Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting

untuk menjamim kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana

untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (Mulyasa, 2002: 15).

Salah satu indikator keberhasilan dalam dunia pendidikan adalah meningkatkan prestasi

belajar siswa. Prestasi belajar siswa dapat meningkat apabila hasil belajar siswa di kelas juga

meningkat. Hal ini sangat tergantung dari guru yang mengajar di kelas, karena guru merupakan

fasilitator dan merupakan pemegang kendali dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru agar hasil belajar siswanya dapat

meningkat adalah kreativitas guru dalam memilih model pembelajaran yang baik. Model

pembelajaran merupakan cara belajar yang digunakan oleh guru untuk menyajikan bahan

pelajaran sehingga mata pelajaran tersebut mudah diingat dan dipahami oleh siswa dengan baik.

Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu atau anak didik karena

merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain,

memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Olehnya itu, untuk

mencapai hasil belajar yang optimal dibutuhkan keterampilan guru dalam menentukan model

pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Kesalahan dalam memilih

model pembelajaran akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Pada umumnya di Sekolah-sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah

umum model mengajar digunakan masih bersifat konvensional yaitu tidak melibatkan peranan

1
1
siswa aktif. Begitu pula halnya di SMP Negeri 15 Kendari dalam penerapan model

pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran BAHASA INDONESIA kurang sesuai dengan

karakteristik materi pelajaran dan lingkungan belajar siswa (didominasi model ceramah).

Melalui model pembelajaran konvensional, siswa dapat menghafal (pengatahuan/fakta) dengan

sistem komunikasi yang bersifat satu arah. Guru yang memegang kendali utama dan guru

memainkan peran aktif, sementara siswa duduk secara pasif menerima pengetahuan atau

informasi yang diberikan oleh guru. Selain itu, guru kurang memberi peluang dan kebebasan

kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya sehingga siswa cenderung diam dan kurang

berani menyatakan gagasan.

Berdasarkan hasil obeservasi awal terungkap bahwa rata-rata hasil belajar BAHASA

INDONESIA siswa SMP Negeri 15 Kendari khususnya pada kelas VIII pada dua semester

terakhir adalah 6,0 (tahun ajaran 2015-2016) dan 5,8 (tahun ajaran 2013- 2014). Nilai-nilai ini

tentu masih sangat rendah dibandingkan dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM

untuk mata pelajaran BAHASA INDONESIA di SMP Negeri 15 Kendari yakni > 73 dalam arti

bahwa siswa dianggap telah tuntas belajar jika telah memperoleh nilai di atas 73. Salah satu

penyebab rendahnya hasil belajar siswa tersebut adalah kurangnya keaktifan siswa dalam

kegiatan belajar mengajar sehingga siswa kurang memahami materi pelajaran yang diberikan

oleh guru..

Belajar yang hanya mengandalkan indra pendengarannya mempunyai beberapa

kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Kenyataan ini

sesuai dengan yang dikemukakan oleh Konfusius dalam Zaini (2008: xv) yang disebut dengan

belajar aktif (active learning). Dia mengatakan: “Apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya

lihat saya ingat, apa yang saya lakukan saya paham”.

2
Mulyasa, (2004:241) berpendapat dalam strategi pembelajaran aktif (active learning)

setiap materi pelajaran baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang

ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang

sudah ada. Agar siswa dapat, belajar secara aktif guru perlu menciptakan cara yang tepat guna

sedemikian rupa, sehinggapeserta didik mempunyai mitivasi yang tinggi untuk belajar. Jadi

sebagai seorang guru harus jeli dan proaktif dalam menghadap siswa yang heterogen, baik dari

segi budaya maupun suku serta adat dan kebiasaannya.

Banyak jenis strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan

siswa dalam proses belajar mengajar diantaranya adalah jenis critical incident dan prediction

guide. Strategi jenis critical incident adalah jenis strategi yang digunakan untuk melibatkan

perserta didik sejak awal dengan melihat pengalaman mereka (Zaini, 2008: 2). Sedangkan jenis

prediction guide adalah strategi yang digunakan untuk melibatkan peserta didik dalam proses

pembelajaran secara aktif dari awal sampai akhir (Zaini, 2008: 24).

1. Identifikasi masalah

Seperti halnya di kelas VIII SMP Negeri 15 Kendari tentang hasil belajar siswa

terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia rendah, sebagaimana berdasarkan nilai ulangan

harian siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa yang memperoleh nilai ≥ 60

hanya 10 orang siswa, sedangkan 12 orang siswa memperoleh nilai ≤ 60.

2. Analisis masalah

Adapun analisis yang akan di bahas di sini adalah:

a. Guru dalam mengajarkan materi Bahasa Indonesia lebih banyak berceramah saja kepada

siswa;

b. Kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran;

3
c. Guru kurang mengaitkan antara materi dengan konteks dilingkungan siswa sehari-hari,

dimana pada dasarnya materi yang diajarkan guru sangat dekat dengan lingkungan

keseharian siswa dilingkungannya.

Dari temuan di atas, hal itulah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa

terhadap materi yang diajarkan. Jika masalah di atas tidak dapat diatasi dan dibiarkan

berlarut-larut, akan berdampak negatif bagi siswa khususnya berdampak buruk bagi

kemajuan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Alternatif dan Prioritas pemecahan Masalah

peneliti bersama teman sejawat merencanakan upaya untuk mengatasi hal tersebut

melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Meningkatkan hasil belajar siswa

dengan menggunakan Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Materi Membaca Kelas VIII SMP Negeri 15 Kendari”

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran Demonstrasi dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII SMP

Negeri 15 Kendari ?

B. Tujuan Perbaikan

Tujuan perbaikan pembelajaran yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode pembelajaran Demonstrasi

pada siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Kendari.

4
C. Manfaat Perbaikan

1. Secara praktis

- Bagi guru Kelas VIII SMP Negeri 15 Kendari, perbaikan pembelajaran ini bermanfaat

sebagai perbaikan mengajar yang mengutamakan hasil belajar siswa dengan menerapkan

metode pembelajaranDemonstrasisebagai metode pembelajaran yang menarik.

- Bagi Siswalebih aktif, inovatif, kretif dan terampil dalam proses pembelajaran Bahasa

Indonesia khususnya materi Membaca.

- Bagi Sekolah, diharapkan sebagai masukan dalam menentukan langkah-langkah

pembelajaran yang lebih baik sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan

menghimbau kepada guru agar Metode Demonstrasi dapat digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Secara Teoritis

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi landasan teoritik dalam

pengembangan pembelajaran Bahasa Indonesia, sehingga dapat menjadi masukan dalam

upaya mengkaji lebih luas tentang penggunaan metode pembelajaranDemonstrasi sebagai

metode pembelajaran, khususnya dalam meningkatkan hasil Belajar siswa.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama

1. Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama


Kegiatan belajar – mengajar Bahasa Indonesia pada Sekolah Menengah Pertama

bertujuan agar siswa mampu berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia secara lisan dan

tulisan. Mampu berkomunikasi maksudnya mampu menjalin hubungan dengan sesama

dengan baik. Selain itu, diharapkan mampu menghargai karya cipta bangsa Indonesia

sendiri.

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Pendidikan Bahasa

Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di

sekolah. Maka mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SMP karena

dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat

mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis,

dan berbicara. Permendiknas No. 22 Tahun 2015, Bahasa memiliki peran sentral dalam

perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang

keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan

membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang

menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis

dan imaginatif yang ada dalam dirinya

Berdasarkan Permendiknas No 22 tahun 2008 (Darmadi, 2008:1) mengemukakan

bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional kita. Bahasa Indonesia menjadi salah

6
satu lambang yang sangat penting bagi negara kita. Dengan mempelajari Bahasa

Indonesia secara bersungguh-sungguh, berarti menghargai salah satu lambang negara

kita.

Elfiati (2010:1) mengemukakan bahwa Bahasa Indonesia merupakan pengetahuan

tentang cara berkomunikasi dan menghargai karya sastra indonesia . dalam mengajarkan

Bahasa Indonesia, seorang guru tidak cukup hanya memberikan informasi kepada siswa.

Namun, sebaiknya guru dapat menerapkan pelajaran Bahasa Indonesia ke dalam

kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia harus diajarkan kepada siswa agar lebih

bermakna.

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal

tersebut dilakukan baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap

hasil karya kesastraan manusia Indonesia. 

B. Hasil Belajar Siswa

1. Definisi Hasil Belajar

Proses belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat transaksional,

artinya diketahui secara jelas dan operasional oleh guru dan siswa. Tujuan tercapai jika

siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan di dalam proses belajar mengajar

tersebut. Oleh sebab itu, hasil belajar harus dirumuskan dengan baik untuk dapat

dievaluasi pada akhir pembelajaran. Belajar adalah aktivitas mental yang berlangsung

dalam interaksi anak dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai. Jadi, hasil belajar adalah

tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar

7
sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, apektif,

dan psikomotor.

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam

sikap dan tingkah lakunya. Wing (Bundu, 2004) menggolongkan kemampuan-

kemampuan yang menyebabkan perubahan tersebut menjadi kemampuan kognitif yang

meliputi pengetahuan dan pemahaman, kemampuan sensorik motorik yang meliputi

keterampilan melakukan rangkaian gerak badan dalam urutan tertentu, dan kemampuan

dinamik afektif yang meliputi sikap dan nilai yang meresapi perilaku dan tindakan.

Perubahan yang relatif menetap tersebut memungkinkan pengamatan terhadap

penampilan yang meskipun bervariasi akan dapat diklasifikasikan pada ciri-ciri tertentu

yang dimiliki. Dalam hal ini, Gagne (Bundu, 2004:23) menyebut keadaan yang tetap ini

dengan istilah kapabilitas, yang mengandung makna seseorang mampu melakukan

penampilan tertentu.

Prestasi belajar kemampuan seorang dalam pencapaian berfikir yang tinggi. Prestasi

belajar harus memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi belajar

adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan baik yang

dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar dari siswa adalah hasil pencapaian

maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang

dikerjakan, dipelajari, difahami dan diterapkan. Semua pelaku pendidikan (siswa, orang

tua, dan guru) pasti menginginkan tercapainya sebuah prestasi belajar yang tinggi

merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar. Namun kenyataannya tidak

semua siswa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan terdapat siswa yang

8
mendapatkan prestasi belajar yang rendah. Tinggi dan rendahnya prestasi belajar yang

diperoleh siswa dipengaruhi banyak faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut DimYati Mahmud (1989:

84-87), adalah:

 Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, yang

terdiri dari N. Ach (Need For Achievement) yaitu kebutuhan atau dorongan atau

motif untuk berprestasi.

 Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar. Hal ini dapat

berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah

maupun lingkungan masyarakat. Menurut pendapat

Rooijakkersyangditerjemahkan oleh Soenoro (1982 : 30), mengatakan bahwa

“Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang berasal dari si

pelajar, faktor yang berasal dari si pengajar”. Kedua faktor tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

 Faktor yang berasal dari si pelajar (siswa)

Faktor ini meliputi motivasi, perhatian pada mata pelajaran yang

berlangsung, tingkat penerimaan dan pengingatan bahan, kemampuan

menerapkan apa yang dipelajari, kemampuan mereproduksi dan

kemampuan menggeneralisasi.

9
 Faktor yang berasal dari si pengajar (guru)

Faktor ini meliputi kemampuan membangun hubungan dengan si pelajar,

kemampuan menggerakkan minat pelajaran, kemampuan memberikan

penjelasan, kemampuan menyebutkan pokok-pokok masalah yang

diajarkan, kemampuan mengarahkan perhatian pada pelajaran yang sedang

berlangsung, kemampuan memberikan tanggapan terhadap reaksi. Dari

pendapat Rooijakkers tentang faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

siswa dapat diberikan kesimpulan bahwa prestasi siswa dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu faktor yang berasal dari diri pelajar dan faktor yang

berasal dari si pengajar (guru).

2. Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Hasil belajar Bahasa Indonesia merupakan tingkat penguasaan yang dicapai siswa

dalam mengikuti program belajar Bahasa Indonesia sesuai dengan tujuan pendidikan

yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dapat dikatakan

juga bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia adalah merupakan hasil belajar setelah siswa

melakukan proses pembelajaran Bahasa Indonesia, yang meliputi kemampuan

mengapresiasi, menilai, dan berprilaku yang sesuai dengan konsep-konsep yang

terkandung dalam mata pelajaran Bahasa Indoesia itu sendiri.

Hasil belajar biasanya dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari tes hasil

belajar yang diadakan setelah selesai mengikuti suatu program pembelajaran.

10
C. Metode Pembelajaran Demonstrasi

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha tingkah

laku atau tanggapan yang di sebabkan oleh pengalaman (Makalah Kongres Budayadan

Bahasa Indonesia, 1996:14) pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang

pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses yang disengaja

yang menyebabkan siswa belajar pada suatu ligkungan belajar untuk melakukan kegiatan

pada situasi tertentu.

Keberhasilan proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh pemahaman guru dalam

membimbing proses pembelajaran sesuai dengan kaidah-kaidah belajar serta dapat

memberikan tindak lanjut dalam kegiatan belajar.

2. Definisi Metode Demonstrasi

Cardille (1986) mengemukakan bahwa demonstrasi adalah suatu penyajian yang

dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan sebuah tindakan atau prosedur  yang

digunakan.Metode demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta atau

siswa memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas ( Winarno, 1980 : 87 ).

Dengan mempedulikan batasan metode demonstrasi seperti dikemukakan oleh

Cardille dan Winarno, maka dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan

format interaksi belajar mengajar yang sengaja mempertunjukan atau memeragakan

tindakan, proses atau prosedur yang dilakukan oleh guru  atau orang lain kepada seluruh

siswa atau sebagian siswa. Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif sebab

11
membantu anak didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta

yang benar.

3. Tujuan dan Kegunaan Metode Demonstrasi

a. Untuk memudahkan penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih terbatas.

b. Untuk membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan

penuh perhatian.

c. Untuk menghindari verbalisme.

d. Cocok digunakan apabila akan memberikan keterampilan tertentu.

e. Adapun aspek yang penting dalam menggunakan Metode Demonstrasi adalah :

 Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang

didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya

alatnya terlalu kecil atau penjelasanya tidak jelas.

 Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana

siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai

pengalaman yang berharga.

 Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena sebab alat-alat yang

terlalu besarata yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.

 Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis.

 Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan

didemonstrasikan.

 Dan adapun sebaiknya dalam mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru

diikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.

12
 Adapun dalam metode demonstrasi ini memiliki kelebihan dan ada juga

kekurangannya sebagaimana yang akan di paparkan di bawah ini.

4. Kelebihan Dan Kelemahan Metode Demonstrasi

Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan,

diantaranya:

a. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa

disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.

b. Proses pembelajaran akan lebih menarik , sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi

juga melihat peristiwa yang terjadi.

c. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk

membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih

meyakini kebenaran materi pembelajaran.

Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa

kelemahan diantarannya:

a. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa

persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan

metode initidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan

pertunjukan satu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih

dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.

b. Demostrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang

berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih

mahaldibandingkan dengan metode ceramah.

13
c. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus,

sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di sampingitu demonstrasi

juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan

prosespembelajaran siswa.

5. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Demonstrasi

Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Demonstrasi

dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.1
Langkah-langkah Metode Pembelajaran Demonstrasi

14
No Tahapan Kegiatan Guru
1 Kegiatan Awal 1. Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa.
(persiapan) 2. Mempersiapkan garis besar langkah-langkah
demonstrasi yang akan dilakukan.
3. Melakukan uji coba demonstrasi.
2 Kegiatan inti 1. Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua
(pelaksanaan) siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang
didemonstrasikan.
2. Mengemukakan tujuan apa yang harus di capai oleh
siswa.
3. Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus
dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan
untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari
pelaksanaan demonstrasi.
4. Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan
yang merangsang siswa untk berfikir, misalnya
melalui pertanyaan-pertanyaannyang mengandung
teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik
memperhatikan demonstrasi.
5. Menciptakan suasana yang menyejukkan dengan
menghindari suasana yang menegangkan.
6. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya
demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh
siswa.
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara
aktif memikirkan lebih lanjut sesai dengan apa yang
dilihat dari proses demonstrasi itu.
3 Kegiatan Akhir 1. Guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap
proses pemecahan masalah yang dilakukan. (refleksi)
2. Guru mengukur dan mengevaluasi penyelidikan
siswa dan proses-proses yang mereka gunakan.
(authentic assessment)

15
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek Penelitian

1. Mata Pelajaran

Dalam laporan perbaikan pembelajaran ini, memuat mata pelajaran Bahasa Indonesia

dengan materi Membaca

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 15 Kendari, alasan diadakannya

penelitian, dikarenakan: (1) siswa masih kurang berminat untuk mempelajari mata

pelajaran Bahasa Indonesiai , serta (2) adanya masalah yang dialami sekolah tersebut

dimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia rendah

3. Waktu Penelitian

Tabel 3.1
Waktu Penelitian

No pelaksanaan Hari , Tanggal Waktu Kegiatan


1. Siklus I Senin, 09.10 - 10.55 Perbaikan
25 April 2017 Pembelajaran ke-1.
2. Siklus II Kamis, 09.10 – 10.55 Perbaikan
28 April 2017
Pembelajaran ke-2.

4. Pihak yang membantu Penelitian


Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 15

Kendari dibantu oleh supervisor 2 yaitu guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah untuk

menilai pelaksanaan proses pembelajaran.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

16
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menyelidiki variabel

penelitian yaitu hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi.

DeskrBahasa Indonesiai tindakan persiklus dalam perbaikan pembelajaran ini meliputi

kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Penulis dengan bantuan teman sejawat dan supervisor dalam perbaikan

pembelajaran ini disebut sebagai tim peneliti melakukan kegiatan persiklus. Adapun

kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

Pada tahap ini meliputi penyusunan rencana pembelajaran, menyediakan media

yang dibutuhkan, menyediakan LKS, menyiapkan lembaran observasi, pedoman tes

formatif setiap siklus, serta mengkoordinasikan program kerja pelaksanaan tindakan

dengan teman sejawat.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini meliputi pelaksanaan tindakan pada tiap siklus yang disesuaikan

dengan rencana pembelajaran yang telah disusun yaitu penerapan metode pembelajaran

demonstrasi. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada langkah-

langkah metode pembelajaran Demonstrasi yang meliputi 3 tahapan pembelajaran yakni,

kegiatan awal. Kegiatan inti, dan kegiatan akhir pembelajaran

3. Observasi (pengamatan)

Pengamatan dilakukan selama kegiatan tindakan berlangsung yaitu dengan

mengamati aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung, mencatat hal-hal

yang dianggap penting selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, dengan mengisi

lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya.

17
4. Refleksi

Refleksi dilaksanakan untuk melihat proses pelaksanaan tindakan dan hasil belajar

siswa. Merefleksi adalah menganalisis data-data yang diperoleh dari observasi, dan tes

hasil belajar siswa. Tahap refleksi meliputi kegiatan memahami, menjelaskan, dan

menyimpulkan data.

Guru dan teman sejawat mendiskusikan hasil tindakan sebagai bahan

pertimbangan apakah tindakan siklus 1 sudah mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan

guru yakni ≥ 70, apabila tindakan siklus I belum mencapai nilai KKM yang telah

ditetapkan maka tindakan di ulang pada tindakan siklus berikutnya, dengan

memperhatikan perbaikan-perbaikan dari hasil refleksi.

C. Tekhnik Analisis Data

Ada dua data yang digunakan untuk menunjang analisis data, yaitu :

1. Data Kualitatif

Dianalisis secara kualitatif yang terdiri dari :

a.       Identifikasi data

            Data-data yang diperoleh selama perbaikan pembelajaran dikumpulkan kemudian

dianalisis menggunakan teknik analisis data kuantitatif dengan menggunakan pendekatan

analisis kualitatif deskriptif, terdiri dari analisis hasil evaluasi belajar  dan ketuntasan belajar

sesuai KKM yang telah ditetapkan. Analisis hasil evaluasi belajar adalah berupa lembar

kerja siswa dan tes akhir, apabila hasil tes pada siklus I  dan siklus II  mengalami

peningkatan maka dapat diasumsikan bahwa penerapan metode kooperatif menggunakan

metode demonstrasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

membaca.

18
b.      Tabulasi Data

Tabel daftar nilai siswa yang diperoleh sebelum perbaikan pembelajaran, setelah perbaikan

pembelajaran siklus I dan siklus II kemudian dihitung rata-ratanya,. Jika perolehan rata-rata

hasil evaluasi belajar > 7,0, maka diasumsikan pembelajaran yang dilaksanakan telaberhasil

meningkatkan hasil belajar siswa. Tabel banyaknya siswa yang mencapai KKM disatukan

dengan tabel hasil belajar siswa pada waktu sebelum perbaikan, setelah perbaikan

pembelajaran siklus I dan siklus II. Apabila jumlah siswa yang mencapai KKM sesuai target

kurikulum yaitu 70%, maka dapat diasumsikan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan telah

berhasil meningkatkan pemahaman siswa.

c.   Grafik Perolehan Rata-rata Nilai Hasil Evaluasi Belajar

Perolehan nilai rata-rata evaluasi belajar siswa sebelum perbaikan pembelajaran, setelah

perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II disajikan dalam grafik perolehan nilai rata-rata

siswa. Apabila grafik menunjukkan peningkatan, maka dapat diasumsikan bahwa

pembelajaran yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan pemahaman siswa terhadap

materi pembelajaran. Grafik ketuntasan belajar yaang mencapai KKM disatukan dengan

grafik rata-rata hasil belajar siswa.

2. Data Kuantitatif

Dianalisis secara kuantitatif dengan rumus teknik Uji T S

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

19
A. Hasil Penelitian

Penilitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari 1

(satu) kali pertemuan Setiap siklus dikenai perlakuan yang sama, yang dimulai dari perencanaan,

tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Adapun hasil-hasil yang dicapai dalam penelitian

dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti telah mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari:1.

1. Membuat Rencana Pelaksanaan dan Perbaikan Pembelajaran Siklus I dengan membaca

nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat

2. Menyiapkan metode demonstrasi materi membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal

dan intonasi yang tepat

3) Siklus I (lampiran 3 halaman 65).

4) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa Siklus I yang akan diberikan pada masing-masing

kelompok (lampiran 4 halaman 67).

5) 3. Membuat/menyiapkan lembar observasi aktivitas mengajar guru dalam pembelajaran

Siklus I (lampiran 5 halaman 69).

6) 4. Membuat/menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Siklus

I (lampiran 6 halaman 73).

Pada siklus I selengkapnya dapat digambarkan sebagaimana pada tabel 2 berikut:

20
Tabel 2. Hasil Tes Formatif Siklus I

Nomor Keterangan
TT
Responde L/P Nilai
T
n
1 L 73 V
2 L 73 V
3 L 80 V
4 L 60 v
5 L 67 v
6 L 73 V
7 L 53 V
8 L 60 V
9 L 80 V
10 L 87 V
11 L 67 V
12 L 73 , V
13 L 60 V
14 L 73 V
15 L 73 V
16 P 67 V
17 P 73 V
18 P 73 V
19 P 87 V
20 P 73 V
21 P 73 V
22 P 73 V
23 P 73 V
24 P 53 V
25 P 73 V
Jumlah 25 1770 17 8
scor
Rata - Rata 70,6

Keterangan :

T = Tuntas

TT = Tidak Tuntas

Jumlah Siswa yang tuntas = 25

21
Jumlah siswa yang belum tuntas = 9

Klasikal = 71,6 % (belum tuntas)

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Sikus 1

No Uraian Hasil Siklus I


1 Nilai rata-rata tes formatif 70,8
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 17
3 Persentase ketuntasan klasikal

71,6 %
Dari Tabel 3 di atas dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan metode

demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa Bahasa Indonesia pada materi membaca

nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat diperoleh nilai rata-rata hasil

belajar siswa adalah 70,8 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 71,6% atau ada 17

siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukan bahwa pada siklus I secara

klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa memperoleh nilai >70 hanya sebesar 68% lebih

kecil dari persentase ketuntasan klasikal yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan

karena siswa masih merasa baru dengan penerapan metode demonstrasi dalam pembenaran.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran Adapun

gambaran hasil observasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Hasil Observasi Kegiatan Siswa

Data hasil observasi kegiatan siswa selengkapnya dapat digambarkan sebagaimana pada

tabel 4 berikut:

Tabel 4. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1

No Uraian Hasil Siklus I


1 £ Skor Hasil observasi 11
2 £ Skor maksimal ideal 20
3 Persentase 55%

22
Dari tabel 4 di atas dapat diperoleh data bahwa jumlah skor hasil observasi kegiatan

siswa adalah 11 dari 20 skor maksimal dengan persentase 55%. Hal ini menunjukkan bahwa

aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas berada pada kualifikasi penilaian cukup

baik

2) Hasil Observasi Kegiatan Guru

Data hasil observasi kegiatan guru pada siklus I selengkapnya dapat digambarkan

sebagaimana pada tabel 5 berikut:

Tabel 5. Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I


1 X Skor Hasil observasi 12
2 £ Skor maksimal ideal 20
3 Persentase 60%

Dari tabel 5 di atas dapat diperoleh data bahwa jumlah skor hasil observasi kegiatan guru

adalah 12 dari 20 skor maksimal dengan persentase sebesar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa

guru aktif melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan scenario pembelajaran yang telah

direncanakan dalam RPP sehingga berada pada kualifikasi penilaian cukup baik

d. Evaluasi dan Refleksi

Pada tahap ini dikaji apa yang telah dilaksanakan dengan baik maupun yang masih

kurang baik dalam proses pembelajaran Dari hasil observasi dan evaluasi diperoleh beberapa

informasi sebagai berikut:

1. Hasil analisis tes formatif menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa belum tercapai,

karena persentase ketuntasan belajar siswa baru mencapai 72,7%. Hal ini menunjukkan bahwa

tantangan yang harus diupayakan guru untuk ditingkatkan pada siklus berikutnya sebesar 27,3%.

23
Beberapa kegiatan yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan

meningkatkan kualitas proses pembelajaran, baik yang berkaitan dengan aktivitas siswa dan

guru serta hasil belajar yang dicapai siswa.

2. Persentase kegiatan siswa dalam pembelajaran mencapai 55% atau berada pada kategori

cukup baik dan belum menunjukkan ketercapaian minimal mencapai 85%. Ada beberapa aspek

pengamatan yang masih perlu ditingkatkan Beberapa aspek kegiatan siswa yang perlu mendapat

perhatian untuk ditingkatkan atau diperbaiki kualitasnya sebagai bahan perbaikan pada siklus

berikutnya, yaitu:

a) Siswa belum memperhatikan gumru saat diabsen.

b) Siswa belum mendengarkan serius guru menyampaikan materi

c) Siswa belum termotivasi.

d) Siswa belum menyimak dengan baik alur peta konsep.

e) Siswa belum menerima bimbingan guru mengenai materi menggunakan peta konsep.

f) Siswa belum melaksanakan panduan untuk melakukan presentasi.

g) Siswa belum menerima dengan baik perbaikan jawaban.

h) Siswa belum menerima skor dari guru

i) Siswa belum menerima umpan balik positif penjelasan guru. Persentase kegiatan guru dalam

pembelajaran mencapai 80% atau berada pada kategori baik Walaupun demikian, guru perlu

memperbaiki kualitas pembelajaran terutama yang berhubungan dengan kegiatan guru dalam

beberapa aspek berikut:

a) Memeriksa kehadiran siswa

b) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

c) Member motivasi

24
d) Membimbing siswa dalam materi menggunakan peta konsep.

e) Memandu siswa saat melakukan presentasi.

f) Mengarahkan siswa ke jawaban yang benar.

g) Member skor siswa dalam kelompok

h) Member umpan balik

2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan tindakan siklus II, hal yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Membuat Rencana Pelaksanaan dan Perbaikan Pembelajaran Siklus II dengan materi

membaca nyaring suatu penguman dengan artikulasi yang jelas Menyiapkan Lembar Kerja

Siswa Siklus II yang akan diberikan pada masing-masing kelompok (lampiran 4 halaman

68).

2) Membuat/menyiapkan lembar observasi aktivitas mengajar guru dalam pembelajaran

Siklus D (lampiran 5 halaman 71).

3) Membuat/menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Siklus

II (lampiran 6 halaman 75).

4) Menyusun soal-soal evaluasi tes formatif Siklus II untuk mengukur hasil belajar siswa

(lampiran 7 halaman 78).

5) Membuat lembar jawaban tes formatif siklus II (lampiran 8 halaman 82).

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Desember 2017 di kelas

VIII dengan jumlah siswa 25 yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Dalam

25
hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses pembelajaran mengacu pada Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dipersiapkan

Pembelajaran diawali dengan memperkenalkan dan menjelaskan tentang apa dan

bagaimana peta konsep, bagaimana konsep-konsep yang dibaca atau dipelajari lebih bermakna.

Selanjutnya guru memperlihatkan contoh peta konsep kepada siswa, agar siswa tidak hanya

menghayalkan peta konsep, akan tetapi dapat melihat langsung model peta konsep sesuai

dengan tujuan pembelajaran. Guru mengajarkan materi pelajaran dengan menggunakan peta

konsep, agar siswa terbiasa dengan peta konsep. Siswa disuruh membuat peta konsep sendiri

dengan matai pelajaran atau konsep yang telah diberikan kepada siswa. Pada akhir proses

pembelajaran siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa

setelah proses pembelajaran selesai Adapun data hasil belajar siswa pada siklus II selengkapnya

dapat digambarkan sebagaimana pada tabel 6 berikut:

Tabel 6. Hasil Tes Formatif Siklus II

Nomor Keterangan
L/P Nilai TT
Responden T
1 L 93 V
2 L 93 V
3 L 90 v
4 L 68 V
5 L 68 V
6 L 93 v
7 L 68 V
8 L 90 V
9 L 90 v
10 L 97 V
11 L 97 V
12 L 83 v
13 L 90 v
14 L 93 v
15 L 93 v
16 P 97 v

26
17 P 93 v
18 P 83 v
19 P 97 v
20 P 83 v
21 P 83 v
22 P 83 v
23 P 73 v
24 P 63 V
25 P 93 v
Jumlah 25 2154 22 3
Jumlah Skor 22
Rata- Rata 86,16

Keterangan:

T = Tuntas

TT = Tidak Tuntas

Jumlah Siswa yang tuntas = 22

Jumlah siswa yang belum tuntas =3

Klasikal = 86,16% (Tuntas)

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Tes Sikus II

No Uraian Hasil Siklus II


1 Nilai rata-rata tes formatif 86,16
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 22
3 Persentase ketuntasan klasikal 88%

Dari tabel 7 di atas dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan metode

demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 15 Kendari diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 86,16 dan ketuntasan

belajar secara klasikal mencapai 88% atau ada 22 siswa dari 25 siswa sudah tuntas belajar. Hasil

tersebut menunjukan bahwa pada siklus II secara klasikal siswa sudah tuntas belajar, karena

27
siswa memperoleh nilai > 70 sebesar 88% lebih besar dari persentase ketuntasan klasikal yang

dihendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini menunjukan bahwa ketuntasan klasikal hasil belzyar siswa

sudah tercapai pada siklus II dengan menerapkan peta konsep dalam kegiatan pembejaran.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran

Adapun gambaran hasil observasi pada siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut

1) Hasil Observasi Kegiatan Siswa

Data hasil observasi kegiatan siswa selengkapnya dapat digambarkan sebagaimana pada

tabel 8 berikut:

Tabel 8. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II


1 X Skor Hasil observasi 18
2 X Skor maksimal ideal 20
3 Persentase 90%

Dari tabel 8 di atas dapat diperoleh data bahwa jumlah skor hasil observasi kegiatan

siswa adalah 18 dari 20 skor maksimal ideal atau 90%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas

siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas berada pada kualifikasi penilaian sangat baik dan

sudah melampaui batas ketuntasan sebesar 85%.

2) Hasil Observasi Kegiatan Guru

Data hasil observasi kegiatan guru pada siklus II selengkapnya dapat digambarkan

sebagaimana pada tabel 9 berikut:

Tabel 9. Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II


1 X Skor Hasil 18

observasi

28
2 £ Skor maksimal 20

ideal
3 Persentase 90%

Dari tabel 9 di atas dapat diperoleh data bahwa jumlah skor hasil observasi kegiatan guru

adalah 18 dari 20 skor maksimal ideal atau 90%. Hal ini menunjukkan bahwa guru aktif'

melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah

direncanakan dalam RPP sehingga berada pada kualifikasi penilaian sangat baik serta sudah

melampaui batas ketuntasan 85%.

d. Evaluasi dan Refleksi

Pada tahap ini dikaji apa yang telah dilaksanakan dengan baik maupun yang masih

kurang baik dalam proses pembelajaran Dari hasil observasi dan evaluasi diperoleh beberapa

informasi sebagai berikut: 1) Selama proses pembelajaran guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi

persentase pelaksanaannya untuk masing- masing aspek menunjukkan peningkatan yang sangat

signifikan

2) Berdasarkan data hasil observasi diketahui bahwa siswa aktif selama proses

pembelajaran berlangsung dengan menerapkan peta konsep.

3) Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan,

sehingga hasil belajar siswa menjadi sangat baik

4) Hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai ketuntasan.

29
B. Pembahasan

1. Hasil Belajar Siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan penerapan metode

demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan memahami matai

membaca nyaring suatu penguman dengan lafal dan intonasi yang tepat pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 15 Kendari. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar siswa pada

setiap siklus. Ketuntasan belajar meningkat dari siklus I ke siklus II, yaitu pada siklus I hanya

mencapai 71,6% kemudian meningkat pada siklus II mencapai 88% Pada siklus II ketuntasan

belajar siswa telah tercapai Peningkatan hasil belajar tersebut disajikan pada gambar histogram

berikut ini.

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
SIKLUS I SIKLUS II

Gambar 3. Histogram Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pendidikan BAHASA INDONESIA

Kelas VIII di SMP Negeri 15 Kendari.2. Kegiatan Siswa dalam PembelajaranAnalisis hasil

observasi kegiatan siswa dalam pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

penerapan metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan aktivitas siswa

dalam kegiatan pembelajaran pada siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Kendari. Hal ini dapat

30
dilihat dari adanya peningkatan dalam kegiatan pembelajaran pada setiap siklus. Berdasarkan

hasil observasi pada siklus I kegiatan siswa dalam pembelajaran hanya mencapai persentase 55%

kemudian pada siklus II mencapai peningkatan yang sangat baik yakni sebesar 90%. Adanya

peningkatan kualitas kegiatan siswa dalam pembelajaran juga memiliki dampak positif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa, Hasil persentase tersebut disajikan pada gambar histogram

berikut ini.

90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
SIKLUS I SIKLUS II

Gambar 4. Histogram Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pendidikan BAHASA INDONESIA

Kelas VIII di SMP Negeri 15 Kendari.

Kegiatan Guru dalam Pembelajaran

Analisis hasil observasi kegiatan guru dalam kegiatan pembelajaran menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 15 Kendari. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan aktivitas mengajar guru

dalam pembelajaran pada setiap siklus. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan dalam

31
kegiatan pembelajaran pada setiap siklus. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I kegiatan

guru dalam pembelajaran hanya mencapai persentase 60% kemudian pada siklus II mencapai

peningkatan yang sangat baik yakni sebesar 90%. Adanya peningkatan kualitas guru dalam

pembelajaran juga memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa

90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
SIKLUS I SIKLUS II

Gambar 5. Histogram Peningkatan Aktivitas Mengajar Guru Pendidikan BAHASA INDONESIA

Kelas VIII di SMP Negeri 15 Kendari

32
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

(1) Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan model pembelajaran Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, serta dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
dalam pembelajaran
2. Penggunaan model pembelajaran Demonstrasi dapat membantu siswa mengaitkan antara
materi dengan konteks keseharian siswa dilingkungannya sehari-hari.
(2) Saran
Berdasarkan hasilperbaikan pembelajaran yang telah dilakukan, dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya menggunakan model pembelajaran
Demonstrasi, dikarenakan model pembelajaran tersebut dapat membantu guru
mengaitkan antara materi dengan konteks keseharian siswa dilingkungannya, dengan
begitu siswa dapat lebih memahami untuk apa materi tersebut diajarkan kepada mereka
2. Bagi guru atau praktisi pendidikan lainnya yang tertarik untuk menerapkan model
pembelajaran Demonstrasi, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Memperhatikan dan menelaah kegiatan-kegiatan dalam tahapan pembelajaran
kontekstual dengan baik sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran
dapat tercapai dengan baik.
b. Pengaturan waktu yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran
dipertimbangkan dengan matang agar dapat sesuai dengan waktu yang direncanakan.
c. Guru dalam mengaplikasi pendekatan kontekstual sebaiknya lebih banyak
menghubungkan antara materi dengan konteks keseharian siswa dilingkungannya,
sehingga siswa dapat lebih cepat memahami materi.
d. Dalam membentuk kelompok-kelompok kecil siswa, sebaiknya pembagian kelompok
dibaurkan antara siswa yang berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan
lebih, sehingga kerja kelompok dapat berjalan efektif.

33
DAFTAR PUSTAKA

________. Pengertian Metode Pembelajaran. Di unduh 10Mei 2015i jam 09.00  WIB dari
http://liputaninfo.blogspot.com/2012/10/strategi-belajar-mengajar.html

Darisman,Muh, dkk. Mudah Belajar Bahasa Indonesia. Bogor; Yudistira.

Darmadi, Kaswan dan Nirbaya, Rita. 2008. Bahasa Indonesia untuk SMP/MI Kelas VIII. Jakarta:
Depdiknas

Depdikbud. 2015. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Depdiknas.

Effendi, S. 1995. Panduan BerBahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Bandung: PT Remaja
RoSMPakarya.

Elfiati, W. 2010. Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Tropicasurya Inticipta


Jakarta.

Hawignyo dan Mulyadi. 1996. Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Jakarta:PT Musi
Perkasa Utama.

Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nurhadi, Dawud dan Pratiwi, Yuni. 2004. Bahasa dan Sastra Jilid 1 untuk SMP kelas. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Permendiknas No 22 tahun 2015 tentang Standar IsiKurikulum Pendidikan Dasar dan


Menengah.Jakarta: Depdiknas

Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Kurikulum Pendidikan Dasar dan
Menengah.Jakarta: Depdiknas

Sofyan, Gusarmin dan Amiruddin B. 2007. Modul Diklat Profesi GuruModel-Model


Pembelajaran I. Kendari: Universitas Haluoleo.

Sumardi, Muljanto. 1992. Berbagai Pendekatan Dalam Pengajaran dan Sastra. Jakarta: PT
Midas Surya Grafindo.

Tim FKIP. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta; Universitas Terbuka.

34
35

Anda mungkin juga menyukai