Anda di halaman 1dari 23

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Landasan Teori

Metode pelaksanaan (Construction Method) adalah cara pelaksanaan pekerjaan konstruksi


berdasarkan urutan kegiatan yang logik, realistik dan dapat dilaksanakan dengan menggunakan
sumber daya secara effisien. (Pedoman Pengawasan Penyelenggara Pekerjaan
Konstruksi;Peraturan Menteri PU Nomor : 06/PRT/M/2008 Tanggal : 27 Juni 2008). Metode
Kerja (Work Method) adalah cara pelaksanaan kegiatan pekerjaan dengan sususnan bahan,
peralatan, dan tenaga manusia yang menghasilkan produk pekerjaan dalam bentuk satuan volume
dan biaya. (Pedoman Pengawasan Penyelenggara Pekerjaan Konstruksi;Peraturan Menteri PU
Nomor : 06/PRT/M/2008 Tanggal : 27 Juni 2008). Analisis Pendekatan Teknis (Technical
Analysis)adalah perhitungan pendekatan teknis atas kebutuhan sumber daya material, tenaga
kerja, dan peralatan untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan konstruksi. (Pedoman
Pengawasan Penyelenggara Pekerjaan Konstruksi; Peraturan Menteri PU Nomor :
06/PRT/M/2008 Tanggal : 27 Juni 2008). Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) adalah sistem
pengendalian pelaksanaan kegiatan terhadap 8 (delapan) unsur yaitu : pengorganisasian, personil,
kebijakan, perencanaan, prosedur, pencatatan, pelaporan, supevisi, dan review intern (Pedoman
Pengawasan Penyelenggara Pekerjaan Konstruksi; Peraturan Menteri PU Nomor :
06/PRT/M/2008 Tanggal : 27 Juni 2008). Proses pengolahan data untuk perencanaan metode
pelaksanaan pekerjaan Lanjutan Pembangunan Embung Serba Guna Sempaja Kota Samarinda
ini, Ada beberapa langkah-langkah sebelum melakukan pekerjaan antara lain :
2.2. Pekerjaan Persiapan

Yang dimaksud dengan pekerjaan persiapan adalah dapat diartikan sebagai berikut :

a. Pengadaan, pemindahan dan penyetelan alat-alat berat kontraktor berikut


demobilisasinya.
b. Pengadaan, pembuatan dan pemeliharaan mess Kontraktor, kantor dan fasilitas
konstruksi di lapangan.
c. Pengukuran memanjang, melintang untuk rencana jalan, trase saluran atau pipa dll,
untuk pembuatan gambar kerja dan MC.0.
d. Pengadaan, pemeliharaan dan pengoperasian untuk pertolongan pertama pada
kecelakaan dan kesehatan
e. Pengadaan, pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas air bersih untuk base camp
kontraktor.
f. Pembuatan dan pemasangan papan nama proyek
g. Pengadaan dan mobilisasi personel, dan Biaya pengamanan proyek selama masa
pelaksanaan
Semua biaya untuk melaksanakan pekerjaan persiapan terhadap pengadaan mess, kantor,
fasilitas konstruksi di lapangan, pengadaan peralatan laboratorium dan komunikasi,
pengadaan dan pembongkaran base camp, pengadaan dan pengoperasian pertolongan
pertama pada kecelakaan dan kesehatan, pengadaan dan pengoperasian fasilitas air bersih,
pembuatan laporan bulanan dan dokumentasi, pengadaan dan pembuatan jalan sementara
selama masa pelaksanaan, pengadaan dan pemindahan personil, kecuali mobilisasi dan
demobilisasi alat-alat berat, pekerjaan pengukuran untuk pembuatan gambar kerja dan
MC.0, fasilitas sementara selama masa pelaksanaan, pembuatan papan nama proyek dan
biaya pengamanan proyek selama masa pelaksanaan harus sudah termasuk dalam biaya
umum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

2.2.1 Mobilisasi dan Demobilisasi Alat

Mobilisasi
Mobilisasi harus dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 15 (lima belas) hari
dari sejak diterbitkannya SPMK. Seperti peralatan, kendaraan, personil dan lain-
lain yang mendukung pelaksanaan kegiatan pekerjaan.
Demobilisasi
Demobilisasi dilakukan apabila pekerjaan telah dinyatakan selesai. Seperti
peralatan, kendaraan, Alat berat, personil dan lain-lain yang mendukung
pelaksanaan pekerjaan.
2.2.2 Kantor Lapangan, Base Camp & Fasilitas Lainnya
Yang dimaksud dari pekerjaan ini adalah pembuatan kantor lapangan. Direksi Keet ini
nantinya berguna untuk kantor sementara selama proyek berjalan. Direksi Keet
digunakan untuk keperluan rapat-rapat di lapangan, dan sebagai barak kerja. Direksi Keet
dibuat terlebih dahulu sebelum pelaksanaan kegiatan dilapangan dimulai.

2.2.3 Pengukuran
Pekerjaan ini dilakukan untuk mengetahui Pengukuran dilapangan dengan acuan gambar
(shopdrawing) dan mempermudah dalam pengerjaan per item pekerjaan Lanjutan
Pembangunan Embung Serba Guna Sempaja Kota Samarinda.Pekerjaan ini dilaksanakan
setelah pengajuan request disetujui oleh pengawas dan direksi.

Peralatan yang digunakan adalah Waterpass/ Theodolite / bak ukur disesuaikan


kebutuhan yang diperlukan (disesuaikan kondisi lapangan) mengenai sample apa saja
yang dibutuhkan.

Prosedur Pengukuran adalah sebagai berikut :

a. Kontraktor melaksanakan pengukuran sesuai gambar dan hasilnya agar dilaporkan


Untuk mendapatkan persetujuan Pemimpin Kegiatan/Direksi.
b. Penentuan ukuran dan sudut siku-siku, waterpass tetap dijaga dengan ketelitian
yang sebenar-benarnya menggunakan alat waterpass / pesawat theodolith.
c. Ukuran vertikal dan horizontal dilaksanakan sesuai dengan gambar/petunjuk
Direksi.
d. Pengukuran berupa uitzet, dan pemasangan bouwplank, patok-patok dilaksanakan
bersama atas persetujuan Pengawas/Direksi, bouwplank dan patok-patok tersebut
diberi warna/tanda yang jelas sesuai gambar. Semua bouwplank menggunakan
kayu klas II berukuran 3/20 cm, dipasang pada kayu berukuran 5/7 cm yang
terpancang kuat pada tempatnya dengan jarak maksimum 2,00 m’. Permukaan
tepi atas papan dasar (bouwplank) harus diserut dan dipasang rata dengan
menggunakan waterpass, pada titik peil yang sesuai dengan peil yang tercantum
dalam gambar atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
2.2.4. Rencana Keselamatan Konstruksi
Rencana Keselamatan Konstruksi ini adalah salah satu dari tindak lanjut dari surat edaran
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kepada badan usaha jasa
konstruksi untuk wajib mencantumkan biaya kesehatan dan keselamatan kerja di luar
biaya umum dalam rancangan anggaran biaya proyek.

Hal tersebut bertujuan agar alokasi biaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
dianggarkan secara jelas sebagai tindakan preventif adanya kecelakaan kerja, karena
selama ini anggaran K3 tidak pernah dialokasikan secara spesifik dalam kontrak, tetapi
bergabung dalam kategori biaya umum sehingga implementasi K3 menjadi kurang
maksimal.

Biaya tersebut akan terperinci seperti meminta penganggaran untuk pemenuhan indikator
pemenuhan K3, beberapa di antaranya biaya tenaga ahli, dan standar peralatan yang
dipakai.

Standar ideal biaya K3 yang dianggarkan berkisar 1,50%—2,50% dari total nilai proyek ,
tapi tergantung juga dari tingkat kesulitan proyek.

Dengan penganggaran biaya K3 yang jelas, diharapkan supaya industri jasa konstruksi
dapat semakin memperbaiki aspek keselamatan kerja sehingga kecelakaan kerja dapat
dinihilkan.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) bersama kontraktor akan menghitung bersama


rencana biaya K3 yang ideal secara spesifik untuk benar-benar diterapkan.Dengan adanya
penerapan standardisasi aspek K3 ini diharapkan dapat meminimalisasi potensi
kecelakaan konstruksi
2.3. Pekerjaan Konstruksi

2.3.1 Galian Tanah dan Pembuangan

Galian Tanah
Semua pekerjaan galian harus dilakukan sesuai garis batas galian, tingkat, ketinggian
ukuran yang ditunjukkan dalam gambar atau saran yang ditunjukkan oleh Konsultan
Supervisi. Kontraktor harus merapikan semua penggalian permanen sampai garis dan
ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar. Jika suatu penggalian telah dilakukan dan
dirapikan. Konsultan Supervisi harus diberi tahu supaya ia dapat memeriksa penggalian
yang telah diselesaikan dan tidak boleh ada penggalian yang telah ditutup atau diisi
dengan beton dan material lainnya sebelum diperiksa dan kontraktor telah diijinkan untuk
melanjutkan pekerjaan berikutnya.
Pekerjaan galian digolongkan berdasarkan material yang digali adalah sebagai berikut :
a) Galian Tanah Biasa (Common)
Galian tanah merupakan galian terbuka yang mencakup semua material tanah,
lempung, lumpur, batuan, pasir, batuan lepas dan sebagainya, tetapi tidak termasuk
batuan lapuk (weathered rock) maupun bantuan padas (rock).
b) Galian Batu Lapuk (Weather Rock)
Galian batuan merupakan galian terbuka yang mencakup material batuan yang
rusak dimana diameternya batuan lebih kecil dari 50 cm atau penggaliannya dengan
cara ripping atau dengan peralatan lain seperti pneumatic hammer, leg drill ( tanpa
dibor atau diledakkan) tetapi tidak termasuk batuan padat, sesuai petunjuk
Konsultan Supervisi.
a. Galian Terbuka
Semua galian terbuka yang diperlukan untuk bangunan permanen, pondasi, saluran-
saluran dan lain – lain harus dibuat pada batas, tingkatan dan ukuran yang ditunjukkan
pada gambar atau sesuai petunjuk Konsultan Supervisi. Jika terjadi penggalian kecuali
untuk pekerjaan beton pekerjaan beton dilakukan melewati garis batasnya dan
ketinggian yang tidak ditetapkan oleh Konsultan Supervisi maka Kontraktor dengan
biayanya sendiri harus memperbaikinya sampai garis dan ketinggian yang diharuskan
dengan material yang telah disetujui dan cara yang ditunjukkan oleh Konsultan
Supervisi.
Penggalian untuk struktur/ bangunan harus mencakup penggalian semua tanah, pasir,
kerikil dan bongkahan batu, tumpukan tanah yang dapat digunakan kembali dan
pembuangan tanah yang tidak dipakai pada tempat pembuangan yang ditentukan
Konsultan Supervisi. Penggalian untuk struktur harus dilakukan dalam gambar atau
sampai garis dan ketinggian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Penggalian pada tubuh bendungan lama (existing) yang disesuikan dengan keperluan
desain, Kontraktor harus mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan Konsultan
Supervisi kemudian memonitor jika dikawatirkan adanya peristiwa semburan air atau
bocoran air di tubuh bendungan lama yang akan membahayakan.
Kecuali dari yang ditunjukkan secara definitive pada gambar atau ditunjuk oleh
Konsultan Supervisi , Penggalian untuk struktur lereng harus dilakukan sampai
kemiringan dan uraian berikut :
BAHAN – BAHAN KEMIRINGAN KETERANGAN

Batuan Lapuk 1 : 0,5 Kemiringan Permanen

Batuan Lapuk

Batuan Lapuk 1 : 0,5 Kemiringan sempurna

1 : 0,5 Kemiringan Timbunan


Kembali

Tanah Biasa 1 : 1 sampai 1 : 15 Kemiringan sementara

Tanah Biasa

Tanah Biasa 1:3 Kemiringan Sempurna

1:3 Kemiringan Timbunan


Kembali

Kemiringan galian harus dijamin oleh Kontraktor, dengan lebar 1,5 m harus dibuat
setiap ketinggian 5 m kecuali bila ditunjukkan dalam gambar atau ada petunjuk
Konsultan Supervisi. Bila diperintahkan oleh Konsultan Supervisi, maka Kontraktor
harus membuat (menggali) saluran terbuka yang dimanfaatkan untuk mengelakkan air
permukaan dari galian terbuka dan biayanya harus ditanggung oleh kontraktor, kecuali
bila saluran yang dimaksud merupakan bagian dari salah satu bangunan permanen,
sehingga biaya penggaliannya sesuai dengan harga satuan yang dicantumkan pada
daftar kuantitas dan harga.
Semua pekerjaan yang dihubungkan dengan galian terbuka harus dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga mematuhi norma pelestarian tanah dan harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
b. Galian Terbuka untuk Pondasi Bangunan
Galian terbuka untuk pondasi bangunan harus sesuai dengan persyaratan yang
tercantum pada pekerjaan galian. Pekerjaan galian pondasi yang tecantum pada daftar
kuantitas dan harga tersebut termasuk semua penggalian yang diperlukan untuk
mendapatkan garis-garis batas, tingkatan dan dimensi seperti pada gambar atau seperti
yang disarankan Konsultan Supervisi, termasuk galian dibawah permukaan pondasi
untuk perbaikan bila ada keretakan-keretakan atau kekurangan-kekurangan lain,
pembersihan pondasi tambahan bila perlu serta semua galian terbuka yang lain di
daerah pondasi. Semua material galian harus diangkut ke lokasi pembuangan (spell
bank) atau tempat penumpukan sementara seperti yang diisiratkan atau diangkut
langsung untuk digunakan sebagai material timbunan. Bila ada kerusakan alami dan
bukan karena kesalahan Kontraktor dipermukaan pondasi bendungan, Konsultan
Supervisi boleh mengubah batas galian sehingga ada batas – batas galian baru.
Sesudah pekerjaan galian selesai sampai garis batas formal seperti yang disarankan
Konsultan Supervisi, semua material yang gembur, lunak, tidak menyatu serta benda –
benda lain yang mengganggu harus dihilangkan dari permukaan.
Pembuangan

Pekerjaan ini mencakup pengangkutan dan penimbunan tanah hasil galian di lokasi yang
telah ditentukan . Jarak menuju lokasi timbunan (disposal area) yaitu ± 5 km. Sebelum
melakukan timbunan bahan yang akan dipakai untuk timbunan harus atas peretujuan
direksi.

Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :

- Kontraktor harus menyerahkan daftar dan jumlah peralatan yang digunakan untuk
melakukan pekerjaan penimbunan. Minimal alat yang digunakan diantaranya
Excavator, Stamper. Jumlah alat disesuaikan kebutuhan lapangan dan batas waktu
pelaksanaan proyek.
- Bahan timbunan diangkut langsung dari lokasi sumber bahan dengan menggunakan
Dump Truck ke lokasi yang telah disiapkan.
- Menjaga keamanan di lokasi yang akan dijadikan lokasi timbunan (membuat batasan
lokasi timbunan)
- Memperhatikan kondisi cuaca ketika melakukan pekerjaan pembuangan
- Melakukan pemeliharaan di lokasi timbunan (perapihan timbunan, akses keluar masuk
aman untuk dilalui kendaraan)

Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah alat berat Excavator dan dump truck.

2.3.2 Timbunan Tanah Pilihan

Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan, pengangkutan dan penghamparan pemadatan


tanah atau bahan butiran yang disetujui untuk bahan timbunan tanah pilihan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan ini yaitu :

 Kontraktor harus menyerahkan gambar detail penampang melintang dan


memanjang yang menunjukan elevasi tanah asli dan elevesi rencana sebelum
pelaksanaan timbunan manual dilaksanakan.
 Tanah timbunan yang dipakai harus sudah mendapat persetujuan dari pengawas
dan direksi
 Tanah timbunan dibentuk dan dirapikan sesuai perintah Direksi.
 Dimensi dan elevasi Timbunan sesuai dengan gambar rencana atau menurut
Direksi.
 Peralatan

 Peralatan yang digunakan adalah alat berat Excavator, Dump Truck,


Vibro Roller dan alat bantu lainnya.

 Bahan

 Bahan yang digunakan adalah tanah yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan untuk dijadikan timbunan tanah pilihan.
2.3.3 Beton K225

Pekerjaan cor beton K-225 mencakup pekerjaan pengadaan, pencampuran dan pemasangan.
Cor beton dibuat dengan perbandingan campuran material Proporsi bahan dan berat
penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metode yang disyaratkan dalam PBI dan
sesuai dengan dengan proporsi takaran campuran mutu beton K-225. Setelah mendapat
persetujuan direksi, kontraktor bersama dengan pengawas melakukan job mix/mix design di
lab independen yang akan dipakai sebagai dasar komposisi pencampuran beton tersebut.
Pada saat pengecoran kontraktor diharuskan melakukan tes slump untuk mengetahui
keenceran beton sesui standar yang sudah ditetapkan. Pada saat periode tertentu kontraktor
harus membuat kubus/silinder beton yang akan dites di lab beton Independent pada periode
umur tertentu yang sudah detetapkan oleh direksi dan nantinya akan dituangkan ke dalam
laporan .

Pelaksanaan pengecoran harus dilaksanakan secara bertahap, pengecoran pondasi bangunan


terlebih dulu dilakukan setelah pondasi cor sudah kering dilanjutkan dengan pengecoran
dinding baik dinding tegak atau miring.
Pengajuan Kesiapan Kerja

Gambar detail/ request yang telah disetujui oleh Direksi untuk dikerjakan. Kontraktor
harus menyerahkan daftar dan jumlah bahan serta peralatan yang digunakan untuk
melakukan pekerjaan cor beton. Penyedia Jasa harus menyerahkan contoh jenis material
yang dipakai untuk pekerjaan cor beton K-225 kepada Direksi Pekerjaan , sebelum
melaksanakan pekerjaan. Selanjutnya kontaktor bersama – sama dengan pengawas
membuat job mix ke lab independent sehingga memperoleh komposisi campuran dengan
material yang akan digunakan dilokasi kerja sesuai dengan karakteristik mutu beton K-
225 yang telah disepakati.
Bahan
Beton harus terdiri atas campuran semen, pasir cor (pasir palu), batu koral, air dan
bahan tambahan (admixture) bila diperlukan sesuai kebutuhan. Beton harus
mempunyai kuat tekan sebesar yang disyaratkan (K-225).

a) Semen
Semen harus disediakan oleh kontraktor dari hasil produksi pabrik yang disetujui oleh
Direksi.Semen harus terbungkus dalam kantong-kantong yang cukup kuat untuk tahan
penanganan kasar. Segera setelah diterimanya di lapangan kerja, semen akan disimpan
dalam penyimpanan yang kering, tahan air dan diberikan ventilasi yang memadai ,
dengan pencegahan penyerapan kelembaban yang cukup. Cara penanganan dan
penyimpanan semen oleh kontraktor harus sesuai dengan persetujuan Direksi.

b) Batu Koral
Batu koral harus berkualitas baik, bersih, keras, padat, tidak tercampur batuan besar
dan bebas dari lempung, lanau, akar, cabang-cabang pohon, material organik, dan
kotoran-kotoran lain yang menurunkan kekuatan beton.

c) Pasir
Pasir harus berkualitas baik dengan diameter maksimum 2.00 mm. Pasir harus
bersih, keras, padat, tidak tercampur batu pecah dan harus bebas dari banyak kotoran
lempung, lanau dan bahan kimia lain yang dapat mempengaruhi kekuatan beton.
a) Air Pencampur
Air yang digunakan pada pencampuran beton dan mortar hendaknya bersih dan
bebas dari kotoran, tidak mengandung endapan lumpur, zat-zat organik, alkali,
garam atau tidak mengandung bahan-bahan yang dapat mempengaruhi daya lekat
beton, seperti miyak dan lemak.
Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan cor beton bertulang antara lain Concrete
Mixer, vibrator concrete dan alat bantu lainnya.

Campuran Beton
Beton harus terbuat dari semen, pasir, kerikil, air dengan mutu K-225 dan bila
diperlukan bahan tambahan yang disetujui, semua dicampur sampai merata dengan
mollen sehingga diperoleh hasil yang memuaskan. Sebelum mulai penyelidikan
campuran beton, Kontraktor harus menyiapkan dan mengajukan rencana kepada
Direksi untuk persetujuan rencana test beton, material yang dipakai, klasifikasi (mutu)
beton, macam-macam campuran beton, dan prosedur test harus diikutkan/dilampirkan.
Perbandingan campuran dapat berdasarkan isi takaran sama dengan satu zak semen dalam
keadaan kering. Kontraktor harus membuat takaran yang sama ukuran-ukurannya dan
harus mendapat persetujuan dari Direksi.Sebelum dilakukan pengecoran, besi beton harus
diberi beton tahu dengan ukuran yang ditentukan sesuai selimut beton pada gambar
rencana dan atau sesuai petunjuk Direksi agar besi tulangan dapat menyatu dengan beton

Pengecoran
Pengecoran beton tidak boleh dimulai sebelum semua penulangan, dan pemasangan
sambungan dimasukkan pada acuan, diperiksa serta disetujui oleh Direksi. Pengecoran
beton tanpa sepengetahuan dan persetujuan Direksi akan diminta untuk dikeluarkan dan
dibongkar atas biaya kontraktor. Kecuali atas ijin Direksi, tidak boleh ada beton yang di
cor pada waktu hujan dan tidak boleh di cor pada aliran air. Adukan beton harus
secepatnya dibawa ke tempat pengecoran dengan menggunakan cara (metode) yang
sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan agregat dan
tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan-bahan lain dari luar. Pengecoran dilakukan
secara terus menerus (kontinu/tanpa berhenti).
Adukan Beton yang sudah dicorkan pada tempat yang sudah ditentukan harus dipadatkan
dengan mesin pemadat (Vibrator Concrete) atau alat pemadat lainnya sesuai pemadatan
beton yang disetujui oleh direksi. Beton dianggap padat apabila gelembung udara dalam
campuran beton berkurang sesuai standar beton.
Pemadatan adukan beton menggunakan alat pemadat tidak diijinkan mengenai bekisting
dan besi tulangan terlalu lama, karena dapat mengurangi kualitas dan mutu beton.

Test Beton
Cara yang dipakai pada testing dari contoh beton, pembuatan, perawatan, baik
di lapangan atau di laboratorium harus mengikuti dengan standar yang berlaku,
seperti PBI 1971, ASTM C 172, ASTM C 31, ASTM C 192, ASTM C 39.

Periode Testing
Sebelum pembuatan kubus/silinder beton terlebih dahulu dilakukan uji slump tes yang
sesuai dengan standar yang berlaku. Test pada umur 7 hari dan 28 hari harus dibuat
pada kubus/ silinder beton berukuran (15 x 15 x 15 cm ) untuk setiap campuran, dengan
korelasi kekuatan antara 7 hari dan 28 hari harus dibuat di laboratorium.

Jumlah Test Kubus/ Silinder Beton


Jumlah test dibuat berdasarkan kondisi yang bervariasi sebagai berikut : (diameter 10
cm, tinggi 30 cm).

Minimum Test Tekan


Uraian jumlah benda
uji
7 hari 14 hari 28 hari

Sampai selesai dari setiap


macam campuran
9 3 3 3

Untuk setiap 100 m3 atau


setiap periode pengecoran
beton 3 3 3 3
Toleransi-toleransi

1. Toleransi pada beton cetakan kasar.

o Toleransi terhadap posisi untuk masing-masing bagian konstruksi adalah 1 cm.


o Toleransi terhadap ukuran masing-masing bagian konstruksi adalah -0,3 dan +0,5
cm.

2. Toleransi pada beton cetakan halus.

o Toleransi terhadap posisi untuk masing-masing bagian konstruksi adalah 0,6 cm.
o Toleransi terhadap ukuran masing-masing bagian konstruksi adalah -0,2 dan +0,4
cm.
o Toleransi posisi vertikal : 2 mm/m’.
o Toleransi posisi horizontal : 1 mm/m’.

2.3.4 Bekisting

Pekerjaan ini mencakup semua hal yang berhubungan dengan pekerjaan bekisting. Hal- hal yang
harus diperhatikan dalam pekerjaan ini antara lain :

 Bekisting harus dapat dipakai dimanapun dibutuhkan atau bagian yang


ditunjukkan oleh Direksi untuk pembatas dan pembentuk beton agar letaknya
sesuai dengan yang dibutuhkan.
 Bekisting harus terbuat dari bahan multiplek, dalam kondisi baik yang mempunyai
kekuatan cukup dan kaku untuk memikul beton dan menahan lenturan dari kondisi
rata, dan harus dilindungi permukaannya menurut kebutuhan pelaksanaan.
 Kontraktor harus mengajukan gambar rencana bekisting dan mendapat
persetujuan Direksi sebelum pembuatan bekisting dilakukan.
 Bekisting harus dipasang pada pertemuan dari permukaan beton yang mendatar,
tegak dan pertemuan antara kedua permukaan harus rata.
 Sebelum pengecoran beton, semua bekisting harus kaku, kedap dan sesuai pada
tempatnya serta harus dibersihkan dari semua kayu potongan, serbuk gergaji,
gumpalan mortar kering, benda asing dan genangan air harus dibuang dari antara
bekisting.

Kontraktor harus menyerahkan daftar tenaga kerja dan peralatan minimal yang akan
digunakan untuk pekerjaan bekisting.

Pemasangan dan Persiapan

 Bekisting harus dipasang pada pertemuan dari permukaan beton yang mendatar,
tegak dan pertemuan antara kedua permukaan harus rata.
 Sebelum pengecoran beton, semua bekisting harus kaku, kedap dan sesuai pada
tempatnya serta harus dibersihkan dari semua kayu potongan, serbuk gergaji,
gumpalan mortar kering, benda asing dan genangan air harus dibuang dari antara
bekisting. Bekisting harus berpermukaan baik dengan dilapisi minyak bekisting
(form oil) atau yang sejenis dan disetujui oleh Direksi. Minyak harus diberikan
sebelum penulangan diletakkan.
 Bekisting yang dipakai lebih dari sekali harus dipelihara diperbaiki kondisinya dan
harus dibersihkan sebelum dipakai kembali. Bekisting untuk permukaan bagian luar
(exterior) pada dinding harus tetap bersih.

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu kayu bekisting, multiplek, dan minyak bekisting

Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah paku, palu dan alat bantu lainnya.
2.3.5 Pembesian

Semua penulangan harus diprofilkan (deformed), produksi dalam negeri menurut


dengan standar Indonesia atau sejenis dengan U 24.

Kecuali tertera pada gambar atau ditentukan Direksi, hook, bengkokan, pengelasan
selimut beton dan detail lainnya dari penulangan harus menurut pada PBI-71.

Pengajuan Kesiapan Kerja

Kontraktor harus menyerahkan pengajuan kesiapan pekerjaan kepada Direksi sebelum


dimulainya pekerjaan, yaitu :

 Gambar detail penulangan bangunan yang akan dilaksanakan.


 Daftar personil/tenaga kerja dan perlatan minimal yang digunakan untuk melakukan
pekerjaan penulangan.

Bahan

Menggunakan besi beton dan kawat beton yang dimensi dan ukuran disesuaikan dengan
gambar atau menurut perintah Direksi.

Peralatan

Peralatan yang digunakan antara lain kunci pembengkok, gunting pemotong dan alat
bantu lainnya.
Pembengkokkan Tulangan

Pembengkokan baja tulangan harus dilakukan secara hati-hati dan teliti, serta tepat pada
ukuran posisi dan lokasi pembengkokan sesuai dengan gambar kerja dan tidak
menyimpang dari SKSNI T – 15 – 1991 – 03. Pembengkokan dilakukan oleh tenaga yang
ahli, dengan menggunakan alat-alat sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkankeretakan, cacat- cacat, patahan dan sebagainya. Kontraktor harus membuat
daftar pemotongan dan pembengkokan baja tulangan yang sebelumnya harus diserahkan
kepada direksi untuk mendapat persetujuan.

Penempatan Tulangan

 Tulangan harus ditempatkaan seperti terlihat pada gambar atau dimana ditentukan
oleh Direksi.
 Spasi harus ditempatkan seperti terlihat pada gambar. Atas dasar persetujuan
Direksi, Kontraktor dapat mengubah tempat jarak dan mungkin spasi tulangan
ditambah ditempat lain dari yang terlihat pada gambar. Dipindahkannya spasi atau
ditambahkannya spasi dengan persetujuan Direksi, akan termasuk perhitungan
volume pembayaran penulangan.
 Penempatan tulangan harus rata dan sesuai pada standar tulangan. Penulangan
akan diperiksa untuk menyesuaikan dengan kebutuhan ukuran, bentuk, panjang,
spasi, letak dan jumlah yang dipasang.
 Sebelum penulangan disambungkan pada beton, permukaan tulangan dan permukaan
beberapa penyangga tulangan harus bersih dari karat berat, kotoran, lemak atau
bahan asing yang menurut pendapat Direksi dapat mengganggu kekuatan beton.

2.3.6 Cerucuk Galam d=12 cm, p=3.75 m

Pekerjaan ini adalah untuk pekerjaan pondasi. Pekerjaan pondasi juga harus
memperhatikan kondisi tanah. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan ini yaitu
:

- Bahan yang digunakan adalah bahan dengan mutu terbaik.


- Dihindarkan adanya cacat berupa pecah-pecah, mata kayu, melintang basah dan
lapuk.
- Penimbunan cerucuk ditempat pekerjaan sebelum pemasangan harus diletakkan
ditempat / ruangan yang kering dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena
cuaca langsung dan harus dilindungi dari kerusakan.
- Semua cerucuk yang dipakai / dipasang harus mendapat persetujuan Direksi, jika
ada yang tidak memenuhi syarat maka penyedia jasa harus mengganti atas
tanggung jawabnya.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah kayu galam d=12.00 m, p=3.75 m.

Peralatan

Peralatan yang digunakan diantaranya tripod dan hammer 0.5 Ton.

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu cerucuk kayu galam d=12.00 m, L=3.75 m.

2.3.7 Beton b0

Beton harus diperoleh dari campuran antara semen, pasir cor (Pasir Palu), batu koral, air
dan jika perlu ditambah additive atas persetujuan Direksi. Semua material tersebut
dicampur dengan baik dengan perbandingan tertentu, menggunakan alat penyampur
yang disetujui Direksi, dibawa kelokasi pengecoran. Sebelum melaksanakan pengecoran
kontraktor harus mengajukan jenis material yg akan dipakai sebagai bahan
pencampuran beton. Setelah mendapat persetujuan direksi, kontraktor bersama dengan
pengawas melakukan job mix/mix design di lab independen yang akan dipakai sebagai
dasar komposisi pencampuran beton tersebut.

 Perbandingan Campuran dan Klasifikasi Beton


Perbandingan campuran bahan beton akan ditentukan oleh Direksi untuk
memperoleh beton yang tahan lama, ekonomis, mudah dikerjakan, kedap air,
padat dan mempunyai kekuatan yang sepadan dengan umur dan tingkat
pembebanan. Tidak ada tambahan biaya atau kompensasi kepada Kontraktor jika
perbandingan campuran dirubah oleh Direksi untuk maksud design atau
berdasarkan kondisi lapangan/tempat kerja.
Kelas-kelas atau tipe-tipe beton yang dipergunakan dalam pekerjaan dan batas dari
bahan pokok tiap kelas harus mengikuti data pendekatan berdasarkan pengalaman
terhadap komposisi masing-masing kelas.
Perkiraan kadar semen tidak pasti dan mungkin berubah. Tidak ada tambahan biaya atau
kompensasi kepada Kontraktor jika kadar semen berubah menjadi lebih besar dari nilai
yang tercantum dalam tabel tersebut.
Kuat tekan rencana beton akan ditunjukkan dalam Gambar. Untuk menentukan kuat
tekan rata-rata minimum akan digunakan rumus sebagai berikut :

f’c

fav = ----------------

1 – 0,883 V

dimana : fav = kuat tekan rata-rata minimum yang diperlukan

f’c = kuat tekan rencana

V = koefisien variasi sampai angka decimal

1) Kadar Air dan Slump


Jumlah air untuk campuran beton yang dipakai adalah jumlah air minimum.
Pengujian slump harus dilakukan oleh Kontraktor dibawah pengawasan Direksi. Jumlah
dan frekuensi pengujian akan ditentukan oleh Direksi dengan mempertimbangkan jenis
struktur dan volume beton yang dibuat.

Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan beton B0 antara lain Concrete Mixer, ember,
kotak adukan, vibrator concrete dan alat bantu lainnya.

2.3.8 Pembentukan Tubuh Embung

Pembentukan Tubuh Embung dikerjakan untuk perapian baik dengan menggunakan alat
(mengunakan excavator) dan secara manual (untuk area yang tidak terjangkau excavator)
agar struktur beton dapat terbentuk secara rapi.

Peralatan

Peralatan yang digunakan yaitu excavator.

2.3.9 Water

Pekerjaan water stop dikerjakan untuk mencegah rembesan atau kebocoran pada tubuh
embung. Water stop yang digunakan adalah water stop yang telah mendapat persetujuan
dari Direksi.

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu water stop, L=250 mm.


Peralatan

Peralatan yang digunakan yaitu alat bantu.

2.3.10 Pengadaan Mini Pile 20 x 20

Pekerjaan pengadaan minipile 20x20 dikerjakan untuk memperkuat struktur tubuh embung.
Sebelum pengadaan minipile 20x20 dilakukan, Kontraktor memberikan spek minipile
20x20 sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan Direksi Pekerjaan.

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu Minipile 20x20.

2.3.11 Pemancangan Mini Pile 20 x 20

Pekerjaan pemancangan minipile 20x20 dikerjakan untuk memperkuat struktur tubuh


embung. Sebelum pemancangan minipile 20x20 dilakukan, Kontraktor menyerahkan titik-
titik pondasi yang akan dipancang. Pemancangan dilakukan secara mekanis menggunakan
mesin drop hammer. Saat melakukan pemancangan juga dilakukan kalendering
(pengukuran) untuk mengetahui penurunan tiang pancang.

Peralatan

Peralatan yang digunakan yaitu drop hammer, tripot dan alat bantu.
2.3.12 Dewatering

Pekerjaan dewatering dikerjakan untuk membuang air di kolam bila sewaktu-waktu turun
hujan, agar tidak mengganggu/menghambat proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Dewatering dilakukan dengan menggunakan pompa dan memasangnya di titik yang telah
ditentukan.

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu solar, oli.

Peralatan

Peralatan yang digunakan yaitu pompa air dan alat bantu lainnya.
2.4.

Anda mungkin juga menyukai