Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MID KEWARGANEGARAAN

NAMA : Andi Nur Hikma Hakim Petta Bau


NIM : A1M119022
KELAS: B

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
NAMA : ANDI NUR HIKMA
NIM : A1M119022
KELAS : B

Kendari, 17 April 2020

Andi Nur Hikma Hakim Petta Bau


1. Jelaskan sejarah (latar belakang) pendidikan kewarganegaraan dari
nama kewiraan menjadi kewarganegaraan.

JAWAB :

Pendidikan Kewiraan
Pendidikan kewaganegaraan dahulu di kenal sebagai Pendidikan Kewiraan.
Pendidikan Kewiraan dimulai tahun 1973/1974, sebagai bagian dari kurikulum pendidikan
nasional, dengan tujuan untuk menumbuhkan kecintaan pada tanah air dalam bentuk PPBN
yang dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap awal yang diberikan kepada peserta didik SD
sampai sekolah menengah dan pendidikan luar sekolah dalam bentuk pendidikan
kepramukaan, sedangkan PPBN tahap lanjut diberikan di PT dalam bentuk pendidikan
kewiraan.
Perkembangan kurikulum dan materi Pendidikan Kewarganegaraan
Pada awal penyelenggaraan pendidikan kewiraan sebagai cikal bakal darah PKn
berdasarkan SK bersama Mendikbud dan Menhankam tahun 1973, merupakan realisasi
pembelaan negara melalui jalur pengajaran khusus di PT, di dalam SK itu dipolakan
penyelenggaraan Pendidikan Kewiraan dan Pendidikan Perwira Cadangan di PT.
ü Berdasarkan UU No. 20 tahun 1982 tentang Pokok-pokok Penyelenggaraan Pertahanan dan
Keamanan Negara ditentukan bahwa:
1) Pendidikan Kewiraan adalah PPBN tahap lanjutan pada tingkat PT, merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional
2) Wajib diikuti seluruh mahasiswa (setiap warga negara).
Berdasarkan UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa:
1) Pendidikan Kewiraan bagi PT adalah bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan.
2) Termasuk isi kurikulum pada setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan
SK Dirjen Dikti tahun 1993 menentukan bahwa Pendidikan Kewiraan termasuk dalam
kurikulum MKDU bersama-sama dengan Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, ISD,
IAD, dan IBD sifatnya wajib.
Kep. Mendikbud tahun 1994, menentukan:
1) Pendidikan Kewarganegaraan merupakan MKU bersama-sama dengan Pendidikan
Agama, dan Pendidikan Pancasilan.
2) Merupakan kurikulum nasional wajib diikuti seluruh mahasiswa
Kep. Dirjen Dikti No. 19/Dikti/1997 menentukan antara lain:
1) Pendidikan Kewiraan termasuk dalam muatan PKn, merupakan salah satu komponen
yang tidak dapat dipisahkan dari kelompok MKU dalam susunan kurikulum inti
2) Pendidikan Kewiraan adalah mata kuliah wajib untuk ditempuh setiap mahasiswa pada
PT.
Kep. Dirjen Dikti No. 151/Dikti/Kep/2000 tanggal 15 Mei 2000 tentang Penyempurnaan
Kurikulum Inti MPK, menentukan:
1) Pendidikan Kewiraan termasuk dalam muatan PKn, merupakan salah satu komponen
yang tidak dapat dipisahkan dari kelompok MPK dalam susunan kurikulum inti PT di
Indonesia
2) Pendidikan Kewiraan adalah mata kuliah wajib untuk ditempuh setiap mahasiswa pada
PT untuk program diploma III, dan strata 1.
Kep. Dirjen Dikti No. 267/Dikti/kep/2000 tanggal 10 Agustus, menentukan antara lain:
1) Mata Kuliah PKn serta PPBN merupakan salah satu komponen yang tidak dapat
dipisahkan dari MPK
2) MPK termasuk dalam susunan kurikulum inti PT di Indonesia.
3) Mata Kuliah PKn adalah MK wajib untuk diikuti oleh setiap mahasiswa pada PT untuk
program Diploma/Politeknik, dan Program Sarjana.
Kep. Mendiknas No. 232/U/2000 tanggal 20 Desember 2000 tentang Pedoman Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Belajar Mahasiswa menentukan antara lain:
1) Kurikulum inti Program sarjana dan Program diploma, terdiri atas:
a) Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)
b) Kelompok Mata kUliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK)
c) Kelompok Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB)
d) Kelompok Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB)
e) Kelompok Mata Kuliah Kehidupan Bermasyarakat (MKB)
2) MPK adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia
Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur,
berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.
3) Kurikulum inti merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang harus dicakup
dalam suatu program studi yang dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku secara nasional
4) MPK pada kurikulum inti yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program
studi/kelompok program studi terdiri dari bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.
5) MPK untuk PT berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
terdiri dari Pendidikan Bahasa, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Perkembangan Materi Pendidikan Kewarganegaraan


Awal 1979, materi disusun oleh Lemhannas dan Dirjen Dikti yang terdiri dari
Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional, politik dan Strategi Nasional, Politik dan Strategi
Pertahanan dan Keamanan Nasional, sistem Hankamrata. Mata kuliah ini bernama
Pendidikan Kewiraan.
Tahun 1985, diadakan penyempurnaan oleh Lemhannas dan Dirjen Dikti, terdiri atas
pengantar yang bersisikan gambaran umum tentang bahan ajar PKn dan interelasinya dengan
bahan ajar mata kuliah lain, sedangkan materi lainnya tetap ada.
Tahun 1995, nama mata kuliah berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan yang
bahan ajarnya disusun kembali oleh Lemhannas dan Dirjen Dikti dengan materi pendahuluan,
wawasan nusantara, ketahanan nasional, politik strategi nasional, politik dan strategi
pertahanan dan keamanan nasional, sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta.
Tahun 2001, materi disusun oleh Lemhannas dengan materi pengantar dengan
tambahan materi demokrasi, HAM, lingkungan hidup, bela negara, wawasan nusantara,
ketahanan nasional, politik dan strategi nasional
Tahun 2002, Kep. Dirjen Dikti No. 38/Dikti/Kep/2002 materi berisi pengantar sebagai
kaitan dengan MKP, demokrasi, HAM, wawasan nusantara, ketahanan nasional, politik dan
strategi nasional.
Dari penejelasan di atas jelas sekali bahwa pendidikan kewarganegaarn memiliki
peranan yang sangat penting terlihat dari perkembangannya di setiap tahun, dan lembaga-
lembaga yang ikut serta dalam pembentukannya. Hal ini dilakukan agar tercapainaya tujuan
yang di maksud.

2. Gambarkan skema kompetensi pendidikan kewarganegaraan dan


berikan penjelasannya dari gambar tersebut.
JAWAB:

Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mengembangkan kompetensi


sebagai berikut:

1. Berpikir secara rasional, kritis, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan;
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi;
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesiaagar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lainna;
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara lansung atau
tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Rumusan tujuan tersebut sejalan dengan aspek-aspek kompetensi yang hendak


dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Aspek-aspek kompetensi
tersebut mencakup pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan
(kecakapan) kewarganegaraan (civic skills), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic
dispositions). Hal tersebut analog dengan konsep Benjamin S. Bloom tentang pengembangan
kemampuan siswa yang mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Cakupan aspek-
aspek kompetensi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat digambarkan
sebagaimana pada diagram di bawah ini.
Aspek kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) menyangkut
kemampuan akademik-keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik,
hukum dan moral. Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan bidang kajian multidisipliner. Secara rinci, ruang lingkup materi mata pelajaran
PKn meliputi aspek-aspek:

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan
keadilan
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib
di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-
norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan
peradilannasional, Hukum dan peradilan internasional
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota
masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan
dan perlindungan HAM
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga
masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara
dengan konstitusi
6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan
daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik,
Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam
masyarakat demokrasi
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara,
Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di
era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

Selain memuat aspek pengetahuan, mata pelajaran PKn memuat kompetensi keterampilan
kewarganegaraan (civic skills).Keterampilan kewarganegaraan meliputi keterampilan
intelektual (intelectual skills) dan keterampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh keterampilan intelektual adalah keterampilan
dalam merespon berbagai persoalan politik. Contoh keterampilan berpartisipasi adalah
keterampilan menggunakan hak dan kewajibannya di bidang hukum, misalnya segera
melapor kepada polisi atas terjadinya kejahatan yang diketahui.

Kompetensi lainnya adalah Watak/karakter kewarganegaraan (civic


dispositions).Watak/karakter kewarganegaraan sesungguhnya merupakan dimensi yang
paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Kompetensi watak/karakter kewarganegaraan dapat dipandang sebagai "muara" dari
pengembangan kedua kompetensi sebelumnya. Dengan memperhatikan visi, misi, dan tujuan
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karakteristik mata pelajaran ini ditandai dengan
penekanan pada kompetensi watak, karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif.

Dengan demikian seorang warga negara pertama-tama perlu memiliki pengetahuan


kewarganegaraan yang baik, terutama pengetahuan di bidang politik, hukum, dan moral
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selanjutnya seorang warganegara diharapkan
memiliki keterampilan secara intelektual maupun secara partisipatif dalam kehidupan
berbangsa dan negara. Pada akhirnya, pengetahuan dan keterampilannya itu akan membentuk
suatu watak atau karakter yang mapan, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan hidup sehari-
hari. Watak, karakter, sikap atau kebiasaan hidup sehari-hari yang mencerminkan warga
negara yang baik itu misalnya sikap religius, toleran, jujur, adil, demokratis, menghargai
perbedaan, menghormati hukum, menghormati hak orang lain, memiliki semangat
kebangsaan yang kuat, memiliki rasa kesetiakawanan sosial, dan lain-lain.

3. Jelaskan faktor pendukung kelahiran identitas nasional beserta


contohnya.
JAWAB:
Faktor-faktor Identitas Nasional
Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunkan
sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas
nasional terebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa
Indonesia meliputi:
1. Faktor objektif, yang meliputi faktor geografis ekologis dan demografis
Kondisi geografi – ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang
beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antarwilayah dunia Asia
Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial
dan kultural bangsa Indonesia
2. Faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan
yang dimiliki bangsa Indonesia (Suryo, 2002). Faktor historis yang dimiliki Indonesia ikut
mempengarui proses pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia beserta identitasnya,
melalui interaksi berbagai faktor yang ada di dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai
faktor tersebut melahirkan proses pembentukan masyarakat, bangsa dan negara bangsa
beserta identitas bangsa Indonesia, yang muncul tatkala nasionalisme berkembang di
Indonesia pada awal abad XX.
Sedangkan menurut Robert de Ventos, sebagaimana dikutip Manuel Castell dalam
bukunya, The Power of Identity (Suryo, 2002), mengemukakan teori tentang munculnya
identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi antara empat faktor penting, yaitu :
1. Faktor primer
Faktor ini mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan yang sejenisnya. Bagi bangsa
Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama wilayah serta bahasa
daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing.
Unsur-unsur yang beraneka ragam yang masing-masing memiliki cirri khasnya sendiri-
sendiri menyatukan diri dalam suatu persekutuan hidup bersama yaitu bangsa Indonesia.
Kesatuan tersebut tidak menghilangkan keberanekaragaman, dan hal inilah yang dikenal
dengan Bhinneka Tunggal Ika.
2. Faktor pendorong
Faktor in terdiri dari pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya
angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan Negara.
Dalam hubungan ini bagi suatu bangsa kemauan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta pembangunan negara dan bangsanya juga merupakan suatu identitas nasional yang
bersifat dinamis. Oleh karena itu bangsa Indonesia proses pembentukan identitas nasional
yang dinamis ini sangat ditentukan oleh tingkah kemampuan dan prestasi bangsa Indonesia
dalam mebangun bangsa dan kesatuan bangsa, serta langkah yang sama dalam memajukan
bangsa dan Negara Indonesia.
3. Faktor penarik
Faktor ini mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi,
dan pemantaan sistrm pendidikan nasional. Bagi bangsa Indonesia unsur bahasa telah
merupakan bahasa persatuan dan kesatuan nasional, sehingga bahasa Indonesia telah
merupakan bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia. Nahasa Melayu telah dipilih sebagai
bahasa antar etnis yang ada di Indonesia, meskipun masingmasing etnis atau daerah di
Indonesia telah memiliki bahasa daeah masing-masing. Demikian pula menyangkut birokrasi
serta pendidikan nasional telah dikembangkan sedemikian rupa meskipun sampai saat ini
masih senantiasa dikembangkan.
4. Faktor reaktif.
Faktor ini meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori
kolektif rakyat. Bangsa Indonesia yang hampir tiga setengah abad dikuasai oleh bangsa lain
sangat dominan dalam mewujdkan faktor keempat melalui memori kolektif rakyat Indonesia.
Penderitaan, dan kesengsaraan hidup serta semangat bersama dalam memperjuangkan
kemerdekaan merupakan faktor yang sangatcstrategis dalam membentuk memori kolektif
rakyat. Semangat perjuangan, pengorbanan, menegakkan kebenaran dapat merupakan
identitas untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia.
Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas
nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia
mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain. Pencarian identitas nasional bangsa
Indonesia pada dasarnya melekat erat dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk
membangun bangsa dan Negara dengan konsep nama Indonesia. Bangsa dan negara
Indonesia ini dibangun dari unsur-unsur masyarakat lama dan dibangun menjadi suatu
kesatuan bangsa dan negara dengan prinsip nasionalisme modern. Oleh karena itu
pembentukan identitas nasional Indonesia melekat erat dengan unsurunsur
lainnya seperti sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama serta
geografis, yang saling berkaitan dan terbentuklah melalui suatu proses
yang cukup panjang.

4. Jelaskan pengertian konstitusi, hakikat konstitusi, fungsi konstitusi,


mengapa konstitusi di amandemen.
JAWAB:

Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Prancis (consituer) yang berarti membentuk.
Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksud ialah pembentukan suatu negara atau menyusun
dan menyatakan aturan suatu negara.

Menurut KBBI, konstitusi artinya :


1) segala ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan (undang-undang dasar dan
sebagainya).
2) undang-undang dasar suatu negara. Dari pengertian yang dijelaskan pada KBBI, dapat
disimpulkan bahwa UUD adalah sebuah konstitusi, tepatnya konstitusi tertulis.

 Dalam bahasa Inggris dikenal istilah constitution yang diartikan sebagai undang-
undang dasar yaitu seluruh peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
masyarakat dałam menyelenggarakan pcmerintahan negara.
 Secara terminologis konstitusi adalah sekumpulan ketentuan-ketentuan dan aturan-
aturan dasar yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan
termasuk juga dasar hubungan antara negara dan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
 Dalam ilmu politik, constitution merupakan suatu yang lebih luas yaitu keseluruhan
dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara
mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
 Dalam bahasa Latin, kata konstitusi merupakan gabungan dari dua kata
yaitu cume dan statuere. Cume berarti bersama-sama dengan sedangkan statuere berarti
berdiri. Atas dasar itu kata statuere mempunyai arti "membuat sesuatu agar berdiri atau
mendirikan/menetapkan". Dengan demikian bentuk tunggal dari kostitusi adalah menetapkan
sesuatu secara bersama-sama dan bentuk jamak dari konstitusi berarti segala yang ditetapkan.
Konstitusi terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Konstitusi tertulis adalah aturan- aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan tata
negara, demikian juga aturan dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di
dalam persekutuan hukum negara.
2) Konstitusi tidak tertulis adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul.

Definisi Konstitusi (UUD)


Ada beberapa para ahli hukum yang membedakan arti konstitusi dengan undang-
undang dasar, ada pula yang menyamakan arti keduanya. Berikut pendapat para ahli
mengenai konstitusi dan UUD :
a. L.J. Van Apeldoorn membedakan Konstitusi dengan UUD. Konstitusi adalah memuat
peraturan tertulis dan tidak tertulis sedangkan UUD adalah bagian tertulis dari konstitusi.
b. Sri Sumantri menyamakan arti keduanya sesuai dengan praktik ketatanegaraan di
sebagian besar negara-negara di dunia.
c. E.C.S. Wade mengartikan UUD adalah naskah yang memberikan rangka dan tugas
pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja
badan-badan tersebut.
d. Herman Heller membagi pengertian konstitusi menjadi tiga yaitu :
1) Konstitusi adalah mencerminkan kehidupan politik didalam masyarakat sebagai suatu
kenyataan (mengandung arti politis dan sosiologis).
2) Konstitusi adalah suatu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat (mengandung
arti hukum dan yuridis).
3) Konstitusi adalah yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang
tertinggi yang berlaku di suatu negara.
e. C.F.Strong memberikan pengertian konstitusi suatu kumpulan asas-asas
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan (arti luas), hak-hak dari pemerintah dan
hubungan antara pemerintah dan yang diperintah (menyangkut hak-hak asasi manusia).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa konsitusi meliputi
peraturan tertulis dan tidak tertulis. Undang-undang dasar merupakan konstitusi yang tertulis.
Dengan demikian konstitusi diartikan sebagai berikut :
a. Suatu kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan-pembatasan kekuasaan kepada
para penguasa.
b. Suatu dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dari suatu sistem
politik.
c. Suatu gambaran dari lembaga-lembaga negara.
d. Suatu gambaran yang menyangkut masalah hak-hak asasi manusia.

Fungsi Konstitusi
Konstitusi (UUD) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
memiliki arti dan makna yang sangat penting. Artinya konstitusi (UUD) menjadi tali pengikat
setiap warga negara dan lembaga negara dalam kehidupan bernegara. Dalam kerangka
kehidupan negara, konstitusi (UUD) secara umum memiliki fungsi sebagai :
a. Tata aturan dalam pendirian lembaga-lembaga yang permanen (lembaga suprastruktur
dan infrastruktur politik).
b. Tata aturan dalam hubungan negara dengan warga negara serta dengan negara lain.
c. Sumber hukum dasar yang tertinggi. Artinya bahwa seluruh peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku harus mengacu pada konstitusi (UUD).
Secara khusus, fungsi konstitusi (UUD) dalam negara demokrasi dan negara komunis
adalah :
a.) Fungsi konstitusi (UUD) dalam Negara Demokrasi Konstitutional
1. Membatasi kekuasaan pemerintah sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat
sewenang-wenang.
2. Sebagai cara yang efektif dalam membagi kekuasaan.
3. Sebagai perwujudan dari hukum yang tertinggi (supremasi hukum) yang harus ditaati
oleh rakyat dan penguasanya.
b.) Fungsi Konstitusi (UUD) dalam Negara Komunis
1. Sebagai cerminan kemenangan-kemenangan yang telah dicapai dalam perjuangan ke arah
masyarakat komunis.
2. Sebagai pencatatan formal (legal) dari perjuangan yang telah dicapai.
Sebagai dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-citakan dan dapat
diubah setiap kali ada pencapaian kemajuan dalam masyarakat komunis.

KONSTITUSI DIAMANDEMEN

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR) Zulkifli Hasan menilai bahwa


konstitusi harus dapat menyesuaikan dengan tuntutan zaman.

Untuk itu, ia mengungkapkan bahwa Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 perlu


diubah dengan mempertimbangkan perkembangan dinamika masyarakat yang ada.

"Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 yang disebut sebagai ‘revolusi


ketatanegaraan’ turut dihadapkan pada perkembangan nilai-nilai masyarakat yang tumbuh
dan berkembang, sehingga perlu menjadi pertimbangan untuk melakukan penyesuaian," ujar
Zulkifli dalam acara Peringatan Hari Konstitusi di Gedung MPR, Jakarta, Minggu
(18/8/2019).

Menurutnya, terdapat kekurangan pada implementasi UUD 1945 setelah


diamandemen oleh MPR periode 1999-2002.
Salah satu contohnya adalah penyelenggaraan Pemilu 2019 yang sesuai amanat Pasal
22E UUD 1945. Meski terselenggara dengan sukses, Pemilu 2019 menyisakan polarisasi di
masyarakat.

Kemudian, di bidang hukum, permasalahan yang tersisa misalnya terlalu banyaknya


jumlah regulasi, dan ada aturan yang bertabrakan dengan UUD 1945.

"Bahkan, tidak sedikit undang-undang yang dihasilkan oleh DPR dan Pemerintah
bertentangan dengan UUD 1945, sehingga dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi," katanya.

Sementara, di bidang ekonomi, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini
menyoroti masalah kesenjangan dan koperasi yang dinilai masih belum berkembang secara
maksimal.

MPR pun telah sepakat untuk melakukan amandemen UUD 1945 terkait penerapan
sistem perencanaan pembangunan nasional dengan menerapkan Garis Besar Haluan Negara
( GBHN).

GBHN, kata Zulkifli, merupakan haluan negara yang berfungsi sebagai rujukan bagi
DPR dan pemerintah dalam merumuskan regulasi.

Zulkifli mengatakan, rekomendasi mengenai penerapan GBHN merupakan salah satu


rekomendasi anggota MPR periode 2009-2014.

Kendati demikian, karena usul amandemen tidak dapat diajukan dalam waktu 6 bulan
menjelang berakhirnya masa jabatan, anggota MPR pada periode 2014-2019
merekomendasikan anggota periode berikutnya agar melakukan amandemen.

"Untuk itu, MPR masa jabatan 2014-2019 akan merekomendasikan kepada MPR
masa jabatan 2019-2024 untuk mewujudkan gagasan perubahan kelima Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945," ungkap Zulkifli.

5. Jelaskan dinamika pelaksanaan demokrasi Indonesia pada masa orde


lama,orde baru, orde reformasi. Berikan kelemahan dan kelebihannya
masing-masing.

JAWAB:

Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia Pada Masa Orde Lama


a. Masa Demokrasi Parlementer
Demokrasi parlementer atau demokrasi konstitusional merupakan salah satu
demokrasi yang pernah diberlakukan pada masa orde lama. Parlemen serta partai-partai
politik memegang peranan penuh atas berjalannya pemerintahan.
Pada masa ini, demokrasi berada pada tingkat kejayaan tertinggi. Adanya hal itu
dikarenakan hampir semua unsur demokrasi terpenuhi. Seperti halnya akuntabilitas
politis yang tinggi, parlemen memiliki peranan tinggi dalam pemerintahan, pemilu yang
bebas, serta terjaminnya hak politik rakyat.

Meskipun hampir semua unsur demokrasi terdapat pada demokrasi parlementer,


namun ada pula hal-hal negative yang terjadi selama berlakunya system parlementer di
Indonesia. Diantaranya ialah:

1. Banyak kebijakan pemerintah yang belum terlaksana akibat masa kerja kabinet yang
pendek.
2. Pasca peristiwa 17 Oktober 1952, hubungan antar anggota dalam tubuh angkatan
bersenjata tidak harmonis. Hal itu dikarenakan adanya perbedaan pendapat, sebagian
anggota ABRI mendukung kabinet Wilopo, sebagian lagi condong ke Presiden
Soekarno.
3. Terjadinya perdebatan terbuka antara Presiden Soekarno dengan Isa Anshory terkait
penggantian dasar Negara. Isa Anshory yang merupakan salah satu tokoh Masyumi
menginginkan Pancasila diganti dengan dasar Negara yang lebih islami. Hal itu yang
menimbulkan polemic apakah akan merugikan umat beragama lain ataukah tidak.
4. Ketegangan masyarakat dalam pemilu meningkat akibat lamanya masa kampanye.
5. Pemerintah pusat harus menghadapi berbagai tantangan dari daerah-daerah, seperti
adanya pemberontakan PRRI dan Permesta.
Menurut Herbert Feith, selain hal-hal negative terdapat pula beberapa hal postif yang
terjadi selama masa demokrasi parlementer yaitu sebagai berikut:

1. DPR berfungsi dengan baik dalam menjalankan tugasnya.


2. Semakin meningkatnya status sosial masyarakat seiring dengan bertambahnya jumlah
sekolah yang ada.
3. Jarang terjadi konflik antar umat beragama.
4. Pemerintah melindungi kaum minoritas Tionghoa.
5. Kebebasan pers sehingga banyak hal yang diberitakan oleh media massa.
6. Badan-badan peradilan dapat menjalankan tugasnya secara bebas, tidak pandang bulu
terhadap siapa saja termasuk dalam menangani kasus pimpinan militer, menteri, dan
pimpinan partai.
7. Pemberontakan-pemberontakan terjadi seperti RMS di Maluku dan DI/TII di Jawa
Barat berhasil diatasi oleh kebinet dan ABRI.
Sistem pemerintahan parlemen adalah sebagai berikut:

1. Presiden hanya berperan sebagai kepala Negara, bukan kepala pemerintahan.


2. Kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri.
3. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh pengadilan yang bebas.
4. Kekuasaan eksekutif berada di tangan dewan menteri atau kabinet yang dipimpin
oleh perdana menteri kabinet dengan mempertanggungjawabkan kepada DPR.
5. Kekuasaan legislative dimiliki oleh DPR yang dibentuk melalui pemilu multi-partai.
6. Bagi partai politik yang menguasai mayoritas anggota DPR dapat membentuk kabinet
yang berfungsi sebagai penyelenggara pemerintahan Negara.
7. Jika kabinet yang telah dibentuk parpol bubar, presiden dapat menunjuk formatur
kabinet untuk menyusun kabinet baru.
8. Jika DPR mengajukan mosi tidak percaya terhadap kabinet baru, maka DPR
dibubarkan lantas dilakukan pemilihan umum.
9. DPR dapat memberikan mosi tidak percaya kepada menteri atau kabinet jika dinilai
kinerja mereke kurang baik. Bagi menteri yang diberi mosi harus mengundurkan diri.
Demokrasi parlementer dinilai tidak berhasil dengan kata lain gagal dalam
menciptakan kesejahteraan rakyat, menjamib stabilitas politik, dan kelangsungan
pemerintahan. Hal itu disebabkan oleh landasan ekonomi rakyat yang rendah.

Politik aliran masih mendominasi. Pengertian politik aliran merupakan golongan atau
partai politik yang lebih mengedepankan kepentingan kelompok atau dirinya sendiri
dibandingkan kepentingan bangsa. Terakhir ialah tidak adanya anggota konstituante
yang bersidang dalam menetapkan dasar Negara. Inilah yang kemudian memicu
dikeluarkannya Dekrit Presiden pada tanggal Juli 1959.

b. Masa Demokrasi Terpimpin


Demokrasi terpimpin tertuang dalam ketetapan MPRS No. VIII/MPRS/1965.
Dalam ketetapan tersebut telah dijelaskan bahwa dasar demokrasi terpimpin ialah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong
royong di antara semua kekuatan nasional yang progresif revolusionerdengan
berporoskan Nasakom.

Demokrasi terpimpin pertama kali muncul atas ketidaksenangan Presiden Soekarno


terhadap partai-partai politik yang mementingkan kepentingan partainya masing-masing
dibandingkan kepentingan masyarakat luas.

Presiden Soekarno telah berulangkali menekankan bahwa perjuangan revolusi


Indonesia belum usai sehingga peranan pemimpin dalam proses politik sangatlah
penting. Diperlukan kerjasama dan persatuan semua pihak untuk mewujudkannya.
Berikut ciri-ciri demokrasi terpimpin:

1. Peran partai politik terbatas.


2. Pengaruh PKI dan militer semakin berkembang
3. Peran presiden sangat dominan dalam menentukan penyelenggaraan pemerintah
Negara.
Demokrasi terpimpin dianggap menyimpang dari prinsip Negara Indonesia sebagai
Negara hukum dan Negara demokrasi menurut Pancasila dan UUD 1945. Hal itulah yang
kemudian memicu banyak polemic sehingga muncullah berbagai macam permasalahan.
Demokrasi ini mulai berakhir ketika pemberontakan G 30 S/PKI muncul. Tepatnya
setelah Presiden Soekarnao menerbitkan Surat Perintah 11 Maret 1966 kepada Jenderal
Soeharto untuk mengatasi keadaan. Adapun Penyimpangan-penyimpangan tersebut
antara lain ialah:

1. Pengekangan hak-hak asasi manusia, seperti pembatasan pers dimana media massa
tidak boleh menentang kebijakan pemerintah.
2. Presiden melampaui batas wewenangnya yakni membuat penetapan tanpa
berkonsultasi dengan DPR.
3. Pembentukan lembaga Negara ektrakonstitusional.
4. Pelanggaran prinsip kebebasan, kekuasaan, dan kehakiman.
5. Mengutamakan fungsi presiden.

Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia Pada Masa Orde Baru


Pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada masa orde baru telah bertekad untuk
menjalankan pemerintahan sesuai dengan dasar hidup Negara yakni pancasila dan UUD
1945.
Selalu ditekankan bahwa seluruh kegiatan pemerintahan bersumber dari pancasila
dan UUD 1945. Seiring perkembangan, lembaga kepresidenan menjadi pusat dari seluruh
kegiatan politik yang mengarah pada pemerintahan yang sentralistis.

Sama juga halnya dengan demokrasi pada masa orde lama, kehidupan
politik orde baru pun mengalami berbagai penyimpangan. Seperti halnya pemberantasan
hak politik rakyat seperti: pembatasan jumlah parpol, Pegawai negeri dan ABRI wajib
mendukung partai penguasa yakni Golkar, dan hilangnya kebebasan rakyat dalam
mengkritik kinerja pemerintahan.
Kekuasaan berada ditangan presiden sepenuhnya, pemilu tidak berjalan demokratis
bahkan banyak kecurangan. Selain itu KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) merajalela
sehingga terjadi krisis multi dimensional pada hampir seluruh aspek kehidupan.

Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia Pada Masa Kini (Reformasi)

Mundurnya Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 menandakan berakhirnya masa


orde baru sekaligus menjadi awal keberhasilan gerakan reformasi. Kursi kepresidenan
digantikan oleh Prof. B. J Habibie yang saat itu menjabat sebagai wakil presiden.
Pada masa pemerintahan Habibie inilah yang kemudian menjadi masa pemerintahan
transisional. Masa transisi merupakan masa perubahan atau perpindahan pemerintahan
yang akan membawa Indonesia melakukan reformasi secara menyeluruh. Menata
kembali system pemerintahan baru yang lebih demokratis sesuai kehendak rakyat.

Pada tahun 1998- 1999 banyak kerusuhan yang terjadi hingga akhirnya pada
tanggal 21 Oktober 1999 diselenggarakan pemilihan wakil presiden RI yang dilakukan
dengan votting.
Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai wakil presiden RI periode 1999- 2004
mengalahkan Hamzah Haz. Ketidakpuasan rakyat kala itu membuka lembaran baru.
Pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat dilaksanakan untuk
pertama kalinya pada tahun 2004 melalui Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu diikuti oleh
24 partai politik.

Kelebihan Dan Kelemahan Pelaksanaan Demokrasi Orde Lama, Orde Baru Dan Orde
Reformasi

ORDE LAMA

 Kelebihan :
- Berhasi menyelenggarakan pemlu pertama tahu 1955.
- Berhasil mempertahankan kemerdekaan dan irian jaya.
 Kekurangan :
- Seringnya pergantian cabinet.
- Masih terdapat ideology lain yang dianut yaitu komunis.

ORDE BARU

 Kelebihan :
- Kemajuan dibidang politik, pemerintahan dan ekonomi.
- Berhasil mengatasi gerakankan komunis di Indonesia.
 Kekurangan :
- Banyak terjadi kasus-kasus korupsi, kolusi dan nepotisme.
- Pemerintahan yang otoriter

ORDE REVORMASI

 Kelebihan :
- Terlaksananya demokrasi yang sesungguhnya
- Diberlakukannya system multi partai
 Kekurangan :
- Lepasnya Timor-timur di Indonesia
- Korupsi kembali merajalela

Anda mungkin juga menyukai