KELOMPOK 3
A. Latar Belakang
Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak disekitar kita.
Bakteri pun berada di mana-mana. Di tempat yang paling dekat dengan kita pun juga terdapat
bakteri contohnya saja tas, buku, pakaian, dan banyak hal lainnya. Maka dari itu bakteri
merupakan penyebab penyakit yang cukup sering terjadi. Karena banyaknya manusia yang
mengabaikan penyakit tersebut karena terkadang gejala awal yang diberikan ada gelaja awal
yang biasa saja. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita masyarakat dapat mengetahui
bagaimana cara bakteri itu menginfeksi dan gejala-gejala apa yang akan dberikannya.
Banyaknya manusia yang mulai tidak begitu peduli dengan gejala awal terjangkitnya
bakteri salah satunya adalah pada saluran pencernaan. Saluran pencernaan adalah saluran yang
sangat berperan dalam tubuh. Jika saluran pencernaan terganggu akan cukup mengganggu
aktivitas tubuh saat itu. Tapi banyak masyarakat yang tidak peduli dengan penyakit yang
ditimbulkan. Misalnya saja penyakit yang dapat ditimbulkan oleh bakteri ada diare, gejala
awalnya ada kondisi perut yang tidak enak gejala awalnya cukup biasa tetapi jika terlalu
didiamkan akan membuat kondisi itu menjadi akut dan fatal. Maka dari itu, bakteri merupakan
penyebab penyakit yang cukup banyak pada saat ini.
Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecil saja
yang merupakan patogen. Patogen adalah organism atau mikroorganisme yang menyebabkan
penyakit pada organism lain. Kemampuan pathogen untuk menyebabkan penyakit disebut
dengan patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah mekanisme infeksi dan mekanisme
perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan
berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit. Sebagaimana kita ketahui
sebelumnya mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis sehingga
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat
yang memungkinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada di
dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer ( udara ) serta makanan, dan karena beberapa
hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap
dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat
menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
A. Definisi Patogenesis
Patogen adalah materi atau organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada inang
misalnya bakteri. Bakteri dapat merusak sistem pertahanan inang dimulai dari permukaan kulit,
saluran pencernaan, saluran respirasi, saluran urogenitalia. Sedangkan Patogenesis sendiri adalah
mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi merupakan invasi inang oleh
mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan
penyakit.
Kapasitas bakteri menyebabkan penyakit tergantung pada patogenitasnya. Dengan
kriteria ini, bakteri dikelompokan menjadi 3, yaitu agen penyebab penyakit, patogen
oportunistik, nonpatogen. Agen penyebab penyakit adalah bakteri patogen yang menyebabkan
suatu penyakit (Salmonella spp.). Patogen oportunistik adalah bakteri yang berkemampuan
sebagai patogen ketika mekanisme pertahanan inang diperlemah (contoh E. coli menginfeksi
saluran urin ketika sistem pertahanan inang dikompromikan (diperlemah). Nonpatogen adalah
bakteri yang tidak pernah menjadi patogen. Namun bakteri nonpatogen dapat menjadi patogen
karena kemampuan adaptasi terhadap efek mematikan terapi modern seperti kemoterapi,
imunoterapi, dan mekanisme resistensi. Bakteri tanah Serratia marcescens yang semula
nonpatogen, berubah menjadi patogen yang menyebabkan pneumonia, infeksi saluran urin, dan
bakteremia pada inang terkompromi.
Virulensi adalah ukuran patogenitas organisme. Tingkat virulensi berbanding lurus
dengan kemampuan organisme menyebabkan penyakit. Tingkat virulensi dipengaruhi oleh
jumlah bakteri, jalur masuk ke tubuh inang, mekanisme pertahanan inang, dan faktor virulensi
bakteri. Secara eksperimental virulensi diukur dengan menentukan jumlah bakteri yang
menyebabkan kematian, sakit, atau lesi dalam waktu yang ditentukan setelah introduksi.
Mikroba patogen diketahui memasuki inang melalui organ-organ tubuh antara lain :
1) Saluran pernapasan, melalui hidung dan mulut yang dapat menyebabkan penyakit saluran
pernapasan seperti salesma, pneumonia, tuberculosis.
2) Saluran pencernaan melalui mulut yang dapat menyebabkan penyakit tifus, para tifus,
disesntri, dll.
3) Kulit dan selaput lendir. Adanya luka mesekipun kecil dapat memungkinkan mikroba seperti
staphylicoccus yang menyebabkan bisul.
4) Saluran urogenital
5) Darah
Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai macam jalan,
misalnya melalui membran mukosa, kulit ataupun rute parental. Banyak bakteri dan virus
memiliki akses memasuki tubuh inang melalui membran mukosa saluran pernapasan,
gastrointestinal, saluran genitourinari, konjungtiva, serta membran penting yang
menutupi bola mata dan kelopak mata.
• Saluran pernapasan
• Kulit
Kulit sangat penting sebagai pertahanan terhadap penyakit. Kulit yang tidak mengalami
perlukaan tidak dapat dipenetrasi oleh mayoritas mikroorganisme. Beberapa
mikroorganisme memasuki tubuh melalui daerah terbuka pada kulit, folikel rambut,
maupun kantung kelenjar keringat. Mikroorganisme lain memasuki tubuh inang pada saat
berada di jaringan bawah kulit atau melalui penetrasi atau perlukaan membran mukosa.
Rute ini disebut rute parenteral. Suntikan, gigitan, potongan, luka, atau pembedahan
dapat membuka rute infeksi parenteral.
• Rongga mulut
Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni mikroorganisme. Salah satu
penyakit yang umum pada rongga mulut akibat kolonisasi mikroorganisme adalah karies
gigi. Karies gigi diawali akibat pertumbuhan Streptococcus mutans dan spesies
Streptococcus lainnya pada permukaan gigi. Hasil fermentasi metabolisme,
menghidrolisis sukrosa menjadi komponen monosakarida, fruktosa, dan glukosa. Enzim
glukosiltransferasi selanjutnya merakit glukosa menjadi dekstran. Residu fruktosa adalah
gula utama yang difermentasi menjadi asam laktat. Akumulasi bakteri dan dekstran
menempel pada permukaan gigi dan membentuk plak gigi. Populasi bakteri plak
didominasi oleh Streptococcus dan anggota Actinomyces. Karena plak sangat tidak
permeable terhadap saliva, maka asam laktat yang diproduksi oleh bakteri tidak
dilarutkan atau dinetralisasi dan secara perlahan akan melunakkan enamel gigi tepat plak
tersebut melekat.
b) Kolonisasi
Tahap pertama dari infeksi mikroba adalah kolonisasi: pembentukan patogen di portal
masuk yang tepat. Patogen biasanya menjajah jaringan inang yang berhubungan dengan
lingkungan eksternal.
c) Kepatuhan spesifik Bakteri to Cell dan Jaringan Permukaan
3) Genetik kekhususan dalam suatu spesies: strain tertentu atau ras dalam suatu spesies
secara genetik kebal terhadap pathogen.
4) Mekanisme Kepatuhan to Cell atau Jaringan Permukaan
Mekanisme untuk kepatuhan mungkin melibatkan dua langkah:
1. Nonspesifik kepatuhan : lampiran reversibel bakteri untuk eukariotik permukaan
(kadang-kadang disebut" docking.
2. Kepatuhan Tertentu: lampiran permanen reversibel mikroorganisme ke
permukaan (kadang-kadang disebut "penahan").
Faktor yang mendasari Mekanisme Patogenisitas Bakteri adalah sebagai berikut :
Invasiveness adalah kemampuan untuk menyerang jaringan. Ini meliputi mekanisme untuk
kolonisasi (kepatuhan dan multiplikasi awal), produksi zat ekstraselular yang memfasilitasi invasi
(invasins) dan kemampuan untuk memotong atau mengatasi mekanisme pertahanan inang.
Toxigenesis adalah kemampuan bakteri untuk menghasilkan racun. Bakteri dapat menghasilkan
dua jenis racun disebut exotoxins dan endotoksin.
Exotoxins adalah racun yang dilepaskan dari sel bakteri dan dapat bertindak di bagian jaringan
yang menghapus situs pertumbuhan bakteri.
Endotoksin dapat dilepaskan dari pertumbuhan sel-sel bakteri hasil dari pertahanan inang efektif
(misalnya lisozim) atau kegiatan antibiotik tertentu.
Kerentanan Inang
Kerentanan terhadap infeksi bakteri tergantung pada kondisi fisiologis dan imunologis inang dan
virulensi bakteri. Pertahanan inang terhadap infeksi bakteri adalah mekanisme nonspesifik dan
spesifik (antibodi). Mekanisme nonspesifik dilakukan oleh sel-sel neutrofil dan makrofag.
Perkembangan imunitas spesifik seperti respons antibodi memerlukan waktu beberapa minggu.
bakteri flora normal kulit dan permukaan mukosa juga memberi perlindungan terhadap kolonisasi
bakteri patogen. Pada individu sehat, bakteri flora normal yang menembus ke tubuh dapat
dimusnahkan oleh mekanisme humoral dan seluler inang. Contoh terbaik tentang kerentanan
adalah AIDS, di mana limfosit helper CD4+ secara progresif berkurang 1/10 oleh virus
imunodefisiensi (HIV). Mekanisme resistensi dipengaruhi oleh umur, defisiensi, dan genetik.
Sistem pertahanan (baik spesifik maupun nonspesifik) orang lanjut usia berkurang. Sistem imun
bayi belum berkembang, sehingga rentan terhadap infeksi bakteri patogen. Beberapa individu
memiliki kelainan genetik dalam sistem pertahanan.
Resistensi inang dapat terkompromi oleh trauma dan penyakit lain yang diderita. Individu menjadi
rentan terhadap infeksi oleh berbagai bakteri jika kulit atau mukosa melonggar atau rusak (terluka).
Abnormalitas fungsi silia sel pernafasan mempermudah infeksi Pseudomonas aeruginosa galur
mukoid. Prosedur medis seperti kateterisasi dan intubasi trakeal menyebabkan bakteri normal flora
dapat masuk ke dalam tubuh melalui plastik. Oleh karena
itu, prosedur pengantian plastik kateter rutin dilakukan setiap beberapa jam (72 jam untuk kateter
intravena).
Banyak obat diproduksi dan dikembangkan untuk mengatasi infeksi bakteri. Agen antimikroba
efektif melawan infeksi bakteri jika sistem imun dan fagosit inang turut bekerja. Namun terdapat
efek samping penggunaan antibiotik, yaitu kemampuan difusi antibiotik ke organ nonsasaran
(dapat mengganggu fungsi organ tersebut), kemampuan bertahan bakteri terhadap dosis rendah
(meningkatkan resistensi), dan kapasitas beberapa organisme resisten terhadap multi-antibiotik.
Saluran pencernaan terdapat berbagai penyakit yang dapat terjadi. Salah satu
penyebabnya adalah bakteri. Begitu banyak bakteri yang dapat menjangkit saluran
pencernaan. Maka dari itu akan diperkenalkan bakteri-bakteri yang terdapat pada saluran
pencernaan.
1. Escherichia coli
a) Ciri-ciri:
• Berbentuk batang
• Memiliki pili
• Anaerobik fakultatif
• Flagella peritrikus
b) Habitat
Untuk Escherichia coli, penyakit yang sering ditimbulkan adalah diare. E. coli
sendiri diklasifikasikan berdasarkan sifat virulensinya dan setiap grup
klasifikasinya memiliki mekanisme penularan yang berbeda-beda. Contohnya
:
e) Penularan
Penularan pada bakteri ini adalah dengan kontak dengan tinja yang terinfeksi
secara langsung, seperti :
Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah
dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
Tidak mencuci tangan dengna bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan tinja yang terinfeksi, sehingga kontaminasi perabotan dan
alat-alat yang dipegang.
f) Diagnosis
2. Salmonellasp.
a) Ciri-ciri:
• Terdapat tunggal
• Tidak berkapsul
• Peritrikus
Masuk ke tubuh orang melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri
ini. Akibat yang ditimbulkan adalah peradangan pada saluran pencernaan
sampai rusaknya dinding usus. Penderita akan mengalami diare, sari makanan
yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik sehingga penderita
akan tampak lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan bakteri salmonella
menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi wanita, bahkan yang sedang
hamilpun dapat mengalami keguguran. Satwa yang bisa menularkan bakteri
salmonella ini antara lain primata, iguana, ular, dan burung.
d) Patogenesis
Menghasilkan toksin.
Pewarnaan gram
Kultur bakteri
IgM dipstick
Biomolekuler : PCR
b. Bakteri pada saluran urogenital
1. Neisseria gonorrhoeae
a) Epidemiologi
Infeksi gonore di Indonesia menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis
penyakit menular seksual. Gonore adalah penyakit yang harus dilaporkan
kedua paling sering dilaporkan di Amerika Serikat. Penderita paling banyak
dijumpai pada remaja dan dewasa muda. Hal tersebut dapat dimungkinkan
karena aktivitas seksual pada umur tersebut cukup tinggi.
b) Etiologi
c) Patogenesis
Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak seksual atau melalui
penularan vertikal pada saat melahirkan. Bakteri ini terutama mengenai epitel
kolumnar dan epitel kuboidal manusia. Patogenesis gonore terbagi menjadi 5
tahap, yakni sebagai berikut:
Fase 1 adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae menginfeksi permukaan
selaput lendir dapat ditemukan di uretra, endoserviks dan anus.
Fase 2 adalah bakteri ke microvillus sel epitel kolumnar untuk
kolonisasi selama infeksi, bakteri dibantu oleh fimbriae,
pili. Fimbriae terutama terdiri dari protein pilin oligomer yang
digunakan untuk melekatkan bakteri ke sel-sel dari permukaan selaput
lendir. Protein membran luar PII. Oppacity associated protein (OPA)
kemudian membantu bakteri mengikat dan menyerang sel inang.
Fase 3 adalah masuknya bakteri ke dalam sel kolumnar dengan proses
yang disebut endositosis di mana bakteri yang ditelan oleh membran
sel kolumnar, membentuk vakuola.
Fase 4 adalah vakuola ini kemudian dibawa ke membran basal sel
inang, dimana bakteri berkembang biak setelah dibebaskan ke dalam
jaringan subepitel dengan proses eksositosis. Peptidoglikan dan bakteri
LOS (Lipo Oligo Sakharida) dilepaskan selama infeksi. Gonococcus
dapat memiliki dan mengubah banyak jenis antigen dari Neisseria
LOS. LOS merangsang tumor necrosis factor, atau TNF, yang akan
mengakibatkan kerusakan sel.
Fase 5 reaksi inflamasi yang dihasilkan menyebabkan infiltrasi
neutrofil. Selaput lendir hancur mengakibatkan akumulasi Neisseria
gonorrhoeae dan neutrofil pada jaringan ikat subepitel. Respon imun
host memicu Neisseria gonorrhoeae untuk menghasilkan protease IgA
ekstraseluler yang menyebabkan hilangnya aktivitas antibodi dan
mempromosikan virulensi.
d) Manifestasi Klinik
a. Tes oksidase
Pada tes oksidase koloni genus Neisseria menghasilkan
indofenol oksidase sehingga memberikan hasil tes oksidase
positif. Tes oksidase dilakukan dengan cara meneteskan
reagen 1% tetrametil parafenilen diamin monohidrokhlorid
pada koloni. Jika hasil tes positif maka akan berubah
menjadi merah jambu dan makin lama semakin menghitam.
Sebaliknya hasil negatif menunjukkan warna koloni tidak
berubah atau tetap berwarna coklat. Dalam tes ini, reagen
tersebut membunuh mikroorganisme tetapi tidak merubah
morfologi dan sifat pewarnaan.
b. Tes fermentasi
A. Kesimpulan
B. Saran
Bakteri makhluk kecil yang jarang kita sadari keberadaanya. Maka jika terjangkit salah satu
penyakit dari bakteri kita jangan meremehkan gejala awal yang dialami karena umumnya gejala
awalnya sangat biasa. Karena jika diremehkan bisa saja menjadi akut. Harus mengikuti tahap-
tahap pencegahan yaitu dengan menjaga kebersihan diri.
DAFTAR PUSTAKA
Pelczar Jr, Michael J. 1988. Dasar-dasar mikrobiologi jilid 2 terjemahan. Jakarta : Universitas
Indonesia.
eprints.undip.ac.id