DENGAN DM
OLEH :
FENERIA J NUA
NPM : 61190008
FAKULTAS PERTANIAN
KAMPUS ATAMBUA
PRODI KEPERAWATAN
2021
1
DAFTAR ISI
BAB I pendahuluan
1.1 latar belakang…………………………………………………………...3
1.2 tujuan………………………………………………………………………..3
BAB II
1. definisi…………………………………………………………...……….4
2. etiologi…………………………………………………………..…..……4
3. klasifikasi…………………………………………………………………4
4. patofisiologi……………………………………………………………….5
5. manifestasu klinis…………………………………………………………5
6. pemeriksaan diagnostik………………………………………………...…6
7. pengaruh DM pada kehamilan……………………………………………6
8. penatalaksanaan……………………………………………………..……7
9. komplikasi……………………………………………………………..…8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian……………………………………………………...………..14
2. Diagnosa…………………………………………………………………16
3. Intervensi…………………………………………………………......….17
4. Implementasi………………………………………………………….…24
5. Evaluasi……………………………………………………………….…24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..……25
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Definisi
Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional,
merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang hamil. Gejala utama dari
kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit diabetes yang lain yaitu
sering buang air kecil (polyuri), selalu merasa haus (polydipsi), dan sering merasa lapar
(polyfagi). Cuma yang membedakan adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil. Sayangnya
penemuan kasus kasus diabetes gestasional sebagian besar karena kebetulan sebab pasien
tidak akan merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya selain kehamilan, dan gejala sering
kencing dan banyak makan juga biasa terjadi pada kehamilan normal.
1.2 Etiologi
Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau
absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya
glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan
menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga
dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan
persalinan.
1.3 Klasifikasi
Pada Diabetes Mellitus Gestasional, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil
4
darah perifer, 90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam
kategori DM Gestasional (Tipe II).
1.4 Patofisiologi
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan
di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi
dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi
abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga
hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya).
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka perlu
dilakukan induksi pada minggu ke 36 – 38 untuk mencegah terjadinya komplikasi saat
persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis
kebidanan dan dokter spesialis penyakit dalam.
Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan kembali normal, apabila tidak, maka
perlu dilanjutkan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu. Pada kehamilan
normal terjadi banyak perubahan pada pertumbuhan dan perkembangan fetus secara optimal.
Pada kehamilan normal kadar glukosa darah ibu lebih rendah secara bermakna. Hal ini
disebabkan oleh :
1. Pengambilan glukosa sirkulasi meningkat
2. Produksi glukosa dari hati menurun
3. Produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis ) menurun.
4. Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. Efek-efek hormon gestasional (kortisol, human plasenta lactogen, estrogen, dll)
6. Perubahan metabolism lemak dan asam amino
1.5 Manifestasi Klinis
5
1. Penurunan berat badan
2. Kesemutan, gatal
3. Pandangan kabur
4. Pruritus vulvae pada wanita
5. Lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein,
karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan
makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien
dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
6
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria. Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
1. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk
menegakkan diagnosis
2. Nilai (+) sampai (++++)
3. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-
obatan, dan lainnya
4. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg%
5. Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 – 400 mg%
6. Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400 mg%
7. Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
8. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.
7
5. Pengaruh DM terhadap bayi
1. Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu
2. Janin besar ( makrosomia )
3. Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa
1.8 Penatalaksanaan
1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik,
diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J
(jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %,
protein 20 %.
Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
NO Tipe Diet Indikasi Diet
1. Diet A Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
2. Diet B Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
1. Kurang tahan lapan dengan dietnya.
2. Mempunyai hyperkolestonemia.
3. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami
cerobrovaskuler accident (cva) penyakit jantung koroner.
4. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati
diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
5. Telah menderita diabetes dari 15 tahun
3. Diet B1 Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu
penderita diabetes terutama yang :
1. Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
2. Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
3. Masih muda perlu pertumbuhan.
8
4. Mengalami patah tulang.
5. Hamil dan menyusui.
6. Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
7. Menderita tuberkulosis paru.
8. Menderita penyakit graves (morbus basedou).
9. Menderita selulitis.
10. Dalam keadaan pasca bedah. Indikasi tersebut di atas selama tidak ada
kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.
4. Diet B1 Diet B2 (Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang
dan B2 klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt).
Sifat-sifat diet B2
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein
kurang.
2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan
20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
3. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori /
hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Sifat diet B3
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40
gram/hari.
3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan
2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
4. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
5. Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita diabetes mellitus
dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap
hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk
melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud
untuk menurunkan BB. Penyuluhan kesehatan, untuk meningkatkan
pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara
dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui
media-media cetak dan elektronik.
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama
didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih
dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin mendadak.
Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan
infeksi dengan baik.
3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa.
4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB
ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
9
5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal
atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di
bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika
mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal
12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang
digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal
dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap insulin
endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier)
sehingga dapat mempengaruhi janin.
Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya
yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaan klinis ibu dan janin,
terutama tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula
darah ibu, pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan).
10
Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi
fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin. Pada tingkat Puskesmas dilakukan
pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut
jantung janin. Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap insulin
meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin
plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis
11
yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah
atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia
dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu
ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl.
Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial.
Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari berikutnya cadangan hidrat arang
berkurang dan kebutuhan terhadap insulin berkurang yang mengakibatkan mudah mengalami
hipoglikemia bila diet tidak disesuaikan atau dosis insulin tidak dikurangi. Pemberian insulin
yang kurang hati-hati dapat menjadi bahaya besar karena reaksi hipoglikemik dapat disalah
tafsirkan sebagai koma diabetikum. Dosis insulin perlu dikurangi selama wanita dalam
persalinan dan nifas dini. Dianjurkan pula supaya dalam masa persalinan diberi infus glukosa
dan insulin pada hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi insulin secara infus intravena
dengan kecepatan 2-4 satuan/jam untuk mengatasi komplikasi yang berbahaya.
Penanggulangan Obstetri pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi
dengan diit saja dan tidak mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat diharapkan partus
spontan sampai kehamilan 40 minggu. lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan
karena prognosis menjadi lebih buruk. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan
pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37
minggu. Lebih-lebih bila kehamilan disertai komplikasi, maka dipertimbangkan untuk
menghindari kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan
terlebih dahulu melakukan amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus pervaginam, baik yang
tanpa atau dengan induksi, keadaan janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan pencatatan
denyut jantung janin terus – menerus.
Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil meliputi manajemen diet, menjaga berat
badan ibu tetap ideal, terapi insulin untuk menormalkan kontrol glikemik dan olah raga.
3. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk memperbaiki
sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olahraga juga dapat
membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal ketika
dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.
1.9 Komplikasi
A. Komplikasi pada Ibu
1. Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
2. Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin
3. Infeksi saluran kemih
4. Preeklampsi
5. Hidramnion
6. Retinopati
7. Trauma persalinan akibat bayi besar
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Pengkajian
Menurut (Santosa, Budi. 2008)
1. Identitas klien, meliputi : Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis
kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
2. Keluhan utama
a. Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak
kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
b. Kondisi hipoglikemi Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa
lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,
patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang
disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi,
anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri
perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan
orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
4. Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan
insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid,
furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen.
5. Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat anggota keluarga yang
menderita DM
6. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas dan Istirahat
14
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat dan tidur. Tanda: takikardia dan takipnea pada
keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi, disorientasi, koma
b. Sirkulasi Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut,
klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan
yang lama. Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun,
disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas ego Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi. Tanda : ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare. Tanda : urine
encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare.
e. Makanan dan cairan Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak
mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan
berat badan, haus, penggunaan diuretik. Tanda: kulit kering bersisik, turgor
jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau
aseton
f. Neurosensori Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parastesia, gangguan penglihatan. Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi,
stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon menurun, kejang.
g. Kardiovaskuler Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD
postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
h. Pernapasan Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum. Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i. Seksualitas Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita
j. Gastro intestinal Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,
anseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
k. Muskulo skeletal Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada
kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
l. Integumen Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulku
15
2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
16
3. Intervensi keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
Kriteria evaluasi :
Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak
lebih dari 140 mg/dl.
1 Timbang berat badan setiap kunjungan Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk
prenatal. untuk memutuskan penyesuaian kebutuhan
kalori.
2 Kaji masukan kalori dan pola makan Membantu dalam mengevaluasi pemahaman
dalam 24 jam. pasien tentang aturan diet.
3 Tinjau ulang dan berikan informasi Kebutuhan metabolisme dari janin dan ibu
mengenai perubahan yang diperlukan membutuhkan perubahan besar selama gestasi
pada penatalaksanaan diabetic. memerlukan pemantauan ketat dan adaptasi
4 Tinjau ulang tentang pentingnya Makan sedikit dan sering menghindari
makanan yang teratur bila memakai hiperglikemia , sesudah makan dan kelaparan.
insulin.
5 Perhatikan adanya mual dan muntah Mual dan muntah dapat mengakibatkan
khususnya pada trimester pertama. defisiensi karbohidrat yang dapat
mengakibatkan metabolisme lemak dan
terjadinya ketosis.
6 Kaji pemahaman stress pada diabetic. Stress dapat mengakibatkan peningkatan kadar
glukosa, menciptakan fluktuasi kebutuhan
insulin.
7 Ajarkan pasien tentang metode finger Kebutuhan insulin dapat dinilai berdasarkan
stick untuk memantau glukosa sendiri. temuan glukosa darah serum secara periodic
8 Tinjau ulang dan diskusikan tanda Hipoglikemia dapat terjadi secara cepat dan
gejala serta kepentingan hipo atau berat pada trimester pertama karena peningkatan
hiperglikemia. penggunaan glukosa dan glikogen oleh ibu dan
perkembangan janin. Hiperglikemia berefek
17
terjadinya hidramnion.
9 Instruksikan untuk mengatasi Pengguanaan jumlah besar karbohidrat
hipoglikemia asimtomatik. sederhana untuk mengatasi hipoglikemi
menyebabkan nilai glukosa darah meningkat.
10 Anjurkan pemantauan keton urine. Ketidakcukupan masukan kalori ditunjukkan
dengan ketonuria, menandakan kebutuhan
terhadap peningkatan karbohidrat.
Mandiri
2. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal,
perubahan pada sirkulasi.
Kriteria evaluasi :
Menunjukan reaksi Non stress test dan Oxytocin Challenge Test negative atau Construction
Stress Test secara normal.
Kolaborasi
19
3. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan perubahan kontrol
diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon
imun.
Kriteria evaluasi :
Tetap normotensif.
Mempertahankan normoglikemia.
Bebas dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan plasenta.
20
kunjungan.
Dapatkan urinalisa dan kultur urin, Membantu mencegah atau mengatasi pielonefritis.
11 kultur rabas vagina, berikan Monilial vulvovaginitis dapat menyebabkan
antibiotika sesuai indikasi. sariawan oral pada bayi baru lahir.
Kumpulkan spesimen untuk ekskresi Kemajuan perubahan vaskuler dapat merusak fungsi
protein total, klirens kreatinin ginjal dengan diabetes jangka panjang atau berat.
12
nitrogen urea darah dan kadar asam
urat.
Jadwalkan pemeriksaan oftalmologi Latar belakang retinopati dapat berlanjut selama
selama trimester pertama, trimester kehamilan karena keterlibatan vaskuler berat.
13 kedua dan ketiga bila berada dalam Terapi koagulasi laser dapat memperbaiki dan
diabetes klasifikasi kelas D atau menurunkan fibrosis optik.
diatasnya.
Siapkan untuk ultrasonografi pada Mengetahui adanya tanda makrosomia dan
gestesi ke-8, 12, 26, 36 dan 38 untuk diproporsi cephalopelvis.
menentukan ukuran janin dengan
14
menggunakan diameter biparietal,
panjang femur dan perkiraan berat
badan janin.
Mulai terapi intra vena dengan Glukagon adalah substansi alamiah yang bekerja
dekstrose 5%, berikan glukogon sub pada glikogen hepar dan mengubahnya menjadi
15
cutan bila dirawat di rumah sakit glukosa yang memperbaiki status hipoglikemik.
dengan shock insulin dan tidak
sadar. Ikuti dengan pemberian susu
skim 8 oz bila mampu menelan
Kriteria evaluasi :
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan.
Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium dan aktivitas yang
melibatkan pengontrolan diabetes.
Mendemonstrasikan kemahiran memantau sendiri dan pemberian insulin.
No Intervensi Rasional
Mandiri Rasional: Diabetes mellitus gestasional besisiko
Kaji pengetahuan tentang proses dan terhadap ambilan glukosa yang tidak efektif
1 tindakan terhadap penyakit termasuk dalam sel, penggunaan lemak dan protein untuk
hubungan dengan diet, latihan, stres energi secara berlebihan dan dehidrasi seluler
dan kebutuhan insulin. saat air dialirkan dari sel oleh konsentrasi
hipertonik glukosa dalam serum.
21
trimester kedua dan ketiga. Meskipun insulin
tidak melewati plasenta, agen hipoglikemi oral
dapat dan potensial membahayakan janin.
Jelaskan penambahan berat badan Rasional: Pembatasan kalori dengan akibat
normal. ketonemia dapat menyebabkan kerusakan janin
dan menghambat penggunaan protein optimal.
Berikan informasi tentang kebutuhan Rasional: Latihan setelah makan dapat
program latihan ringan. membantu mencegah hipoglikemia dan
menstabilkan penyimpangan glukosa, kecuali
terjadi peningklatan glukosa berlebihan, dimana
latihan dapat meningkatkan ketoasidosis.
Berikan informasi mengenai dampak Rasional: Peningkatan pengetahuan dapat
kehamilan pada kondisi diabetes dan menurunkan rasa takut, meningkatkan kerja
harapan masa depan. sama dan membantu menurunkan komplikasi
janin.
Diskusikan mengenali tanda infeksi. Rasional: Penting untuk mencari pertolongan
medis awal untuk menghindari komplikasi.
Anjurkan mempertahankan pengkajian Rasional: Bila ditinjau ulang oleh praktisi
di rumah terhadap kadar glukosa pemberi perawatan, catatan harian dapat
serum, dosis insulin, diet dan latihan. membantu bagi evaluasi dan perubahan terapi
Bantu untuk mempelajari pemberian Rasional: Adanya gejala hipoglikemia seperti
glukosa, instruksikan untuk diaforesis, sensasi kesemutan dan palpitasi
menyertainya dengan susu 8 oz dan dengan kadar glukosa dibawah 70 mg/di
periksa ulang kadar glukosa dalam 15 memerlukan tindakan dengan segera.
menit. Penggunaan glukagon sebagai kombinasi susu
dapat meningkatkan kadar glukosa serum tanpa
resiko berbalik menjadi hiperglikemia.
5. Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan
dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi
pertumbuhan intra uterin.
Kriteria evaluasi :
22
Periksa adanya glukosa atau keton dan Rasional: Peningkatan glukosa dan kadar keton
albumin dalam urin ibu dan pantau menandakan ketoasidosis yang dapat
2
tekanan darah. mengakibatkan asidosis janin dan potensial
cedera susunan syaeaf pusat.
Observasi tanda vital. Rasional: Peningkatan infeksi asenden, dapat
3
mengakibatkan sepsis neonatal.
Anjurkan posisi rekumben lateral Rasional: Meningkatkan perfusi plasenta dan
4
selama persalinan. meningkatkan kesediaan oksigen untuk janin.
Lakukan dan bantu dengan Rasional: Persalinan yang lama dapat
5 pemeriksaan vagina untuk menentukan meningkatkan resiko distres janin.
kemajuan persalinan.
Kolaborasi
6
Tinjau hasil tes pranatal seperti profil Rasional: Memberikan informasi tentang
biofisikal, tes nonstres dan tes stres cadangan pada plasenta untuk oksigenasi janin
kontraksi. selama periode intrapartal.
Dapatkan atau tinjau ulang hasil dari Rasional: Memberikan informasi tentang
7
amniosentesis dan ultrasonografi. maturasi paru janin.
Pantai kadar glukosa serum maternal Rasional: Peningkatan kebutuhan energi,
dengan finger stick setiap jam, penurunan kadar glikogen.
8
kemudian setiap 2-4 jam sesuai
indikasi.
Observasi frekuensi denyut jantung Rasional: Tacikardi, bradikardi atau deselerasi
9 janin. lambat pada penurunan variabilitas menandakan
kemungkinan hipoksia janin.
Lakukan pemberian cairan dekstrose Rasional: Mempertahankan normoglikemia tanpa
10 5% per parenteral. pemberian glukosa sampai persalinan aktif
mulai.
Siapkan untuk induksi persalinan Rasional: Mendapatkan kelahiran dari bayi
11
dengan oksitosin atau seksio saesar. sesuai usia gestasi yang tepat.
Kriteria evaluasi :
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara
optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan
hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan
perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi
pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.
5. EVALUASI KEPERAWATAN
merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan klien dengan
tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk
mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC Jakarta: EGC.
Mansjoer, A dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc
Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Santosa, Budi. 2008. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin & Endokrin
pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sukarmin & Riyadi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin & Endokrin
pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu
25