Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MANDIRI 3

IRIGASI DAN DRAINASE

Nama : Irvan Mahmudi


NIM : 195040200113012
Kelas : A psdku Kediri

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KEDIRI
2021
BAB 1 LATAR BELAKANG
Dalam konsep siklus hidrologi, dalam jumlah air tertentu di suatu luasan
tertentu di permukaan bumi dipengaruhi oleh besarnya air yang masuk (input) dan
keluar (output) pada jangka waktu tertentu. Karena air bersifat dinamis, maka nilai
neraca air selalu berubah dari waktu ke waktu sehingga di suatu tempat
kemungkinan bisa terjadi kelebihan air ataupun kekurangan air. Apabila kelebihan
dan kekurangan air dalam keadaan ekstrim, maka akan dapat menimbulkan
bencana seperti banjir ataupun kekeringan. Bencana tersebut dapat dicegah atau
ditanggulangi bila keadaan pengelolaan yang baik terhadap lingkungan. Salah
satu cara penanggulangan bencana adalah keadaan lahan yang selalu dijaga.
Neraca air memiliki tiga ruang dimensi (kompartemen), yaitu dimensi
spasial dan dimensi temporal. Dimensi spasial memiliki batas atas (kanopi
tanaman), batas bawah (dasar zona perakaran) dan batas horizontal (pematang
petak lahan). Terdapat 7 komponen neraca air, yaitu 1.) Jumlah air dalam tanah,
2.) Curah hujan, 3.) Irigasi, 4.) Kenaikan air kapiler, 5.) drainase, 6.)
Evapotranspirasi dan 7.) Limpasan permukaan. Dari 7 komponen tersebut
terdapat 4 input air, yaitu jumlah air dalam tanah, curah hujan, irigasi dan kenaikan
kapiler tanah. Sedangkan evapotranspirasi, drainase dan limpasan permukaan
termasuk dalam output air. Analisis neraca air diperlukan dalam berbagai
keperluan seperti irigasi, pola tanam, serta perencanaan dan evaluasi pengelolaan
DAS. Dengan mengetahui neraca air maka potensi air dapat diketahui.
Penggunaan air yang tepat dosis juga dapat berpengaruh bagi lingkungan
lahan pertanian. Ini dikarenakan tanah tidak dapat menyerap dan menyimpan air
dengan baik. Air yang tidak tersimpan dan diserap oleh tanah akan tergenang di
permukaan tanah. Maka diperlukan perhitungan yang baik untuk lahan pertanian.
Dalam hidrologi, neraca air lahan dapat digunakan utuk menghitung besarnya
aliran air yang masuk dan keluar pada suatu wilayah. Neraca air juga dapat berarti
cara suatu organisme mengatur kesediaan air dalam tubuh tanaman pada kondisi
kering atau panas.
Ketersediaan ini dipengaruhi oleh kondisi iklim, topografi, jenis tanah,
tutupan lahan serta struktur geologi suatu daerah. Tingkat ketersediaan air tanah
dipengaruhi oleh dengan menganalisa data kandungan air tanah. Perbedaan jenis
tanah dapat mempengaruhi ketersediaan kandungan air tanah. Kemampuan tanah
menahan air sangat ditentukan oleh jenis tanah dan jenis vegetasinya. Vegetasi
yang jenisnya sama apabila tumbuh pada jenis tanah yang berbeda, maka akan
mempunyai kedalaman zona perakarannya yang berbeda, sehingga nilai
kapasitas lengas tanahnya berbeda.

BAB II HASIL ANALISIS NERACA AIR WILAYAH

[mm] J P M A M J J A S O N D ∑

P 381 289 293 179 127 38 20 7 63 103 103 391 1994


PE 107 115 104 112 113 121 119 124 117 114 108 112 1366

P-PE 274 174 189 67 14 -83 -99 -117 -54 -11 -5 279 628

APWL 0 0 0 0 0 -83 -182 -299 -353 -364 -369 0

ST 80 80 80 80 80 28 8 2 1 1 1 80

∆ST 0 0 0 0 0 -52 -20 -6 -1 0 0 79

AE 107 115 104 112 113 90 40 13 64 103 103 112

D 0 0 0 0 0 31 79 111 53 11 5 0 918

S 274 174 189 67 14 0 0 0 0 0 0 200 290

Keterangan : Biru bulan basah


: Coklat bulan kering
: ST0 = 80 mm
1. Perhitungan APWL → APWL = ∑(P-PE) negative
 Juni → APWL = -83 (Hasil turunan (P-PE))
 Juli → APWL = -83 + (-99) = -182
 Agustus → APWL = -182 + (-117) = -299
 September → APWL = -299 + (-54) = -353
 Oktober → APWL = -353 + (-11) = -364
 November → APWL = -364 + (-5) = -369
2. Perhitungan ST
Bulan Kering → ST = ST0 × e-APWL/-ST0
 Juni → ST = 80 × 2,718 –(-83)/-80 = 80 × 2,718-1,037 = 80 × 0,354 = 28,364
 Juli → ST = 80 × 2,718 –(-182)/-80 = 80 × 2,718-2,27 = 80 × 0,103 = 8,266
 Agustus → ST = 80 × 2,718 –(-299)/-80 = 80 × 2,718-3,737 = 80 × 0,023 =
1,906
 September → ST = 80 × 2,718 –(-353)/-80 = 80 × 2,718-4,412 = 80 × 0,012 =
0,970  Oktober → ST = 80 × 2,718 –(-364)/-80 = 80 × 2,718-4,55 = 80 × 0,010
= 0,845
 November → ST = 80 × 2,718 –(-369)/-80 = 80 × 2,718-4,612 = 80 × 0,009 =
0,794
Bulan Basah → ST bulan ini = ST bulan sebelumnya + (P-PE) *jika
ST>ST0 maka ST=ST0
 Desember → ST = 1 + 279 = 280 > 80 = 80
 Januari → ST = 80 + 274 = 354 > 80 = 80
 Februari → ST = 80 + 174 = 254 > 80 = 80
 Maret → ST = 80 + 189 = 269 > 80 = 80
 April → ST = 80 + 67 = 147 > 80 = 80
 Mei → ST = 80 + 14 = 94 > 80 = 80
3. Perhitungan ΔST
ΔST bulan ini = ST bulan ini – ST bulan kemaren
 Januari → ΔST = 80 - 80 = 0
 Februari → ΔST = 80 - 80 = 0
 Maret → ΔST = 80 - 80 = 0
 April → ΔST = 80 - 80 = 0
 Mei → ΔST = 80 - 80 = 0
 Juni → ΔST = 28 - 80 = -52
 Juli → ΔST = 8 - 28 = -20
 Agustus → ΔST = 2 - 8 = -6
 September → ΔST = 1 - 2 = -1
 Oktober → ΔST = 1 - 1 = 0
 November → ΔST = 1 - 1 = 0
 Desember → ΔST = 80 - 1 = 79
4. Perhitungan AE
Bulan kering (P<PE) menggunakan AE = P – ΔST
Bulan basah (P>PE) menggunakan AE = PE
 Januari → AE = 107
 Februari → AE = 115
 Maret → AE = 104
 April → AE = 112
 Mei → AE = 113
 Juni → AE = 38 – (-52) = 90
 Juli → AE = 20 – (-20) = 40
 Agustus → AE = 7 – (-6) = 13
 September → AE = 63 – (-1) = 64
 Oktober → AE = 103 – 0 = 103
 November → AE = 103 – 0 = 103
 Desember → AE = 391 – 279 = 112
5. Perhitungan Defisit
D = PE – AE
 Juni → D = 121 – 90 = 31
 Juli → D = 119 – 40 = 79
 Agustus → D = 124 – 13 = 111
 September → D = 117 – 64 = 53
 Oktober → D = 114 – 103 = 11
 November → D = 108 – 103 =5
6. Perhitungan Surplus
S = (P - PE) – ΔST
 Desember → S = 279 – 79 = 200
 Januari → S = 274 – 0 = 274
 Februari → S = 174 – 0 = 174
 Maret → S = 189 – 0 = 189
 April → S = 67 – 0 = 67
 Mei → S = 14 – 0 = 14
BAB III REKOMENDASI STRATEGI POLA TANAM DAN REKOMENDASI
PENGELOLAAN AIR

Strategi pola tanam pada lahan sawah irigasi dengan ketersediaan air 5-6
bulan dapat ditanami tanam padi pada musim pertama dan musim kedua, Palawija
pada musim ketiga (padi – padi – palawija). Setelah menentukan pola tanam, maka
kebutuhan air tanaman dapat ditentukan. Kebutuhan tanaman (ETc) merupakan
sejumlah air yang dibutuhkan tanaman untuk menggantikan air yang menguap.
Kebutuhan air tanaman dapat dicari dengan rumus ETc = Kc.Eto. kebutuhan
tanaman padi memiliki besaran nilai yang bervariasi, tergantung dari varietas,
musim tanam, dan pola tanam. Namun biasanya nilai koefisien tanaman
cenderung sama sesuai dengan perkembanganya. Seperti contoh jika pada fase
awal tanam memerlukan kc yang kecil, kemudian meningkat saat fase vegetatif
hingga pembuahan dan turun lagi pada fase pematangan bulir. Nilai Kc sendiri
berbanding lurus dengan nilai evapotranspirasi (Etc).

Pada fase awal vegetatif, kebutuhan air pada tanaman padi adalah kritis.
dimana fase vegetatif merupakan fase pembentukan anakan aktif dan anakan
maksimum tanaman padi mulai menghasilkan anakan mulai umur 10 hari setelah
tanam.Disamping itu umur padi dipersemaian sangat berpengaruh terhadap
pembentukan anakan padi, karena semakin lama dipersemaian berarti semakin
cepat pembentukkan anakan dilahan, namun hal ini kurang baik terhadap
pertumbuhan berikutnya, terutama dalam pembentukan bulir atau malai.

Setelah menentukan kebutuhan air pada tanaman, selanjutnya


menentukan pengelolaan air. Pada bulan Desember hingga mei awal, dari hasil
analisis neraca air maka lahan sawah tersebut cocok ditanami padi. Karena padi
memerlukan air yang cukup banyak sehingga padi dapat tumbuh secara optimal,
ketersediaan air merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kebutuhan air di
sawah. Air yang tidak cukup menyebabkan pertumbuhan padi tidak sempurna
bahkan bisa menyebabkan padi mati kekeringan. Pada fase awal penanaman
padi, perlu dilakukan drainase agar tanaman padi tidak mati. Sedangkan pada fase
pertumbuhan diperlukan irigasi agar tanaman padi dapat tumbuh secara optimal.
Sedangkan pada bulan Mei akhir hingga November, lahan cocok ditanami
palawija. Pada penanaman palawija perlu dilakukan drainase agar lahan tidak
tergenang dan membuang kandungan asam pada tanah.
BAB IV KESIMPULAN

Dengan adanya pemaparan studi kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa


analisa neraca air beserta komponennya dapat menentukan pola tanam suatu
wilayah serta jenis pengelolan air yang tepat. Pada waktu yang memiliki curah
hujan tinggi maka dapat memilih tanaman berumur panjang yang membutuhkan
banyak air, sedang pada waktu yang memiliki curah hujan rendah dapat memilih
tanaman berumur pendek yang tahan terdapah kekeringan.
DAFTAR PUSTAKA

Richard G. Allen, Luis S. Pereira, Dirk Raes, Martin Smith. 1998. FAO Irrigation
and drainage paper 56. FAO: Rome

Anda mungkin juga menyukai