Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aulia Rifa Fuziyah

NIM : P27903219004

RANGKUMAN
PERAN MAHASISWA DAN HIMA DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
KORUPSI DI INDONESIA

A. Peranan Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi


Korupsi adalah kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang berdampak sangat luar biasa.
Pada dasarnya korupsi berdampak buruk pada seluruh sendi kehidupan manusia. Korupsi
merupakan salah satu faktor penyebab utama tidak tercapainya keadilan dan kemakmuran suatu
bangsa. Korupsi juga berdampak buruk pada sistem perekonomian, sistem demokrasi, sistem
politik, sistem hukum, sistem pemerintahan dan tatanan sosial masyarakat. Yang tidak kalah
penting korupsi juga dapat merendahkan martabat suatu bangsa dalam tata pergaulan
Internasional.
Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang mereka
miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda dan idealisme. Dengan kemampuan intelektual yang
tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan idealisme yang murni telah terbukti bahwa
mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa
peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah terbukti bahwa mahasiswa berperan sangat penting
sebagai agen perubahan (agent of change). Dalam konteks gerakan anti-korupsi mahasiswa juga
diharapkan dapat tampil di depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa didukung oleh
kompetensi dasar yag mereka miliki, yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan
keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut
mahasiswa diharapkan (KementerianPendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, 2013):
a. Mampu menjadi agen perubahan
b. Mampu menyuarakan kepentingan rakyat
c. Mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan
d. Mampu menjadi watch dog (anjing penjaga), lembaga-lembaga negara dan penegak
hukum.
B. Perlibatan Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi
1. Di Lingkungan Keluarga
Kegiatan sehari-hari anggota keluarga yang dapat diamati oleh mahasiswa, contohnya:
a) Menghargai kejujuran dalam kehidupan
b) Penerapan nilai-nilai religius di lingkungan terdekat, termasuk dalam aktivitas ibadah;
c) Pemberian bantuan tanpa pamrih dan atas kesadaran sendiri;
d) Berani mempertanggung jawabkan perilakunya;
e) Mempunyai komitmen tinggi termasuk mentaati aturan;
f) Berani mengatakan yang benar dan jujur.
2. Di Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi di lingkungan kampus dapat dibagi
menjadi dua wilayah, yaitu untuk wilayah individu dan wilayah kelompok mahasiswa.
Dalam wilayah individu seyogyanya mahasiswa menyadari perilakunya agar tidak
terjerembab pada praktik yang menyuburkan benih-benih korupsi. Contohnya, menitipkan
presensi kehadiran kepada teman untuk mengelabuhi dosen. Dalam wilayah kelompok,
mahasiswa dapat saling mengingatkan apa yang terjadi di sekelilingnya terkait perilaku yang
menjurus korup. Berikut ini adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan mahasiswa di
lingkungan kampus yaitu :
 Menciptakan lingkungan kampus bebas korupsi
 Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi
 Membuat kajian akademis
3. Di Masyarakat Sekitar
Mahasiswa dapat melakukan gerakan antikorupsi dan menanamkan nilai-nilai antikorupsi di
masyarakat sekitar. Mahasiswa dapat berperan sebagai pengamat di lingkungannya, mahasiswa
juga bisa berkontribusi dalam strategi perbaikan sistem yaitu memantau, melakukan kajian dan
penelitian terhadap layanan publik.
4. Di Tingkat Lokal dan Nasional
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi bertujuan mencegah terjadinya perilaku
korup dan berkembangnya budaya korupsi di tengah masyarakat. Dalam gerakan antikorupsi ini
mahasiswa dapat menjadi pemimpin (leader), baik di tingkat lokal maupun nasional serta
memiliki kesempatan untuk memberikan rekomendasi kepada pemerintah. Kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa dimulai dari lingkungan kampus yaitu dengan menyosialisasikan
nilai-nilai antikorupsi, kemudian menyosialisasikan ke luar lingkungan kampus atau perguruan
tinggi lainnya dengan dukungan BEM. Mahasiswa dapat memanfaatkan teknologi internet dan
media sosial dengan mengadakan situs opini antikorupsi atau menciptakan komunitas-komunitas
antikorupsi di dunia maya.
C. Peran Organisasi Mahasiswa dalam Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan mahasiswa dan lembaga mahasiswa dalam
upayanya memerangi korupsi, baik melalui cara-cara yang reformatif dan cara-cara yang lebih
radikal, yaitu:
1) Mahasiswa harus sadar akan fungsinya sebagai social control, agent of change, iron
stock, guardian of value, dan moral force. Pengenalan dan penanaman fungsi mahasiswa
ini dapat ditanamkan mulai ketika mahasiswa tersebut masuk ke dunia perkuliahan
melalui masa orientasi mahasiswa, yang seharusnya bersifat lebih substansial dan tidak
hanya bersifat seremonial. Penanaman hal-hal normatif seperti inilah yang akan menjadi
akar dan pondasi yang kuat bagi mahasiswa baru untuk memiliki budaya anti korupsi.
Setelah memahami fungsinya, mahasiswa diharapkan akan memiliki suatu idealism boom
atau ledakan idealisme dalam dirinya sehingga dapat mengaplikasikan nilai-nilai tersebut
secara lebih konkrit.
2) Mahasiswa harus menyadari bahwa mereka adalah stakeholder terbesar dalam kehidupan
kampus. Dengan sadarnya mahasiswa akan hal tersebut mereka harus diarahkan untuk
tidak tunduk diam terhadap berbagai penindasan dan ketidakadilan yang ada, dimulai dari
lingkungan kampus. Mahasiswa harus diarahkan agar berani mengkritisi jikalau ada
kebijakan kampus yang dianggap merugikan. Mahasiswa harus menuntut pejabat kampus
untuk melakukan transparansi keuangan kampus, berani melakukan analisis terhadapnya
dan melakukan kajian terhadap hal tersebut. Hal ini menjadikan mahasiswa bersikap
antipati terhadap perilaku korupsi.
3) Mahasiswa harus sadar akan isu sosial-politik-ekonomi yang terjadi pada tingkat
nasional. Edukasi dan pengkajian terhadap hal ini menjadikan mahasiswa dapat
memandang lebih jauh dan visioner terhadap realita yang terjadi di luar lingkungan
kampus yaitu pada bangsanya sendiri yang di mana mahasiswa diharapkan menjadi
semacam pahlawan bagi mereka, baik melalui perlawanan langsung seperti advokasi dan
aksi ataupun secara tidak langsung dengan edukasi.
D. Peran HIMA dalam Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Dalam upaya transformasinya untuk terbebas dari budaya korupsi, HIMA harus memiliki tata
kelola yang baik terlebih dahulu dengan menekankan prinsip transparansi, akuntabilitas,
independensi, serta kesetaraan dan kewajaran.
HIMA harus memiliki keterbukaan informasi baik dalam pengambilan keputusan,
penggunaan anggaran organisasi, dan sebagainya, dengan adanya transparansi tersebut organisasi
akan terhindar dari benturan kepentingan yang merupakan bibit budaya korupsi. HIMA juga
harus memiliki kejelasan fungsi, struktur, sistem serta pertanggungjawaban, sehingga organisasi
akan bersifat akuntabel.
Selain itu, HIMA bersifat independen dan dikelola secara profesional tanpa tekanan dari
pihak manapun termasuk pihak kampus seperti rektorat. Organisasi harus dapat bergerak atas
kemauan dan definisi kebaikannya sendiri menurut mahasiswa, bukan menurut pihak kampus.
Kemudian organisasi juga harus berlaku secara setara dan wajar atau adil dalam memenuhi hak-
hak stakeholder organisasi tersebut termasuk terhadap pengurus, anggota, dan masyarakat yang
dipimpin organisasi tersebut.
HIMA dapat berperan nyata melalui edukasi dan kampanye, yang merupakan salah satu
strategi pemberantasan korupsi yang sifatnya represif.
Prinsip-prinsip antikorupsi harus mulai diterapkan oleh mahasiswa dalam progam-program
kegiatan HIMA, misalnya:

 Dengan membuat kegiatan kemahasiswaan dengan mengindahkan aturan yang


berlaku di kampus dan dijalankan sesuai dengan aturan (setiap kegiatan ada
laporannya dan dilakukan evaluasi). Dengan demikian, integritas atau kesesuaian
antara aturan dengan pelaksanaan kerja pada diri mahasiswa dapat semakin
ditingkatkan
 Mengelola keuangan dan memberikan laporan keuangan yang jelas. Demikian pula,
ketua HIMA dan anggota harus peduli dan melakukan kontrol terhadap kinerja
bendahara
 Ketua pelaksana HIMA membuat kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan
efektivitas kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai