Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoria
1. Gagal ginjal kronik dengan Hemodialisis
1. Definisi

Definisi Gagal Ginjal Kronik Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis yang
ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis 14 atau transplantasi
ginjal. Salah satu sindrom klinik yang terjadi pada gagal ginjal adalah uremia. Hal ini
disebabkan karena menurunnya fungsi ginjal (Rahman,dkk, 2013). Klasifikasi
Penyakit Gagal Ginjal Kronik (Corwin,2001) Gagal ginjal kronis selalu berkaitan
dengan penurunan progresif GFR (Glomerulo Filtration Rate). Stadium-stadium gagal
ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR yang tersisa. Dan mencakup:

a. Penurunan cadangan ginjal, yang terjadi apabila GFR turun 50% dari normal.
b. Insufisiensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35% dari normal.
Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena
beratnya beban yang mereka terima.
c. Gagal ginjal, yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal. Semakin banyak
nefron yang mati. 9 d. Penyakit ginjal stadium-akhir, yang terjadi apabila GFR
menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di
seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus.

2. Etiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai penyakit, seperti
glomerolunefritis akut, gagal ginjal akut, penyakit ginjal polikistik, obstruksi
saluran kemih, pielonefritis, nefrotoksin, dan penyakit sistemik, seperti diabetes
melitus, hipertensi, lupus eritematosus, poliartritis, penyakit sel sabit, serta
amiloidosis (Bayhakki, 2013).
3. Patofisiologi
Patogenesis gagal ginjal kronik melibatkan penurunan dan kerusakan nefron
yang diikuti kehilangan fungsi ginjal yang progresif. Total laju filtrasi glomerulus
(GFR) menurun dan klirens menurun, BUN dan kreatinin meningkat. Nefron
yang masih tersisa mengalami hipertrofi akibat usaha menyaring jumlah cairan
yang lebih banyak. Akibatnya, ginjal kehilangan kemampuan memekatkan urine.
Tahapan untuk melanjutkan ekskresi, sejumlah besar urine dikeluarkan, yang
menyebabkan klien mengalami kekurangan cairan. Tubulus secara bertahap
kehilangan kemampuan menyerap elektrolit. Biasanya, urine yang dibuang
mengandung banyak sodium sehingga terjadi poliuri (Bayhakki, 2013).
4. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan dan Ketidakpatuhan Pasien Hemodialisis
1) Faktor Usia Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Menjalani
Hemodialisis
Menurut Siagian (2001) dalam Syamsiah (2011) menjelaskan bahwa usia
berhubungan sangat erat dengan kedewasaan seseorang, yang maknanya
semakin bertambah usia maka semakin dewasa dan matang dalam hal
bersikap, emosional maupun spiritualnya sehingga semakin meningkatkan
kemampuan seseorang tersebut dalam mengambil suatu keputusan, mampu
berfikir rasional, mengontrol emosional, toleransi akan pendapat porang
lain serta mampu berfikir kritis dalam menyelesaikan masalah
kesehatannya.Kammerer, Garry, Hartigan, Carter & Erlich (2007)
menyatakan bahwa usia merupakan bagian dari komponen faktor individu
yang dapat mempengaruhi individu tersebut.
2) Faktor Pendapatan Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal
Menjalani Hemodialisa
Berdasarkan Sunaryo, 2004; Butar, 2011; Syamsiah (2011) menjelaskan
seseorang yang memiliki pendapatan atau ekonomi yang berkecukupan
maka seseorang itu dapat memenuhi segala kebutuhannya dan bila
pendapatannya rendah maka akan mengalami hambatan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
3) Pengaruh Jarak Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Menjalani
Hemodialisis
Berdasarkan Syamsiah (2011) bahwa faktor jarak merupakan bagian dari
faktor pemungkin (enabling factors) yang berkaitan kemudahan akses
pelayanan kesehatan. Selain itu, Menurut Fatmawati, Supriati & Hidayah
(2014) bahwa walaupun pasien sudah patuh, yang menjadi penyebab pasien
tidak mejalani terapi hemodialisis dapat dikarenakan pasien merasa nyaman
dengan keadaan tubuhnya sehingga pasien menunda pergi disebabkan jarak
yang jauh dari tempat tinggal.
4) Pengaruh Motivasi Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal
Menjalani Hemodialisis
Menurut (Azwar, 1996) dalam Budiono (2016) motivasi merupakan suatu
aksi, dorongan ataupun pendukung yang dimiliki seseorang untuk
melakukan sesuatu yang telah direncanakan untuk pencapaian target yang
telah dirancang. Pernyataan tersebut sejalan pendapat Kammerer, Garry,
Hartigan, Carter & Erlich (2007) bahwa yang membuktikan motivasi
memiliki hubungan yang kuat dengan kepatuhan. Penelitian Syamsiah
(2011) berbeda dengan penelitian ini bahwa ada hubungan motivasi dengan
kepatuhan pasien CKD yang menjalani hemodialisis dengan odds ratio
(OR) 2,248 yang maknanya semakin tinggi motivasi maka seseorang lebih
patuh sebesar 2,248 kali dibandingkan seseorang yang memiliki motivasi
rendah.
5) Pengaruh Dukungan Keluarga Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Gagal
Ginjal Menjalani Hemodialisis
Dukungan keluarga adalah faktor yang penunjang yang paling
mempengaruhi ketidakpatuhan pasien dalam perawatan hemodialisa. Pasien
tidak bisa melakukan terapi hemodialisa sendiri memerlukan pendampingan
ke pelayanan kesehatan untuk terapi hemodialisa dan melakukan kontrol ke
dokter. Tanpa dukungan keluarga tentunya sulit menjalani program terapi
hemodialisa sesuai jadwal yang telah ditentukan (Sunarni, 2009). Menurut
Fridman (2010) dukungan keluarga adalah suatu respon yang ditunjukkan
dengan menerima keadaan anggota keluarga dari aspek dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
emosional, sehingga dapat diartikan dukunan keluarga merupakan
keterikatan hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan
penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga
merasakan perhatian dari anggota keluarga lainnya. Berdasarkan Hendiani
& Wahyuni (2012) perawatan kesehatan yang diberikan berdasarkan
kemampuan keluarga akan mempengaruhi status kesehatan keluarga, yang
artinya keluarga adalah sumber dukungan yang paling penting dalam
memelihara kesehatan keluarga.
5. Penatalakasanaan Diet Hemodialisis

Penatalaksanaan Diet Gagal ginjal kronik Penyakit Ginjal Kronik (PGK)


dikelompokkan menurut stadium, yaitu stadium I, II, III, dan IV. Pada stasium IV
dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang berat tetapi belum menjalani terapi
pengganti dialisis biasa disebut kondisi pre dialisis. Umumnya pasien diberikan
terapi konservatif yang meliputi terapi diet dan medikamentosa dengan tujuan
mempertahankan sisa fungsi ginjal yang secara perlahan akan masuk ke stadium V
atau fase gagal ginjal. Status gizi kurang masih banyak dialami pasien PGK.
Penelitian keadaan gizi pasien PGK dengan Tes Kliren Kreatinin (TKK) ≤ 25 ml/mt
yng diberikan terapi konservatif di Poliklinik Ginjal Hipertensi RSCM, dijumpai 50
% dari 14 pasien dengan status gizi kurang. Faktor penyebab gizi kurang antara lain
adalah asupan makanan yang kurang sebagai akibat dari tidak nafsu makan, mual
dan muntah.Untuk mencegah penurunan dan mempertahankan status gizi, perlu
perhatian melalui monitoring dan evaluasi status kesehatan serta asupan makanan
oleh tim kesehatan. Pada dasaranya pelayanan dari suatu tim terpadu yang terdiri
dari dokter, perawat, ahli gizi serta petugas kesehatan lain diperlukan agar terapi
yang diperlukan kepada pasien optimal. Asuhan gizi (Nutrition Care) betujuan untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi agar mencapai status gizi optimal, pasien dapat
beraktivitas normal, menjaga keseimbangn cairan dan elektrolit, yang pada akhirnya
mempunyai kualitas hidup yang cukup baik. Penatalaksanaan Diet pada Pasien
Penyakit Ginjal Kronik pre dialisis stadium IV dengan TKK < 25 ml/mt pada
dasarnya mencoba memperlambat penurunan fungsi ginjal lebih lanjut dengan cara
mengurang beban kerja nephron dan menurunkan kadar ureum darah.Standar diet
pada Penyakit Ginjal Kronik Pre Dialisis dengan terapi konservatif adalah sebagai
berikut: (instalasi Gizi Perjan RS dr. CiptoMangunkusumo dan Asosiasi Dietesien
Indonesia,2005 )
1. Syarat Dalam Menyusun Diet
Energi 35 kkal/kg BB, pada geriatri dimana umur > 60 tahun cukup 30 kkal/kg
BB, dengan ketentuan dan komposisi sebagai berikut: Karbohidrat sebagai sumber
tenaga, 50-60 % dari total kalori Protein untuk pemeliharaan jaringan tubuh dan
mengganti sel-sel yang rusak sebesar 0,6 g/kg BB. Apabila asupan energi tidak
tercapai, protein dapat diberikan sampai dengan 0,75 g/kg BB. Protein diberikan
lebih rendah dari kebutuhan normal, oleh karena itu diet ini biasa disebut Diet
Rendah Protein. Pada waktu yang lalu, anjuran protein bernilai biologi tinggi/hewani
hingga ≥ 60 %, akan tetapi pada saat ini anjuran cukup 50 %. Saat ini protein hewani
dapat dapat disubstitusi dengan protein nabati yang berasal dari olahan kedelai
sebagai lauk pauk untuk variasi menu.Lemak untuk mencukupi kebutuhan energi
diperlukan ± 30 % diutamakan lemak tidak jenuh.Kebutuhan cairan disesuaikan
dengan jumlah pengeluaran urine sehari ditambah IWL ± 500 ml.Garam disesuaikan
dengan ada tidaknya hipertensi serta penumpukan cairan dalam tubuh. Pembatasan
garam berkisar 2,5-7,6 g/hari setara dengan 1000-3000 mg Na/hari.Kalium
disesuaikan dengan kondisi ada tidaknya hiperkalemia 40-70 meq/hari Fosfor yang
dianjurkan ≤ 10 mg/kg BB/hari Kalsium 1400-1600 mg/hari
2. Bahan Makanan yang Dianjurkan
Sumber Karbohidrat: nasi, bihun, mie, makaroni, jagng, roti, kwethiau,kentang,
tepung-tepungan, madu, sirup, permen, dan gula.Sumber Protein Hewani: telur,
susu, daging, ikan, ayam. Bahan Makanan Pengganti Protein Hewani Hasil olahan
kacang kedele yaitu tempe, tahu, susu kacang kedele,dapat dipakai sebagai
pengganti protein hewani untuk pasien yang menyukai sebagai variasi menu atau
untuk pasien vegetarian asalkan kebutuhan protein tetap diperhitungkan. Beberapa
kebaikan dan kelemahan sumber protein nabati untuk pasien penyakit ginjal kronik
akan dibahas.Sumber Lemak: minyak kelapa, minyak jagung, minyak
kedele,margarine rendah garam, mentega.Sumber Vitamin dan Mineral Semua sayur
dan buah, kecuali jika pasien mengalami hipekalemi perlu menghindari buah dan
sayur tinggi kalium dan perlu pengelolaan khusus yaitu dengan cara merendam
sayur dan buah dalam air hangat selama 2 jam, setelah itu air rendaman dibuang,
sayur/buah dicuci kembali dengan air yang mengalir dan untuk buah dapat dimasak
menjadi stup buah/coktail buah.
3. Bahan Makanan yang Dihindari
Sumber Vitamin dan Mineral Hindari sayur dan buah tinggi kalium jika pasien
mengalami hiperkalemi. Bahan makanan tinggi kalium diantaranya adalah
bayam,gambas, daun singkong, leci, daun pepaya, kelapa muda, pisang,durian, dan
nangka.Hindari/batasi makanan tinggi natrium jika pasien hipertensi, udema dan
asites. Bahan makanan tinggi natrium diantaranya adalah garam,vetsin, penyedap
rasa/kaldu kering, makanan yang diawetkan,dikalengkan dan diasinkan.
2. Media Video
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari Bahasa Latin yaitu Medius secara harfiah berarti “tengah, perantara
atau pengantar”. Dalam Bahasa Arab wasail, media adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirim kepada penerima pesan”(Azhar Arsyad,h.36 ). Dalam Kamus Bahasa
Indonesia mengungkapkan bahwa media adalah alat (sarana) komunikasi seperti koran,
majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk”(Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, h.640).Sedangkan menurut para ahli, diantaranya: Heinich dan kawan-kawan
mengemukakan istilah “media sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber
dan penerimaan( Azhar Arsyad,h.36 ).Gerlach dan Ely mengatakan bahwa “media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi,atau kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap”.
Dalam pengertian ini, guru,buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media.Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media adalah alat bantu
atau segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada
penerima dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif
dan efisien. Media juga merupakan alat bantu yang digunakan dalam rangka
mengefektifkan komunikasi antara siswa dengan guru dalam proses pembelajaran.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Ahmed Saberi mengemukakan fungsi pokok penggunaan media dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1) Penggunaan media dalam proses pembelajaran mempunyai fungsi tersendiri
sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2) Penggunaan media merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi
mengajar. ini berati bahwa media merupakan salah satu unsur yang harus
dikembangkan guru.
3) Media dalam penggunaannya integral dengan tujuan dan fungsi ini mengandung
makna bahwa media harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.
4) Penggunaan media dalam pembelajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam
arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses supaya lebih menarik perhatian
siswa.
5) Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu untuk mempercepat
proses pembelajaran dan membantu siswa dalam menangkap pengertian dan
pemahaman dari proses pembelajaran yang diberikan guru.
6) Penggunaan media dalam pembelajaran diutamakan untuk meningkatkan dan
mempertinggi mutu belajar.( Ahmad Saberi, 2005)
c. Pengertian Video dan Sejarah Video
Video pembelajaran adalah media untuk mentransfer pengetahuan dan dapat digunakan
sebagai bagian dari proses belajar. Lebih interaktif dan lebih spesifikasi dari sebuah buku
atau kuliah, tutorial berusaha untuk mengajar dengan contoh dan memberikan informasi
untuk menyelesaikan tugas tertentu.Sejarah media video diawali pada era film bisu (1903
sampai 1917), film cerita sejarah sangat berkembang. Film hitam putih yang dan masih
bisu, tetapi ini tidak membatasi mereka berkreasi dan menghentikan untuk menceritakan
sejarah. Justru membuat penonton mempergunakan imajinasi mereka. Musik di film
dahulu ditampilkan oleh organist, yang bermain musik untuk mengarang lagu yang sesuai
dengan komposisinya. Film-film sering meminjam atau alur cerita diadaptasikan dari
novel.Kebanyakan usaha-usaha awal pembuatan film membuat film cerita bergambar.
Edison memikirkan bahwa orang-orang butuh gambar untuk mendengar rekaman suara.
Asisten Edison yaitu Thomas Dickson mengadakan percobaan dengan film bersuara
sebelum tahun 1895. Kebanyakan sistem sebelumnya menggantungkan player rekaman
dikoordinasikan dengan film.Studio-studio tersebut pada awalnya enggan
menginvestasikan ke dalam teknologi suara, sebagaimana film yang diproduksi di rumah-
rumah. Studio kecil, Warner bersaudara,membuat komitmen untuk mengembangkan
teknologi suara dan mendapat bantuan AT & TIS Western Eleectric Company. Mereka
berhasil menciptakan film cerita pendek yang disebut The Vitaphone Preludes. Film-film
“Utaphone” ke-4 mampu malampaui ketenaran “The Jazz Singer” pada tahun 1927.Masa
krisis aktor dan studio-studio digunakan untuk pembuatan film-film bisu yang ada ke
dalam musik klasik Singing In The Rain (1952). Meskipun penonton merasa senang
terhadap potensi-potensi baru film yang bersuara dan musik, beberapa artis belum terbiasa.
Mereka merasa akting kurang mendapat penekanan. Saat kualitas vokal aktor mendapat
kritikan. Tiba studio-studio terampil menggunakan pengaruh suara dan musik.Beberapa
aktor dan aktris, seperti Suitney Greta Garbo, membuat transisi vokal.Menurut survey,
kebanyakan orang pergi ke Bioskop paling sedikit setiap minggu (sekali seminggu),
kadang-kadang lebih.Setiap minggu mereka mendapatkan informasi dari warta
berita,seperti berita-berita Fox’s Movietone News dan March of Time,yang menyediakan
informasi tentang hiburan di dunia. Mereka22menanti dari minggu ke minggu untuk
menyaksikan apa yang akan terjadi pada Flash Gordon berikut atau serial pahlawan-
pahlawan yang dimainkan sebelum film utama.Kehadiran bioskop menghasilkan banyak
uang, bioskop(gambar hidup) menjadi bisnis yang menguntungkan, depresi yang besar
mematikan produser-produser kecil dan hampir 5000 bioskop teater. Secara aktual
ketidakberuntungan memperkuat situasi ekonomi dan mengontrol beberapa studio besar,
dan keputusan kebijakan produksi ada ditangan para eksekutif studio.Tahun 1930, muncul
pula organisasi studio yang agak bagus, munculnya 5 studio utama. Paramount, Locw’s /
MGM,Warner Brother’s, Fox dan RKO. Studio-studio ini milik para eksekutif itu sendiri,
mereka mendistribusikan pada bioskop teater,mengontrol produksi, distribusi dan pameran
memungkinkan studio-studio yakin bahwa gambar hidup didistribusikan dan dimainkan
secara luas, tetapi bentuk dikonstitusikan pada integrasi vertikal yang pada akhirnya
menggambarkan perhatian bagi federal regulators concerned tentang kekuatan konsentrasi
di studio-studio.Hingga akhirnya sampai sekarang bermunculan film-film dengan genre
yang beragam mulai drama, action, horor, komedi,dan yang lainnya. Selain itu muncul
juga “trend-center” di bidang perfilm-an seperti Hollywood, Bollywood, Film eropa
(inggris danPerancis), Asia, dll. Masing-masing pusat memiliki gaya dan ciri masing-
masing. Jika dahulu kita begantung hanya di bioskop jika23ingin menikmati film dengan
layar lebar, maka kini telah tercipta“home-teather” yang memungkinkan kita untuk dapat
menikmatinya di rumah. Alat-alat canggih-pun telah ditemukan dan diciptakan guna
mengakomodasi perkembangan media audio visual ini.Menurut Sukiman menyatakan
media video pembelajaran adalah seperangkat komponen atau media yang mampu
menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan (Sukiman,2012).Sedangkan
menurut Cecep Kustandi mengungkapkan bahwa video adalah alat yang dapat menyajikan
informasi, memaparkan proses,menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan
keterampilan, menyingkat atau memperlambat waktu dan mempengaruhi sikap (Cecep
Kustandi dan Bambang Sutjipto,2013).18Arief S. Sadiman menyatakan video adalah
media audio visual yang menampilkan gambar dan suara. Pesan yang disajikan bisa
berupa fakta (kejadian, peristiwa penting, berita) maupun fiktif(seperti misalnya cerita),
bisa bersifat informatif, edukatif maupun instruksional (Arief S. Sadiman dkk).19
Daryanto mengungkapkan media video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal
audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensal (Daryanto, 2010).
Media video pembelajaran dapat digolongkan kedalam jenis media audio visual aids
(AVA) atau media yang dapat dilihat dan didengar. Biasanya media ini disimpan dalam
bentuk piringan atau pita. Media VCD adalah media dengan sistem penyimpanan dan
perekam video dimana signal audio visual direkam pada disk plastic bukan pada pita
magnetic.21
d. Karakteristik Media Video
Menurut Cheppy Riyana, untuk menghasilkan video pembelajaran yang mampu
meningkatkan motivasi dan efektivitas penggunanya maka pengembangan video
pembelajaran harus memperhatikan karakteristik dan kriterianya. Karakteristik video
pembelajaran yaitu.
1) Clarity of Massage (kejalasan pesan)
Dengan media video siswa dapat memahami pesan pembelajaran secara lebih
bermakna dan informasi dapat diterima secara utuh sehingga dengan sendirinya
informasi akan tersimpan dalam memory jangka panjang dan bersifat retensi.
2) Stand Alone (berdiri sendiri)
Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus
digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.
3) User Friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya)
Media video menggunakan bahasa yang sedehana,mudah dimengerti, dan
menggunakan bahasa yang umum.Paparan informasi yang tampil. bersifat
membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai
dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.
4) Representasi Isi
Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi atau demonstrasi.
Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sain dapat dibuat menjadi
media video.
5) Visualisasi dengan media
Materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks, animasi, sound, dan
video sesuai tuntutan materi. Materi-materi yang digunakan bersifat
aplikatif,berproses, sulit terjangkau berbahaya apabila langsung dipraktikkan,
memiliki tingkat keakurasian tinggi.
6) Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi
Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi rakayasa digital
dengan resolusi tinggi tetapi support untuk setiap spech system komputer.
7) Dapat digunakan secara klasikal atau individual
Video pembelajaran dapat digunakan oleh para siswa secara individual, tidak
hanya dalam setting sekolah, tetapi juga dirumah. Dapat pula digunakan secara
klasikal dengan jumlah siswa maksimal 50 orang bisa dapat dipandu oleh guru
atau cukup mendengarkan uraian narasi dari narator yang telah tersedia dalam
program (Cheppy Riyana,2007).
e. Penggunaan Media Video dalam Pembelajaran
Media video yang dipilih untuk digunakan dalam aktivitas pembelajaran perlu
mempertimbangkan kurikulum. Pemanfaatan media harus dapat menunjang
aktivitas pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensi yang
diinginkan.Isi informasi dan pengetahuan yang terdapat dalam,program video
yang dipilih sebaiknya baru (up to date). Media video yang berisi informasi dan
pengetahuan tentang teknologi komputer misalnya perlu diperbaharui secara
berkala, mengingat teknologi komputer merupakan teknologi yang berkembang
secara pesat.Penggunaan media video pembelajaran harus mampu memfasilitasi
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Media audio visual seperti halnya
video dan multimedia dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mempelajari
informasi dan pengetahuan tentang suatu proses atau prosedur.Medio video
pembelajaran yang akan digunakan, apapun bentuknya, harus mampu memotivasi
siswa untuk mempelajari isi informasi dan pengetahuan yang terdapat di
dalamnya. Selain berisi informasi dan pengetahuan yang akurat media video
pembelajaran juga harus menarik sehingga mampu membuat siswa termotivasi
untuk belajar secara insentif.Penggunaan program video dalam pembelajaran
harus mampu melibatkan mental siswa dalam melibatkan proses belajar.Siswa
yang terlibat secara intensif dengan media video dan materi pelajaran yang ada di
dalamnya akan belajar lebih mudah dan mampu mencapai kompetensi yang
diinginkan.Kualitas teknis program video yang digunakan untuk keperluan
pembelajaran harus dalam keadaan baik, faktor kebisingan (noise) dalam sebuah
program audio akan sangat mengganggu kelancaran aktivitas pembelajaran.
Kualitas gambar video pembelajaran yang terputus-putus itu juga dapat merusak
perhatian siswa untuk belajar. Faktor gangguan perlu diminimalkan dalam
pemanfaatan media pembelajaran.Pada aspek kognitif, video dapat dimanfaatkan
untuk membelajarkan hal-ha yang terkait dengan pengetahuan dan intelektual
siswa. Pada aspek afektif, program video dapat dimanfaatkan untuk melatih unsur
emosi, empati, dan apresiasi terhadap suatu aktivitas atau keadaan. Pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak misalnya program video dapat digunakan untuk
mempelajarkan topik tentang berperilaku baik.Program video yang dipilih untuk
digunakan dalam aktivitas pembelajaran sebaiknya dilengkapi dengan panduan
tentang penggunaannya. Panduan penggunaan media pada umumnya menjelaskan
tentang bagaimana program tersebut digunakan untuk memfasilitasi proses belajar.
f. Prosedur Penggunaan Media Video dalam Pembelajaran
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan media video dalam
pembelajaran yaitu:
a. Guru harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu,
kemudian baru memilih media video yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran
yang diharapkan.
b. Guru juga harus mengetahui durasi video, dimana keduanya yang harus
disesuaikan dengan jam pelajaran.
c. Mempersiapkan kelas, yang meliputi persiapan siswa dengan memberikan
penjelasan global tentang isi video yang akan diputar dan persiapan peralatan yang
akan digunakan demi kelancaran pembelajaran.
d. Aktivitas lanjutan, setelah pemutaran video selesai, sebaiknya guru melakukan
refleksi dan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa terhadap materi tersebut.
g. Kriteria Video Yang Baik dalam Pembelajaran
Menurut Arif S. Sadiman dkk, kriteria pembelajaran yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan media adalah tujuan instruksional yang ingin dicapai,
karakteristik siswa, jenis rangsangan belajar yang diinginkan, keadaan latar
belakang dan lingkungan siswa, situasi kondisi setempat dan luas jangkauan
yang ingin dilayani (Arif S Sadiman dkk, h. 83). Adapun kriteria dalam pemilihan
media
pembelajaran adalah :
a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media video yang ditampilkan
mencakup tujuan instruksional yang diterapkan secara umum mengacu kepada
kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga arah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
b. Media video harus mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip, atau generalisasi media yang berbeda, dan memerlukan simbol dan kode
yang berbeda.Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif,media
harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan
mental (Azhar Arsyad,h. 72).
c. Menarik perhatian. Teknologi video yang mampu menarik perhatian secara
tidak langsung akan memfokuskannya pada materi pembelajaran yang akan
bermakna pada ingatan jangka panjangnya.
d. Media video yang memiliki kemampuan dalam menampilkan unsur gerakan.
Program-program video pembelajaran banyak dimanfaatkan untuk
mengefisienkan dalam mempelajari strategi atau konsep dan memperlihatkan
keadaan secara nyata.
e. Membangkitkan emosi terhadap pembelajaran untuk lebih aktif. Program video
dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang bersifat dramatik. Kemampuan
ini dapat digunakan untuk pembelajaran pada aspek afektif ata sikap.
h. Unsur-Unsur Pendidikan Karakter dalam Video Secara psikologis dan
sosiologis pada manusia terdapat halhal yang berkaitan dengan terbentuknya
karakter. Unsur-unsur ini menunjukkan bagaimana karakter seseorang. Unsur-
unsur tersebut antara lain:
a. Sikap
Sikap seseorang merupakan bagian dari karakter, bahkan dianggap cerminan
karakter seseorang tersebut. Dalam hal ini,sikap seseorang terhadap sesuatu yang
ada dihadapannya,biasanya menunjukkan bagaimana karakter orang tersebut.
Semakin baik sikap seseorang maka akan dikatan orang dengan karakter baik,
begitu sebaliknya.
b. Emosi
Emosi merupakan gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia, yang
disertai dengan efeknya pada kesadaran, perilaku, dan juga merupakan proses
fisiologis.Tanpa emosi, kehidupan manusia akan terasa hambar karena manusia
selalu hidup dengan berpikir dan merasa.
c. Kepercayaan
Kepercayaan merupaka komponen kognitif manusia dari faktor sosio-psikologis.
Kepercayaan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti, sugesti otoriter,
pengalaman,dan intuisi sangatlah penting dalam membangun watak dan
karakter manusia.
d. Kebiasaan dan kemauan
Kebiasaan merupakan aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara
otomatis pada waktu yang lama,tidak direncanakan dan diulangi berkali-kali.
Sedangkan kemauan merupakan kondisi yang sangat mencerminkan karakter
seseorang karena kemauan berkaitan erat dengan tindakan yang mencerminkan
perilaku orang tersebut.
e. Konsepsi diri
Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun tidak sadar
tentang bagaimana karakter dan diri seseorang dibentuk Thomas Lickona,
(Character Matters,, 2012), h. 50..26 Arief S. Sadiman menyatakan video adalah
media audio visual yang menampilkan gambar dan suara. Pesan yang disajikan
bisa berupa fakta (kejadian, peristiwa penting, berita) maupun fiktif (seperti
misalnya cerita), bisa bersifat informatif, edukatif maupun
Instruksional(Arief S. Sadiman, Media Pendidikan h. 74).Jadi unsur-unsur
pendidikan karakter yang ada dalam media video mencakup sikap, emosi,
kepercayaan, kebiasaan dan kemauan, serta konsepsi diri, yang disajikan melalui
bahan pembelajaran bisa berupa fakta maupun fiktif yang bersifat informative,
edukatif, maupun instruksional dan disesuaikan dengan materi pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
i. Kelebihan dan Kelemahan Media Video
Penggunaan media video dalam pembelajaran memberikan nilai positif
(kelebihan) dengan menambah keaktifan belajar namun, ada pula nilai negatif
(kelemahan) dalm penggunaan media video. Kelebihan menggunakan media video
dalam pembelajaran,yaitu:
1. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasa ketika berdiskusi,
membaca, dan praktik.
2. Video dapat menunjukan objek secara normal yang tidak dapat dilihat, seperti
kerja jantung ketika berdenyut.
3. Mendorong dan meningkatkan motivasi serta menanamkan sikap dan segi
afektif lainnya.
4. Video mengandung nilai-nilai positif yang dapat mengundang pemikiran dan
pembahasan dalam kelompok.
5. Video dapat menyajikan peristiwa kepada kelompok besar atau kelompok kecil
dan kelompok yang heterogen atau perorangan (Cecep Kustandi dan Bambang
Sutjipto. Media Pembelajaran.h. 64).
Adapun beberapa kelemahan dari penggunaan media video
dalam pembelajaran antara lain:
1. Fine details, tidak dapat menampilkan obyek sampai yang sekecil-kecilnya.
2. Size information, tidak dapat menampilkan obyek dengan ukuran yang
sebenarnya.
3. Third dimention, gambar yang ditampilkan dengan video umumnya berbentuk
dua dimensi.
4. Opposition, artinya pengambilan yang kurang tepat dapat menyebabkan
timbulnya keraguan penonton dalam menafsirkan gambar yang dilihat.
5. Material pendukung video membutuhkan alat proyeksi untuk menampilkannya.
6. Untuk membuat program video membutuhkan biaya yang tidak sedikit
(Daryanto, Media Pembelajaran, h. 90).
3. Pengetahuan
a. Pengetahuan
Menurut Bloom, Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia.
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman
penelitian tertulis bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoadmojo,2003).
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja
dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu
obyek tertentu (Mubarok, dkk, 2007).
b. Sumber Pengetahuan
Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama,
adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk
norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-
hari.Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya
boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik
untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan
percaya secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung
bersifat tetap (mapan) tetapi subjektif (Suhartono, 2008).
Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang
lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas
kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang
yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan benar atau salah,
baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan
dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka
sebagai orang orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan
benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi
persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya. Lebih dari
itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan
pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan,
hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri
(Suhartono, 2008).
Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi
adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata,
telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan
bisa pula melakukan kegiatan hidup (Suhartono, 2008).
Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran
memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca
indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat
metafisis. Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut
sisi tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu
menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan
yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran
senantiasa bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai
pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung
memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat
tetap, tidak berubah-ubah.(Suhartono, 2008).
Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam.
Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan
kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan
pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera
maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan
untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di
dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini
kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun
akal pikiran.Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal
belaka(Suhartono, 2008).
3.Tingkat Pengetahuan
Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif,
yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan,menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2003).
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 2003).
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan,memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya (Notoatmodjo,
2003).
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian ini didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri,atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada (Notoatmodjo,2003).
Empat faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap
dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuannya (Hendra, 2008).
2. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa
pengalaman merupakan sumber pengetahuan,atau pengalaman itu suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun
dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo, 1997).
3. Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun
(Singgih, 1998 dalam Hendra AW,2008). Selain itu Abu Ahmadi, 2001 dalam
Hendra AW, 2008 juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu
salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan
bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umurumur tertentu
atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
4. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun
seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi
yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu
akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Hendra, 2008).
5. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Adapun beberapa tingkatan kedalaman pengetahuan, yaitu :
a. Pengetahuan baik, apabila responden berpengetahuan 76%-100%
b. Pengetahuan cukup, apabila responden berpengetahuan 60%-75%
c. Pengetahuan kurang, apabila responden berpengetahuan < 60%
(Notoadmojo, 2007)
4. Sikap
Sikap dalam arti yang sempit adalah pandangan atau kecenderungan
mental. Sikap (attitude) adalah suatu kecenderungan untuk mereaksi suatu hal,
orang atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh. Dengan demikian,
pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk
bertindak dengan cara tertentu. Kecenderungan mereaksi atau sikap seseorang
terhadap sesuatu hal, orang atau benda dengan demikian bisa tiga kemungkinan,
yaitu suka (menerima atau senang),tidak suka (menolak atau tidak senang) dan
sikap acuh tak acuh (Jakarta : Pedoman Ilmu Raya M. Alisuf Sabri, 2010).

Cara Mengukur Sikap


Salah satu aspek yang sangat penting  guna mempelajari Sikap dan perilaku
manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran
(measurement) Sikap. Berbagai teknik dan metode  telah dikembangkan oleh para
ahli guna mengungkap Sikap manusia dan memberikan interprestasi yang
valid.  Menurut Azwar (2005:87-104) terdapat beberapa metode pengungkapan
(mengukur) Sikap, diantaranya:  
1)     Observasi perilaku
Untuk mengetahui Sikap seseorang terhadap sesuatu dapat diperhatikan melalui
perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator  Sikap individu.
2)     Pertanyaan langsung
Ada dua asumsi yang mendasari penggunaan metode pertanyaan langsung guna
mengungkapkan Sikap. Pertama, asumsi bahwa individu merupakan orang yang
paling tahu mengenai dirinya sendiri. Kedua, asumsi keterusterangan bahwa
manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. Oleh karena
itu dalam metode ini, jawaban yang diberikan oleh mereka yang ditanyai dijadikan
indikator Sikap mereka. Akan tetapi, metode ini akan menghasilkan ukuran yang
valid hanya apabila situasi dan kondisinya memungkinkan kabebasan berpendapat
tanpa tekanan psikologis maupun fisik.
3)     Pengungkapan langsung 
Pengungkapan langsung (directh assessment) secara tertulis dapat dilakukan
dengan menggunakan item tunggal maupun dengan menggunakan item ganda.
4)     Skala Sikap                         
Skala Sikap (attitude scales) berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai
suatu objek Sikap. Salah satu sifat skala Sikap adalah isi pernyataannya yang dapat
berupa pernyataan langsung yang jelas tujuan pengukurannya akan tetapi dapat
pula berupa pernyataan tidak langsung yang tampak kurang jelas tujuan
pengukurannya bagi responden.
5)     Pengukuran terselubung   
Dalam metode pengukuran terselubung (covert measures), objek pengamatan
bukan lagi perilaku yang tampak didasari atau sengaja dilakukan  oleh seseorang
melainkan reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi di luar kendali orang yang
bersangkutan.

5. Penelitian yang Mendukung


Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Rinik Eko Kapti, Yeni Rustina, Widyatuti
(2013).tentang ‘’EFEKTIFITAS AUDIOVISUAL SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN
KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN
DAN SIKAP IBU DALAM TATALAKSANA BALITA DENGAN DIARE
DI DUA RUMAH SAKIT KOTA MALANG’’ Hasil analisis ini menunjukan Sebelum
diberikan penyuluhan kesehatan dengan media audiovisual ibu balita diare pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan telah memiliki kesamaan karakteristik yaitu
usia,pendidikan, pendapatan, pengalaman, dan informasi. Pengetahuan dan sikap sebelum
intervensi juga memiliki kesamaan. Pemberian penyuluhan kesehatan dengan media ini
dilakukan satu kali dan dilanjutkan dengan diskusi. Diskusi dilakukan jika ada pertanyaan
dari responden tentang video yang diputarkan.Peningkatan tersebut diartikan sebagai hasil
dari penyuluhan kesehatan dengan media audiovisual dan dilanjutkan dengan diskusi
yang diberikan, karena karakteristik awal responden adalah sama. Pemilihan dan
penggunaan media merupakan salah satu komponen yang penting. Menurut Maulana
(2009), pancaindera yang banyak menyalurkan pengetahuan keotak adalah mata (kurang
lebih 75% sampai 87%), sedangkan 13% sampai 25%,pengetahuan manusia diperoleh
dan disalurkan melalui pancaindera yang lain.Pemilihan audiovisual sebagai media
penyuluhan kesehatan dapat diterima dengan baik oleh responden. Media ini menawarkan
penyuluhaan yang lebih menarik dan tidak monoton. Penyuluhan dengan audiovisual
menampilan gerak, gambar dan suara sedangkan penyuluhan dengan media cetak
menampilkan tulisan dan suara penyuluh secara langsung yang membuat terkesan formal.
Pada saat pelaksanaan penelitian,karena media ini terbilang baru sebagian besar
responden mempunyai keingintahuan yang besar terhadap isi video dan melihat video
sampai selesai dengan serius.
B. KERANGKA KONSEP

Media video Pengetahua


gizi kepada n dan sikap
Pasien
pasien yang pasien yang
hemodialisis
menjalani menjalani
hemodialisis hemodialisis

Karakteristik
pasien

Umur
Jeniskelamin

Pendidikan

pekerjaan

Keterangan :

= Variabel diteliti
= Variabel yang tidak dikendalikan
= Hubungan yang diteliti
=Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pasien hemodialisis adalah pasien gagal ginjal kronik rawat jalan yang sudah
menjalani hemodialisis secara rutin setiap 1x/minggu data yang diperoleh untuk
penelitian melalui rekam medik di unit hemodialisis
Parameter : Pasien hemodialisa dan Pasien non hemodialisa
Skala : Nominal
2. Umur adalah lama hidup pasien hemodialisa berdasarkan hitungan tahun penuh
dan diukur melalui wawancara dengan alat bantu formulir karakteristik pasien
Parameter : Tahun
Skala : rasio

1. Jenis kelamin adalah sifat fisik yang membedakan pasien hemodialisia sebagai laki-
laki dan perempuan yang dilakuan melalui wawancara dengan alat bantu formulir
karakteristik pasien.
Parameter : laki – laki dan perempuan
Skala : Nominal

2. Pendidikan adalah jenjang yang ditempuh responden atau tingkat sekolah yang
telah diikuti oleh sampel
Parameter : SD SMP SMA dan Perguruan Tinggi
Skala : Ordinal
3. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan responden dan mendapat
penghasilan atas kegiatan tersebut serta masih dilakukan pada saat wawancara
Parameter : PNS,swasta,wiraswasta,buruh,irt dll
Skala : nominal

4. Media video diet yang digunakan dalam proses pemberian informasi untuk
meningkatkan pengetahuan kepada pasien hemodialisa tentang gizi
Parameter :Dilakukan dan tidak dilakukan
Skala : nominal

5. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh pasien hemodialisa tentang
gizinya yang diperoleh dari penyuluhan
Parameter : skor jawaban benar
Skala : rasio

6. Sikap adalah respon atau tanggap dari pasien hemodialisa tentang gizi yang
diperoleh dari penyuluhan
Parameter : jumlah skor sikap
Skala : ordinal
D. HIPOTESIS
Ada pengaruh media video diet terhadap pengetahuan dan sikap pasien yang
menjalani hemodialisis di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya

Anda mungkin juga menyukai