Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

“ HAKIKAT MANUSIA”
Dosen pengampu: Laurensia Masri P. S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh: Kelompok 9

Nama Kelompok:

Ady Prawira 4202111011


Deri YantikaGinting 4203311048
Landong Ignatius 4203222205
Safrika Handayani 4203111148
Thesalonika Christy 4202411004

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya
sehingga penyusunan dan penulisan makalah ini dapat selesai dengan lancar dan tepat
waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Filsafat Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang materi Hakikat Manusia bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah
diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen, yang telah memberikan bimbingan kepada
kami. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyelesain makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian penulis sampaikan dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak yang
membacanya.

Medan, November 2020

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 1
C. Tujuan .............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 2
A. Pengertian Hakikat Manusia........................................................................................... 2
B. Pengertian Hakikat Manusia menurut Pandangan Umum.............................................. 2
C. Beberapa Asumsi Dasar Berkaitan dengan Hakikat Manusia.........................................3
D. Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain.....................................................................4
E. Substansi Para Ahli Pikir dan Ahli Filsafat terhadap kemampuan Manusia di Bumi.....4
F. Peran Manusia................................................................................................................. 5
G. Hubungan Filsafat, Pendidikan dan Manusia................................................................. 8
BAB III PENUTUP................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 10
B. Saran ...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkaitan dengan pendidikan, maka hakikat manusia perlu dibahas di awal, karena
pendidikan yang dilakukan adalah untuk manusia. Socrates dalam (Tafsir 2010:7)
mengatakan bahwa belajar yang sebenarnya adalah belajar tentang manusia.
Manusia menjadi sosok sentral di alam dunia, karena manusia mengurus dirinya
sendiri dan alam. Manusia membuat peraturan sendiri untuk mengatur dirinya sendiri,
manusia juga membuat peraturan sendiri untuk mengatur alam. Hewan, tumbuhan, lautan,
daratan, gunung, dan lain-lain berada di bawah aturan yang dibuat oleh manusia. Bahkan
manusipun tunduk pada peraturan yang dibuatnya sendiri. Kerusakan dan kelestarian alam
tergantung pada manusia sebagai sosok sentralnya. Jadi, sudah sewajarnya jika manusia
harus mengenali hakikat manusia yang sebenarnya.
Kelestarian manusia dan alam harus tetap dijaga dengan sebaik-baiknya, untuk itu
manusia sebagai sosok sentral harus dibekali dengan pengetahuan tentang hakikat manusia,
sehingga manusia mengetahui cara-cara menjaga kelestarian manusia dan alam.
Pengetahuan tentang hakikat manusia tersebut hanya akan diperoleh jika manusia
memperoleh bimbingan dari orang lain melalui proses pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan makna dari hakikat manusia
2. Apa yang menjadi kelebihan manusia?
3. Apa saja peran pada manusia berdasarkan hakikat nya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti hakikat manusia
2. Untuk mengetahui kelebihan yang dimiliki manusia
3. Untuk mengetahui peran - peran manusia

1
BAB II
PEMBAHASAN

HAKIKAT MANUSIA DALAM KAJIAN FILSAFAT


A. Pengertian Hakikat Manusia
Hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu.
Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa
sesuatu.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna, dimana eksistensinya
ditentukan secara mutlak oleh sang Pencipta, yang terdiri atas kesatuan jiwa, dan raga,
serta eksis sebagai individu yang memasyarakat. Dimana segala potensi alam ciptaan
Tuhan oleh manusia perlu diolah agar lebih bisa memberikan pemenuhan kebutuhan yang
sesuai dengan kebutuhan manusia, tanpa potensi alam manusia tidak dapat eksis.
Manusia merupakan makhluk unik. Manusia bisa dikatakan makhluk yang paling
sempurna diantara makhluk-makhluk yang ada di bumi. Akallah yang membuat manusia
itu unik dan menjadikan manusia sebagai makhluk sempurna. Karena keunikan manusia ini,
dewasa ini banyak cabang-cabang ilmu yang menjadikan manusia sebagai objek
kajiannya.Cabang-cabang ilmu yang mengkaji manusia itu seperti ilmu psikologi,
antropologi, sosiologi, dan lain sebagainya.
Berbeda dengan cabang-cabang ilmu yang mempalajari hal-hal tertentu dari diri
manusia. Dalam melihat manusia, filsafat selalu membagi menjadi dua macam pandangan,
yaitu esensi dan eksistensi. Begitu pula, manusia dilihat sebagai materi yang memiliki dua
macam bagian esensi dan eksistensi. Esensi dan eksistensi manusia ini menjadikan
manusia ada di muka bumi. Esensi dan eksistensi bersifat berjalan secara bersamaan dan
dalam perjalanannya dalam diri manusia, ada yang mendahulukan esensi dan ada juga
yang mendahulukan eksistensi. Manusia yang menjalankan esensi menjadikan ia bersifat
tidak bergerak dan meninjau lebih dalam tanpa melakukan aktualisasi.

B. Pengertian Hakikat Manusia menurut Pandangan Umum


Pembicaraan manusia dapat ditinjau dalam berbagai perspektif, misalnya perspektif
filasafat, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan spiritualitas Islam atau tasawuf,
antara lain :

2
 Dalam perspektif filsafat.
Disimpulkan bahwa manusia merupakan hewan yang berpikir karena memiliki nalar
intelektual. Dengan nalar intelektual itulah manusia dapat berpikir, menganalisis,
memperkirakan, meyimpulkan, membandingkan, dan sebagainya. Nalar intelektual ini
pula yang membuat manusia dapat membedakan antara yang baik dan yang jelek,
antara yang salah dan yang benar.

 Dalam Perspektif Ekonomi.


Dalam perspektif ekonomi, manusia adalah makhluk ekonomi, yang dalam
kehidupannya tidak dapat lepas dari persoalan-persoalan ekonomi. Komunikasi
interpersonal untuk memenuhi hajat-hajat ekonomi atau kebutuhan-kebutuhan hidup
sangat menghiasi kehidupan mereka.

 Dalam Perspektif Sosiologi.


Manusia adalah makhluk social yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah lepas
dari manusia lainnya. Bahkan, pola hidup bersama yang saling membutuhkan dan
saling ketergantungan menjadi hal yang dinafikkan dalam kehidupan sehari-hari
manusia.

 Dalam Perspektif Antropologi.


Manusia adalah makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan evolusi. Ia
senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan yang dinamis.

 Dalam Perspektif Psikologi.


Manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa. Jiwa merupakan hal yang esensisal dari
diri manusia dan kemanusiaannya. Dengan jiwa inilah, manusia dapat berkeh

C. Beberapa Asumsi Dasar yang Berkaitan dengan Hakikat Manusia


Adapun manusia yang menjalankan eksistensi tanpa melihat esensi, ia hanya ada,
tetapi tidak dapat mengada (Kamaluddin, 2013, p. 5).
 Kamaluddin (2013, p.5) menjelaskan bahwa “mansuia adalah makhluk Tuhan yang
otonom, pribadi yang tersusun atas kesatuan harmonik jiwa raga dan eksis sebagai
individu yang memasyarakat”. Manusia diciptakan oleh Tuhan namun manusia juga
diberikan otonom untuk menjalani hidupnya. Dalam menjalani kehidupannya, manusia
diberikan kebebasan untuk dapat menyelesaikan dan mengatasi permasalahan dalam
hidupnya.

3
 Menurut Muhmidayeli ( 2011: 44) , manusia adalah makhluk Tuhan yang unik yang
bermukim di bumi yang memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan nya
dengan makhluk lain yang berada di dunia.
 Menurut Suhartono (2008: 31), manusia memiliki kelebihan pada potensi-potensi daya
phikisnya dari makhluk lain, yaitu akal fikir,rasa,dan karsa. Dengan akal fikirnya
manusia mampu mengatasi persoalan kehidupannya secara matematis menurut
asas-asas penalaran ( logic) deduktif dan induktif. Dengan potensi rasa, manusia
mampu mengatasi persoalan kehidupannya dengan pendekatan estetik menurut asas
pertimbangan. Dan dengan potensi karsa, manusia mampu mengatasi persoalan
kehidupannya baik persoalan yang berkaitan dengan diri sendiri, orang lain secara
sosial, dengan alam sekitar maupun Sang Pencipta

D. Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lainnya


Manusia memiliki keunikan yang tidak dimiliki makhluk lain yaitu bahwa manusia
memiliki akal fikir dan nafsu sementara Malaikat hanya memiliki akal fikir, sebaliknya
hewan hanya memiliki nafsu tanpa dilengkapi dengan akar, karena itu kehidupan hewan
hanya berdasarkan naluri dan insting untuk memenuhi kebutuhan mereka agar mampu
bertahan hidup. Dengan demikian keunikan yang ada pada manusia senantiasa dihadapkan
dengan dunia nyata yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Manusia memiliki pengetahuan yang dapat mencakup berbagai macam informasi dan
memiliki pandangan yang luas, sedangkan hewa hanya dibekali pengetahuan yang
dangkal
2. Pengetahuan manusia dari sisi eksternal menuju sisi realitas internal dan tidak terbatas,
sementara hewan pengetahuannya bersifat parsial, tidak universal dan tidak umum
serta regional
3. Manusia dapat mengetahui sejarah asal mulanya dan manusia dapat menyusun apa
yang akan terjadi di masa depannya, namun hewan pengetahuannya hanya terbatas
pada saat ini saja
4. Manusia memiliki sifat idealis dengan cita-cita dan pemikirannya sementara hewan
tingkat keinginannya dan hasrat yang dimiliki terbatas.

E. Subtansi Para Ahli Pikir dan Ahli Filsafat Terhadap Kemampuan Manusia di
Bumi

4
a. Manusia adalah Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi,
b. Manusia adalah Animal Rational, artinya binatang yang berpikir,
c. Manusia adalah Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan
menjelmakan pikiran manusia dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun,
d. Manusia adalah Homo Faber, artinya makhluk yang terampil. Dia pandai membuat
perkakas atau disebut juga Toolmaking Animal yaitu binatang yang pandai membuat
alat,
e. Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerjasama, bergaul
dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
f. Manusia adalah Homo Economicus, artinya makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip
ekonomi dan bersifat ekonomis.

F. Peran Manusia

1) Manusia sebagai makhluk Individual Being

Terdiri dari 2 kata in dan divided titik dalam bahasa Inggris dapat diartikan
tidak , sedangkan divided berarti terbagi. jadi individu dapat diartikan tidak terbagi atau
satu kesatuan. dalam bahasa Latin individu berasal dari kata individuum yang berarti
tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas. manusia sebagai makhluk individu memiliki
unsur jasmani dan rohani, fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. seseorang dikatakan
sebagai manusia individu, makalah unsur-unsur tersebut menyatu di dalam
dirinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia sebagai makhluk individu
memiliki keunikan atau memiliki ciri khas yang tidak dimiliki manusia lain.

2) Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia dikatakan makhluk sosial karena dalam diri manusia ada Naluri
untuk berhubungan dengan orang lain, ada naluri kebutuhan sosial untuk hidup
berkelompok dengan orang lain, serta manusia itu sendiri tidak tidak akan bisa hidup
sebagai manusia tanpa bantuan orang lain. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa,
manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena manusia tunduk dan patuh pada
aturan, norma sosial yang berlaku dalam kelompoknya sebagai suatu kebutuhan
untuk hidup rukun, keinginan mendapat respon positif dari orang lain, serta potensi

5
yang ada pada masing-masing individu akan berkembang Jika dia hidup di
tengah-tengah manusia

3) Manusia sebagai makhluk Berbudaya

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta dari kata budaya merupakan bentuk
jamak dari kata Budi yang berarti budi atau akal dengan demikian budaya adalah
hal-hal yang bersangkut paut dengan akal jadi kebudayaan adalah hasil akal manusia
untuk mencapai kesempurnaan. manusia sebagai makhluk budaya maksudnya adalah
manusia mampu menciptakan dan melaksanakan kebaikan, kebenaran keadilan dan
tanggung jawab dalam satu sistem tatanan kemasyarakatan titik sebagai makhluk
berbudaya, manusia mendayagunakan akal budi rasa dan Karsa

4) Manusia sebagai makhluk ekonomi Homo Economicus

Hidup dan kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai kegiatan


yang intinya adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia seperti, sandang
(pakaian) , pangan (makanan), dan papan (tempat tinggal). manusia memiliki naluri
atau kekuatan untuk memenuhi kebutuhannya dengan terpenuhinya kebutuhan ini,
manusia bisa bertahan hidup dan berkembang titik beberapa aspek terkait dengan
aktivitas sehari-hari manusia untuk bertahan hidup adalah

1. Dalam kehidupan sesungguhnya manusia tidak bisa mendapatkan Segala


kebutuhan dan keinginan tanpa adanya pengorbanan untuk mendapatkan sesuatu,
manusia harus menukarkan sejumlah barang dengan nilai yang sepadan.
2. Perasaan tidak pernah puas untuk merasa cukup ketika kebutuhan berhasil
dipenuhi akhirnya melahirkan kesepakatan di antara manusia untuk bekerja,
mendapatkan uang, yang akhirnya digunakan untuk membeli segala keperluan.
3. Selalu ada peningkatan pemenuhan kebutuhan yang merupakan kegiatan dari
tindakan rasional seorang manusia. inilah hakikat dari titel makhluk ekonomi
yang lekat pada manusia.
5) Manusia sebagai makhluk terdiri atau Homo Education

Manusia sebagai makhluk terdidik ialah makhluk Allah yang dilahirkan


membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik dialah yang memiliki potensi dapat
dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, pendukung dan
pengembang kebudayaan.

6
6) Manusia sebagai makhluk Berfikir

 Manusia yang hanya sekedar ingin tahu Dan setelah mendapatkannya lalu puas
adalah tergolong orang-orang ‘pada umumnya’.
 Manusia yang secara radikal ingin tahu tentang segala hal Atau segala sesuatu
sampai ke taraf hakikat adalah tergolong para pemikir, ahli fikir (philosophes).

7) Manusia sebagai makhluk Religius

Manusia sebagai makhluk religius yaitu manusia adalah makhluk yang harus
dididik dan dapat dididik. Oleh karena itu, unsur rohaniah merupakan syarat mutlak
terlaksananya program-program pendidikan. Masalah Rohani dan Jasmani Setidaknya
terdapat empat aliran pemikiran yang berkaitan tentang masalah rohani dan jasmani (sudut
pandang unsur pembentuk manusia) yaitu: Aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran
dualisme, dan aliran aksistensialisme.

 Aliran Serba zat (Faham Materialisme) Aliran serba zat ini mengatakan yang
sungguh-sunguh ada itu adalah zat atau materi, alam ini adalah zat atau materi dan
manusia adalah unsur dari alam, maka dari itu manusia adalah zat atau materi.
Manusia ialah apa yang nampak sebagai wujudnya, terdiri atas zat (darah, daging,
tulang). Jadi, aliran ini lebih berpemahaman bahwa esensi manusia adalah lebih
kepada zat atau materinya. Manusia bergerak menggunakan organ, makan dengan
tangan, berjalan dengan kaki, dll. Semua serba zat atau meteri. Berdasar aliran ini,
maka dalam pendidikan manusia harus melalui proses mengalami atau pratek
(psikomotor).
 Aliran Serba Ruh Dalam buku lain, aliran ini diberi nama Aliran Idealisme. Aliran ini
berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah ruh, juga
hakekat manusia adalah ruh. Ruh disini bisa diartikan juga sebagai jiwa, mental, juga
rasio/akal. Tubuh (materi, zat) merupakan alat jiwa untuk melaksanakan tujuan,
keinginan dan dorongan jiwa (rohani, spirit, ratio) manusia. Jadi, aliran ini
beranggapan bahwa yang menggerakkan tubuh itu adalah ruh atau jiwa. Tanpa ruh
atau jiwa maka jasmani, raga atau fisik manusia akan mati, sia-sia dan tidak berdaya
sama sekali. Dalam pendidikan, maka tidak hanya aspek pengalaman saja yang
diutamakan, faktor dalam seperti potensi bawaan (intelegensi, rasio, kemauan dan
perasaan) memerlukan perhatian juga. \

7
 Aliran Dualisme Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakekatnya terdiri
dari dua substansi, yaitu jasmani dan rohani. Aliran ini melihat realita semesta sebagai
sintesa kedua kategori animate dan inanimate, makhluk hidup dan benda mati.
Demikian pula manusia merupakan kesatuan rohani dan jasmani, jiwa dan raga.
Misalnya ada persoalan: dimana letaknya mind (jiwa, rasio) dalam pribadi manusia.
Mungkin jawaban umum akan menyatakan bahwa ratio itu terletak pada otak. Akan
tetapi akan timbul problem, bagaiman mungkin suatu immaterial entity (sesuatu yang
non-meterial) yang tiada membutuhkan ruang, dapat ditempatkan pada suatu materi
(tubuh jasmani) yang berada pada ruang wadah tertentu. Jadi, aliran ini meyakini
bahwa sesungguhnya manusia tidak dapat dipisahkan antara zat/raga dan ruh/jiwa.
Karena pada hakekatnya keduanya tidak dapat dipisahkan. Masing-masing memiliki
peranan yang sama-sama sangat vital. Jiwa tanpa ruh ia akan mati, ruh tanpa jiwa ia
tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam pendidikan pun, harus memaksimalkan kedua
unsur ini, tidak hanya salah satu saja karena keduanya sangat penting.
 Aliran Eksistensialisme aliran filsafat modern berpikir tentang hakekat manusia
merupakan eksistensi atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya
hakikat manusia itu yaitu apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Disini
manusia dipandang dari serba zat, serba ruh atau dualisme dari kedua aliran itu, tetapi
memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri di dunia

G Hubungan Filsafat, Pendidikan dan Manusia


Dari pemaparan diatas, ternyata menusia benar-benar merupakan makhluk yang unik.
Manusia memiliki berbagai dimensi dasar, baik secara pribadi, jiwa, kelompok, dll. Semua
itu bercampur aduk menjadi potensi dasar atau bawaan manusia, sehingga disadari atau
tidak, manusia telah mengembangkan potensi tersebut, baik secara maximal atau tidak,
dengan baik atau buruk. Semuanya tergantung manusia itu sendiri dan lingkungan yang
mempengaruhinya. Kaitanya dengan hal tersebut, dengan akal manusia yang bisa
dikatakan jenius, manusia dapat menemukan jalan untuk mengembangkan potensi-potensi
mereka dengan baik, yaitu dengan pendidikan. Manusia mulai sadar akan arti penting
pendidikan bagi kehidupan mereka.
Dimana arti pendidikan yaitu :

8
 Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk
mengembangkan potensi-potensi bawaan manusia, memberi sifat dan kecakapan,
sesuai dengan tujuan pendidikan.
 Pendidikan adalah bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai suatu
tujuan.
Melihat pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan pendidikan dengan
manusia itu sangat erat. Adanya pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia,
menuju manusia yang lebih baik, dan dapat mengemban tugas dari Sang Pencipta
Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan manusia.
Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan masalah
kependidikan. Jadi, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena
manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri
sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Manusia merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek
pendidikan itu sendiri. Pedagogik tanpa ilmu jiwa, sama dengan praktek tanpa teori.
Pendidikan tanpa mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa,
bagaimana, dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti atas manusia, baik sifat-sifat
individualitasnya yang unik, maupun potensi-potensi yang justru akan dibina, pendidikan
akan salah arah.
Jadi, hubungan antara filsafat, pendidikan dan manusia adalah filsafat digunakan untuk
mencari hakekat manusia, sehingga diketahui apa saja yang ada dalam diri manusia. Hasil
kajian dalam filsafat tersebut oleh pendidikan dikembangkan dan dijadikannya (potensi)
nyata berdasarkan esensi keberadaan manusia. Sehingga dihasilkan manusia yang sejati,
yang utuh sebagaimana dititahkan oleh Sang Pencipta

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hakekat manusia menurut pandangan umum mempunyai arti bermacam-macam,
karena tedapat berbagai ilmu dan perspektif yang memaknai hakekat manusia itu sendiri.
Seperti dalam perspektif filsafat menyimpulkan bahwa manusia merupakan hewan yang
berpikir karena memiliki nalar intelektual. Dalam perspektif ekonomi mengatakan bahwa
manusia adalah makhluk ekonomi. Perspektif Sosiologi melihat bahwa manusia adalah
makhluk social yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah lepas dari manusia lainnya.
Sedangkan, perspektif antropologi berpendapat manusia adalah makhluk antropologis yang
mengalami perubahan dan evolusi. Dan dalam perspektif psikologi, manusia adalah
makhluk yang memiliki jiwa.

B. Saran
Demikianlah makalah mengenai Hakikat Pendidikan yang telah kami sediakan. Apabil
ada kesalahan baik dalam penulisan maupun pemaparannya, kami sebagai penyaji mohon
maaf dan kami juga mengharapkan kritik dan saran agar lebih baik kedepannya. Semoga
makalah yang kami sajikan dapat bermanfaat bagi para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Yusnadi, dkk. 2019. Filsafat Pendidikan. Bogor : Halaman Moeka


Jalaludin dan Abdulloh. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media
Pratama Noor Syam, Mohammad. 1988 cet.4. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat
Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional
Suhartono, Suparlan. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruzz Media

11

Anda mungkin juga menyukai