Anda di halaman 1dari 49

Nama : Fajar Dwi Gusnadi

NIM : 40040219650109
D4 Rekayasa Perancangan Mekanik ( C ) 2019
Resume UAS K3LL
TOPIK 1

KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA

A. Pengertian K3LL

K3LL merupakan singkatan dari kesehatan keselamatan kerja dan lindung lingkungan.
Dalam K3LL hal yang penting dipelajari adalah bagaimana cara agar seseorang dapat
menghindari segala macam kerugian yang diperolehnya dalam melakukan suatu aktivitas atau
pekerjaan. Ada beberapa terminologi dalam K3LL yang menjadi dasar utama kajian ilmu
tersebut yaitu, hazard, risk, incident, dan accident.

Hazard adalah segala macam hal baik benda maupun kondisi lingkungan tertentu yang
dapat menimbulkan suatu bahaya atau berpotensi memiliki bahaya. Risk atau dalam padanan
bahasa indonesianya berarti risiko adalah besarnya kemungkinan suatu bahaya dapat mengenai
suatu objek yang berada di sekitar hazard. Jika dibuat sebuah fungsi dari risk, maka variabel
yang terikat di dalamnya adalah konsekuensi (consequence) yang ditimbulkan dan besar
kemungkinan (probability) yang dapat membuat suatu bahaya dapat terjadi.
Kemudian incident adalah suatu kecelakaan yang tidak menimbulkan kerugian
sedangkan accident adalah suatu kecelakaan yang dapat memberikan kerugian. Kedua-duanya
merupakan kejadian yang tak terduga dan tiba-tiba terjadi pada saat melakukan kegiatan atau
aktivitas pekerjaan. Kerugian itu berasal dari hazard dengan risk yang melekat dan ada pada
potensi bahaya itu.

Undang-undang Dasar 1945 sebagai undang-undang tertinggi di Indonesia, telah


menjadi landasan hukum bagi peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang
lain. Hal ini bisa kita lihat dalam Pembukaan Undang-undang 1 tahun 1970 bagian “mengingat”
yang menyebutkan pasal 5, 20 dan 27 dari Undang-undang Dasar 1945.

B. Perlindungan Di Tempat Kerja

Menurut peraturan undang-undang Ketenagakerjaan, setiap pekerja/buruh berhak atas


perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (hukum keselamatan
kerja) meletakkan prinsip dasar pelaksanaan keselamatan kerja. Langkah-langkah yang perlu
dilakukan untuk mencegah kecelakaan dan ledakan; mengurangi kemungkinan kebakaran dan
cara penanggulangan kebakaran; dan langkah-langkah lainnya yang diatur sehubungan dengan
tempat kerja. Hukum juga memiliki aturan tentang pintu darurat; pertolongan pertama pada
kecelakaan, perlindungan dari polusi seperti gas, suara dan lain-lain; perlindungan dari penyakit
karena pekerjaan; dan aturan mengenai perlengkapan keselamatan bagi pekerja/buruh.Semua
kecelakaan kerja harus dilaporkan pada petugas yang ditunjuk oleh departemen tenaga kerja.
Hukum keselamatan kerja mengatur tentang daftar pekerjaan yang mengharuskan pemeriksaan
kesehatan pekerja/buruh sebelum bekerja. Pemeriksaan kesehatan rutin juga harus dilaksanakan.

Perusahaan dengan 100 pekerja/buruh atau lebih, yang memiliki resiko tinggi, harus
memiliki manajemen sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang memenuhi persyaratan.
Perwakilan pekerja/buruh harus setuju pada manajemen sistem keselamatan dan kesehatan
kerja; yang juga harus dijelaskan kepada semua pekerja/buruh, supplier, dan pelanggan.
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi harus mengawasi pelaksanaan dari sistem tersebut,
serta melakukan pemeriksaan dan evaluasi secara rutin.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja memberikan persyaratan khusus untuk
tempat kerja. Langkah-langkah pencegahan harus diambil untuk menghindari kebakaran,
kecelakaan, keracunan, infeksi penyakit karena pekerjaan, penyebaran debu, gas, uap panas
serta bau yang mengganggu. Kementerian Ketenagakerjaan telah mengeluarkan peraturan baru
mengenai kesehatan dan keselamatan tempat kerja yang meniadakan peraturan yang berlaku
sebelum peraturan tahun 1964. Peraturan baru ini memberikan pedoman baru untuk nilai
ambang batas kimia dan fisik, dan juga memberikan pedoman untuk kualitas udara dalam
ruangan untuk menciptakan tempat kerja yang layak.

Perusahaan harus menyediakan cahaya yang cukup, pengaturan suhu dan ventilasi,
kebersihan, penyimpanan dan pembuangan sampah rutin; Perusahaan harus dibangun secara
baik dan dibuat dari material yang tidak mudah terbakar; pengecatan dinding dan atap secara
rutin, minimal 5 tahun sekali; kamar mandi terpisah bagi laki-laki dan perempuan (setidaknya 1
kamar mandi untuk setiap 15 orang pekerja/buruh); pengaturan yang higienis bagi setiap
personil; makanan dan minuman; asrama bagi personil (bila memungkinkan); pengaturan posisi
kerja dan meja kerja; dan lampu darurat untuk malam hari di tempat kerja.Seorang pekerja/buruh
dapat meminta secara resmi pemutusan hubungan kerja pada lembaga yang berwenang atas
hubungan industrial (pengadilan hubungan industrial) bila pengusaha/perusahaannya
memerintahkan pekerja/buruh yang bersangkutan untuk melakukan pekerjaan yang dapat
membahayakan keselamatan, kesehatan atau bertentangan dengan moralnya, dimana hal tersebut
tidak pernah diberitahukan pada pekerja/buruh saat pembuatan perjanjian kerja.

1.1 TUJUAN

 MENGERTI TUNTUTAN PELAKSANAAN K3


 PERAN PELAKSANAAN K3 DI PERUSAHAAN
 PENDEKATAN PELAKSANAAN K3 DI PERUSAHAAN
 STANDARD K3: SMK3 & OHSAS 18001

1.2 MENGAPA KITA HARUS MENGELOLA K3 (Kesehatan dan Kkeselamatan Kerja)

 TANGGUNG JAWAB MORAL


1. Visi Perusahaan
2. Corporate Philosophy
 TANGGUNG JAWAB HUKUM
1. UU No. 1 th 1970
2. Per. 05/Men/1996
 PERTIMBANGAN EKONOMIS
1. Meningkatkan Keuntungan
2. Perbaikan Citra perusahaan

1.3 KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN

1.4KEWAJIBAN PENERAPAN SMK3


Untuk setiap tempat kerja yang:
1. memiliki seratus pekeerja atau lebih.
2. Mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan
produksi.
3. Dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan kerugian.

1.5 MODEL 5 PRINSIP PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMTAN DAN


KESEHATAN KERJA SESUAI PERMENAKER PER.05/MEN/96
TOPIK 2

SMK3
SISTEM MANAJEMEN K3

2.1 DASAR : PERMENAKER NO: PER.05/MEN/1996


DEFINISI SMK3 BAGIAN DARI SISTEM MANAJEMEN SCR KESELURUHAN
YANG MELIPUTI :
• STRUKTUR ORGANISASI
• PERENCANAAN
• TANGGUNGJAWAB
• PELAKSANAAN
• PROSES
• PROSEDUR
• SUMBERDAYA

2.2 TUJUAN

MENCIPTAKAN SUATU SISTEM K3 DI TEMPAT KERJA DNG MELIBATKAN


UNSUR MANAJEMEN, NAKER, KONDISI DAN LINGKUNGAN KERJA YANG
TERINTEGRASI DALAM RANGKA MENCEGAH DAN MENGURANGI KECELAKAAN
& PAK SERTA TERCIPTANYA TEMPAT KERJA YANG AMAN, EFISIEN & PRODUKTIF.

2.3 KEWAJIBAN

• MENETAPKAN KEBIJAKAN K3 & MENJAMIN KOMITMEN SMK3

• RENCANA PEMENUHAN KEBIJAKAN, TUJUAN, SASARAN PENERAPAN K3

• MENERAPKAN KEBIJAKAN K3 SECARA EFEKTIF DGN MENGEMBANGKAN


KEMAMPUAN & MEKANISME PENDUKUNG.

• MENGUKUR, MEMANTAU & MENGEVALUASI KINERJA SERTA TINDAKAN


PERBAIKAN & PENCEGAHAN.

• MENINJAU SECARA TERATUR & MENINGKATKAN PELAKSANAAN SMK3

2.4 PROFIT PENERAPAN SMK3

• KEUNTUNGAN FINANSIAL

• EFISIENSI & PRODUKTIVITAS

• KEHANDALAN PROSES PRODUKSI

• DAMPAK PSIKOLOGIS MENINGKATKAN KEPERCAYAAN

2.5 PEDOMAN PENERAPAN SMK3

1. KOMITMEN DAN KEBIJAKAN

• KEPEMIMPINAN & KOMITMEN

• TINJAUAN AWAK K3

• KEBIJAKAN K3
2. PERENCANAAN

• PERENC, IDENTIFIKASI, PENILAIAN & PENGENDALIAN RISIKO

• PERATURAN PERUNDANGAN

• TUJUAN DAN SASARAN

• INDIKATOR KINERJA

• PERENC. AWAL & KEGIATAN YG SEDANG BERLANGSUNG

4. PENGUKURAN & EVALUASI

• INSPEKSI & PENGUJIAN

• AUDIT SMK3

• SURVAI

• TINDAKAN PERBAIKAN &PENCEGAHAN

5. TINJAUAN ULANG & PENINGKATAN OLEH MANAJEMEN

• EVALUASI PENERAPAN KEBIJAKAN K3

• TUJUAN, SASARAN, KINERJA K3

6. EVALUASI PENERAPAN SMK3

TOPIK 3
DASAR HUKUM UU NO 1 TAHUN 1970

3.1 SYARAT KESELAMATAN KERJA

 MENCEGAH & MENGURANGI KECELAKAAN


 MENCEGAH, MENGURANGI & MEMADAMKAN KEBAKARAN
 MENCEGAH & MENGURANGI BAHAYA PELEDAKAN
 MEMBERI KESEMPATAN / JALAN SELAMATKAN DIRI PD SAAT
KEBAKARAN/KEJADIAN BAHAYA
 MEMBERI PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN
 MEMBERI APD PADA PEKERJA

3.2 KONSEP DASAR PENCEGAHAN KECELAKAAN


KERJA SEBAB-SEBAB KECELAKAAN
LOSS CAUSATION MODEL
PENYEBAB LANGSUNG

 UNSAFE ACT
 UNSAFE CONDITION
MODERN SAFETY MANAGEMENT
 SUBSTANDARD PRACTICE
 SUBSTANDARD CONDITION

3.5 PENYEBAB DASAR


FAKTOR MANUSIA / PRIBADI
 KURANG KEMAMPUAN FISIK / MENTAL / PSIKOLOGI
 KURANG KETERAMPILAN / KEAHLIAN
 STRESS
 MOTIVASI TIDAK CUKUP / SALAH
FAKTOR KERJA / LINGKUNGAN
 TIDAK CUKUP KEPEMIMPINAN
 TIDAK CUKUP REKAYASA
 TIDAK CUKUP PERAWATAN

TIDAK CUKUP STANDAR KERJA

TOPIK 4

OPTIMALISASI BUDAYA K3 DAN LINDUNGAN LINGKUNGAN

4.1 Kebijakan K3LL dan Pengamanan Perusahaan

Perusahaan mengacu pada Undang-Undang Nomor 13 tahun 2013 tentang


Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1973. Pada tahun 2016,Perusahaan telah
memiliki kebijakan K3LL dan Pengamanan Perusahaan yang komprehensif dan ditandatangani
oleh Direktur Utama. Kebijakan K3LL Perusahaan memuat komitmen Perusahaan untuk
menerapkan upaya pengelolaan risiko K3LL untuk mencegah terjadinya kecelakaan, kebakaran,
penyakit akibat kerja, pencemaran dan kerusakan lingkungan, serta memastikan kepatuhan
kepada peraturan dan persyaratan yang berlaku.

4.2 KOMITMEN K3LL dan Pengamanan Perusahaan


1. Melaksanakan kebijakan K3LL dan Pengamanan Perusahaan serta mematuhi perundangan
dan peraturan terkait K3LL dan Pengamanan
2. Memberikan prioritas pertama terhadap aspek K3LL dan Pengamanan di setiap wilayah
operasi Perusahaan Konsisten menerapkan dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan
pada Sistem Manajemen K3LL dan Sistem Manajemen Pengamanan Perusahaan.
3. Menjadikan kinerja K3LL dan Pengamanan sebagai salah satu kriteria penilaian dan
penghargaan terhadap seluruh pekerja dan mitra kerja
4. Mendorong setiap pekerja melaporkan semua potensi bahaya dan insiden terkait K3LL dan
Pengamanan di setiap wilayah operasi Perusahaan
5. Mengembangkan dan memelihara Budaya K3LL serta Pengamanan guna melaksanakan
pekerjaan secara benar, aman, dan berwawasan lingkungan
6. Memelihara citra Perusahaan dan hubungan harmonis dengan stakeholder dan shareholder
dengan menerapkan prinsip corporate social responsibility dan good corporate governance.

4.3 Struktur Organisasi K3LL Perusahaan


4.4 Sistem Manajemen K3LL

1. Sistem Manajemen terintegrasi (ISO 14001, OHSAS 18001, dan ISO 9001) untuk Area
Kamojang.
2. OHSAS 18001 untuk Sistem Manajemen K3 di Area Kamojang, Area Lahendong, dan Area
Ulubelu.
3. ISO 14001 untuk Sistem Manajemen Lingkungan di Area Lahendong dan Area Ulubelu.
4. Sistem Manajemen Pengamanan Perusahaan di Area Kamojang dan Area Lahendong.

TOPIK 5
Pengelolaan Lingkungan Kerja ( iklim, pencahayaan ) dan Pengukuran Lingkungan
kerja

LINGKUNGAN KERJA

Diartikan sebagai sesuatu yang berada disekitar tenaga kerja yang dapat berpengaruh
Lestsari dan manusiawi adalah faktor pendorong bagi efisiensi kerja
Kondisi lingkaran kerja kurang baik akan menurunkan produktivitas kerja, sebab terjadinya penyakit,
pencemaran kerja, cacat dan bahkan kematian.

PENGELOLAHAN LINGKUNGA

Pengelolahan merpakan sistem dan keselamatan keerja. Terdapat 5 komponen dalam sikls
pengelolahan lingkungan kerja :
Pengukuran dan pemantauan lingkungan kerja.
Penilaian apa arti dari ukuran/ standar lingkungan karja dan dampak kesehatan tenaga kerja.
Menetapkan sasaran dalam proses pengelolahan.
Penyusunan rencana pengelolahan secara berkesinambungan.
Melaksanakan pengendalian lingkungan kerja dan tindakan lanjut hasil pengukuran dan pemantauan.

FAKTOR LINGKUNGAN KERJA BEBAN TAMBAHAN BAGI TENAGA KERJA

Faktor fisik : kebisingan, pencahayaan, iklim kerja, getaran mekanik, radiasi gelombang
Faktor kimia : gas, uap, debu, fume, kabut, asap,cairan, dan lainnya
Faktor biologis : berasal dari tumbuha/ binatang (virus, bakteri, jamur, serangga)
Faktor fisiolog : sikap dan cara kerja, jam kerja dan istirahat.
Faktor psikologi : hubungan kerja, suasana kerja/ pekerjaan yang monoton.

Alat- alat monitoring lingkngan kerja

MANFAAT PENGENALAN LINGKUNGAN KERJA

Secara kualitatif dapat mengetahui bahaya faktor lingkungan kerja dalam proses kegiatan.
Dapat dilakukan pengukuran dengan cepat, mudah, dan tepat.
Membantu diagnosa sesuatu gejala/ kasus dalam hubungan pekerjaan.

PRINSIP DASAR PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA

Pengendalian secara mekanik


Pengendalian secara administatif
Pemakaian alat pelindng diri (APD)

TOPIK 6
Keselamatan kerja di bengkel

K3 mempunyai fungsi mencegah tenaga kerja mendapat kecelakaan ditempat merekea kerja.Pertama
kali k3 mendapat perhatian saat tahun 80 sesudah masehi yang berada di kota Roma yang
mengharuskan para pekerja tambang memakai alat keselamatan kerja.
Pada tahun 1950 mulai dibentuk jawatan pengawasan keselamatan kerja yang diselesaikan oleh
pemerintah Undang-undang keselamatan kerja nomer 1.
Hambatan dalam keselamatan kerja justru para pekerja yang tidak disiplin seperti tidak memakai APD
yang telah disediakan oleh pakbrik atau bengkel.Pekerja dalam melakukan pekerjaan tanpa
menggunakan APD akan mendapat peringatan oleh pengawas pekerjan. Namun untuk sanksi tidak
ada yang tertulis. Menyadarkan para pekerja untuk menggunakan alat pengaman dengan cara
memberikan penerangan bagaimana perlunya memakai alat pengaman, diberikan penjelasan akibat
yang terjadi apabila tidak memakai pengaman,dan menempelkan sebuah gambar peringatan untuk
menggunakan alat pengaman.
Alat pelindung keselamatan kerja memiliki fungsi yang sama namun kegunaan yang berbeda- beda.
Contohnya : kacamata las untuk pengelasan menggunakan gas asetilen dan topeng las untuk
pengelasan menggunakan las listrik atau SMAW.Macam macam keselamatan kerja dalam
pengelasan :
Topi pengaman :melindungi rambut dari percikan las.
Kacamata las :melindungi mata dari sinar yang dihasilkan proses pengelasan.
Baju kulit :melindungi badan atau baju dari percikan las.
Sarung tangan kulit :melindungi tangan dari percikan las dan panas saat kegunaan las.
Sepatu safety :melindungi kaki dari jatuhnya material dan keaaman yang lainnya.

TOPIK 7

K3 BEKERJA DALAM LABORATORIUM

PENGERTIAN APD PADA LABORATORIUM

Berdasarkan pasal 14 huruf c UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pengusaha/pengurus
perusahaan wajib menyediakan APD secara cuma-cuma terhadap tenaga kerja dan orang lain yang
memasuki tempat kerja. Apabila kewajiban tersebut tidak dipenuhi oleh pengusaha/pengurus, maka
termasuk kedalam pelanggaran undang-undang. Berdasarkan pasal 12 huruf b, tenaga kerja
diwajibkan memakai APD yang telah disediakan. APD yang disediakan harus memenuhi syarat
pembuatan, pengujian dan memiliki sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakai APD
yang tidak memenuhi syarat.

Peralatan Pelindung Diri

Jas Laboratorium. Jas laboratorium (lab coat) berfungsi sebagai pelindung tubuh dari percikan bahan
kimia berbahaya. Terdapat dua jenis jas laboratorium, yaitu jas lab sekali pakai dan jas lab berkali-kali
pakai. Jas lab sekali pakai umunya digunakan di laboratorium biologi dan hewan. Sementara jas lab
berkali-kali pakai digunakan di laboratorium kimia.

Kaca mata keselamatan. Mata merupakan bagian tubuh yang cukup vital dan sangat bergharga.
Jumlah kecelakaan yang menimpa mata cukup banyak. Akan tetapi fenomena di lapangan, banyak
pekerja yang tidak nyaman menggunakan kacamata.

Sepatu Pengaman. Sandal atau sepatu sandal dilarang digunakan ketika bekerja di laboratorium
karena tidak dapat melindungi kaki ketika larutan atau bahan kimia terjatuh mengenai kaki. Sepatu
biasa umumnya sudah cukup untuk digunakan sebagai pelindung. Namun di laboratorium industri,
sepatu yang digunakan adalah sepatu keselamatan yang tahan api dan tekanan tertentu. Selain itu
terkadang disediakan juga plastik alas sepatu untuk menjaga kebersihan laboratorium apabila
digunakan untuk keluar dari laborator

Pelindung Muka. Pelindung muka atau face shield digunakan untuk melindungi wajah dari panas, api,
dan percikan material panas. Alat ini biasa digunakan saat mengambil alat laboratorium yang
dipanaskan di tanur, dan mengambil alat yang dipanaskan dengan autoclave.

Masker. Masker digunakan untuk melindungi pekerja dari udara kotor yang diakibtakan oleh beberapa
hal, yaitu :
Debu-debu kasar dari pengindraan atau operasi-operasi sejenis
Racun dan debu-debu halus yang dihasilkan dari pengecetan atau asap
Uap beracun atau gas beracun dari pabrik kimia
CO2 yang menurunkan konsentrasi oksigen di udara

Sarung Tangan. Sarung tangan harus diberikan pada pekerja yang berpotensi mengalami beberapa hal,
yaitu :
Tusukan
Sayatan
Terkena benda panas
Terkena bahan kimia
Terkena aliran listrik
Terkena radiasi

Pelindung Telinga. Pelindung telinga berguna untuk melindungi pekerja dari loncatan api, percikan
logam, atau partikel-partikel yang melayang. Perlindungan dari kebisingan dilakukan dengan
penyumbat telinga. Pelindung telingan (hear protector) yang lazim digunakan di laboratorium untuk
melindungi telinga dari bising yang dikeluarkan oleh alat tertentu seperti autoclave, crusher,
sonikator, dan pencuci alat gelas yang menggunakan ultrasonik. Setiap orang yang terpapar
kebisingan, dibatasi waktu dan tingkat kebisingan

Label Simbol Bahaya. Pemberian label dimaksudkan untuk mengenal dengan cepat sifat bahaya suatu
bahan kimia, di samping dengan mudah mengetahui kadar bahan tersebut. Pengenalan bahan kimia
penting dalam penanganan, transportasi dan penyimpanan bahan-bahan karena cara penyimpanan
memerlukan dasar pengetahuan terhadap sifat bahaya bahan serta kemungkinan interaksi antar bahn
serta kondisi yang mempengaruhi selama penyimpanan.

7.4 Kasus Kecelakaan Laboratorium dan Tindakan Pertolongannya

Pingsan (sinkop). Pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran sementara karena berkurangnya
aliran darah ke otak, sehingga tidak mendapatkan cukup glukosa dan oksigen. Kejadiannya dapat
berlangsung mendadak, cepat atau sebelumnya korban sudah merasakan akan pingsan. Agar tubuh
tetap sadar, bagian otak yang dikenal dengan sistem pengaktif retikuler yang terletak di batang otak
harus mendapat cukup aliran darah dan setidaknya satu belahan otak harus berfungsi. Pada kondisi
pingsan, aliran darah mengumpul dibawah tubuh sehingga hanya sedikit yang didistribusikan ke otak.
Faktor-faktor yang menyebabkan pingsan antara lain adalah :
Over stimulus sistem saraf vagus yaitu nyeri, ketakutan, emosi kemarahan, panik, stres, dan rasa sakit
yang kuat
Perubahan tekanan darah yang disebabkan karena terlalu lama berdiri atau aktivitas fisik yang
berlebihan dan kurang istirahat
Anemia disebabkan karena kurangnya asupan zat besi, penyakit atau pendarahan
Dehidrasi disebabkan karena muntah berlebih, diare, kurang minum, keringat berlebihan dan luka
bakar
Obat-obatan tertentu
Hipoglikemia disebabkan karena tidak sarapan, atau terlambat makan
Ketidakseimbangan elektrolit

TOPIK 8
KESELAMATAN KERJA BENGKEL MESIN BUBUT

A. TATA TERTIB BENGKEL MESIN BUBUT

“Sikap yg baik terhadap keselamatan bagaimana Membina tabiat keselamatan (safety-minded) yg


baik dan menjadikan kita pengguna yg Berjaya”.

1.Baca dulu instruksi manual sebelum mengoperasikan mesin


2.Upayakan tempat kerja tetap bersih dengan penerangan yang memadai
3.Semua peralatan harus di grounded
4.Gunakan selalu kaca mata pelindung setiap saat bekerja dengan mesin
5.Hindari pengoperasian mesin pada lingkungan yang berbahaya, seperti lingkunganyang banyak
mengandung bahan mudah terbakar
6.Yakinkan bahwa switch dalam keadaan OFF sebelum menghubungkan mesin dengan sumber listrik
7.Pertahankan kebersihan tempat kerja, bebas dari kekacauan (clutter), minyak dan sebagainya
8.Tetapkan batas aman untuk pengunjung
9.Ketika membersihkan mesin, upayakan mesin dalam keadaan mati, akan lebih baik jika hubungan
dengan sumber listrik diputus.
10.Gunakan selalu alat dan perlengkapan yang ditentukan
11.Gunakan selalu alat yang benar.

B. LARANGAN PADA BENGKEL MESIN BUBUT

1. Jangan menyentuh/memegang chuck pada saat mesin bubut beroperasi


2. Jangan bersenda gurau pada saat mengoperasikan mesin bubut
3. Jangan melakukan pemeriksaan mesin sebelum memutuskan arus listrik
4. Lindungi lintasan meja dari hubungan langsung dengan listrik
5. Selalu gunakan kaca mata pelindung
6. Jangan menghentikan spindel dengan tangan
7. Jangan biarkan kunci Chuck tetap menempel pada Chuck
8. Jangan memakai cincin atau jam karena sangat berbahayakan anda

C. PERLENGKAPAN YANG HARUS DI GUNAKAN

a) Peralatan keselamatan kerja di bengkel mesin perkakas pada umumnya :


(1) Baju kerja:
Pilihlah baju kerja yang tidak ada bagian-bagiannya yang terjurai/melambai-lambai supaya tidak
terlilit putaran sumbu utama.
(2) Sepatu
Pilihlah sepatu yang bahan alasnya tidak mudah licin, bisa dipilih dari bahan kulit atau karet. Juga,
dipilih model yang tidak berlubang-lubang besar pada penutup bagian atas untuk menghindari
masuknya tatal/beram panas mengenai kaki
(3) Topi/ikat kepala.
Apabila rambut operator/juru teknik panjang yang diperkirakan dapat terlilit putran sumbu utama,
pakailah topi atau ikat kepala.
(4) Kacamata
Untuk melindungi mata dari percikan tatal/beram benda kerja.
(5) Masker hidung
mbar 2.3 Kacamata Pengaman
Masker pelindung digunakan apabila benda kerja yang dikerjakan menimbulkan serbuk/debu, seperti
bahan.
(6) Alat pembersih.
Sapu, kain pel, dan lain-lain alat pembersih lantai digunakan untuk membersihkan lantai dari tatal, di
sekitar mesin yang diperkirakan membuat operator/juru teknik dapat terpeleset.
(7) Lampu penerangan
Lampu penerangan dibuat memadai untuk bekerja saat siang, malam ataupun saat mendung, Siang
hari dapat menggunakan seoptimal mungkin terang alami
(8) Alat pemadam kebakaran
Biasanya, untuk bengkel mesin perkakas disediakan alat pemadam yang dapat dibawa langsung
dengan tangan (=portable)
b) Prosedur keselamatan kerja pada proses pembubutan
(1) Kelistrikan
Periksa/pastikan kelistrikan pada mesin bubut yang akan dugunakan aman, khususnya kotak sekering
harus tertutup untuk menghindari kontak dengan tatal yang menggulung panjang-panjang.
(2) Roda gigi
Pada saat penggantian roda gigi penggantian pastikan tidak ada orang lain yang meng – on – kan tuas
on-off motor utama dan saklar on-off pengaman pada rumah transmisi (=gear box). Hal ini dapat
menyebabkan jari tangan tergilas roda gigi.
(3) Saat pembubutan
Pada saat akan menghidupkan mesin bubut pastikan
(a) kunci cekam/kunci chuck bubut sudah dilepas dari cekam, supaya tidak terpelanting/loncat atau
membentur bed mesin bubut saat cekam diputar.
(b) tidak ada bagian tergerai yang dipakai operator yang dapat terlilit bersama putaran
cekam/benda kerja, seperti tangan baju panjang, gelang, kalung, dan rambut.
(c) Benda kerja yang akan dibubut diperhitungkan agar tidak melenting atau bengkok mengenai
kepala operator.
Benda kerja panjang dan mudah melenting dibubut menggunakan penyangga (steady)
2) Menerapkan pemakaian alat-alat keselamatan kerja
a) Menggunakan Pakaian Kerja.
Pakailah pakaian kerja, seperti baju kerja, sepatu, topi/ikat kepala, kacamata dan masker hidung
sebelum bekerja, Pokoknya pakailah pakaian kerja selengkap mungkin sesuai dengan tuntunan
kebutuhan pekerjaan.
Kancinglah baju kerja dengan baik agar tidak ada bagian yang terjurai yang dapat menyebabkan
terlilit putaran cekam/benda kerja.
b) Bersihkanlah lantai dari tatal/oli setiap kali sekiranya hal itu sudah membahayakan operator,
seperti menyebabkan terpeleset.
c) Gantilah lampu penerangan setiap kali terangnya sudah tidak memadai lagi.
d) Ada dua model alat pemadam kebakaran.
(2) Tanpa selang
Menggunakannya : pegang tabung dengan kedua tangan, lalu putar pada posisi moncong di bawah
dan pantas di atas sambil arahkan lubang moncong/semburan busa ke arah api.
(3) Dengan selang
Posisikan tabung tegak, cabut pena tuas penyemprot, lalu arahkan moncong pada ujung selang ke arah
api, dan tahan tuas penyemprot.
c. Rangkuman
1) Mengidentifikasi alat dan prosedur keselamtan kerja
a) Peralatan keselamatan kerja di bengkel mesin
(1) Pakaian kerja.
(a) Baju kerja lengan pendek
(b) Sepatu dengan alas/sol tidak licin
(c) Topi/ikat kepala apabila rambut panjang
(d) Kacamata
(e) Masker hidung apabila bahan yang dikerjakan menimbulkan debu/serbuk.
(2) Alat pembersih lantai
(3) Lampu penerangan
(4) Alat pemadam kebakaran
b) Prosedur keselamatan kerja pada proses pembubutan.
(1) Kotak sekering harus tertutup rapat.
(2) Pada saat mengganti roda gigi dipastikan tidak ada yang menghidupkan mesin.
(3) Pada saat akan membubut pastikan:
(a) kunci cekam sudah dilepas;
(b) tidak ada bagian tubuh/pakaian operator yang dapat terlilit putaran benda kerja/cekam bubut;
(c) gunakan penyangga benda kerja sekiranya benda melenting dan dapat

TOPIK 9
Menejemen Resiko
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk:
Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan
menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya.
A. Menejemen Resiko di Laboratorium Pengelasan
Pekerjaan pengelasan merupakan salah satu proses pemesinan yang penuh risiko karena selalu
berhubungan dengan api, bahan – bahan yang mudah terbakar dan meledak. Kecelakaan yang terjadi
sebenarnya dapat dikurangi atau dihindari apabila seorang welder dalam mengoperasikan alat
pengelasan dan alat keselamatan kerja secara baik dan benar, selain itu seorang welder juga memiliki
penguasaan mengenai cara pencegahan bahaya akibat proses las tersebut.
1. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan observasi langsung ke bengkel pengelasan
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Pengambilan data dilakukan dengan proses wawancara
pada dosen dan pengisian kuesioner oleh Mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Pengambilan sampel dilakukan dengan bentuk purposif dengan cara mengambil sampel kepada
responden tertentu yaitu mahasiswa yang pernah melakukan praktikum pengelasan di Welding
Centre PPNS. Kecelakaan kerja dan faktor penyebab kecelakaan kerja yang diidentifikasi adalah
kecelakaan kerja pada praktikum pengelasan di Welding Centre PPNS. Data-data yang diperlukan
dalam penelitian ini berupa data mahasiswa yang pernah melakukan praktikum pengelasan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berupa sejumlah pernyataan
yang harus ditanggapi oleh mahasiswa sebagai responden. Data yang telah dikumpulkan, diolah
dan dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik
persentase. Tingkat risiko pada setiap kriteria ditentukan dengan rumus : Indeks Risiko =
Frekuensi x Dampak

.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah dengan cara survei terhadap mahasiswa
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang pernah melakukan praktik pengelasan di Welding
Center. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang menjadi instrument
dalam penelitian ini. Kuesioner yang disebar adalah sebanyak 30 responden. Data yang diperoleh
dari kuesioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko dari praktik pengelasan yang dilakukan
di Welding Center PPNS dan mendapatkan kriteria dan sub-kriteria terpilih berdasarkan risk level
yaitu tingkat yang memiliki risiko terjadinya kecelakaan.

B. Menejemen Resiko di Laboratorium Mesin Bubut/Produksi

Potensi bahaya khususnya pada proses pemesinan bubut dapat diidentifikasi dari tiga aspek, yaitu:
mesin atau perlatan yang digunakan, benda kerja yang sedang dikerjakan dan operator yang sedang
bekerja.

Ketiga aspek tersebut memiliki potensi bahaya yang harus dikenali untuk selanjutnya dapat
dikendalikan. Hal ini dalam upaya meningkatkan keselamatan kerja pada pekerjaan mesin bubut dan
meminimalkan potensi kecelakaan yang dapat merusak atau merugikan ketiga aspek tersebut.
sumber gambar: http://anaksmk3.blogspot.co.id

Potensi bahaya dari mesin/peralatan

Potensi bahaya yang mungkin timbul dari mesin/perlatan adalah diantaranya sebagai berikut:

a) penataan posisi mesin dan peralatan yang kurang ergonomis dan kurang teratur, sehingga
menimbulkan potensi gangguan terhadap proses pemesinan,

b) Tuas-tuas pengatur pada mesin bubut yang sudah tidak berfungsi dengan baik, sehingga dapat
mengakibatkan pengaturan putaran yang tidak tepat, pembacaan skala nonius yang tidak tepat,

c) Putaran mesin yang cukup tinggi berpotensi menyebabkan kecelakaan,

d) Jaringan listrik pada mesin yang kurang terawat, dapat membahayakan operator mesin maupun
terhadap mesin itu sendiri,

e) Rangkaian roda gigi penggerak mesin bubut perlu dicek secara periodik agar tidak menimbulkan
bahaya yang lebih besar,

f) Lampu penerangan pada mesin yang kurang terang dapat menyebabkan kesalahan pengamatan
terhadap benda kerja baik dari segi ukuran maupun kualitas permukaan,

g) Penggunaan alat-alat bantu pemesinan bubut yang tidak sesuai fungsinya dapat membahayakan alat
dan operator tersebut,

h) Penggunaan alat potong baik berupa pahat, mata bor atau kartel yang sudah aus dapat
mengakibatkan kerusakan benda kerja.

Hal-hal tersebut perlu dijadikan perhatian dalam rangka meningkatkan keselamatan kerja pada
pekerjaan mesin bubut.
Potensi bahaya dari benda kerja

Potensi bahaya yang mungkin timbul dari benda kerja adalah diantaranya sebagai berikut: a)
Ujung/sisi benda kerja yang lancip/tajam dapat membahayakan operator, b) Penjepitan benda kerja
yang tidak sempurna dapat mengakibatkan benda kerja terlepas pada saat penyayatan dilakukan
sehingga mengakibatkan kerusakan baik benda kerja maupun perlatan lain serta juga membahayakan
operator,

Selain itu, potensi bahaya juga dapat berasal dari Bram/tatal yang dihasilkan dari pengerjaan benda
kerja dapat membahayakan operator. Serta penggunaan media pendingin (coolant) yang tidak tepat
baik jenis maupun cara penggunaannya dapat merusak benda kerja dan membahayakan operator.

Potensi bahaya dari operator

Potensi bahaya yang mungkin timbul dari operator mesin adalah diantaranya sebagai berikut: a)
Tingkat ketrampilan dan penguasaan mesin oleh operator yang kurang memadai dapat membahayakan
diri operator maupun mesin/peralatan, b) Sikap kepedulian dan perilaku terhadap aspek keselamatan
kerja operator, c) Faktor kelelahan operator juga dapat memnyebabkan kecelakaan kerja.

Keselamatan kerja pada pekerjaan mesin bubut

Keselamatan kerja menjadi sesuatu yang penting dan harus diutamakan. Banyak slogan tentang
keselamatan kerja diantaranya: Safety First, Incident Injury Free, Stop Accident Before Accident
Stops You. Hal ini menunjukan bahwa keselamatan kerja harus menjadi prioritas dalam melaksanakan
proses pemesinan.

Oleh karena itu setiap personel perlu mengetahui potensi bahaya yang ada pada setiap tahapan proses
pemesinan yang dilaksanakan, berupaya untuk mengendalikan potensi bahaya yang ada dengan
mengembangkan perilaku aman dan selamat dalam setiap aktivitas pemesinan.

Kecelakaan kerja umumnya terjadi karena disebabkan oleh faktor human error dan juga kondisi
lingkungan kerja. Berikut adalah beberapa penyebab kecelakaan kerja yang yaitu: a)
kelelahan (fatigue), b) kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak
aman (unsafe working condition), c) kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai
penyebab awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training, d) karakteristik pekerjaan itu sendiri.

Kecelakaan kerja dengan penyebab seperti di atas dapat terjadi secara tunggal, simultan, maupun
dalam sebuah rangkain sebab-akibat (cause consequences chain). Jika kecelakaan terjadi maka akan
sangat mempengauhi produktivitas kerja. Maka pemahaman dan kesadaran mengenai keselamatan
kerja pada pekerjaan mesin bubut menjadi sangat penting.

C. Menejemen Resiko di Laboratorium Mesin-Mesin Konversi Energi

Laboratorium Konversi Energi merupakan laboratorium yang dimanfaatkan untuk menunjukan


karakteristik motor bakar, turbin uap, turbin gas pada para mahasiswa.

1. Bahan bakar minyak dan gas berada di dalam ruangan


2. Notice atau display-display penting kurang terawat dan kurang terlihat jelas
3. Posisi peralatan penanganan bencana (tabung pemadam) riskan jatuh
4. Fasilitas kebersiham (tempat sampah, wastafel) kurang di perhatikan dan letak P3K kurang
terjangkau
5. Jalur evakuasi terhalang mesin
6. Indikator lingkungan kerja (temperature, kebisingan, getaran, pencahayaan) kurang strategis
7. Jumalh APD kurang
8. Letak barang tidak terpakai menutupi jalur evakuasi
9. Kabel-kabel perlu ditata dan dirapikan agar tidak tersandung apabila ada praktikan yang
melintas

K3 Kelistrikan

1. K3 listrik di Otomotif
A. Kondisi lingkungan bengkel mobil

Kondisi lingkungan bengkel mobil menjadi aspek terpenting k3 bengkel otomotif. Di bengkel
mobil Anda akan merasakan banyak kondisi yang bisa mengakibatkan kecelakaan.
Misalnya bahan yang mudah terbakar, mobil yang diangkat tinggi, alat-alat yang
berantakan, mesin-mesin yang menyala dan lain sebagainya ada genangan air, tumpahan
oli,kabel terkelupas yang bisa mengakibatkan kecelakan kerja.

B. Pakaian kerja

Pilihlah pakaian yang benar-benar pas sehingga tidak mengganggu pekerjaan Anda.
Perusahaan bisa memberi seragam sesuai dengan bagian masing-masing. Ini yaitu contoh k3
bengkel otomotif fasilitas yang perlu dipenuhi oleh pemilik.

C. Kedisiplinan dalam melakukan prosedur pekerjaan

Jaga agar tempat kerja selalu bersih dan rapi adalah bagian dari kedisiplinan dalam melakukan
prosedur kerja. Ini adalah bagian dari tanggung jawab keselamatan kerja di bengkel mobil.

D. Pencegahan kebakaran

Anda harus memahami dimana letak alat pemadam kebakaran dan cara memakainya. Lap
basah karena oli mudah sekali terbakar, kabel yang konslet juga mudah terbakar. karenanya
harus langsung dibuang atau pemasangan yang benar kedalam tempat sampah yang terbuat
dari logam atau tertutup.

E. Menggunakan alat pelindung diri

Menggunakan alat pelindung diri berupa, Sepatu safety, sarung tangan.

2. K3 Listrik di Bengkel mesin (Perkakas, Pengelasan dll.)

Pencegahan Kecelakaan Kerja Oleh Mesin


Pencegahan kecelakaan kerja pada bagian mesin perlu dilakukan sebelum, sewaktu, dan
setelah bekerja.
a.    Sebelum bekerja
Keselamatan kerja yang harus diperhatikan sebelum melaksakan pekerja meliputi:

> Persiapan dan pemakaian pelengkapan keselamatan kerja untuk si pekerja yakni; pakaian kerja
sepatu kerja, helm, sarung tangan dan lain-lain.

> Pemeriksaan alat-alat dan perlengkapan yang digunakan seperti:

pemeriksaan perlengkapan pengaman pada mesin-mesin, kabel kabel listrik mesin, dan lain-lain

 Lingkungan tempat bekerja juga perlu diperhatikan, sebab lingkungan kerja yang
nyaman dapat memberikan motivasi terhadap pekerja untuk bekerja lebih kosenstrasi,
sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan kecil terjadi.

 Memahami bahaya listrik

b.    Sewaktu bekerja


Perhatikan keselamatan kerja sewaktu bekerja perlu mendapat perhatian yang serius,
sebab biasanya kecelakaan yang sering terjadi adalah sewaktu melaksakan pekerjaan.
Usaha-usaha yang diperlakukan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya
kecelakaan dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut:
•    Menggunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
•    Jangan coba-coba mengoperasikan mesin yang tidak diketahui prinsip-prinsip kerja
yang benar tehadap pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan.
•    Pekerja harus menguasai pengetahuan keselamatan kerja.
•    Konsentrsi penuh dalam bekerja.

c.    Selesai Bekerja


Setelah selesai bekerja keselamatan kerja juga perlu mendapat perhatian. Sebab akibat-
akibat yang sering terjadi setelah selesai  bekerja ini diantaranya terjadi kerusakan pada
peralatan dan mesin-mesin, juga memungkinkan terjadinya kecelakaan terhadap pekerja dan
lingkungan tempat bekerja. Di samping itu kelalaian yang sering terjadi adalah lupa
mematikan panel kontrol listrik. Hal ini sangat membahayakan bagi pekerja lainnya yang
tidak  mengetahui seperti tanpa sengaja menekan tombol mesin atau terpijaknya kabel arus
listrik dan sebagainya.

d. 5S/5R

 S Pertama   = Seiri – Ringkas, Membuang barang yang tidak diperlukan


 S Kedua       = Seiton – Rapi, Membenahi dan men-standar-kan tempat penyimpan /
meletakkan barang atau peralatan pada tempatnya.
 S Ketiga       = Seiso – Resik, Menjaga kebersihan tempat kerja (membersihkan tempat kerja
agar bebas dari debu dan sampah)
 S Keempat = Seiketsu – Rawat, Mempertahankan tempat kerja agar tetap Ringkas,
bersih/Resik dan Rapi
 S Kelima     = Shitsuke – Rajin, Disiplin diri sendiri

Dalam penerapan 5S, terdapat 4 langkah yang perlu dilakukan antara lain :

1. Melakukan Perekaman keadaan sekarang agar dapat dijadikan perbandingan setelah


melakukan kegiatan 5S (before and after)
2. Melakukan Kegiatan 5S
3. Pembudayaan 5S, Jadikan 5S merupakan bagian yang tidak terlepas dari aktivitas kerja harian
kita.
4. Evaluasi kembali terhadap 5S dan lakukan tindakan pencegahan agar 5S tetap terjaga di
tempat kerja.
Contoh : bagaimana mencegah debu tidak melekat di mesin, bagaimana mencegah peletakkan
barang yang tidak pada tempatnya.

Bahaya-bahaya dalam pengelasan dan pencegahannya sebagai berikut:


 Kejutan listrik selama pelaksanaan pengelasan dengan mesin las busur listrik
 Ledakan karena adanya kebocoran pada gas-gas yang mudah terbakar seperti gas asetilin
 Cedera pada mata akibat penyinaran
 Silau nyala api gas
 Cedera karena asap dan gas yang dihasilkan selama proses pengelasan
 Kebakaran, ledakan dan luka bakar akibat percikan terak pengelasan
 Ledakan tabung asetilin, oksigen, gas CO2 dan gas argon

Sebab-sebab utama kejutan listrik selama pengelasan dengan busur listrik


 Karena perlu menyalakan kembali dan menjaga kestabilan busur las, maka tegangan listrik
AC pada mesin las busur listrik harus dijaga agar tetap tinggi
 Isolasi yang tidak efektif karena adanya kerusakan pada pembungkus kabel las
 Isolasi yang tidak efektif dari mesin las busur listrik dan terbukanya bidang pengisian pada
terminal penghubung kabel mesin las
 Isolasi yang tidak efektif pada gagang batang las
 Pengelasan busur listrik pada lokasi dikelilingi oleh material konduksi seperti bejana tekan
atau struktur dasar ganda dari kapal

g. Cara-cara mencegah bahaya kejutan listrik selama pengelasan dengan busur listrik
 Pencegahan arus listrik mengalir ke seluruh tubuh manusia
 Pakaian kerja harus kering dan tidak boleh basah oleh keringat atau air
 Sarung tangan harus terbuat dari kulit, kering dan tanpa lubang pada ujung jari
 Harus memakai sepatu karet yang seluruhnya terisolasi.
 Mesin las busur listrik AC harus memiliki alat penurun tegangan otomatis atau mesin las
busur listrik DC tegangannya harus relatif rendah, sekitar 60V

 Memastikan tidak adanya kebocoran arus listrik


 Mesin-mesin las busur listrik itu sendiri, meja kerja las dan lembar kerja yang akan dilas
harus benar-benar “membumi”.
 Jika pembungkus kabel-kabel input atau output sobek dan kawatnya terbuka, maka tutuplah
dengan pita isolasi atau ganti seluruh kabelnya.
 Isolasi terminal-terminal kabel pada sisi input/output, kabel pada gagang elektrode dan sisi
gagang elektrode, dan hubungan pada konektor kabel harus sempurna.
 Hubungan kabel-kabel yang ada di meja kerja las, lembar kerja yang akan dilas dan logam
dasar dengan benar menggunakan penjepit-penjepit khusus.
 Ketika meninggalkan bengkel pengelasan untuk beristirahat, pastikan bahwa batang elektrode
las telah dilepaskan dari gagang elektrode (holder).

TOPIK 10
K3 KONSTRUKSI

Prinsip=Prinsip K3 Konstruksi

Penerapan prinsip K3 di proyek sangat perlu diperhatikan dalam pekerjaan konstruksi. Pelaksana
konstruksi harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kerja sesuai ketentuan K3 di lingkungan
proyek.
 Kelengkapan Administrasi K3

Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan administrasi K3, meliputi:
− Pendaftaran proyek ke departemen tenaga kerja setempat
− Pendaftaran dan pembayaran asuransi tenaga kerja (Astek)
− Pendaftaran dan pembayaran asuransi lainnya, bila disyaratkanproyek
− Ijin dari kantor kimpraswil tentang penggunaan jalan atau jembatan yang menuju lokasi untuk lalu-
lintas alat berat
− Keterangan laik pakai untuk alat berat maupun ringan dari instansi yang berwenang memberikan
rekomendasi
− Pemberitahuan kepada pemerintah atau lingkungan setempa

 Penyusunan Safety Plan
Safety plan adalah rencana pelaksanaan K3 untuk proyek yang bertujuan agar dalam pelaksanaan
nantinya proyek akan aman dari kecelakaan dan bahaya penyakit sehingga menghasilkan
produktivitas kerja yang tinggi. Safety plan berisi Gambaran proyek dan Pokok perhatian untuk
kegiatan K3:
􀂃 Resiko kecelakaan dan pencegahannya
􀂃 Tata cara pengoperasian peralatan
􀂃 Alamat instansi terkait: Rumah sakit, Polisi, Depnaker, Dinas Pemadam kebakaran.

Pelaksanakan Kegiatan K3 di Lapangan


 
Pelaksanaan kegiatan K3 di lapangan meliputi:
 Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan, melalui kerja sama dengan instansi yang
terkait K3, yaitu depnaker, polisi dan rumah sakit.  Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan:
− Safety patrol, yaitu suatu tim K3 yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang melaksanakan patroli untuk
mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan K3 dan yang memiliki resiko kecelakaan.
− Safety supervisor; adalah petugas yang ditunjuk manajer proyek untuk mengadakan pengawasan
terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3.
− Safety meeting; yaitu rapat dalam proyek yang membahas hasil laporan safety patrol maupun safety
supervisor
 Pelaporan dan penanganan kecelakaan, terdiri dari:
− Pelaporan dan penanganan kecelakaan ringan
− Pelaporan dan penanganan kecelakaan berat
− Pelaporan dan penanganan kecelakaan dengan korban meninggal
− Pelaporan dan penanganan kecelakaan peralatan berat

Pelatihan Program K3
Pelatihan program K3 yang terdiri atas 2 bagian, yaitu:
Pelatihan secara umum, dengan materi pelatihan tentang panduan K3 di proyek, misalnya:
− Pedoman praktis pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek bangunan gedung
− Penanganan, penyimpanan dan pemeliharaan material
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan sipil
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan finishing luar
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan mekanikal dan elektrikal
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan finishing dalam
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan bekisting
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembesian
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan sementara
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan rangka baja
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan struktur khusus
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembetonan
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pondasi pile dan strutting
− Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembongkaran
Pelatihan khusus proyek, yang diberikan pada saat awal proyek dan di tengah periode pelaksanaan
proyek sebagai penyegaran, dengan peserta seluruh petugas yang terkait dalam pengawasan proyek,
dengan materi tentang pengetahuan umum tentang K3 atau Safety plan proyek yang bersangkutan
Perlengkapan dan Peralatan K3
Perlengkapan dan peralatan penunjang program K3, meliputi:
 promosi program K3; yang terdiri dari:
− pemasangan bendera K3, bendera RI, bendera perusahaan.
− Pemasangan sign-board K3 yang berisi antara lain slogan-slogan yang mengingatkan perlunya
bekerja dengan selamat
 Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut perlengkapan perlindungan diri (personal
protective equipment), diantaranya:
− Pelindung mata dan wajah Kaca mata safety  merupakan peralatan yang paling banyak digunakan
sebagai pelindung mata. Meskipun kelihatannya sama dengan kacamata biasa, namun kaca mata
safety lebih kuat dan tahan benturan serta tahan panas dari pada kaca mata biasa. Goggle memberikan
perlindungan yang lebih baik dibandingkan safety glass sebab lebih menempel pada wajah
- Pelindung wajah  memberikan perlindungan menyeluruh pada wajah dari bahaya percikan bahan
kimia, obyek yang beterbangan atau cairan besi. Banyak dari pelindung wajah ini dapat digunakan
bersamaan dengan penggunaan helm. Helm pengelas memberikan perlindungan baik pada wajah dan
juga mata. Helm ini menggunakan lensa penahan khusus yang menyaring intesnsitas cahaya serta
energi panas yang dihasilkan dari kegiatan pengelasan.
- kaca mata safety
- goggle
- pelindung wajah
- helm pengelas

− Pelindung pendengaran, dan jenis yang paling banyak digunakan: foam earplugs, PVC
earplugs, earmuffs 
− Pelindung kepala atau helm (hard hat) yang melindungi kepala karena memiliki hal berikut: lapisan
yang keras, tahan dan kuat terhadap benturan yang mengenai kepala; sistem suspensi yang ada
didalamnya bertindak sebagai penahan goncangan; beberapa jenis dirancang tahan terhadap sengatan
listrik; serta melindungi kulit kepala, wajah, leher, dan bahu dari percikan, tumpahan, dan tetesan.
Jenis-jenis pelindung kepala , antara lain:
Kelas G untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh; dan melindungi dari sengatan listrik sampai
2.200 volts.
Kelas E untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh, dan dapat melindungi dari sengatan listrik
sampai 20.000 volts.
Kelas F untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh, TIDAK melindungi dari sengatan listrik, dan
TIDAK melindungi dari bahan-bahan yang merusak (korosif)
− Pelindung kaki berupa sepatu dan sepatu boot
a) Steel toe, sepatu yang didesain untuk melindingi jari kaki dari kejatuhan benda
b) Metatarsal, sepatu yang didesain khusus melindungi seluruh kaki dari bagian tuas sampai jari
c) Reinforced sole, sepatu ini didesain dengan bahan penguat dari besi yang akan melindungi dari
tusukan pada kaki
d) Latex/Rubber, sepatu yang tahan terhadap bahan kimia dan memberikan daya cengkeram yang
lebih kuat pada permukaan yang licin.
e) PVC boots, sepatu yang melindungi dari lembab dan membantu berjalan di tempat becek
f) Vinyl boots, sepatu yang tahan larutan kimia, asam, alkali, garam, air dan darah
g) Nitrile boots, sepatu yang tahan terhadap lemak hewan, oli, dan bahan kimia

− Pelindung tangan berupa sarung tangan dengan jenis-jenisnya


a) Metal mesh, sarung tangan yang tahan terhadap ujung benda yang tajam dan melindungi tangan
dari terpotong
b) Leather gloves, melindungi tangan dari permukaan yang kasar.

c) Vinyl dan neoprene gloves, melindungi tangan dari bahan kimia beracun


d) Rubber gloves, melindungi tangan saat bekerja dengan listrik
e) Padded cloth gloves, melindungi tangan dari sisi yang tajam, bergelombang dan kotor.
f) Heat resistant gloves, melindungi tangan dari panas dan api
g) Latex disposable gloves, melindungi tangan dari bakteri dan kuman

− Pelindung bahaya jatuh dengan jenis-jenis antara lain:


a) Full Body Hardness (Pakaian penahan Bahaya Jatuh), sistim yang dirancang untuk menyebarkan
tenaga benturan atau goncangan pada saat jatuh melalui pundak, paha dan pantat. Pakaian penahan
bahaya jatuh ini dirancang dengan desain yang nyaman bagi si pemakai dimana pengikat pundak,
dada, dan tali paha dapat disesuaikan menurut pemakainya. Pakaian penahan bahaya jatuh ini
dilengkapi dengan cincin “D” (high) yang terletak dibelakang dan di depan dimana tersambung tali
pengikat, tali pengaman atau alat penolong lain yang dapat dipasangkan
b) Life Line (tali kaitan), tali kaitan lentur dengan kekuatan tarik minimum 500 kg yang salah satu
ujungnya diikatkan ketempat kaitan dan menggantung secara vertikal, atau diikatkan pada tempat
kaitan yang lain untuk digunakan secara horisontal
c) Anchor Point (Tempat Kaitan), tempat menyangkutkan pengait yang sedikitnya harus mampu
menahan 500 kg per pekerja yang menggunakan tempat kaitan tersebut. Tempat kaitan harus dipilih
untuk mencegah kemungkinan jatuh. Tempat kaitan, jika memungkinkan harus ditempatkan lebih
tinggi dari bahu pemakainya
d) Lanyard (Tali Pengikat), tali pendek yang lentur atau anyaman tali, digunakan untuk
menghubungkan pakaian pelin-dung jatuh pekerja ke tempat kaitan atau tali kaitan. Panjang tali
pengikat tidak boleh melebihi 2 meter dan harus yang kancing pengaitnya dapat mengunci secara
otomatis
e) Refracting Life Lines (Pengencang Tali kaitan), komponen yang digunakan untuk mencegah agar
tali pengikat tidak terlalu kendor. Tali tersebut akan memanjang dan memendek secara otomatis pada
saat pekerja naik maupun pada saat turun.
sarana peralatan lingkungan berupa:
− tabung pemadam kebakaran
− pagar pengamanan
− penangkal petir darurat
− pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja
− jaring pengamanan pada bangunan tinggi
− pagar pengaman lokasi proyek
− tangga
− peralatan P3K
 rambu-rambu peringatan, antara lain dengan fungsi:
− peringatan bahaya dari atas
− peringatan bahaya benturan kepala
− peringatan bahaya longsoran
− peringatan bahaya api
− peringatan tersengat listrik
− penunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari 2 lantai)
− penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara
− penunjuk batas ketinggian penumpukan material
− larangan memasuki area tertentu
− larangan membawa bahan-bahan berbahaya
− petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek)
− peringatan untuk memakai alat pengaman kerja
− peringatan ada alat/mesin yang berbahaya (untuk lokasi tertentu)
− peringatan larangan untuk masuk ke lokasi power listrik (untuk orangorang tertentu)

 Kriteria Desain dalam Penyelenggaraan Bangunan


Penyelenggaraan bangunan adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis
dan pelaksanaan konstruksi, serta
kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Jasa penyelenggaraan bangunan melewati
suatu proses yang dapat diurutkan secara garis besar sebagai berikut:
− Tahap perencanaan dan perancangan, dimana pada tahap ini bangunan yang akan dibuat
dimodelkan dalam suatu bentuk 2 dimensi (gambar) atau 3 dimensi (maket) disertai dengan berbagai
dokumen tertulis sebagai pendukung (Rencana Anggaran Biaya/RAB, spesifikasi teknis dan lain-
lain). Keseluruhan dokumen ini, yang disebut sebagai dokumen perencanaan, akan dijadikan sebagai
acuan bagi tahap selanjutnya.
− Tahap asembling/perakitan, dimana tahap ini merupakan tahap pilihan yang tidak selalu
dilaksanakan, tergantung dari kondisi proyek. Perakitan merupakan pekerjaan konstruksi skala kecil
pada elemen bangunan seperti kuda-kuda baja, elemen pracetak, dan lain-lain. Tahap ini bias
dilaksanakan di lapangan atau di lokasi workshop/pabrik.
− Tahap konstruksi, dimana tahap ini merupakan tahap akhir pembuatan bangunan di lapangan.
Tahap ini dilaksanakan dengan acuan dokumen perencanaan.
 Persyaratan Bangunan
Persyaratan umum bangunan pada dasarnya harus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan tersebut.
Persyaratan Administratif
Persyaratan administratif bangunan gedung meliputi:
− status hak atas tanah, dan/atau ijin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
− status kepemilikan bangunan gedung;
− ijin mendirikan bangunan gedung.

Setiap bangunan gedung harus didirikan pada tanah yang status kepemilikannya jelas, baik milik
sendiri maupun milik pihak lain. Ijin mendirikan bangunan diberikan oleh pemerintah daerah,
kecuali bangunan dengan fungsi khusus oleh Pemerintah Pusat. IMB diberikan melalui proses
permohonan. Selanjutnya IMB diatur dalam PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR : 24/PRT/M/2007 TANGGAL 9 AGUSTUS 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS IZIN
MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG. Secara umum prosedur dan tata cara IMB
Permohonan ijin mendirikan bangunan harus dilengkapi dengan:
− tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian pemanfaatan tanah
− data pemilik bangunan gedung;
− rencana teknis bangunan gedung dan hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan
gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

Ijin mendirikan bangunan diberikan apabila rencana bangunan telah memenuhi persyaratan tata
bangunan sesuai rencana tata kota dan daerah (RT/RW) kabupaten maupun kota, RDTRKP, dan/atau
RTBL), yang tertuang dalam Advis Planning (AP) oleh dinas/lembaga tata kota/daerah.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RT/RW) kabupaten atau kota adalah hasil perencanaan tata ruang
wilayah kabupaten/kota yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah.
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RDTRKP) adalahpenjabaran dari Rencana Tata
Ruang Wilayah kabupaten/kota ke dalam rencana pemanfaatan kawa-san perkotaan.
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu kawasan
untuk mengendalikan pemanfaatan ruang yang memuat rencana program bangunan dan lingkungan,
rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian
TOPIK 11
K3 MEKANIK

A.    PENGERTIAN K3 MEKANIK
     K3 mekanik adalah serangkaian kegiatan pengawasan dan semua tindakan yang dilakukan oleh
pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-undangan terhadap
obyek pengawasan K3 mekanik ditempat kerja.
B.     DASAR HUKUM K3 MEKANIK
Dasar hukum pengawasan K3 mekanik;
1. Undang-undang No.1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja
2. Permen No.04/Men/1985,tentang pesawat tenaga dan produksi
3. Permen No.05/Men/1985, tentang pesawat angkat dan angkut
4. Permen No.01/Men/1989, tentang kwalifikasi dan syarat-syarat operator crane angkat
C. OBYEK K3 MEKANIK
1.      Pesawat tenaga dan produksi
2.      Pesawat angkat dan angkut
3.      Operator mekanik

PESAWAT TENAGA DAN PESAWAT PRODUKSI


            Pesawat atau alat yang bergerak berpindah-pindah atau tetap yang dipakai atau  dipasang
untuk membangkitkan atau memindahkan daya atau tenaga, mengolah, membuat: bahan, barang,
produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

PESAWAT TENAGA
           
 Pesawat tenaga adalah Pesawat atau alat yang bergerak, berpindah-pindah, atau tetap untuk
membangkitkan atau memindahkan daya atau tenaga termasuk perlengkapan transmisinya.
Pesawat tenaga dikelompokkan sebagai berikut :
a.       Penggerak mula
Salah satu penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu mesin yang menggunakan
energi termal untuk melakukan kerja mekanik.

b     Turbin
Turbin adalah mesin penggerak, dimana energi fluida kerja dipergunakan langsung untuk memutar
roda turbin. Turbin dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
  Turbin air
  Turbin uap
  Turbin gas

c.       Perlengkapan Transmisi Tenaga Mekanik


Perlengkapan transmisi merupakan bagian dari peralatan mesin yang memindahkan daya dari
penggerak mula ke pesawat atau mesin lainnya. Pemindahan daya dan putaran mesin dapat dilakukan
dengan Speed Reducer. Macam-macam  Speed reducer,antara lain:
  Pulli dengan ban mesin
  Roda gigi dengan roda gigi
  Rantai dengan piringan roda gigi
  Batang berulir dengan roda gigi
  Roda-roda gesek

Keuntungan dan Kerugian dari Speed reducer, antara lain :


Keuntungan :
  Dapat menurunkan putaran mesin dari yang cepat ke lambat tanpa mengubah konstruksi
mesin/pesawat penggerak
  Dapat memindahkan daya dengan cepat dan tepat
  Dapat menghasilkan suatu putaran mesin searah atau berlawanan arah dengan mesin/pesawat
penggeraknya
  Dapat menghasilkan kedudukan poros sejajar saling tegak lurus maupun vertical
Kerugiannya :
  Konstruksinya memerlukan tempat tersendiri
  Pembuatan agak sulit
  Daya yang ditransmisikan akan mengalami penurunan oleh karena adanya kerugian dari gesekan yang
timbul

PESAWAT PRODUKSI
            Pesawat produksi adalah pesawat atau alat yang bergerak berpindah-pindah atau tetap untuk
proses produksi/mengolah, membuat  bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi.
            Pesawat produksi terdiri dari :
a.       Mesin produksi
Mesin produksi adalah mesin peralatan kerja yang menyiapkan, membentuk atau membuat, merakit
finishing barang atau produk teknis. Contoh mesin produksi adalah mesin pak dan bungkus, mesin
jahit dan rajut, mesin pintal dan tenun.
b.      Mesin perkakas
Mesin perkakas adalah pesawat atau alat untuk membentuk bahan, barang, produk teknis dengan cara
memmotong, mengepres, menarik atau menumbuk.
Berdasarkan gerakannya mesin perkakas dibedakan menjadi 2 golongan besar,yaitu:
  Mesin perkakas kerja gerak utama berputar, seperti: mesin bor, mesin bubut dll
  Mesin perkakas kerja gerak utama lurus, seperti: mesin sekrap, mesin tempa,   
  mesin gergaji, dll
c.       Tanur / dapur
Tanur atau dapur adalah suatu pesawat yang kerjanya dengan cara pemanasan untuk mengolah atau
memperbaiki sifat barang atau produk teknis. Tanur/dapur bias ditemui di pabrik pengecoran logam.
Menurut jenisnya, tanur/dapur dikelompokkan menjadi :
  Dapur tinggi/tanur tinggi
  Dapur baja
  Dapur besi

PESAWAT ANGKAT DAN PESAWAT ANGKUT


            Pesawat angkat dan angkut adalah suatu pesawat atau alat yang dgunakan
untuk memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau barang atau orang secara vertical dan atau
horizontal dalam jarak yang ditentukan.
PESAWAT ANGKAT
            Peralatan angkat adalah alat yang dikonstruksi atau dibuat khusus untuk mengangkat naik dan
menurunkan muatan.
            Peralatan angkat antara lain adalah lier, takel, peralatan angkat listrik, pesawat pneumatic,
gondola, keran angkat, keran magnit, keran lokomotif, keran dinding dan keran sumbu putar.

PESAWAT ANGKUT
            Pesawat angkutan ialah pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau
orang dengan menggunakan kemudi baik di dalam atau di luar pesawat dan bergerak di atas suatu
landasan maupun permukaan.
            Pesawat angkut antara lain adalah: truk, truk derek, traktor, gerobak, forklift dan kereta
gantung.

SUMBER BAHAYA MEKANIK


1.      Pesawat tenaga dan produksi
Penggunaan pesawat-pesawat, alat-alat dan mesin-mesin di tempat kerja dapat mengakibatkan
kecelakaan.
2.      Pesawat angkat dan angkut
Ada 2 jenis sumber bahaya pesawat angkat dan angkut, yaitu sumber bahaya umum dan sumber
bahaya khusus.
a.       Sumber bahaya umum:
– Kesalahan design
– Kesalahan pemasangan
– Kesalahan pemakaian
– Kesalahan perawatan
– Tidak pernah diperiksa dan diuji kelaikannya
b.       Sumber bahaya khusus:
– Bagian-bagian berputar; poros, roda, puli, roda, dll
– Bagian-bagian bergerak; Gerak vertical, horizontal, maju dan mundur. Bagian-bagian yang
menanggung beban antara lain; pondasi, kolom-kolom, chasis/kerangka, dll
– Tenaga penggerak; peledakan, suhu tinggi, kebisingan, getaran.

PENCEGAHAN KECELAKAAN MEKANIK


1.      Pesawat tenaga dan produksi
a.       Aturan umum keselamatan kerja:
         Tangan operator senantiasa harus sejauh mungkin dari titik operasi suatu mesin
         Peralatan harus memenuhi standar keselamatan
         Bagi berbagai mesin dan operasi dapat diadakan asas-asas keselamatan kerja umum dan dikontrol.
b.      Penanggulangan Lingkungan dan Bahan;
         Tata letak mesin
         Lantai harus dirawat baik
         Lorong-lorong terusan harus ditandai
         Ruang kerja disekitar mesin harus cukup
         Penempatan mesin-mesin harus sesuai terkait dengan pencahayaan
         Harus dibuat ketentuan-ketentuan untuk membuang limbah.
c.       Pemeliharaan dan Pengawasan
Harus diadakan suatu sistem pemeliharaan dan pengawasan secara berkala, melarang perbaikan pada
mesin yang sedang beroperasi dan setiap pergantian shift, operator harus terlebih dahulu memeriksa
kondisi mesin.
2.      Pesawat angkat dan angkut
Hal-hal yang perlu diperhatikan kaitannya dengan pesawat angkut, yaitu;
         Tahapan sebelum mengoperasikan crane
         Sebelum crane beroperasi
         Selama crane operasi
         Prosedur pengangkatan beban normal
         Prosedur pengangkatan beban kritis
         Pekerjaan berbahaya
         Keselamatan selama beroperasi
                        Yang harus diperhatikan dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja adalah Sertifikat
layak pakai pesawat yang akan digunakan juga sertifikat layak kerja bagi operator yang menjalankan
pesawat yang bersangkutan.

TOPIK 12

BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI LABORATORIUM MESIN

BAHAN KIMIA BERBAHAYA


Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan
penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga
dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang
memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan bahan tersebut
atau meyebabkan kerusakan pada barang-barang

1.1 Penggunaan Bahan Kimia

Bahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan kerja yang dapat dibagi dalam tiga kelompok besar
yaitu :

1. Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia,
diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat , deterjen, dan
lain-lain.  Industri kimia dapat diberi batasan sebagai industri yang ditandai dengan
penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau fisik dalam sifat-
sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi suatu zat.
2. Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan kimia sebagai
bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan listrik, pengolahan
logam, obat-obatan dan lain-lain.
3. Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan pengembangan serta
pendidikan.  Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh industri, lembaga penelitian dan
pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi.

Dalam lingkungan kerja tersebut, banyak bahan kimia yang terpakai tiap harinya sehingga para
pekerja terpapar bahaya dari bahan-bahan kimia itu. Bahaya itu terkadang meningkat dalam kondisi
tertentu mengingat sifat bahan-bahan kimia itu, seperti mudah terbakar, beracun, dan sebagainya. 
Dengan demikian, jelas bahwa bekerja dengan bahan-bahan kimia mengandung risiko bahaya, baik
dalam proses, penyimpanan, transportasi, distribusi, dan penggunaannya. Akan tetapi, betapapun
besarnya bahaya bahan-bahan kimia tersebut, penanganan yang benar akan dapat mengurangi atau
menghilangkan risiko bahaya yang diakibatkannya.

1.2 Klasifikasi Umum

Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkan pengenalan
serta cara penanganan dan transportasi.  Secara umum bahan kimia berbahya diklasifikasikan menjadi
beberapa golongan diantaranya sebagai berikut :

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)


Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan
kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.
Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh
atau menuju organ-organ tubuh tertentu.  Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ
tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain.  Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi
dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan  menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. 
Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan
keringat.

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)


Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan
jaringan tubuh atau bahan lain.
Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan.  Kerusakan
dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan menjadi amat peka
terhadap bahan kimia).
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran.  Reaksi
kebakaran yang amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.

4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)


Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga
menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan), ada yang
dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin
dan ammonium nitrat (NH4NO3).

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)


Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen
yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.

6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)


Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan gas yang
mudah terbakar.

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)


Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang
mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif.

8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)


Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas cair atau gas yang
dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.

9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)


Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas
jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.
Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena memang
mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.

1.3 Penyimpanan  Bahan Kimia Berbahaya

Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak diperlukan, sehingga


tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya dan aman.  Mengabaikan sifat-sifat
fisik dan kimia dari bahan yang disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan,
mengeluarkan gas/uap/debu beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.
Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut :

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)

Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-duanya
dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya.  Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan
yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang
inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya.
Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus
sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas.

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)


Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan uap
air.  Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk
tenaga manusia.  Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang
cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap.  Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani
dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label.  Semua logam disekeliling tempat
penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan terhadap
bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi
yang baik.  Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi
pekerja yang terkena bahan tersebut.

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)

Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa
lainnya dalam keadaan bubuk halus.  Api dari bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api
dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak.  Dalam penyimpanannya harus
diperhatikan sebagai berikut :

a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada
uap dari bahan bakar dan udara
b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan
diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya
d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas
dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi
panas
e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau
api otomatis dan diperiksa secara periodik

4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)


Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat penyimpanan harus
berjarak minimum 60[meter] dari sumber tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan raya
dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin.  Ruang penyimpanan harus merupakan
bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan
api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak
digunakan.  Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa
atau penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan.  Penyimpanan tidak boleh dilakukan
di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api
terbuka atau nyala api.  Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau
material yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah
cekung belukar atau hutan lebat.

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun dalam
keadaan tidak ada udara.  Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan
oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu
kamar.  Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran
hawa, dan gedungnya harus tahan api.  Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang
mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada bahan ini,
baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen
sendiri.

6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)

Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan panas atau
gas-gas yang mudah menyala.  Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka tempat
penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan
bahan lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)

Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas yang
mudah menyala.  Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk, berventilasi,
sumber penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala.  Bahan asam dan uap dapat
menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga
disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi.  Jika konstruksi gudang trbuat dari
logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.

8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)

Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan rantai
atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan.  Ruang penyimpanan harus dijaga agar
sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada
peredaran hawanya.  Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar
silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.

9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)

Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek somatik dapat
akut atau kronis.  Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai 5000[Rad] yang dapat
menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma kelainan darah,
sedangkan efek somatik kronis terjadi pada dosis yang rendah.  Efek genetik mempengaruhi alat
reproduksi yang akibatnya diturunkan pada keturunan.  Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan
semua persenyawaan yang mengandung radioaktif.  Pemakai zat radioaktif dan sumber radiasi harus
memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja dengan zat radioaktif, peralatan
teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN.  Penyimpanannya harus ditempat yang
memiliki peralatan cukup untuk memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat
membahayakan, packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah
ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara.  Peraturan perundangan mengenai bahan
radioaktif diantaranya :

 Undang-Undang Nomor 31/64 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom


 Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap radiasi
 Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif dan atau
Sumber Radiasi lainnya
 Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat Radioaktif

Maka Peta Keterkaitan Kegiatan untuk tata letak penyimpanan material kimia berbahaya berdasarkan
ketentuan safety tersebut di atas adalah sebagai berikut :
                                                   Gambar 1 : Peta keterkaitan kegiatan untuk penyimpanan raw
material.

Pemahaman tentang pengelolaan laboratorium sangat penting untuk dimiliki oleh pihak-pihak
yang terkait dengan laboratorium, baik secara langsung maupun tidak. Laboratorium harus dikelola
dan di manfaatkan dengan baik, karena Laboratorium mesin merupakan salah satu jenis laboratorium
yang dianggap cukup berbahaya dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/atau
pengabdian kepada masyarakat.
Menyadari tugas, wewenang dan fungsinya Pranata Laboratorium akan mendapatkan efisiensi
kerja yang maksimal. Mengelola Laboratorium dengan baik, adalah menjadi tujuan utama, sehingga
semua pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Selain itu sesama Pranata
Laboratorium harus ada kerjasama yang baik, dan selalu berkomunikasi dengan Pranata Laboratorium
yang lain, sehingga setiap kesulitan dapat dipecahkan/diselesaikan bersama. Pranata laboratorium
yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik harus dapat ditingkatkan kualitasnya, dapat
diperoleh melalui pendidikan tambahan sebagai pendidikan keterampilan khusus, penataran
(workshop) maupun magang dan sebagainya. Sehingga diharapkan semua Pranata Laboratorium
dapat berperan secara aktif dan bertanggung jawab atas semua kegiatan operasional di
laboratoriumnya.
TIPE LABORATORIUM
Laboratorium Pendidikan dibagi menjadi 4 tipe :
1.Laboratorium Tipe I adalah laboratorium ilmu dasar yang terdapat di sekolah pada jenjang
pendidikan menengah, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau
pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I dan II, dan bahan yang dikelola adalah bahan
kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan siswa.
2.Laboratorium Tipe II adalah laboratorium ilmu dasar yang terdapat di perguruan tinggi tingkat
persiapan (semester I, II), atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau
pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I dan II, dan bahan yang dikelola adalah bahan
kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan mahasiswa.
3.Laboratorium Tipe III adalah laboratorium bidang keilmuan terdapat di jurusan atau program studi,
atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas
penunjang peralatan kategori I, II, dan III, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum dan
khusus untuk melayani kegiatan pendidikan, dan penelitian mahasiswa dan dosen.
4.Laboratorium Tipe IV adalah laboratorium terpadu yang terdapat di pusat studi fakultas atau
universitas, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan dengan
fasilitas penunjang peralatan kategori I, II, dan III, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori
umum dan khusus untuk melayani kegiatan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,
mahasiswa dan dosen, (Permenpan RB No. 03, 2010).
PERATURAN DASAR LABORATORIUM
Di laboratorium diperlukan pula adanya peraturan dan tata tertib yang harus dijalankan oleh setiap
pengguna laboratorium. Secara umum tata tertib penggunaan laboratorium tersebut antara lain
adalah :

PERATURAN DASAR LABORATORIUM

Di laboratorium diperlukan pula adanya peraturan dan tata tertib yang harus dijalankan oleh setiap
pengguna laboratorium. Secara umum tata tertib penggunaan laboratorium tersebut antara lain
adalah :
1. Tidak diperkenankan mengambil alat dan bahan lain yang tidak ada hubungannya dengan
kegiatan yang dilakukan.
2. Pemakai laboratorium harus mendapat persetujuan Ketua Laboratorium.
3. Pemakai laboratorium tidak diperkenankan memasuki atau bekerja tanpa izin petugas
laboratorium.
4. Jangan bekerja sendirian di laboratorium.
5. Pemakai laboratorium harus datang tepat pada waktunya.
6. Sebelum bekerja, pemakai laboratorium harus mengisi agenda penggunaan laboratorium.
7. Sebelum bekerja pemakai laboratorium harus mengisi daftar penggunaan alat dan bahan yang
akan dipakai.
8. Pemakai laboratorium harus menempati tempat yang disediakan.
9. Pemakai laboratorium harus memperhatikan kelengkapan alat dan bahan yang telah
disediakan petugas laboratorium di meja praktikum.
10. Alat dan bahan yang belum lengkap harus dilaporkan ke petugas laboratorium.
11. Pergunakan alat dan bahan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
12. Periksa baik tidaknya alat yang dipinjam, karena kerusakan menjadi tanggungan pemakai.
13. Penggunaan alat dan bahan harus dilakukan dengan hati-hati.
14. Alat-alat laboratorium yang rusak selama praktikum harus dilaporkan kepada petugas
laboratorium dan jangan mencoba memperbaiki sendiri.
15. Alat, bahan, air, dan listrik hendaknya digunakan seefisien mungkin.
16. Bahan kimia bekas praktikum yang bisa dipakai lagi harus ditampung pada tempat khusus
dan diberi label.
17. Harus selalu menulis label yang lengkap, terutama terhadap pemakaian bahan kimia.
18. Setelah selesai bekerja, alat-alat dan meja praktikum harus dalam keadaan bersih.
PENATAAN ALAT DAN BAHAN

Penataan alat dan bahan praktikum sangat bergantung kepada fasilitas yang ada di laboratorium
dan kepentingan pemakai laboratorium. Fasilitas yang dimaksud dalam hal ini adalah adanya
ruang penyimpanan khusus (gudang), ruang persiapan, dan tempat- tempat penyimpanan seperti
lemari, kabinet, dan rak-rak.

Peralatan laboratorium yang selanjutnya disebut peralatan adalah mesin, perkakas, perlengkapan,
dan alat-alat kerja lain yang secara khusus dipergunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau
produksi dalam skala terbatas.
Peralatan Laboratorium dibagi 3 kategori :
1. Peralatan kategori 3 adalah alat yang cara pengoperasian dan perawatannya sulit, risiko
penggunaan tinggi, akurasi/ kecermatan pengukurannya tinggi, serta sistem kerja rumit yang
pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusus/tertentu dan bersertifikat.
2. Peralatan kategori 2 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya sedang,
risiko penggunaan sedang, akurasi/kecermatan pengukurannya sedang, serta sistem kerja
yang tidak begitu rumit dan pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusus/tertentu.
3. Peralatan kategori 1 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya mudah,
risiko penggunaan rendah, akurasi/ kecermatan pengukurannya rendah, serta sistem kerja
sederhana, pengoperasiannya cukup dengan menggunakan panduan, (Permenpan RB No. 03,
2010).

kondisi yang baik yaitu dengan syarat:


a. Siap untuk dipakai (ready for use)
b. Bersih
c. Berfungsi dengan baik
d. Terkalibrasi
Peralatan digunakan untuk melakukan suatu kegiatan pendidikan, penelitian, pelayanan masyarakat
atau studi tertentu. Karenanya alat- alat ini harus selalu siap pakai, agar sewaktu- waktu dapat
digunakan.
Peralatan laboratoium sebaiknya dikelompokkan berdasarkan penggunaanya.
Perawatan alat secara rutin dapat dilakukan dengan :
 Sebelum alat digunakan hendaknya diperiksa dulu kelengkapannya.
 Harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
 Setelah selesai dipergunakan semua alat harus dibersihkan kembali dan jangan disimpan dalam
keadaan kotor.
 Kelengkapan alat tersebut harus dicek terlebih dahulu sebelum disimpan.
 Setiap alat yang agak rumit selalu mempunyai buku petunjuk atau keterangan penggunaan. Maka
sebelum alat digunakan hendaknya kita membaca terlebih dahulu petunjuk penggunaan alat dan
petunjuk pemeliharaan atau perawatannya.
 Setiap alat baru terlebih dahulu diperiksa atau dibaca buku petunjuk sebelum digunakan.

Dalam penyimpanan dan penataan alat yang perlu diperhatikan :


a. Jenis bahan dasar penyusun alat tersebut. Dengan diketahuinya bahan dasar dari suatu alat kita
dapat menentukan cara penyimpanannya.
b. Alat yang terbuat dari logam tentunya harus dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas atau
porselen.
c. Dalam penyimpanan dan penataan alat aspek bobot benda perlu juga diperhatikan.
d. Janganlah menyimpan alat-alat yang berat di tempat yang lebih tinggi, agar mudah diambil dan
disimpan kembali.

Bahan laboratorium yang selanjutnya disebut bahan adalah segala sesuatu yang diolah/digunakan
untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, yang dibagi menjadi dua kategori
yaitu :
1. Bahan khusus adalah bahan yang penanganannya memerlukan perlakuan dan persyaratan
khusus
2. Bahan umum adalah bahan yang penanganannya tidak memerlukan perlakuan dan
persyaratan khusus, (Permenpan RB No. 03, 2010).

Tabel 3. Tingkat Kesulitan Pengelolaan Bahan


Dalam laboratorium kimia, penyimpanan zat dan bahan kimia merupakan strategi rencana yang
dilakukan dalam melakukan penyimpanan bahan dan zat yang benar untuk mengurangi resiko
kecelakaan di laboratorium. (Griffin 2005).
Setiap bahan kimia memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Maka, dalam penyimpanan
dan penataan bahan kimia harus diperhatikan aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko
bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah
sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi
(inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information). Prinsip yang perlu diperhatikan
dalam penyimpanan bahan di laboratorium:
A. Aman : bahan disimpan supaya aman dari pencuri.
B. Mudah dicari : Untuk memudahkan mencari letak bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan
menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan bahan (lemari, rak atau laci).
C. Mudah diambil : Penyimpanan bahan diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan,
(Lindawati, 2010)
Pada bahan, pengurutan secara alfabetis akan tepat jika dikelompokkan menurut sifat fisis dan
sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk pengadministrasian.
Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus
dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini untuk mencegah pencampuran dengan sumber
bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan atau degradasi kimia.

label yang mencantumkan informasi antara lain:


 Nama kimia dan rumusnya
 Konsentrasi
 Tanggal penerimaan
 Tanggal pembuatan
 Nama orang yang membuat reagen
 Tingkat bahaya
 Klasifikasi lokasi penyimpanan
 Nama dan alamat pabrik

Tempat penyimpanan bahan kimia harus bersih, kering, jauh dari sumber panas atau sinar matahari
langsung dan dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan.
(Budimarwanti).

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, beberapa syarat penyimpanan bahan secara


singkat adalah sebagai berikut:

A. Bahan beracun Syarat penyimpanan:


1. Ruangan dingin dan berventilasi
2. Jauh dari bahaya kebakaran
3. Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
4. Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang dipergunakan
5. Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
B. Bahan korosif Syarat penyimpanan:
1. Ruangan dingin dan berventilasi
2. Wadah tertutup dan beretiket
3. Dipisahkan dari zat-zat beracun.
C. Bahan mudah terbakar Dibagi menjadi 3 golongan:
1) Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4oC, misalnya karbon disulfida (CS2), eter
(C2H5OC2H5), benzena (C5H6, aseton (CH3COCH3).
2) Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4 oC - 21oC, misalnya etanol (C2H5OH),
methanol (CH3OH).
3) Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC, misalnya kerosin (minyak
lampu), terpentin, naftalena, minyak baker.
Syarat penyimpanan:
1. Temperatur dingin dan berventilasi
2. Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara.
3. Tersedia alat pemadam kebakaran

Simbol Bahan Kimia Berbahaya


Simbol Bahan Kimia
Simbol bahaya kimia adalah suatu piktogram berlatar belakang orange dengan garis batas dan gambar
berwarna hitam. Gambar yang terdapat dalam piktogram umumnya menggambarkan sifat bahaya dari
bahan yang dilabeli. Sifat bahaya tersebut misalnya risiko ledakan dan kebakaran, risiko kesehatan
dan keracunan, atau kombinasi keduanya.
Berikut ini 7 simbol bahan kimia berbahaya lengkap dengan gambar dan keterangannya.
1. Explosive (Mudah Meledak)

Simbol Bahan Kimia Mudah Meledak


Bahan kimia yang diberi simbol seperti gambar disamping adalah bahan yang mudah meledak
(explosive). Ledakan pada bahan tersebut bisa terjadi karena beberapa penyebab, misalnya karena
benturan, pemanasan, pukulan, gesekan, reaksi dengan bahan kimia lain, atau karena adanya sumber
percikan api. Ledakan pada bahan kimia dengan simbol ini kadang kali bahkan dapat terjadi meski
dalam kondisi tanpa oksigen. Beberapa contoh bahan kimia dengan sifat explosive misalnya TNT,
ammonium nitrat, dan nitroselulosa. Bekerja dengan bahan kimia yang mudah meledak membutuhkan
pengalaman praktis sekaligus pengetahuan. Menghindari hal-hal yang dapat memicu ledakan sangat
penting dilakukan untuk mencegah risiko fatal bagi keselamatan diri.
2. Oxidizing (Mudah Teroksidasi)

Simbol Bahan Kimia Mudah Teroksidasi


Bahan kimia yang diberi simbol seperti gambar di samping adalah bahan kimia yang bersifat mudah
menguap dan mudah terbakar melalui oksidasi (oxidizing). Penyebab terjadinya kebakaran umumnya
terjadi akibat reaksi bahan tersebut dengan udara yang panas, percikan api, atau karena raksi dengan
bahan-bahan yang bersifat reduktor. Bekerja dengan bahan kimia oxidizing membutuhkan
pengetahuan dan pengalaman praktis. Jika tidak, risiko kebakaran akan sangat mungkin terjadi.
Adapun beberapa contoh bahan kimia dengan sifat ini misalnya hidrogen peroksida dan kalium
perklorat. Bila suatu saat Anda bekerja dengan kedua bahan tersebut, hindarilah panas, reduktor, serta
bahan-bahan mudah terbakar lainnya. Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9.
3. Flammable (Mudah Terbakar)

Simbol Bahan Kimia Mudah Terbakar


Simbol bahan kimia di samping menunjukan bahwa bahan tersebut besifat mudah terbakar
(flammable). Bahan mudah terbakar dibagi menjadi 2 jenis yaitu Extremely Flammable (amat sangat
mudah terbakar) dan Highly Flammable (sangat mudah terbakar. Bahan dengan label Extremely
Flammable memiliki titik nyala pada suhu 0 derajat Celcius dan titik didih pada suhu 35 derajat
Celcius. Bahan ini umumnya berupa gas pada suhu normal dan disimpan dalam tabung kedap udara
bertekanan tinggi. Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar adalah R12. Bahan dengan label
Highly Flammable memiliki titik nyala pada suhu 21 derajat Celcius dan titik didih pada suhu yang
tak terbatas. Pengaruh kelembaban pada terbakar atau tidaknya bahan ini sangat besar. Oleh karena
itu, mereka biasanya disimpan pada kondisi kelembaban tinggi. Frase-R untuk bahan sangat mudah
terbakar yaitu R11. Adapun beberapa contoh bahan bersifat flammable dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Zat terbakar langsung. Contohnya : aluminium alkil fosfor. Keamanan : hindari kontak bahan dengan
udara.
Gas amat mudah terbakar. Contohnya : butane dan propane. Keamanan : hindari kontak bahan dengan
udara dan sumber api.
Cairan mudah terbakar. Contohnya: aseton dan benzene. Keamanan : jauhkan dari sumber api atau
loncatan bunga api.
Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila kena air atau api.
4. Toxic (Beracun)
Simbol Bahan Kimia Beracun
Simbol bahan kimia disamping mengunjukan bahwa bahan tersebut adalah bahan beracun. Keracunan
yang bisa diakibatkan bahan kimia tersebut bisa bersifat akut dan kronis, bahkan bisa hingga
menyebabkan kematian pada konsentrasi tinggi. Keracunan karena bahan dengan simbol di atas bukan
hanya terjadi jika bahan masuk melalui mulut. Ia juga bisa meracuni lewat proses pernafasan
(inhalasi) atau melalui kontak dengan kulit. Beberapa contoh bahan kimia bersifat racun misalnya
arsen triklorida dan merkuri klorida. Bekerja dengan bahan-bahan tersebut harus memperhatikan
keselamatan diri. Hindari kontak langsung dengan kulit, menelan, serta gunakan selubung masker
untuk mencegah uapnya masuk melalui pernafasan.
5. Harmful Irritant (Bahaya Iritasi)

Simbol Bahan Kimia Iritasi


Simbol bahan kimia disamping sebetulnya terbagi menjadi 2 kode, yaitu kode Xn dan kode Xi. Kode
Xn menunjukan adanya risiko kesehatan jika bahan masuk melalui pernafasan (inhalasi), melalui
mulut (ingestion), dan melalui kontak kulit, contoh bahan dengan kode Xn misalnya peridin.
Sedangkan kode Xi menunjukan adanya risiko inflamasi jika bahan kontak langsung dengan kulit dan
selaput lendir, contoh bahan dengan kode Xi misalnya ammonia dan benzyl klorida. Frase-R untuk
bahan berkode Xn yaitu R20, R21 dan R22, sedangkan untuk kode Xi yaitu R36, R37, R38 dan R41.
6. Corrosive (Korosif)
Simbol Bahan Kimia Korosif
Simbol bahan kimia di samping menunjukan bahwa suatu bahan tersebut bersifat korosif dan dapat
merusak jaringan hidup. Karakteristik bahan dengan sifat ini umumnya bisa dilihat dari tingkat
keasamaannya. pH dari bahan bersifat korosif lazimnya berada pada kisaran < 2 atau >11,5. Beberapa
contoh bahan dengan simbol ini misalnya belerang oksida dan klor. Jangan menghirup uap dari bahan
ini, jangan pula membuatnya kontak langsung dengan mata dan kulit Anda. Mereka juga bisa
menyebabkan iritasi. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35.

7. Dangerous for Enviromental (Bahan Berbahaya bagi Lingkungan)

Simbol Bahan Kimia Berbahaya untuk Lingkungan


Simbol bahan kimia pada gambar di samping menunjukan bahwa bahan tersebut berbahaya bagi
lingkungan (dangerous for environment). Melepasnya langsung ke lingkungan, baik itu ke tanah,
udara, perairan, atau ke mikroorganisme dapat menyebabkan kerusakan ekosistem. Beberapa contoh
bahan dengan simbol ini misalnya tetraklorometan, tributil timah klorida, dan petroleum bensin.
Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan yaitu R50, R51, R52 dan R53. Demikianlah 7 simbol
bahan kimia lengkap dengan keterangan dan gambarnya. Semoga bisa menjadi pengetahuan baru
yang bermanfaat bagi keselamatan Anda suatu saat nanti.
EFEK BAHAN KIMIA DI LABORATORIUM
Laboratorium merupakan tempat kerja yang memiliki potensi sumber bahaya yang dapat
menimbulkan risiko terjadinya gangguan keselamatan dan kesehatan kerja seperti kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja. Pada laboratorium analisis, banyak terdapat bahan-bahan kimia berbahaya
yang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan. Kualitas upaya kesehatan dan keselamatan kerja
sangat penting untuk menghindari atau meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan kerja. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan analisis risiko kesehatan dan keselamatan kerja.
Risiko yang ada di laboratorium analisis adalah berkaitan dengan bahan utama yang
digunakan yaitu bahan kimia. Laboratorium ini memiliki banyak potensi bahaya yang dapat
menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja bagi pengguna laboratorium. Kegiatan yang
dilakukan dalam laboratorium ini adalah untuk membuat reagen dan praktikum menganalisis gugus
fungsional. Bahan kimia yang digunakan dalam praktikum yang dapat berpotensi sebagai sumber
bahaya meliputi HNO3 pekat, fenol, H2SO4 pekat, etanol, dan eter.
Risiko akibat paparan praktikum pembuatan reagen yang menggunakan HNO3 pekat ada 5.
Risiko yang pertama adalah iritasi kulit akibat tumpahan bahan kimia yang mengenai kulit. HNO3
pekat dapat menyebabkan luka bakar pada kulit, iritasi mata akibat terkena percikan, iritasi saluran
pernafasan, bahkan dapat menyebabkan kerusakan paru, membran mukosa saluran pernafasan atas,
kulit dan mata bila terpapar terus menerus.
Risiko penggunaan fenol dalam kegiatan praktikum di laboratorium ini adalah menyebabkan
iritasi pada kulit dan mata akibat terkena tumpahan atau percikan zat. Risiko pengunaan H2SO4 pekat
meliputi dapat mengakibatkan iritasi jika terkena kulit dan mata secara langsung, menimbulkan iritasi
pada saluran pernafasan, luka bakar pada kulit, dan dapat menimbulkan kerusakan membran mukosa
pada mata, mulut dan saluran pernafasan.
Penggunaan Etanol dalam kegiatan praktikum dapat berisiko timbulnya nyala api akibat
cairan dan uap, dapat mengakibatkan iritasi saluran pernafasan, mata dan kulit. Eter juga dapat
berisiko timbulnya nyala api akibat cairan dan mengakibatkan iritasi kulit, mata, saluran pencernaan,
dan saluran pernafasan.
Risiko bahaya yang paling tinggi adalah percikan atau paparan bahan kimia HNO3 pekat,
fenol, dan H2SO4 pekat. Ketiga bahan kimia merupakan bahan kimia yang apabila terkena kulit
berpotensi menyebabkan luka bakar pada kulit. Ketiga bahan kimia ini sering digunakan dalam
keseharian sebagai salah satu bahan praktikum. Pengguna laboratorium sering teledor dan kurang
berhati-hati saat melakukan praktikum sehingga ketiga bahan kimia di atas tersenggol dan terjatuh
yang kemudian dapat menimbulkan percikan dan terpapar pada kulit pengguna laboratorium.
Penggunaan bahan kimia pada laboratorium analisis adalah hal yang harus dilakukan sehingga
bahaya yang ada akibat penggunaan bahan kimia tersebut harus disosialisasikan dengan baik pada
pengguna laboratorium. Hal ini agar pengguna laboratorium tidak melakukan kesalahan dalam
memperlakukan bahan kimia sehingga risiko yang ada dapat terjadi dan membahayakan kondisi
kesehatan dan keselamatan pengguna laboratorium. Perlu adanya standar khusus bagi pengguna agar
mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan demi terciptanya laboratorium analisis yang aman.
Kegiatan praktikum harus dilakukan sesuai dengan prosedur kerja yang ada dan dilakukan
dengan tujuan untuk meminimalkan tindakan yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan
kerja pengguna. Petunjuk untuk melakukan kegiatan yang efektif dalam melakukan praktikum juga
harus diberikan sebelum melakukan kegiatan praktikum. Penggunaan alat pelindung diri juga harus
ditekankan pada seluruh pengguna laboratorium. Alat pelindung diri minimal yang digunakan
meliputi sarung tangan karet sintesis dan jas laboratorium dengan panjang lengan sampai pergelangan
tangan. Penggunaan alat pelindung diri ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari paparan atau
percikan bahan kimia baik dalam bentuk cair, padat, maupun gas, sehingga dapat meminimalkan
dampak dari bagian tubuh yang terkena paparan atau percikan bahan kimia.

TOPIK 13
Teori Segitiga Api dan Asal Mula Api
Segitiga api? Sebagian dari Anda mungkin sudah pernah mendengar atau justru belum pernah
mendengar istilah ini. Sebelum kita membahas apa itu segitiga api, sebaiknya kita ketahui dahulu asal
mula terbentuknya api. Api adalah reaksi kimia dari beberapa elemen yang mengalami reaksi
pembakaran dan menghasilkan panas, cahaya, dan hasil reaksi kimia lainnya. Beberapa elemen inilah
yang nantinya akan dibahas pada segitiga api. Segitiga api adalah elemen-elemen pembentuk api yang
dirangkai dalam suatu segitiga yang menggambarkan proses terjadinya api. Elemen- elemen tersebut
jika bersatu dan dalam porsi tertentu maka akan menimbulkan reaksi kimia dan menghasilkan api.

Elemen-elemen Segitiga Api

Elemen-elemen dalam segitiga api yang merupakan elemen pembentuk api yaitu:

Bahan Bakar

Bahan bakar yang dimaksud adalah bahan-bahan yang mudah bereaksi dengan reaksi pembakaran
atau bahan mudah terbakar. Bahan tersebut dapat berupa:

1. Zat padat: zat padat mudah terbakar contohya kertas, sampah kering, kayu, kain, dan lain-lain.
2. Zat cair: zat cair mudah terbakar contohnya minyak tanah, bensin, spirtus, alkohol, dan lain-

lain.

3. Zat gas: zat gas mudah terbakar contohnya karbit, LPG, dan LNG.
Ketiga bahan-bahan tersebut tentunya sudah tidak asing karena sering kita jumpai di kegiatan sehari-
hari. Untuk itu penggunaan bahan-bahan mudah terbakar sebaiknya dijauhkan dari sumber panas atau
api.

Sumber Panas

Sumber panas merupakan salah satu unsur terbentuknya api. Contoh sumber panas yaitu:

1. Faktor alam: seperti petir atau panas dari gunung berapi

2. Energi panas listrik: panas listrik dapat timbul dari arus pendek, konsleting, percikan api

karena listrik, pemanasan dielektrik seperti pada microwave (gelombang mikro), dan listrik

statis.

3. Energi panas mekanis: panas mekanis dapat terjadi karena adanya gesekan atau

4. Energi panas kimia: contoh dari energi panas kimia yaitu reaksi panas pembakaran, panas

akibat dekomposisi, panas larutan, dan pemanasan spontan.

5. Energi panas nuklir

6. Energi panas matahari

Oksigen

Di dalam udara yang kita hirup terdapat bermacam-macam unsur seperti nitrogen, argon, dan salah
satunya adalah oksigen. Oksigen dengan kadar minimum 16% dapat menjadi unsur penting
pembentuk api. Sedangkan dalam udara normal yang kita hirup terdapat kandungan 20% oksigen.
Sehingga pasokan oksigen idealnya sewaktu-waktu bisa mendukung terjadinya api.

PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN SERTA


PENYELAMATAN DIRI

A. UMUM
Pencegahan dan penanggulangan serta penyelamatan diri dari bencana kebakaran
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh kelalaian manusia
maupun faktor lain, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psikologis.

1. Pencegahan
Langkah-langkah yang perlu diantisipasi guna mencegah terjadinya bencana
kebakaran sebagai berikut :
a. Pastikan bahwa instalasi listrik aman;
b. Hindari pembebanan yang berlebihan pada satu stop kontak akan menyebabkan
kabe; panas dan bisa memicu kebakaran, ini biasanya dilakukan dengan
penumpukan beberapa stop kontak atau sambungan “T” pada satu titik sumber
listrik;
c. Pergunakan pemutus arus listrik (kontak tusuk) dalam keadaan baik;
d. Apabila ada kabel listrik yang terkelupas atau terbuka, harus segera diperbaiki,
karena bisa menyebabkan hubungan pendek;
e. Jangan sekali-kali mencantol listrik, karena Anda tidak memiliki system
pengaman yang sesuai, PLN biasanya sudah memperhitungkan distribusi beban
listrik, apabila ada beban berlebih akan mengganggu jaringan listrik yang ada.
2. Penanggulangan
a. Sediakan alat pemadam kebakaran di kantor Anda.
b. Panggil pemadam kebakaran apabila masih sempat. Pasang nomor penting
dekat telepon atau program telepon untuk nomor-nomor penting. Ingat bahwa
mereka tidak akan dating dalam waktu singkat, kemungkinan api telah
berkobar lebih besar.
c. Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana kebakaran :
(1) Cepat dan tepat;
(2) Prioritas;
(3) Koordinasi dan keterpaduan;
(4) Berdaya guna dan berhasil guna;
(5) Kemitraan;
(6) Pemberdayaan;
(7) Non diskriminasi.
d. Tujuan penganggulangan bencana :
1. Memberikan perlindungan kepada pegawai dari ancaman bencana’
2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluru
3. Penyelamatan Diri
Apabila pegawai kantor sudah melakukan pengenalan dan pengecekan kantor dengan
seksama, maka :
a. Buat rencana penyelamatan diri bersama dengan menentukan sedikitnya dua jalur
keluar dari setiap ruangan;
b. Persiapkan lampu senter dekat petugas Satpam;
Saat kebakaran, sebenarnya asap membuat orang menjadi panic dan tidak dapat bernafas
dengan leluasa. Merangkaklah atau menunduk di bawah, tutup mulut dan hidung
dengan kain yang dibasahi;
c. Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat menuju tempat yang aman.
Pastikan bahwa pintu dapat dengan cepat dibuka pada kondisi darurat, demikian
pula jika harus melalui jendela.

B. PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT


a. Pegawai yang bersangkutan
b. SATPAM
c. Petugas yang menangani kebakaran
d. Pemadam kebakaran
e. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaia

Jangka Waktu
NO Prosedur Maksimal
Penyelesaian
Bila terjadi kebakaran, karyawan dan tamu menyelamatkan diri di tempat
1 5 menit
aman dan jangan panik
Penanggungjawab ruangan member informasi sumber kebakaran kepada
2 2 menit
petugas / yang diberi tanggung jawab
Bila sumber kebakaran dan penyebab kebakaran diketahui maka petugas
3 mematikan sakelar pemutus arus listrik atau putuskan arus listrik melalui 3 menit
MCB / Sekering
Bila memungkinkan pemadam kebakaran tersebut dengan alat pemadam
4 15 menit / selesai
api dengan bahan pemadaman yang sesuai (tabung pemadam)
a. Namun bila ternyata kebakaran cukup besar segara hubungi dinas
5 5 menit
pemadam kebakaran dan PLN
b. Lingkungan sekitar perlu dirapihkan /sterilkan sehingga mudah dicapai
5 – 10 menit
oleh pemadam kebakaran
Sambil menunggu petugas pemadam kebakaran, petugas atau penanggung
6 30 menit / selesai
jawab ruangan mempersiapkan peralatan pemadaman

7 Melakukan pemadaman sumber kebakaran /api 30 menit / selesai

8 Lakjukan penyelamatan dokumen / arsip penting serta peralatan kantor 30 menit / selesai

TOPIK 14
PELAYANAN KESEHATAN

Upaya pelayanan kesehatan yang diberikan pada SDM Rumah Sakit secara paripurna meliputi
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan Kesehatan Kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi
pegawai di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan
oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.

Kegiatan promotif merupakan peningkatan kesehatan serta kemampuan fisik dan kondisi mental
(rohani) SDM Rumah Sakit, antara lain meliputi:
1. Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi (extra fooding) bagi petugas
yang bekerja di area berisiko tinggi serta petugas yang dinas bergilir (sore, malam dan diluar hari
kerja atau libur).
2. Pelaksanaan program kebugaran jasmani terprogram (pengukuran kebugaran jasmani dan
latihan fisik terprogram), senam kesehatan dan rekreasi.
3. Pembinaan mental/rohani.
4. Pemenuhan gizi kerja dan ASI di Rumah Sakit, meliputi :
A. Pengelolaan kantin bersih, sehat dan selamat/ hygiene sanitasi.
B. Pemeriksaan kesehatan penjamah makanan/hygiene perorangan.
C. Pemantauan status gizi dan konseling gizi.
D. Tempat Penitipan Anak (TPA).
E. Pengelolaan ASI di Rumah Sakit (penyediaan Ruang ASI, Pemberian Makanan
Tambahan-PMT, konseling dan Komunikasi Informasi Edukasi-KIE tentang ASI).
Kegiatan preventif, antara lain meliputi:
1. Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi pada SDM Rumah Sakit dan pekerja yang
bekerja pada area/tempat kerja yang berisiko dan berbahaya (antara lain; thypoid, hepatitis,
influenza dan Ca.Cervix).
2. Pemeriksaan kesehatan bagi pegawai sebelum bekerja, berkala dan khusus sesuai dengan
risiko pekerjaan. Langkah pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan berdasarkan risiko
pekerjaannya, meliputi;
A. Identifikasi dan pemetaan populasi berisiko sesuai potensi bahaya yang ada
B. Menentukan jenis pemeriksaan kesehatan sesuai dengan potensi bahaya tempat
kerjanya
C. Melakukan pemeriksaan kesehatan
D. Menentukan kelaikan bekerja sesuai kondisi kesehatan pegawai (fit to work)
E. Melakukan analisis hasil pemeriksaan kesehatan pegawai secara populasi untuk
memberikan rekomendasi program Kesehatan Kerja dan perbaikan lingkungan kerja.
F. Pelaksanaan program fit to work dalam rangka penentuan jenis pekerjaan yang sesuai
dengan status kesehatan pekerja Rumah Sakit.
3. Surveilans medik
A. Menganalisis hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala dan khusus,data
rawat jalan, data rawat inap seluruh sumber daya manusia Rumah Sakit.
B. Memberikan rekomendasi dan tindak lanjut hasil analisis.
4. Surveilans lingkungan kerja
A. Menilai, menganalisa dan mengevaluasi hasil pengukuran lingkungan kerja
B. Memberikan rekomendasi hasil evaluasi pengukuran lingkungan kerja
5. Memantau kesehatan SDM Rumah Sakit dan pekerja yang bekerja pada tempat kerja yang
mengandung potensi bahaya tinggi, sesuai dengan peraturan perundangan.
Kegiatan kuratif, antara lain meliputi:
1. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM Rumah Sakit yang
menderita sakit.
2. Melakukan diagnosis dan tatalaksana Penyakit Akibat Kerja (PAK) yaitu penyakit yang
mempunyai beberapa agen penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan,
yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui, selain risiko penyakit
umum yang ada di masyarakat.
3. Penanganan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) yaitu suatu kejadian atau peristiwa dengan
unsur-unsur tidak diduga, tidak dikehendaki, tidak disengaja, terjadi dalam hubungan kerja,
menimbulkan trauma/ruda paksa, kecacatan, dan kematian disamping itu menimbulkan kerugian
dan/atau kerusakan properti.
4. Penanganan pasca pemajanan (post exposure profilaksis)
Kegiatan rahabilitatif, antara lain meliputi:
1. Rehabilitasi medik
2. Pelaksanaan program pendampingan kembali bekerja (return to work) bagi SDM Rumah
Sakit yang mengalami keterbatasan setelah mengalami sakit lebih dari 2 minggu/KAK/PAK, yang
mana memerlukan rehabilitasi medik dan/atau rehabilitasi okupasi/kerja.

Anda mungkin juga menyukai