Anda di halaman 1dari 4

Sejarah kelahiran K3 timbuldengan memperhatikan banyaknya resiko yang diperoleh perusahaan

industri. Pemilik industri wajib mengatur dan memelihara ruangan, alat dan perkakas, serta rambu-
rambu peringatan di tempat kerja. Sehingga pekerja terlindungi dari bahaya yang mengancam
kesehatan badan, kehormatan dan harta bendanya. Lahirnya tatanan baru dalam masyarakat yang
ditandai dengan menguatnya tuntutan terhadap pelaksanaan K3 sebagai bagian dari pelaksanaan hak
asasi manusia berdasarkan nilai-nilai keadilan, keterbukaan dan demokrasi maka pelaksanaan hukum K3
mutlak harus dilaksanakan secara fair dan seimbang di semua tempat kerja.

2.2

Produk Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Tujuan dan sasaran K3 yaitu menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
dengan melibatkan tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman. Oleh
karena itu diperlukan suatu payung hukum untuk melindungi para pekerja di tempat kerja. Adapun
dasar hukum yang menjadi payung para pekerja tentang K3 antara lain:

2.2.1 Undang-undang

2.2.1.1 Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2003 tentang pengesahan ILO Convention No.
81 mengenai pengawasan ketenagakerjaan dalam industri dan perdagangan,

2.2.1.2 Undang-undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,

2.2.1.3 Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.

Peraturan Pemerintah

1.2.2.1 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang pengaturan dan pengawasan keselamatan
kerja di bidang pertambangan,

5 1.2.2.2 Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1979 tentang keselamatan kerja pada pemurnian dan
pengolahan minyak dan gas bumi.

2.2.3 Peraturan Menteri dan Keputusan Menter


i 2.2.3.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-01/MEN/1978 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengangkutan dan penebangan kayu

, 2.2.3.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-03/MEN/1978 tentang persyaratan
penunjukkan dan wewenang, serta kewajiban pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja dan
ahli keselamatan kerja,

2.2.3.3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-01/MEN/1980 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja pada konstruksi bangunan

, 2.2.3.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-03/MEN/1999 tentang syarat-
syarat keselamatan dan kesehatan kerja lift untuk pengangkutan orang dan barang,

2.2.3.5 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-03/MEN/1985 tentang keselamatan
dan kesehatan kerja pemakaian asbes

, 2.2.3.6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-03/MEN/1986 tentang syarat-
syarat keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang mengelola pestisida

Hukum Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Hukum manajemen K3 berlandaskan pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1966
tentang sistem sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya disebut SMK3.
SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman dan produktif. Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga
kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh
karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja wajib menerapkan
sistem manajemen K3, sistem manajemen K3 dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha, dan seluruh
tenaga kerja sebagai satu kesatuan. Isi dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1966
tentang sistem sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yakni sebagai berikut:

Komitmen dan Kebijakan


Pengurus harus menunjukkan kepemimpinan dan komitmen terhadap K3 dengan menyediakan sumber
daya yang memadai. Pengusaha dan pengurus harus menunjukkan komitmen terhadap K3 yang
diwujudkan dalam: (1) menetapkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan
perusahaan, (2) menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang
diperlukan di bidang K3, (3) menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban yang jelas dalam penanganan k3, (4) perencanaan K3 yang terkoordinasi, (5) melakukan
penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.

Perencanaan

Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan SMK3
dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran dan indikator
kinerja yang ditetapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya, penilaian dan
pengendalian resiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan
tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Perusahaan harus menetapkan dan
memelihara prosedur untuk inventarisasi, identifikasi dan pemahaman peraturan perundangan dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3 sesuai dengan kegiatan perusahaan yang bersangkutan.
Pengurus harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada tenaga kerja.

Penerapan

Dalam penerapan SMK3 yang efektif perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (1) menyediakan
sumber daya yang memadai sesuai dengan ukuran dan kebutuhan, (2) melakukan identifikasi
kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan manajemen perusahaan dan menyelenggarakan
setiap pelatihan yang dibutuhkan, (3) membuat ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi
keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif, (4) membuat peraturan untuk mendapatkan pendapat
dan saran dari para ahli, (5) membuat peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan tenaga
kerja sacara aktif.


Pengukuran dan Evaluasi

Audit adalah pemeriksaan secara sistematik dan independen untuk menentukan suatu kegiatan dan
hasil-hasil yang berkaitan sesuai denganpengaturan yang direncanakan, dan dilaksanakan secara efektif
dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan. Audit sistem manajemen K3 harus
dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan SMK3. Audit harus dilaksanakan
secara sistematik dan independen oleh personel yang memiliki 9 kompetensi kerja dengan
menggunakan metodologi yang sudah ditetapkan. Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan
tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang didapatkan ditempat kerja. Hasil
audit harus digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen.

Tinjauan Ulang dan Peningkatan Oleh Pihak Manajemen

Pimpinan yang ditunjuk harus melakukan tinjauan ulang seluruh kegiatan, produk barang dan jasa
termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Tinjauan ulang SMK3 dilakukan secara berkala untuk
menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan
K3. Tinjauan ulang sistem manajemen K3 harus meliputi: (1) evaluasi terhadap penerapan kebijakan dan
keselamatan kerja, (2) tujuan, sasaran dan kinerja K3, (3) hasil temuan audit SMK3, (4) evaluasi
efektifitas penerapan SMK3.

Anda mungkin juga menyukai