang tertulis. Menyadarkan para pekerja untuk menggunakan alat
pengaman dengan cara memberikan penerangan bagaimana perlunya memakai alat pengaman,
diberikan penjelasan akibat yang terjadi apabila tidak memakai pengaman,dan menempelkan
sebuah gambar peringatan untuk menggunakan alat pengaman.

Alat pelindung keselamatan kerja memiliki fungsi yang sama namun kegunaan yang berbeda-
beda. Contohnya : kacamata las untuk pengelasan menggunakan gas asetilen dan topeng las
untuk pengelasan menggunakan las listrik atau SMAW.Macam macam keselamatan kerja dalam
pengelasan :

1. Topi pengaman :melindungi rambut dari percikan las.


2. Kacamata las :melindungi mata dari sinar yang dihasilkan proses
pengelasan.
3. Baju kulit :melindungi badan atau baju dari percikan las.
4. Sarung tangan kulit :melindungi tangan dari percikan las dan panas saat
kegunaan las.
5. Sepatu safety :melindungi kaki dari jatuhnya material dan keaaman
yang lainnya.

TOPIK 7
K3 BEKERJA DALAM LABORATORIUM

7.1 PENGERTIAN APD PADA LABORATORIUM


Berdasarkan pasal 14 huruf c UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
pengusaha/pengurus perusahaan wajib menyediakan APD secara cuma-cuma terhadap tenaga
kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja. Apabila kewajiban tersebut tidak dipenuhi
oleh pengusaha/pengurus, maka termasuk kedalam pelanggaran undang-undang. Berdasarkan
pasal 12 huruf b, tenaga kerja diwajibkan memakai APD yang telah disediakan. APD yang
disediakan harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan memiliki sertifikat. Tenaga kerja
berhak menolak untuk memakai APD yang tidak memenuhi syarat.

7.2 Peralatan Pelindung Diri

• Jas Laboratorium. Jas laboratorium (lab coat) berfungsi sebagai pelindung tubuh dari
percikan bahan kimia berbahaya. Terdapat dua jenis jas laboratorium, yaitu jas lab
sekali pakai dan jas lab berkali-kali pakai. Jas lab sekali pakai umunya digunakan di
laboratorium biologi dan hewan. Sementara jas lab berkali-kali pakai digunakan di
laboratorium kimia.

• Kaca mata keselamatan. Mata merupakan bagian tubuh yang cukup vital dan sangat
bergharga. Jumlah kecelakaan yang menimpa mata cukup banyak. Akan tetapi
fenomena di lapangan, banyak pekerja yang tidak nyaman menggunakan kacamata.

• Sepatu Pengaman. Sandal atau sepatu sandal dilarang digunakan ketika bekerja di
laboratorium karena tidak dapat melindungi kaki ketika larutan atau bahan kimia
terjatuh mengenai kaki. Sepatu biasa umumnya sudah cukup untuk digunakan sebagai
pelindung. Namun di laboratorium industri, sepatu yang digunakan adalah sepatu
keselamatan yang tahan api dan tekanan tertentu. Selain itu terkadang disediakan juga
plastik alas sepatu untuk menjaga kebersihan laboratorium apabila digunakan untuk
keluar dari laboratorium.
• Pelindung Muka. Pelindung muka atau face shield digunakan untuk melindungi wajah
dari panas, api, dan percikan material panas. Alat ini biasa digunakan saat mengambil
alat laboratorium yang dipanaskan di tanur, dan mengambil alat yang dipanaskan
dengan autoclave.

• Masker. Masker digunakan untuk melindungi pekerja dari udara kotor yang diakibtakan
oleh beberapa hal, yaitu :
1. Debu-debu kasar dari pengindraan atau operasi-operasi sejenis
2. Racun dan debu-debu halus yang dihasilkan dari pengecetan atau asap
3. Uap beracun atau gas beracun dari pabrik kimia
4. CO2 yang menurunkan konsentrasi oksigen di udara

• Sarung Tangan. Sarung tangan harus diberikan pada pekerja yang berpotensi
mengalami beberapa hal, yaitu :
1. Tusukan
2. Sayatan
3. Terkena benda panas
4. Terkena bahan kimia
5. Terkena aliran listrik
6. Terkena radiasi

• Pelindung Telinga. Pelindung telinga berguna untuk melindungi pekerja dari loncatan
api, percikan logam, atau partikel-partikel yang melayang. Perlindungan dari kebisingan
dilakukan dengan penyumbat telinga. Pelindung telingan (hear protector) yang lazim
digunakan di laboratorium untuk melindungi telinga dari bising yang dikeluarkan oleh
alat tertentu seperti autoclave, crusher, sonikator, dan pencuci alat gelas yang
menggunakan ultrasonik. Setiap orang yang terpapar kebisingan, dibatasi waktu dan
tingkat kebisingan

• Label Simbol Bahaya. Pemberian label dimaksudkan untuk mengenal dengan cepat sifat
bahaya suatu bahan kimia, di samping dengan mudah mengetahui kadar bahan tersebut.
Pengenalan bahan kimia penting dalam penanganan, transportasi dan penyimpanan
bahan-bahan karena cara penyimpanan memerlukan dasar pengetahuan terhadap sifat
bahaya bahan serta kemungkinan interaksi antar bahn serta kondisi yang mempengaruhi
selama penyimpanan.

7.4 Kasus Kecelakaan Laboratorium dan Tindakan Pertolongannya

Pingsan (sinkop). Pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran sementara karena


berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga tidak mendapatkan cukup glukosa dan oksigen.
Kejadiannya dapat berlangsung mendadak, cepat atau sebelumnya korban sudah merasakan
akan pingsan. Agar tubuh tetap sadar, bagian otak yang dikenal dengan sistem pengaktif
retikuler yang terletak di batang otak harus mendapat cukup aliran darah dan setidaknya
satu belahan otak harus berfungsi. Pada kondisi pingsan, aliran darah mengumpul dibawah
tubuh sehingga hanya sedikit yang didistribusikan ke otak. Faktor-faktor yang
menyebabkan pingsan antara lain adalah :
• Over stimulus sistem saraf vagus yaitu nyeri, ketakutan, emosi kemarahan, panik, stres,
dan rasa sakit yang kuat
• Perubahan tekanan darah yang disebabkan karena terlalu lama berdiri atau aktivitas
fisik yang berlebihan dan kurang istirahat
• Anemia disebabkan karena kurangnya asupan zat besi, penyakit atau pendarahan
• Dehidrasi disebabkan karena muntah berlebih, diare, kurang minum, keringat
berlebihan dan luka bakar
• Obat-obatan tertentu
• Hipoglikemia disebabkan karena tidak sarapan, atau terlambat makan
• Ketidakseimbangan elektrolit

Anda mungkin juga menyukai