NIM : 40040219650109
D4 Rekayasa Perancangan Mekanik ( C ) 2019
Resume UAS K3LL
TOPIK 1
A. Pengertian K3LL
K3LL merupakan singkatan dari kesehatan keselamatan kerja dan lindung lingkungan.
Dalam K3LL hal yang penting dipelajari adalah bagaimana cara agar seseorang dapat
menghindari segala macam kerugian yang diperolehnya dalam melakukan suatu aktivitas atau
pekerjaan. Ada beberapa terminologi dalam K3LL yang menjadi dasar utama kajian ilmu
tersebut yaitu, hazard, risk, incident, dan accident.
Hazard adalah segala macam hal baik benda maupun kondisi lingkungan tertentu yang
dapat menimbulkan suatu bahaya atau berpotensi memiliki bahaya. Risk atau dalam padanan
bahasa indonesianya berarti risiko adalah besarnya kemungkinan suatu bahaya dapat mengenai
suatu objek yang berada di sekitar hazard. Jika dibuat sebuah fungsi dari risk, maka variabel
yang terikat di dalamnya adalah konsekuensi (consequence) yang ditimbulkan dan besar
kemungkinan (probability) yang dapat membuat suatu bahaya dapat terjadi.
Kemudian incident adalah suatu kecelakaan yang tidak menimbulkan kerugian
sedangkan accident adalah suatu kecelakaan yang dapat memberikan kerugian. Kedua-duanya
merupakan kejadian yang tak terduga dan tiba-tiba terjadi pada saat melakukan kegiatan atau
aktivitas pekerjaan. Kerugian itu berasal dari hazard dengan risk yang melekat dan ada pada
potensi bahaya itu.
UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (hukum keselamatan
kerja) meletakkan prinsip dasar pelaksanaan keselamatan kerja. Langkah-langkah yang perlu
dilakukan untuk mencegah kecelakaan dan ledakan; mengurangi kemungkinan kebakaran dan
cara penanggulangan kebakaran; dan langkah-langkah lainnya yang diatur sehubungan dengan
tempat kerja. Hukum juga memiliki aturan tentang pintu darurat; pertolongan pertama pada
kecelakaan, perlindungan dari polusi seperti gas, suara dan lain-lain; perlindungan dari penyakit
karena pekerjaan; dan aturan mengenai perlengkapan keselamatan bagi pekerja/buruh.Semua
kecelakaan kerja harus dilaporkan pada petugas yang ditunjuk oleh departemen tenaga kerja.
Hukum keselamatan kerja mengatur tentang daftar pekerjaan yang mengharuskan pemeriksaan
kesehatan pekerja/buruh sebelum bekerja. Pemeriksaan kesehatan rutin juga harus dilaksanakan.
Perusahaan dengan 100 pekerja/buruh atau lebih, yang memiliki resiko tinggi, harus
memiliki manajemen sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang memenuhi persyaratan.
Perwakilan pekerja/buruh harus setuju pada manajemen sistem keselamatan dan kesehatan
kerja; yang juga harus dijelaskan kepada semua pekerja/buruh, supplier, dan pelanggan.
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi harus mengawasi pelaksanaan dari sistem tersebut,
serta melakukan pemeriksaan dan evaluasi secara rutin.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja memberikan persyaratan khusus untuk
tempat kerja. Langkah-langkah pencegahan harus diambil untuk menghindari kebakaran,
kecelakaan, keracunan, infeksi penyakit karena pekerjaan, penyebaran debu, gas, uap panas
serta bau yang mengganggu. Kementerian Ketenagakerjaan telah mengeluarkan peraturan baru
mengenai kesehatan dan keselamatan tempat kerja yang meniadakan peraturan yang berlaku
sebelum peraturan tahun 1964. Peraturan baru ini memberikan pedoman baru untuk nilai
ambang batas kimia dan fisik, dan juga memberikan pedoman untuk kualitas udara dalam
ruangan untuk menciptakan tempat kerja yang layak.
Perusahaan harus menyediakan cahaya yang cukup, pengaturan suhu dan ventilasi,
kebersihan, penyimpanan dan pembuangan sampah rutin; Perusahaan harus dibangun secara
baik dan dibuat dari material yang tidak mudah terbakar; pengecatan dinding dan atap secara
rutin, minimal 5 tahun sekali; kamar mandi terpisah bagi laki-laki dan perempuan (setidaknya 1
kamar mandi untuk setiap 15 orang pekerja/buruh); pengaturan yang higienis bagi setiap
personil; makanan dan minuman; asrama bagi personil (bila memungkinkan); pengaturan posisi
kerja dan meja kerja; dan lampu darurat untuk malam hari di tempat kerja.Seorang pekerja/buruh
dapat meminta secara resmi pemutusan hubungan kerja pada lembaga yang berwenang atas
hubungan industrial (pengadilan hubungan industrial) bila pengusaha/perusahaannya
memerintahkan pekerja/buruh yang bersangkutan untuk melakukan pekerjaan yang dapat
membahayakan keselamatan, kesehatan atau bertentangan dengan moralnya, dimana hal tersebut
tidak pernah diberitahukan pada pekerja/buruh saat pembuatan perjanjian kerja.
1.1 TUJUAN
SMK3
SISTEM MANAJEMEN K3
2.2 TUJUAN
2.3 KEWAJIBAN
• KEUNTUNGAN FINANSIAL
• TINJAUAN AWAK K3
• KEBIJAKAN K3
2. PERENCANAAN
• PERATURAN PERUNDANGAN
• INDIKATOR KINERJA
• AUDIT SMK3
• SURVAI
TOPIK 3
DASAR HUKUM UU NO 1 TAHUN 1970
UNSAFE ACT
UNSAFE CONDITION
MODERN SAFETY MANAGEMENT
SUBSTANDARD PRACTICE
SUBSTANDARD CONDITION
TOPIK 4
1. Sistem Manajemen terintegrasi (ISO 14001, OHSAS 18001, dan ISO 9001) untuk Area
Kamojang.
2. OHSAS 18001 untuk Sistem Manajemen K3 di Area Kamojang, Area Lahendong, dan Area
Ulubelu.
3. ISO 14001 untuk Sistem Manajemen Lingkungan di Area Lahendong dan Area Ulubelu.
4. Sistem Manajemen Pengamanan Perusahaan di Area Kamojang dan Area Lahendong.
TOPIK 5
Pengelolaan Lingkungan Kerja ( iklim, pencahayaan ) dan Pengukuran Lingkungan
kerja
LINGKUNGAN KERJA
Diartikan sebagai sesuatu yang berada disekitar tenaga kerja yang dapat berpengaruh
Lestsari dan manusiawi adalah faktor pendorong bagi efisiensi kerja
Kondisi lingkaran kerja kurang baik akan menurunkan produktivitas kerja, sebab terjadinya penyakit,
pencemaran kerja, cacat dan bahkan kematian.
PENGELOLAHAN LINGKUNGA
Pengelolahan merpakan sistem dan keselamatan keerja. Terdapat 5 komponen dalam sikls
pengelolahan lingkungan kerja :
Pengukuran dan pemantauan lingkungan kerja.
Penilaian apa arti dari ukuran/ standar lingkungan karja dan dampak kesehatan tenaga kerja.
Menetapkan sasaran dalam proses pengelolahan.
Penyusunan rencana pengelolahan secara berkesinambungan.
Melaksanakan pengendalian lingkungan kerja dan tindakan lanjut hasil pengukuran dan pemantauan.
Faktor fisik : kebisingan, pencahayaan, iklim kerja, getaran mekanik, radiasi gelombang
Faktor kimia : gas, uap, debu, fume, kabut, asap,cairan, dan lainnya
Faktor biologis : berasal dari tumbuha/ binatang (virus, bakteri, jamur, serangga)
Faktor fisiolog : sikap dan cara kerja, jam kerja dan istirahat.
Faktor psikologi : hubungan kerja, suasana kerja/ pekerjaan yang monoton.
Secara kualitatif dapat mengetahui bahaya faktor lingkungan kerja dalam proses kegiatan.
Dapat dilakukan pengukuran dengan cepat, mudah, dan tepat.
Membantu diagnosa sesuatu gejala/ kasus dalam hubungan pekerjaan.
TOPIK 6
Keselamatan kerja di bengkel
K3 mempunyai fungsi mencegah tenaga kerja mendapat kecelakaan ditempat merekea kerja.Pertama
kali k3 mendapat perhatian saat tahun 80 sesudah masehi yang berada di kota Roma yang
mengharuskan para pekerja tambang memakai alat keselamatan kerja.
Pada tahun 1950 mulai dibentuk jawatan pengawasan keselamatan kerja yang diselesaikan oleh
pemerintah Undang-undang keselamatan kerja nomer 1.
Hambatan dalam keselamatan kerja justru para pekerja yang tidak disiplin seperti tidak memakai APD
yang telah disediakan oleh pakbrik atau bengkel.Pekerja dalam melakukan pekerjaan tanpa
menggunakan APD akan mendapat peringatan oleh pengawas pekerjan. Namun untuk sanksi tidak
ada yang tertulis. Menyadarkan para pekerja untuk menggunakan alat pengaman dengan cara
memberikan penerangan bagaimana perlunya memakai alat pengaman, diberikan penjelasan akibat
yang terjadi apabila tidak memakai pengaman,dan menempelkan sebuah gambar peringatan untuk
menggunakan alat pengaman.
Alat pelindung keselamatan kerja memiliki fungsi yang sama namun kegunaan yang berbeda- beda.
Contohnya : kacamata las untuk pengelasan menggunakan gas asetilen dan topeng las untuk
pengelasan menggunakan las listrik atau SMAW.Macam macam keselamatan kerja dalam
pengelasan :
Topi pengaman :melindungi rambut dari percikan las.
Kacamata las :melindungi mata dari sinar yang dihasilkan proses pengelasan.
Baju kulit :melindungi badan atau baju dari percikan las.
Sarung tangan kulit :melindungi tangan dari percikan las dan panas saat kegunaan las.
Sepatu safety :melindungi kaki dari jatuhnya material dan keaaman yang lainnya.
TOPIK 7
Berdasarkan pasal 14 huruf c UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pengusaha/pengurus
perusahaan wajib menyediakan APD secara cuma-cuma terhadap tenaga kerja dan orang lain yang
memasuki tempat kerja. Apabila kewajiban tersebut tidak dipenuhi oleh pengusaha/pengurus, maka
termasuk kedalam pelanggaran undang-undang. Berdasarkan pasal 12 huruf b, tenaga kerja
diwajibkan memakai APD yang telah disediakan. APD yang disediakan harus memenuhi syarat
pembuatan, pengujian dan memiliki sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakai APD
yang tidak memenuhi syarat.
Jas Laboratorium. Jas laboratorium (lab coat) berfungsi sebagai pelindung tubuh dari percikan bahan
kimia berbahaya. Terdapat dua jenis jas laboratorium, yaitu jas lab sekali pakai dan jas lab berkali-kali
pakai. Jas lab sekali pakai umunya digunakan di laboratorium biologi dan hewan. Sementara jas lab
berkali-kali pakai digunakan di laboratorium kimia.
Kaca mata keselamatan. Mata merupakan bagian tubuh yang cukup vital dan sangat bergharga.
Jumlah kecelakaan yang menimpa mata cukup banyak. Akan tetapi fenomena di lapangan, banyak
pekerja yang tidak nyaman menggunakan kacamata.
Sepatu Pengaman. Sandal atau sepatu sandal dilarang digunakan ketika bekerja di laboratorium
karena tidak dapat melindungi kaki ketika larutan atau bahan kimia terjatuh mengenai kaki. Sepatu
biasa umumnya sudah cukup untuk digunakan sebagai pelindung. Namun di laboratorium industri,
sepatu yang digunakan adalah sepatu keselamatan yang tahan api dan tekanan tertentu. Selain itu
terkadang disediakan juga plastik alas sepatu untuk menjaga kebersihan laboratorium apabila
digunakan untuk keluar dari laborator
Pelindung Muka. Pelindung muka atau face shield digunakan untuk melindungi wajah dari panas, api,
dan percikan material panas. Alat ini biasa digunakan saat mengambil alat laboratorium yang
dipanaskan di tanur, dan mengambil alat yang dipanaskan dengan autoclave.
Masker. Masker digunakan untuk melindungi pekerja dari udara kotor yang diakibtakan oleh beberapa
hal, yaitu :
Debu-debu kasar dari pengindraan atau operasi-operasi sejenis
Racun dan debu-debu halus yang dihasilkan dari pengecetan atau asap
Uap beracun atau gas beracun dari pabrik kimia
CO2 yang menurunkan konsentrasi oksigen di udara
Sarung Tangan. Sarung tangan harus diberikan pada pekerja yang berpotensi mengalami beberapa hal,
yaitu :
Tusukan
Sayatan
Terkena benda panas
Terkena bahan kimia
Terkena aliran listrik
Terkena radiasi
Pelindung Telinga. Pelindung telinga berguna untuk melindungi pekerja dari loncatan api, percikan
logam, atau partikel-partikel yang melayang. Perlindungan dari kebisingan dilakukan dengan
penyumbat telinga. Pelindung telingan (hear protector) yang lazim digunakan di laboratorium untuk
melindungi telinga dari bising yang dikeluarkan oleh alat tertentu seperti autoclave, crusher,
sonikator, dan pencuci alat gelas yang menggunakan ultrasonik. Setiap orang yang terpapar
kebisingan, dibatasi waktu dan tingkat kebisingan
Label Simbol Bahaya. Pemberian label dimaksudkan untuk mengenal dengan cepat sifat bahaya suatu
bahan kimia, di samping dengan mudah mengetahui kadar bahan tersebut. Pengenalan bahan kimia
penting dalam penanganan, transportasi dan penyimpanan bahan-bahan karena cara penyimpanan
memerlukan dasar pengetahuan terhadap sifat bahaya bahan serta kemungkinan interaksi antar bahn
serta kondisi yang mempengaruhi selama penyimpanan.
Pingsan (sinkop). Pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran sementara karena berkurangnya
aliran darah ke otak, sehingga tidak mendapatkan cukup glukosa dan oksigen. Kejadiannya dapat
berlangsung mendadak, cepat atau sebelumnya korban sudah merasakan akan pingsan. Agar tubuh
tetap sadar, bagian otak yang dikenal dengan sistem pengaktif retikuler yang terletak di batang otak
harus mendapat cukup aliran darah dan setidaknya satu belahan otak harus berfungsi. Pada kondisi
pingsan, aliran darah mengumpul dibawah tubuh sehingga hanya sedikit yang didistribusikan ke otak.
Faktor-faktor yang menyebabkan pingsan antara lain adalah :
Over stimulus sistem saraf vagus yaitu nyeri, ketakutan, emosi kemarahan, panik, stres, dan rasa sakit
yang kuat
Perubahan tekanan darah yang disebabkan karena terlalu lama berdiri atau aktivitas fisik yang
berlebihan dan kurang istirahat
Anemia disebabkan karena kurangnya asupan zat besi, penyakit atau pendarahan
Dehidrasi disebabkan karena muntah berlebih, diare, kurang minum, keringat berlebihan dan luka
bakar
Obat-obatan tertentu
Hipoglikemia disebabkan karena tidak sarapan, atau terlambat makan
Ketidakseimbangan elektrolit
TOPIK 8
KESELAMATAN KERJA BENGKEL MESIN BUBUT
TOPIK 9
Menejemen Resiko
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk:
Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan
menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya.
A. Menejemen Resiko di Laboratorium Pengelasan
Pekerjaan pengelasan merupakan salah satu proses pemesinan yang penuh risiko karena selalu
berhubungan dengan api, bahan – bahan yang mudah terbakar dan meledak. Kecelakaan yang terjadi
sebenarnya dapat dikurangi atau dihindari apabila seorang welder dalam mengoperasikan alat
pengelasan dan alat keselamatan kerja secara baik dan benar, selain itu seorang welder juga memiliki
penguasaan mengenai cara pencegahan bahaya akibat proses las tersebut.
1. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan observasi langsung ke bengkel pengelasan
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Pengambilan data dilakukan dengan proses wawancara
pada dosen dan pengisian kuesioner oleh Mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Pengambilan sampel dilakukan dengan bentuk purposif dengan cara mengambil sampel kepada
responden tertentu yaitu mahasiswa yang pernah melakukan praktikum pengelasan di Welding
Centre PPNS. Kecelakaan kerja dan faktor penyebab kecelakaan kerja yang diidentifikasi adalah
kecelakaan kerja pada praktikum pengelasan di Welding Centre PPNS. Data-data yang diperlukan
dalam penelitian ini berupa data mahasiswa yang pernah melakukan praktikum pengelasan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berupa sejumlah pernyataan
yang harus ditanggapi oleh mahasiswa sebagai responden. Data yang telah dikumpulkan, diolah
dan dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik
persentase. Tingkat risiko pada setiap kriteria ditentukan dengan rumus : Indeks Risiko =
Frekuensi x Dampak
.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah dengan cara survei terhadap mahasiswa
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang pernah melakukan praktik pengelasan di Welding
Center. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang menjadi instrument
dalam penelitian ini. Kuesioner yang disebar adalah sebanyak 30 responden. Data yang diperoleh
dari kuesioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko dari praktik pengelasan yang dilakukan
di Welding Center PPNS dan mendapatkan kriteria dan sub-kriteria terpilih berdasarkan risk level
yaitu tingkat yang memiliki risiko terjadinya kecelakaan.
Potensi bahaya khususnya pada proses pemesinan bubut dapat diidentifikasi dari tiga aspek, yaitu:
mesin atau perlatan yang digunakan, benda kerja yang sedang dikerjakan dan operator yang sedang
bekerja.
Ketiga aspek tersebut memiliki potensi bahaya yang harus dikenali untuk selanjutnya dapat
dikendalikan. Hal ini dalam upaya meningkatkan keselamatan kerja pada pekerjaan mesin bubut dan
meminimalkan potensi kecelakaan yang dapat merusak atau merugikan ketiga aspek tersebut.
sumber gambar: http://anaksmk3.blogspot.co.id
Potensi bahaya yang mungkin timbul dari mesin/perlatan adalah diantaranya sebagai berikut:
a) penataan posisi mesin dan peralatan yang kurang ergonomis dan kurang teratur, sehingga
menimbulkan potensi gangguan terhadap proses pemesinan,
b) Tuas-tuas pengatur pada mesin bubut yang sudah tidak berfungsi dengan baik, sehingga dapat
mengakibatkan pengaturan putaran yang tidak tepat, pembacaan skala nonius yang tidak tepat,
d) Jaringan listrik pada mesin yang kurang terawat, dapat membahayakan operator mesin maupun
terhadap mesin itu sendiri,
e) Rangkaian roda gigi penggerak mesin bubut perlu dicek secara periodik agar tidak menimbulkan
bahaya yang lebih besar,
f) Lampu penerangan pada mesin yang kurang terang dapat menyebabkan kesalahan pengamatan
terhadap benda kerja baik dari segi ukuran maupun kualitas permukaan,
g) Penggunaan alat-alat bantu pemesinan bubut yang tidak sesuai fungsinya dapat membahayakan alat
dan operator tersebut,
h) Penggunaan alat potong baik berupa pahat, mata bor atau kartel yang sudah aus dapat
mengakibatkan kerusakan benda kerja.
Hal-hal tersebut perlu dijadikan perhatian dalam rangka meningkatkan keselamatan kerja pada
pekerjaan mesin bubut.
Potensi bahaya dari benda kerja
Potensi bahaya yang mungkin timbul dari benda kerja adalah diantaranya sebagai berikut: a)
Ujung/sisi benda kerja yang lancip/tajam dapat membahayakan operator, b) Penjepitan benda kerja
yang tidak sempurna dapat mengakibatkan benda kerja terlepas pada saat penyayatan dilakukan
sehingga mengakibatkan kerusakan baik benda kerja maupun perlatan lain serta juga membahayakan
operator,
Selain itu, potensi bahaya juga dapat berasal dari Bram/tatal yang dihasilkan dari pengerjaan benda
kerja dapat membahayakan operator. Serta penggunaan media pendingin (coolant) yang tidak tepat
baik jenis maupun cara penggunaannya dapat merusak benda kerja dan membahayakan operator.
Potensi bahaya yang mungkin timbul dari operator mesin adalah diantaranya sebagai berikut: a)
Tingkat ketrampilan dan penguasaan mesin oleh operator yang kurang memadai dapat membahayakan
diri operator maupun mesin/peralatan, b) Sikap kepedulian dan perilaku terhadap aspek keselamatan
kerja operator, c) Faktor kelelahan operator juga dapat memnyebabkan kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja menjadi sesuatu yang penting dan harus diutamakan. Banyak slogan tentang
keselamatan kerja diantaranya: Safety First, Incident Injury Free, Stop Accident Before Accident
Stops You. Hal ini menunjukan bahwa keselamatan kerja harus menjadi prioritas dalam melaksanakan
proses pemesinan.
Oleh karena itu setiap personel perlu mengetahui potensi bahaya yang ada pada setiap tahapan proses
pemesinan yang dilaksanakan, berupaya untuk mengendalikan potensi bahaya yang ada dengan
mengembangkan perilaku aman dan selamat dalam setiap aktivitas pemesinan.
Kecelakaan kerja umumnya terjadi karena disebabkan oleh faktor human error dan juga kondisi
lingkungan kerja. Berikut adalah beberapa penyebab kecelakaan kerja yang yaitu: a)
kelelahan (fatigue), b) kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak
aman (unsafe working condition), c) kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai
penyebab awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training, d) karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Kecelakaan kerja dengan penyebab seperti di atas dapat terjadi secara tunggal, simultan, maupun
dalam sebuah rangkain sebab-akibat (cause consequences chain). Jika kecelakaan terjadi maka akan
sangat mempengauhi produktivitas kerja. Maka pemahaman dan kesadaran mengenai keselamatan
kerja pada pekerjaan mesin bubut menjadi sangat penting.
K3 Kelistrikan
1. K3 listrik di Otomotif
A. Kondisi lingkungan bengkel mobil
Kondisi lingkungan bengkel mobil menjadi aspek terpenting k3 bengkel otomotif. Di bengkel
mobil Anda akan merasakan banyak kondisi yang bisa mengakibatkan kecelakaan.
Misalnya bahan yang mudah terbakar, mobil yang diangkat tinggi, alat-alat yang
berantakan, mesin-mesin yang menyala dan lain sebagainya ada genangan air, tumpahan
oli,kabel terkelupas yang bisa mengakibatkan kecelakan kerja.
B. Pakaian kerja
Pilihlah pakaian yang benar-benar pas sehingga tidak mengganggu pekerjaan Anda.
Perusahaan bisa memberi seragam sesuai dengan bagian masing-masing. Ini yaitu contoh k3
bengkel otomotif fasilitas yang perlu dipenuhi oleh pemilik.
Jaga agar tempat kerja selalu bersih dan rapi adalah bagian dari kedisiplinan dalam melakukan
prosedur kerja. Ini adalah bagian dari tanggung jawab keselamatan kerja di bengkel mobil.
D. Pencegahan kebakaran
Anda harus memahami dimana letak alat pemadam kebakaran dan cara memakainya. Lap
basah karena oli mudah sekali terbakar, kabel yang konslet juga mudah terbakar. karenanya
harus langsung dibuang atau pemasangan yang benar kedalam tempat sampah yang terbuat
dari logam atau tertutup.
> Persiapan dan pemakaian pelengkapan keselamatan kerja untuk si pekerja yakni; pakaian kerja
sepatu kerja, helm, sarung tangan dan lain-lain.
pemeriksaan perlengkapan pengaman pada mesin-mesin, kabel kabel listrik mesin, dan lain-lain
Lingkungan tempat bekerja juga perlu diperhatikan, sebab lingkungan kerja yang
nyaman dapat memberikan motivasi terhadap pekerja untuk bekerja lebih kosenstrasi,
sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan kecil terjadi.
d. 5S/5R
Dalam penerapan 5S, terdapat 4 langkah yang perlu dilakukan antara lain :
g. Cara-cara mencegah bahaya kejutan listrik selama pengelasan dengan busur listrik
Pencegahan arus listrik mengalir ke seluruh tubuh manusia
Pakaian kerja harus kering dan tidak boleh basah oleh keringat atau air
Sarung tangan harus terbuat dari kulit, kering dan tanpa lubang pada ujung jari
Harus memakai sepatu karet yang seluruhnya terisolasi.
Mesin las busur listrik AC harus memiliki alat penurun tegangan otomatis atau mesin las
busur listrik DC tegangannya harus relatif rendah, sekitar 60V
TOPIK 10
K3 KONSTRUKSI
Prinsip=Prinsip K3 Konstruksi
Penerapan prinsip K3 di proyek sangat perlu diperhatikan dalam pekerjaan konstruksi. Pelaksana
konstruksi harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kerja sesuai ketentuan K3 di lingkungan
proyek.
Kelengkapan Administrasi K3
Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan administrasi K3, meliputi:
− Pendaftaran proyek ke departemen tenaga kerja setempat
− Pendaftaran dan pembayaran asuransi tenaga kerja (Astek)
− Pendaftaran dan pembayaran asuransi lainnya, bila disyaratkanproyek
− Ijin dari kantor kimpraswil tentang penggunaan jalan atau jembatan yang menuju lokasi untuk lalu-
lintas alat berat
− Keterangan laik pakai untuk alat berat maupun ringan dari instansi yang berwenang memberikan
rekomendasi
− Pemberitahuan kepada pemerintah atau lingkungan setempa
Penyusunan Safety Plan
Safety plan adalah rencana pelaksanaan K3 untuk proyek yang bertujuan agar dalam pelaksanaan
nantinya proyek akan aman dari kecelakaan dan bahaya penyakit sehingga menghasilkan
produktivitas kerja yang tinggi. Safety plan berisi Gambaran proyek dan Pokok perhatian untuk
kegiatan K3:
Resiko kecelakaan dan pencegahannya
Tata cara pengoperasian peralatan
Alamat instansi terkait: Rumah sakit, Polisi, Depnaker, Dinas Pemadam kebakaran.
Pelatihan Program K3
Pelatihan program K3 yang terdiri atas 2 bagian, yaitu:
Pelatihan secara umum, dengan materi pelatihan tentang panduan K3 di proyek, misalnya:
− Pedoman praktis pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek bangunan gedung
− Penanganan, penyimpanan dan pemeliharaan material
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan sipil
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan finishing luar
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan mekanikal dan elektrikal
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan finishing dalam
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan bekisting
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembesian
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan sementara
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan rangka baja
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan struktur khusus
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembetonan
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pondasi pile dan strutting
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembongkaran
Pelatihan khusus proyek, yang diberikan pada saat awal proyek dan di tengah periode pelaksanaan
proyek sebagai penyegaran, dengan peserta seluruh petugas yang terkait dalam pengawasan proyek,
dengan materi tentang pengetahuan umum tentang K3 atau Safety plan proyek yang bersangkutan
Perlengkapan dan Peralatan K3
Perlengkapan dan peralatan penunjang program K3, meliputi:
promosi program K3; yang terdiri dari:
− pemasangan bendera K3, bendera RI, bendera perusahaan.
− Pemasangan sign-board K3 yang berisi antara lain slogan-slogan yang mengingatkan perlunya
bekerja dengan selamat
Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut perlengkapan perlindungan diri (personal
protective equipment), diantaranya:
− Pelindung mata dan wajah Kaca mata safety merupakan peralatan yang paling banyak digunakan
sebagai pelindung mata. Meskipun kelihatannya sama dengan kacamata biasa, namun kaca mata
safety lebih kuat dan tahan benturan serta tahan panas dari pada kaca mata biasa. Goggle memberikan
perlindungan yang lebih baik dibandingkan safety glass sebab lebih menempel pada wajah
- Pelindung wajah memberikan perlindungan menyeluruh pada wajah dari bahaya percikan bahan
kimia, obyek yang beterbangan atau cairan besi. Banyak dari pelindung wajah ini dapat digunakan
bersamaan dengan penggunaan helm. Helm pengelas memberikan perlindungan baik pada wajah dan
juga mata. Helm ini menggunakan lensa penahan khusus yang menyaring intesnsitas cahaya serta
energi panas yang dihasilkan dari kegiatan pengelasan.
- kaca mata safety
- goggle
- pelindung wajah
- helm pengelas
− Pelindung pendengaran, dan jenis yang paling banyak digunakan: foam earplugs, PVC
earplugs, earmuffs
− Pelindung kepala atau helm (hard hat) yang melindungi kepala karena memiliki hal berikut: lapisan
yang keras, tahan dan kuat terhadap benturan yang mengenai kepala; sistem suspensi yang ada
didalamnya bertindak sebagai penahan goncangan; beberapa jenis dirancang tahan terhadap sengatan
listrik; serta melindungi kulit kepala, wajah, leher, dan bahu dari percikan, tumpahan, dan tetesan.
Jenis-jenis pelindung kepala , antara lain:
Kelas G untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh; dan melindungi dari sengatan listrik sampai
2.200 volts.
Kelas E untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh, dan dapat melindungi dari sengatan listrik
sampai 20.000 volts.
Kelas F untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh, TIDAK melindungi dari sengatan listrik, dan
TIDAK melindungi dari bahan-bahan yang merusak (korosif)
− Pelindung kaki berupa sepatu dan sepatu boot
a) Steel toe, sepatu yang didesain untuk melindingi jari kaki dari kejatuhan benda
b) Metatarsal, sepatu yang didesain khusus melindungi seluruh kaki dari bagian tuas sampai jari
c) Reinforced sole, sepatu ini didesain dengan bahan penguat dari besi yang akan melindungi dari
tusukan pada kaki
d) Latex/Rubber, sepatu yang tahan terhadap bahan kimia dan memberikan daya cengkeram yang
lebih kuat pada permukaan yang licin.
e) PVC boots, sepatu yang melindungi dari lembab dan membantu berjalan di tempat becek
f) Vinyl boots, sepatu yang tahan larutan kimia, asam, alkali, garam, air dan darah
g) Nitrile boots, sepatu yang tahan terhadap lemak hewan, oli, dan bahan kimia
Setiap bangunan gedung harus didirikan pada tanah yang status kepemilikannya jelas, baik milik
sendiri maupun milik pihak lain. Ijin mendirikan bangunan diberikan oleh pemerintah daerah,
kecuali bangunan dengan fungsi khusus oleh Pemerintah Pusat. IMB diberikan melalui proses
permohonan. Selanjutnya IMB diatur dalam PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR : 24/PRT/M/2007 TANGGAL 9 AGUSTUS 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS IZIN
MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG. Secara umum prosedur dan tata cara IMB
Permohonan ijin mendirikan bangunan harus dilengkapi dengan:
− tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian pemanfaatan tanah
− data pemilik bangunan gedung;
− rencana teknis bangunan gedung dan hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan
gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.
Ijin mendirikan bangunan diberikan apabila rencana bangunan telah memenuhi persyaratan tata
bangunan sesuai rencana tata kota dan daerah (RT/RW) kabupaten maupun kota, RDTRKP, dan/atau
RTBL), yang tertuang dalam Advis Planning (AP) oleh dinas/lembaga tata kota/daerah.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RT/RW) kabupaten atau kota adalah hasil perencanaan tata ruang
wilayah kabupaten/kota yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah.
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RDTRKP) adalahpenjabaran dari Rencana Tata
Ruang Wilayah kabupaten/kota ke dalam rencana pemanfaatan kawa-san perkotaan.
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu kawasan
untuk mengendalikan pemanfaatan ruang yang memuat rencana program bangunan dan lingkungan,
rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian
TOPIK 11
K3 MEKANIK
A. PENGERTIAN K3 MEKANIK
K3 mekanik adalah serangkaian kegiatan pengawasan dan semua tindakan yang dilakukan oleh
pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-undangan terhadap
obyek pengawasan K3 mekanik ditempat kerja.
B. DASAR HUKUM K3 MEKANIK
Dasar hukum pengawasan K3 mekanik;
1. Undang-undang No.1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja
2. Permen No.04/Men/1985,tentang pesawat tenaga dan produksi
3. Permen No.05/Men/1985, tentang pesawat angkat dan angkut
4. Permen No.01/Men/1989, tentang kwalifikasi dan syarat-syarat operator crane angkat
C. OBYEK K3 MEKANIK
1. Pesawat tenaga dan produksi
2. Pesawat angkat dan angkut
3. Operator mekanik
PESAWAT TENAGA
Pesawat tenaga adalah Pesawat atau alat yang bergerak, berpindah-pindah, atau tetap untuk
membangkitkan atau memindahkan daya atau tenaga termasuk perlengkapan transmisinya.
Pesawat tenaga dikelompokkan sebagai berikut :
a. Penggerak mula
Salah satu penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu mesin yang menggunakan
energi termal untuk melakukan kerja mekanik.
b Turbin
Turbin adalah mesin penggerak, dimana energi fluida kerja dipergunakan langsung untuk memutar
roda turbin. Turbin dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
Turbin air
Turbin uap
Turbin gas
PESAWAT PRODUKSI
Pesawat produksi adalah pesawat atau alat yang bergerak berpindah-pindah atau tetap untuk
proses produksi/mengolah, membuat bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi.
Pesawat produksi terdiri dari :
a. Mesin produksi
Mesin produksi adalah mesin peralatan kerja yang menyiapkan, membentuk atau membuat, merakit
finishing barang atau produk teknis. Contoh mesin produksi adalah mesin pak dan bungkus, mesin
jahit dan rajut, mesin pintal dan tenun.
b. Mesin perkakas
Mesin perkakas adalah pesawat atau alat untuk membentuk bahan, barang, produk teknis dengan cara
memmotong, mengepres, menarik atau menumbuk.
Berdasarkan gerakannya mesin perkakas dibedakan menjadi 2 golongan besar,yaitu:
Mesin perkakas kerja gerak utama berputar, seperti: mesin bor, mesin bubut dll
Mesin perkakas kerja gerak utama lurus, seperti: mesin sekrap, mesin tempa,
mesin gergaji, dll
c. Tanur / dapur
Tanur atau dapur adalah suatu pesawat yang kerjanya dengan cara pemanasan untuk mengolah atau
memperbaiki sifat barang atau produk teknis. Tanur/dapur bias ditemui di pabrik pengecoran logam.
Menurut jenisnya, tanur/dapur dikelompokkan menjadi :
Dapur tinggi/tanur tinggi
Dapur baja
Dapur besi
PESAWAT ANGKUT
Pesawat angkutan ialah pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau
orang dengan menggunakan kemudi baik di dalam atau di luar pesawat dan bergerak di atas suatu
landasan maupun permukaan.
Pesawat angkut antara lain adalah: truk, truk derek, traktor, gerobak, forklift dan kereta
gantung.
TOPIK 12
Bahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan kerja yang dapat dibagi dalam tiga kelompok besar
yaitu :
1. Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia,
diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat , deterjen, dan
lain-lain. Industri kimia dapat diberi batasan sebagai industri yang ditandai dengan
penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau fisik dalam sifat-
sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi suatu zat.
2. Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan kimia sebagai
bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan listrik, pengolahan
logam, obat-obatan dan lain-lain.
3. Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan pengembangan serta
pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh industri, lembaga penelitian dan
pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi.
Dalam lingkungan kerja tersebut, banyak bahan kimia yang terpakai tiap harinya sehingga para
pekerja terpapar bahaya dari bahan-bahan kimia itu. Bahaya itu terkadang meningkat dalam kondisi
tertentu mengingat sifat bahan-bahan kimia itu, seperti mudah terbakar, beracun, dan sebagainya.
Dengan demikian, jelas bahwa bekerja dengan bahan-bahan kimia mengandung risiko bahaya, baik
dalam proses, penyimpanan, transportasi, distribusi, dan penggunaannya. Akan tetapi, betapapun
besarnya bahaya bahan-bahan kimia tersebut, penanganan yang benar akan dapat mengurangi atau
menghilangkan risiko bahaya yang diakibatkannya.
Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkan pengenalan
serta cara penanganan dan transportasi. Secara umum bahan kimia berbahya diklasifikasikan menjadi
beberapa golongan diantaranya sebagai berikut :
Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-duanya
dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan
yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang
inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya.
Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus
sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas.
Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa
lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api
dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam penyimpanannya harus
diperhatikan sebagai berikut :
a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada
uap dari bahan bakar dan udara
b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan
diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya
d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas
dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi
panas
e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau
api otomatis dan diperiksa secara periodik
Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun dalam
keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan
oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu
kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran
hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang
mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada bahan ini,
baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen
sendiri.
Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan panas atau
gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka tempat
penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan
bahan lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.
Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas yang
mudah menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk, berventilasi,
sumber penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan asam dan uap dapat
menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga
disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika konstruksi gudang trbuat dari
logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.
Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan rantai
atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga agar
sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada
peredaran hawanya. Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar
silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.
Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek somatik dapat
akut atau kronis. Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai 5000[Rad] yang dapat
menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma kelainan darah,
sedangkan efek somatik kronis terjadi pada dosis yang rendah. Efek genetik mempengaruhi alat
reproduksi yang akibatnya diturunkan pada keturunan. Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan
semua persenyawaan yang mengandung radioaktif. Pemakai zat radioaktif dan sumber radiasi harus
memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja dengan zat radioaktif, peralatan
teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN. Penyimpanannya harus ditempat yang
memiliki peralatan cukup untuk memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat
membahayakan, packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah
ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara. Peraturan perundangan mengenai bahan
radioaktif diantaranya :
Maka Peta Keterkaitan Kegiatan untuk tata letak penyimpanan material kimia berbahaya berdasarkan
ketentuan safety tersebut di atas adalah sebagai berikut :
Gambar 1 : Peta keterkaitan kegiatan untuk penyimpanan raw
material.
Pemahaman tentang pengelolaan laboratorium sangat penting untuk dimiliki oleh pihak-pihak
yang terkait dengan laboratorium, baik secara langsung maupun tidak. Laboratorium harus dikelola
dan di manfaatkan dengan baik, karena Laboratorium mesin merupakan salah satu jenis laboratorium
yang dianggap cukup berbahaya dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/atau
pengabdian kepada masyarakat.
Menyadari tugas, wewenang dan fungsinya Pranata Laboratorium akan mendapatkan efisiensi
kerja yang maksimal. Mengelola Laboratorium dengan baik, adalah menjadi tujuan utama, sehingga
semua pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Selain itu sesama Pranata
Laboratorium harus ada kerjasama yang baik, dan selalu berkomunikasi dengan Pranata Laboratorium
yang lain, sehingga setiap kesulitan dapat dipecahkan/diselesaikan bersama. Pranata laboratorium
yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik harus dapat ditingkatkan kualitasnya, dapat
diperoleh melalui pendidikan tambahan sebagai pendidikan keterampilan khusus, penataran
(workshop) maupun magang dan sebagainya. Sehingga diharapkan semua Pranata Laboratorium
dapat berperan secara aktif dan bertanggung jawab atas semua kegiatan operasional di
laboratoriumnya.
TIPE LABORATORIUM
Laboratorium Pendidikan dibagi menjadi 4 tipe :
1.Laboratorium Tipe I adalah laboratorium ilmu dasar yang terdapat di sekolah pada jenjang
pendidikan menengah, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau
pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I dan II, dan bahan yang dikelola adalah bahan
kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan siswa.
2.Laboratorium Tipe II adalah laboratorium ilmu dasar yang terdapat di perguruan tinggi tingkat
persiapan (semester I, II), atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau
pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I dan II, dan bahan yang dikelola adalah bahan
kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan mahasiswa.
3.Laboratorium Tipe III adalah laboratorium bidang keilmuan terdapat di jurusan atau program studi,
atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas
penunjang peralatan kategori I, II, dan III, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum dan
khusus untuk melayani kegiatan pendidikan, dan penelitian mahasiswa dan dosen.
4.Laboratorium Tipe IV adalah laboratorium terpadu yang terdapat di pusat studi fakultas atau
universitas, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan
fasilitas penunjang peralatan kategori I, II, dan III, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori
umum dan khusus untuk melayani kegiatan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,
mahasiswa dan dosen, (Permenpan RB No. 03, 2010).
PERATURAN DASAR LABORATORIUM
Di laboratorium diperlukan pula adanya peraturan dan tata tertib yang harus dijalankan oleh setiap
pengguna laboratorium. Secara umum tata tertib penggunaan laboratorium tersebut antara lain
adalah :
Di laboratorium diperlukan pula adanya peraturan dan tata tertib yang harus dijalankan oleh setiap
pengguna laboratorium. Secara umum tata tertib penggunaan laboratorium tersebut antara lain
adalah :
1. Tidak diperkenankan mengambil alat dan bahan lain yang tidak ada hubungannya dengan
kegiatan yang dilakukan.
2. Pemakai laboratorium harus mendapat persetujuan Ketua Laboratorium.
3. Pemakai laboratorium tidak diperkenankan memasuki atau bekerja tanpa izin petugas
laboratorium.
4. Jangan bekerja sendirian di laboratorium.
5. Pemakai laboratorium harus datang tepat pada waktunya.
6. Sebelum bekerja, pemakai laboratorium harus mengisi agenda penggunaan laboratorium.
7. Sebelum bekerja pemakai laboratorium harus mengisi daftar penggunaan alat dan bahan yang
akan dipakai.
8. Pemakai laboratorium harus menempati tempat yang disediakan.
9. Pemakai laboratorium harus memperhatikan kelengkapan alat dan bahan yang telah
disediakan petugas laboratorium di meja praktikum.
10. Alat dan bahan yang belum lengkap harus dilaporkan ke petugas laboratorium.
11. Pergunakan alat dan bahan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
12. Periksa baik tidaknya alat yang dipinjam, karena kerusakan menjadi tanggungan pemakai.
13. Penggunaan alat dan bahan harus dilakukan dengan hati-hati.
14. Alat-alat laboratorium yang rusak selama praktikum harus dilaporkan kepada petugas
laboratorium dan jangan mencoba memperbaiki sendiri.
15. Alat, bahan, air, dan listrik hendaknya digunakan seefisien mungkin.
16. Bahan kimia bekas praktikum yang bisa dipakai lagi harus ditampung pada tempat khusus
dan diberi label.
17. Harus selalu menulis label yang lengkap, terutama terhadap pemakaian bahan kimia.
18. Setelah selesai bekerja, alat-alat dan meja praktikum harus dalam keadaan bersih.
PENATAAN ALAT DAN BAHAN
Penataan alat dan bahan praktikum sangat bergantung kepada fasilitas yang ada di laboratorium
dan kepentingan pemakai laboratorium. Fasilitas yang dimaksud dalam hal ini adalah adanya
ruang penyimpanan khusus (gudang), ruang persiapan, dan tempat- tempat penyimpanan seperti
lemari, kabinet, dan rak-rak.
Peralatan laboratorium yang selanjutnya disebut peralatan adalah mesin, perkakas, perlengkapan,
dan alat-alat kerja lain yang secara khusus dipergunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau
produksi dalam skala terbatas.
Peralatan Laboratorium dibagi 3 kategori :
1. Peralatan kategori 3 adalah alat yang cara pengoperasian dan perawatannya sulit, risiko
penggunaan tinggi, akurasi/ kecermatan pengukurannya tinggi, serta sistem kerja rumit yang
pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusus/tertentu dan bersertifikat.
2. Peralatan kategori 2 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya sedang,
risiko penggunaan sedang, akurasi/kecermatan pengukurannya sedang, serta sistem kerja
yang tidak begitu rumit dan pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusus/tertentu.
3. Peralatan kategori 1 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya mudah,
risiko penggunaan rendah, akurasi/ kecermatan pengukurannya rendah, serta sistem kerja
sederhana, pengoperasiannya cukup dengan menggunakan panduan, (Permenpan RB No. 03,
2010).
Bahan laboratorium yang selanjutnya disebut bahan adalah segala sesuatu yang diolah/digunakan
untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, yang dibagi menjadi dua kategori
yaitu :
1. Bahan khusus adalah bahan yang penanganannya memerlukan perlakuan dan persyaratan
khusus
2. Bahan umum adalah bahan yang penanganannya tidak memerlukan perlakuan dan
persyaratan khusus, (Permenpan RB No. 03, 2010).
Tempat penyimpanan bahan kimia harus bersih, kering, jauh dari sumber panas atau sinar matahari
langsung dan dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan.
(Budimarwanti).
TOPIK 13
Teori Segitiga Api dan Asal Mula Api
Segitiga api? Sebagian dari Anda mungkin sudah pernah mendengar atau justru belum pernah
mendengar istilah ini. Sebelum kita membahas apa itu segitiga api, sebaiknya kita ketahui dahulu asal
mula terbentuknya api. Api adalah reaksi kimia dari beberapa elemen yang mengalami reaksi
pembakaran dan menghasilkan panas, cahaya, dan hasil reaksi kimia lainnya. Beberapa elemen inilah
yang nantinya akan dibahas pada segitiga api. Segitiga api adalah elemen-elemen pembentuk api yang
dirangkai dalam suatu segitiga yang menggambarkan proses terjadinya api. Elemen- elemen tersebut
jika bersatu dan dalam porsi tertentu maka akan menimbulkan reaksi kimia dan menghasilkan api.
Elemen-elemen dalam segitiga api yang merupakan elemen pembentuk api yaitu:
Bahan Bakar
Bahan bakar yang dimaksud adalah bahan-bahan yang mudah bereaksi dengan reaksi pembakaran
atau bahan mudah terbakar. Bahan tersebut dapat berupa:
1. Zat padat: zat padat mudah terbakar contohya kertas, sampah kering, kayu, kain, dan lain-lain.
2. Zat cair: zat cair mudah terbakar contohnya minyak tanah, bensin, spirtus, alkohol, dan lain-
lain.
3. Zat gas: zat gas mudah terbakar contohnya karbit, LPG, dan LNG.
Ketiga bahan-bahan tersebut tentunya sudah tidak asing karena sering kita jumpai di kegiatan sehari-
hari. Untuk itu penggunaan bahan-bahan mudah terbakar sebaiknya dijauhkan dari sumber panas atau
api.
Sumber Panas
Sumber panas merupakan salah satu unsur terbentuknya api. Contoh sumber panas yaitu:
2. Energi panas listrik: panas listrik dapat timbul dari arus pendek, konsleting, percikan api
karena listrik, pemanasan dielektrik seperti pada microwave (gelombang mikro), dan listrik
statis.
3. Energi panas mekanis: panas mekanis dapat terjadi karena adanya gesekan atau
4. Energi panas kimia: contoh dari energi panas kimia yaitu reaksi panas pembakaran, panas
Oksigen
Di dalam udara yang kita hirup terdapat bermacam-macam unsur seperti nitrogen, argon, dan salah
satunya adalah oksigen. Oksigen dengan kadar minimum 16% dapat menjadi unsur penting
pembentuk api. Sedangkan dalam udara normal yang kita hirup terdapat kandungan 20% oksigen.
Sehingga pasokan oksigen idealnya sewaktu-waktu bisa mendukung terjadinya api.
A. UMUM
Pencegahan dan penanggulangan serta penyelamatan diri dari bencana kebakaran
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh kelalaian manusia
maupun faktor lain, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psikologis.
1. Pencegahan
Langkah-langkah yang perlu diantisipasi guna mencegah terjadinya bencana
kebakaran sebagai berikut :
a. Pastikan bahwa instalasi listrik aman;
b. Hindari pembebanan yang berlebihan pada satu stop kontak akan menyebabkan
kabe; panas dan bisa memicu kebakaran, ini biasanya dilakukan dengan
penumpukan beberapa stop kontak atau sambungan “T” pada satu titik sumber
listrik;
c. Pergunakan pemutus arus listrik (kontak tusuk) dalam keadaan baik;
d. Apabila ada kabel listrik yang terkelupas atau terbuka, harus segera diperbaiki,
karena bisa menyebabkan hubungan pendek;
e. Jangan sekali-kali mencantol listrik, karena Anda tidak memiliki system
pengaman yang sesuai, PLN biasanya sudah memperhitungkan distribusi beban
listrik, apabila ada beban berlebih akan mengganggu jaringan listrik yang ada.
2. Penanggulangan
a. Sediakan alat pemadam kebakaran di kantor Anda.
b. Panggil pemadam kebakaran apabila masih sempat. Pasang nomor penting
dekat telepon atau program telepon untuk nomor-nomor penting. Ingat bahwa
mereka tidak akan dating dalam waktu singkat, kemungkinan api telah
berkobar lebih besar.
c. Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana kebakaran :
(1) Cepat dan tepat;
(2) Prioritas;
(3) Koordinasi dan keterpaduan;
(4) Berdaya guna dan berhasil guna;
(5) Kemitraan;
(6) Pemberdayaan;
(7) Non diskriminasi.
d. Tujuan penganggulangan bencana :
1. Memberikan perlindungan kepada pegawai dari ancaman bencana’
2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluru
3. Penyelamatan Diri
Apabila pegawai kantor sudah melakukan pengenalan dan pengecekan kantor dengan
seksama, maka :
a. Buat rencana penyelamatan diri bersama dengan menentukan sedikitnya dua jalur
keluar dari setiap ruangan;
b. Persiapkan lampu senter dekat petugas Satpam;
Saat kebakaran, sebenarnya asap membuat orang menjadi panic dan tidak dapat bernafas
dengan leluasa. Merangkaklah atau menunduk di bawah, tutup mulut dan hidung
dengan kain yang dibasahi;
c. Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat menuju tempat yang aman.
Pastikan bahwa pintu dapat dengan cepat dibuka pada kondisi darurat, demikian
pula jika harus melalui jendela.
Jangka Waktu
NO Prosedur Maksimal
Penyelesaian
Bila terjadi kebakaran, karyawan dan tamu menyelamatkan diri di tempat
1 5 menit
aman dan jangan panik
Penanggungjawab ruangan member informasi sumber kebakaran kepada
2 2 menit
petugas / yang diberi tanggung jawab
Bila sumber kebakaran dan penyebab kebakaran diketahui maka petugas
3 mematikan sakelar pemutus arus listrik atau putuskan arus listrik melalui 3 menit
MCB / Sekering
Bila memungkinkan pemadam kebakaran tersebut dengan alat pemadam
4 15 menit / selesai
api dengan bahan pemadaman yang sesuai (tabung pemadam)
a. Namun bila ternyata kebakaran cukup besar segara hubungi dinas
5 5 menit
pemadam kebakaran dan PLN
b. Lingkungan sekitar perlu dirapihkan /sterilkan sehingga mudah dicapai
5 – 10 menit
oleh pemadam kebakaran
Sambil menunggu petugas pemadam kebakaran, petugas atau penanggung
6 30 menit / selesai
jawab ruangan mempersiapkan peralatan pemadaman
8 Lakjukan penyelamatan dokumen / arsip penting serta peralatan kantor 30 menit / selesai
TOPIK 14
PELAYANAN KESEHATAN
Upaya pelayanan kesehatan yang diberikan pada SDM Rumah Sakit secara paripurna meliputi
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan Kesehatan Kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi
pegawai di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan
oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.
Kegiatan promotif merupakan peningkatan kesehatan serta kemampuan fisik dan kondisi mental
(rohani) SDM Rumah Sakit, antara lain meliputi:
1. Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi (extra fooding) bagi petugas
yang bekerja di area berisiko tinggi serta petugas yang dinas bergilir (sore, malam dan diluar hari
kerja atau libur).
2. Pelaksanaan program kebugaran jasmani terprogram (pengukuran kebugaran jasmani dan
latihan fisik terprogram), senam kesehatan dan rekreasi.
3. Pembinaan mental/rohani.
4. Pemenuhan gizi kerja dan ASI di Rumah Sakit, meliputi :
A. Pengelolaan kantin bersih, sehat dan selamat/ hygiene sanitasi.
B. Pemeriksaan kesehatan penjamah makanan/hygiene perorangan.
C. Pemantauan status gizi dan konseling gizi.
D. Tempat Penitipan Anak (TPA).
E. Pengelolaan ASI di Rumah Sakit (penyediaan Ruang ASI, Pemberian Makanan
Tambahan-PMT, konseling dan Komunikasi Informasi Edukasi-KIE tentang ASI).
Kegiatan preventif, antara lain meliputi:
1. Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi pada SDM Rumah Sakit dan pekerja yang
bekerja pada area/tempat kerja yang berisiko dan berbahaya (antara lain; thypoid, hepatitis,
influenza dan Ca.Cervix).
2. Pemeriksaan kesehatan bagi pegawai sebelum bekerja, berkala dan khusus sesuai dengan
risiko pekerjaan. Langkah pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan berdasarkan risiko
pekerjaannya, meliputi;
A. Identifikasi dan pemetaan populasi berisiko sesuai potensi bahaya yang ada
B. Menentukan jenis pemeriksaan kesehatan sesuai dengan potensi bahaya tempat
kerjanya
C. Melakukan pemeriksaan kesehatan
D. Menentukan kelaikan bekerja sesuai kondisi kesehatan pegawai (fit to work)
E. Melakukan analisis hasil pemeriksaan kesehatan pegawai secara populasi untuk
memberikan rekomendasi program Kesehatan Kerja dan perbaikan lingkungan kerja.
F. Pelaksanaan program fit to work dalam rangka penentuan jenis pekerjaan yang sesuai
dengan status kesehatan pekerja Rumah Sakit.
3. Surveilans medik
A. Menganalisis hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala dan khusus,data
rawat jalan, data rawat inap seluruh sumber daya manusia Rumah Sakit.
B. Memberikan rekomendasi dan tindak lanjut hasil analisis.
4. Surveilans lingkungan kerja
A. Menilai, menganalisa dan mengevaluasi hasil pengukuran lingkungan kerja
B. Memberikan rekomendasi hasil evaluasi pengukuran lingkungan kerja
5. Memantau kesehatan SDM Rumah Sakit dan pekerja yang bekerja pada tempat kerja yang
mengandung potensi bahaya tinggi, sesuai dengan peraturan perundangan.
Kegiatan kuratif, antara lain meliputi:
1. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM Rumah Sakit yang
menderita sakit.
2. Melakukan diagnosis dan tatalaksana Penyakit Akibat Kerja (PAK) yaitu penyakit yang
mempunyai beberapa agen penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan,
yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui, selain risiko penyakit
umum yang ada di masyarakat.
3. Penanganan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) yaitu suatu kejadian atau peristiwa dengan
unsur-unsur tidak diduga, tidak dikehendaki, tidak disengaja, terjadi dalam hubungan kerja,
menimbulkan trauma/ruda paksa, kecacatan, dan kematian disamping itu menimbulkan kerugian
dan/atau kerusakan properti.
4. Penanganan pasca pemajanan (post exposure profilaksis)
Kegiatan rahabilitatif, antara lain meliputi:
1. Rehabilitasi medik
2. Pelaksanaan program pendampingan kembali bekerja (return to work) bagi SDM Rumah
Sakit yang mengalami keterbatasan setelah mengalami sakit lebih dari 2 minggu/KAK/PAK, yang
mana memerlukan rehabilitasi medik dan/atau rehabilitasi okupasi/kerja.